Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Setyowati
"ABSTRAK
Memenuhi nutrisi anak merupakan tantangan bagi ibu. Masalah dalam pemenuhan nutrisi menyebabkan anak mengalami gizi buruk. Tujuan penelitian ini mengeksplorasi pengalaman ibu merawat anak balita gizi buruk. Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Jumlah partisipan delapan orang. Tema yang ditemukan adalah: anak segalanya bagi ibu, ibu tidak menyadari bahwa anak mengalami gizi buruk sehingga gizi buruk bukan menjadi prioritas ibu untuk konsultasi kesehatan, ibu mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari petugas kesehatan selama merawat anak dan diperlukan berbagai dukungan yang adekuat agar ibu mampu memperbaiki status gizi anak. Petugas kesehatan perlu mengembangkan kemampuan konseling dan pendampingan bagi ibu.

ABSTRACT
Fulfilling adequate nutrition for children is a challenge for mothers. This study aimed to explore of mother's experiences in caring for malnourished children. This study involved eight mothers of malnourished child aged at under five years. Themes identified were: children are everything for the mothers; mothers did not realize that children suffering severe under nutrition, so that malnorish was not priority for consulting their children?s health; mother experienced unpleasant treatment from health workers; various supports were required by mothers to improve children?s health status. Health workers need to develop their skills to provide counseling and assistance to the mothers.
"
2015
T43588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Juita Giyaningtyas
"Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek dari tinggi normal pada rentang usianya. Stunting ini merupakan penyakit kronis. Salah satu faktor risiko terjadinya stunting adalah pola asuh yang diterapkan dalam keluarga terhadap anak, dimana pola asuh dapat dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan keluarga yang menjadi caregiver terkait dengan kondisi anak. Walaupun pola asuh dalam keluarga amat penting, namun penelitian yang memfokuskan pada pengalaman keluarga merawat anak dengan stunting belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam tentang pengalaman keluarga, terutama ibu merawat anak dengan stunting. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan jumlah partisipan 12 ibu. Penelitian menghasilkan empat tema, yaitu respons egative sebagai beban subjektif ibu, pandangan egative masyarakat dan dampaknya menambah beban ibu, upaya berdamai dengan kondisi anak stunting, serta pertingnya dukungan sosial terhadap perawatan anak stunting. Berdasarkan tema yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa ibu yang merawat anak stunting mengalami respons yang beragam, sehingga membutuhkan dukungan sosial terutama keluarga terdekat. Namun, kesiapan ibu dalam merawat perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui hubungannya dengan kejadian stunting di Indonesia.

Stunting is a condition of failure to thrive in children due to chronic malnutrition, so that children are too short of normal height in their age range. Stunting is a chronic disease. One of the risk factors for stunting is parenting that is applied in families to children, where parenting can be influenced by the attitudes and knowledge of the family who are caregivers related to the child`s condition. Although family caring is very important, research that focuses on the experience of families caring for children with stunting has never been done. This study aims to explore more deeply about family experiences, especially mothers caring for children with stunting. This study is a qualitative study with a phenomenological approach with the number of participants of 12 mothers. The study produced four themes, namely a holistic response as a subjective burden of mothers, a negative view of society and the impact of adding to the burden of the mother, efforts to make peace with the condition of stunting children, and the importance of social support for the care of stunting children. Based on the theme produced, it can be seen that mothers who care for stunting children experience diverse responses, so that they need social support, especially the immediate family. However, the readiness of mothers in caring needs to be further investigated to find out their relationship with stunting events in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Apriluana
"Latar belakang: Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang banyak diderita balita di Indonesia. Kecamatan Pagedangan memiliki jumlah balita kurang gizi masih tinggi. Faktor penting pada pertumbuhan anak adalah asupan gizi. MPASI yang diberikan setelah balita berusia 6 bulan harus beraneka ragam dan adekuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal. Sayangnya, di Indonesia sulit untuk mencapai asupan gizi cukup dari MPASI yang umumnya berbasis tradisional dan tidak difortifikasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
Metode: Penelitian dilakukan dengan disain kasus kontrol dan rasio sampel 1:1,5. Penelitian dilakukan dari Maret-Mei 2019. Populasi adalah balita usia 24 bulan. Total sampel sebanyak 100 anak.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI (p=0,033) dan pekerjaan ibu (p=0,040) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah pekerjaan ibu (OR=7,6), pendapatan keluarga (OR=4,8), dan pemberian MPASI (OR=4,0).
Kesimpulan: Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah pekerjaan ibu, setelah dikontrol pendapatan keluarga, pemberian MPASI, frekuensi minum susu, konsumsi susu, dan usia mulai minum susu. Saran: Meningkatkan program “Isi Piringku” dengan membuat menu makanan yang bergizi untuk balita disesuaikan ketersediaan pangan dan status sosial ekonomi warga.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that affects many children in Indonesia. Pagedangan district has a high number of malnourished children. An important factor in children's growth is nutritional intake. Complementary foods that given after a 6-month-old toddler must be diverse and adequate, so that it meets growth needs. Unfortunately, in Indonesia it is difficult to achieve sufficient nutritional intake from complementary foods which is generally traditional and not fortified. The purpose of study was to determine correlation between complementary feeding and the incidence of stunting in children aged 24 months.
Methods: The study was conducted with case control design and sample ratio of 1: 1.5. The study was conducted from March to May 2019. The population was children aged 24 months. A total sample of 100 children.
Results: The results of bivariate analysis showed that there was a significant correlation between complementary feeding (p=0.033) and maternal occupation (p=0.040) with the incidence of stunting. The results of multivariate analysis showed the most influential variables were maternal occupation (OR = 7.6), family income (OR = 4.8), and complementary feeding (OR = 4.0).
Conclusion: The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 24 months is maternal occupation, after controlled family income, complementary feeding, frequency of drinking milk, milk consumption, and age start drinking milk. Suggestion: Improving the program "Fill my plate" by making nutritious food menus for toddlers adjusted for food availability and socio-economic status of the residents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert
"Di Indonesia, stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Provinsi Lampung mengalami prevalensi stunting yang meningkat dari Tahun 2015 sampai 2017, yaitu 22,6%, 24,8% dan 31,6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku keluarga sadar gizi ( penimbangan berat badan balita secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan/ASI Eksklusif, rumah tangga menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran/ vitamin A dan Konsumsi beraneka ragam makanan) dan karakteristik responden seperti faktor riwayat balita pernah dirawat, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah balita, dan tempat tinggal dengan kejadian stunting. Desain studi penelitian ini yaitu cross-sectional dengan analisis bivariat dengan chi square (kai kuadrat). Data yang digunakan yaitu data Pemantauan Status Gizi (PSG) dengan jumlah sampel 1533 balita usia 6-23 bulan di Provinsi Lampung Tahun 2017. Hasil anlisis menunjukkan bahwa perilaku keluarga sadar gizi, pemberian vitamin A, pemberian ASI Eksklusif, konsumsi beraneka ragam makanan tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Namun terdapat hubungan antara rumah tangga menggunakan garam beryodium dan penimbangan balita secara teratur dengan kejadian stunting. Perlu adanya dukungan dari setiap anggota keluarga dalam menerapkan perilaku keluarga sadar gizi.

In Indonesia, stunting is still a public health problem. Lampung Province experienced an increasing prevalence of stunting from 2015 to 2017, by percentage is 22,6 %, 24,8% and 31,6%. This study aims to determine association between nutrition conscious family behavior (with variables like weighing toddlers regularly, provide exclusive breastfeeding, households use iodized salt, get vitamin A and consume a wide variety of foods) and respondent characteristics such as a history of factors under five have been treated, mother’s education, mother’s occupation, number of family members, the number of under five, and residence with stunting incident. The design of this research study is cross-sectional with chi square test to bivariate analysis. The data used is Pemantauan Status Gizi (PSG) data and used 1533 child aged 6-23 months as sample in Lampung Province 2017. The analysis result shows that nutrition conscious family (KADARZI) behavior, get vitamin A, provide exclusive breastfeeding, consume a wide variety of foods are not related to stunting incident. However there is a relationship between households use iodized salt and weighing toddlers regularly to stunting incident. There needs to be support from each family member in implementing nutrition conscious family (KADARZI) behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gitta Reno Cempako
"ABSTRAK
Latar belakang: Anak dengan gizi buruk tak hanya rentan terhadap infeksi, keparahan infeksi dan angka kematian akibat infeksi juga meningkat. Sefotaksim merupakan antibiotik empiris yang paling sering digunakan pada anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM tanpa melihat status gizi. Hingga saat ini data mengenai rsepon terhadap sefotaksim pada anak gizi buruk di RSCM serta fokus infeksi dan etiologinya masih terbatas. Tujuan: Mengetahui respon pemberian antibiotik sefotaksim sebagai terapi empiris pada anak gizi buruk yang dirawat inap berikut karakteristik, fokus infeksi, profil kuman dan sensitifitasnya terhadap sefotaksim. Metode: Penelitian prospektif observasional pada anak gizi buruk usia 10 ?g/L dan juga semua subyek dengan HIV positif yang mengalami sepsis tidak berespon dengan terapi sefotaksim. Simpulan: Enam puluh lima persen infeksi pada anak gizi buruk tidak memberikan respon terhadap terapi empiris sefotaksim. Antibiotik sefotaksim sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi empiris pada anak gizi buruk dengan sepsis berat atau HIV positif yang mengalami sepsis.
ABSTRACT Background Children with severe malnutrition is vulnerable to infection, increase in its severity and death rate. Cefotaxime has been widely used as empirical antibiotic for children in Cipto Mangunkusumo General Hospital, regardless their nutritional status. However there is little data about etiology of infection in our population and the response to empirical antibiotic cefotaxime. Aim To evaluate the response to empirical antibiotic cefotaxime in children with severe malnutrition, its characteristic, diagnosis of infection, and antibiotic susceptibility profile. Method Children 18 year old hospitalized from October to December 2016 with severe malnutrition and received cefotaxime as empirical antibiotic were included and followed for 5 days. A clinical examination, complete blood count, urinalysis, procalcitonin PCT , c reactive peptide CRP , blood and urine culture were performed systematically on admission. Stool and sputum culture were also done as indicated. Repeated PCT and CRP were done between day 3 to 5. Result Among 40 children included in the study, 50 has more than one infection. The most frequent infection is urinary tract infection 50 , followed by pneumonia 47,5 and acute diarrhea 32,5 . Blood culture was positive only in 4 subjects, 4 5 isolates were gram positive bacteria. Escherecia coli was the most common pathogen in urine 30 . Only 9,5 of all isolated bacteria were sensitive to cefotaxime. Overall, only 35 responded to antibiotic cefotaxime. All patient with PCT 10 g L on admission, and those with HIV positive and sepsis did not respond. Conclusion Sixty five children with severe malnutrition and infection did not respond to empirical antibiotic cefotaxime. Clinician must reconsider giving cefotaxime as empirical antibiotic in severely malnourished children, especially those with severe sepsis and HIV with sepsis. "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Tantira Mutiara
"Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia adalah masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita. Hal ini berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Bila hal itu dibiarkan di masa yang akan datang, akan semakin banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan program wajib belajar sebab IQ nya rendah. Anak balita gizi buruk memiliki IQ 13 poin lebih rendah dibandingkan anak normal. Hasil penimbangan balita di kota Bogor pada tahun 2004, menunjukkan bahwa balita gizi buruk sebesar 0,4% dan gizi kurang 8,9%. Pengalaman di Laboratorium Pusat Penelitian Pengembangan Gizi dan Makanan (Lab P3GM) menunjukkan bahwa untuk perbaikan status gizi balita gizi buruk dengan tanda klinis (DTK) lebih lama dibanding tanpa tanda Minis (TTK). Status gizi buruk DTK adalah apabila gizi buruk tipe marasmus, kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Sedangkan status gizi buruk TTK adalah bila secara antropometri BBILI - 3 SD atau BB/TB - 2 SD, maka dikategorikan gizi buruk.
Selama ini belum diketahui faktor yang mempengaruhi status gizi buruk balita DTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan dan ASI serta faktor lain terhadap status gizi buruk balita DTK yang datang le Lab P3GM tersebut. Juga diketahuinya faktor dominan yang berpengaruh pada status gizi buruk anak balita DTK. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan disain penelitian Cross Sectional. Data yang digunakan berasal dari data anak balita gizi buruk yang mengikuti rawat jalan di Lab P3GM. Seluruh balita yang berkunjung pada tahun 2004-2005 yang datanya lengkap untuk analisis ink dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 74 anak. Analisis data yang dilakukan meliptiti analisis kai kuadrat dan analisis multivariat dengan nienggimakan analisis Regresi Logistik Ganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase jumlah gizi buruk balita DTK lebih besar (67,6%) dibanding balita GB= TTK (32,4%). Di antara anal( balita gizi buruk DTK, ternyata lebih banyak anak gizi buruk dengan tipe marasmus (56,S%), disusul marasrnik kwashiorkor. (8,1%) don kwashiorkor (2,7%).
Pembezian ASI berhubungan bermakna dengan status gizi buruk anak balita DTK. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pemberian ASI merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian status gizi buruk anak balita ILK setelah dikontrol oleh faktor umur balita dan status anemia. Anak balita yang tEdak mendapat ASI mempunyai peluang untuk menderita gizi buruk DTK 7,616 kali (OR= 7,616; 95% CI: 1,578-36,750) dibandingkan balita yang masih mendapat ASI setelah dikontrol variabel umur balita.
Promosi pemberian ASI secara benar pada ibu-ibu dari balita gizi buruk perlu diprioritaskan Promosi. ASI tersebut di antaranya, menyusui eksklusif selama 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun.

One of the health problem which is still being a burden in developing countries, including Indonesia, is malnutrition in underfive children. It related to the low quality of human resources with the occurrence of many health problems and if it is occurred, in the future will be many children not being able to graduate from their compulsory education program caused of their low IQ. Severe malnutrition children are 13 pains lower than normal children in IQ level. Children weighing result in Bogor 2004, showed that underfive children with severe malnutrition were 0,4% and moderate malnutrition were 8,9%. The experience in Food and Nutrition Development Research Center Laboratory (Lab P3GM) result is to improve the nutrition status of severe malnutrition in under five children with clinical sign (WCS) is longer than without clinical sign (WoCS). The WCS severe malnutrition are severe malnutritions with marasmus, kwashiorkor and marasmic kwashiorkor types. Whereas the severe malnutrition WoCS is if in antropomically WIA - 3 SD or WIH - 2 SD, therefore categorized as severe malnutrition.
Until now, the factors that influence the WCS children with severe malnutrition are still undetectable. Research that aims to find the relationship between food and breast feeding gift along with other factors of WCS chidren with severe malnutrion status that came to the Lab P3GM. Also known the dominant factor which influenced the WCS children with severe malnutrition. This research uses secondary data of cross sectional research design. The children's data which suffered severe malnutrition and took the away treatment at Lab P3GIvL The amount of all underfive years chidren visited in 2004-2005 and had the complete data for this analysis and also suitable with the inclusive and exclusive criteria that made as examples in this research were 74 children. The data analysis that done, the chi square analysis and multivariate analysis.
Analysis result describes the some of WCS children with severe malnutrition are bigger (67,6%) than severe malnutrition WoCS (32,4%). Between severe malnutrition WCS children, apparently, there were more severe malnutrition children in marasmus type (56,8%), followed by marasmik kwashiorkor (8,3%) and kwashiorkor (2,7%).
Breast feeding gift is related to the WCS children status of severe malnutrition. The result of multivariate analysis described that breast feeding gift to children was the most dominant factor related to the WCS children status case of severe malnutrition after having been controlled by the children age and anaemic status factors. Underfive children that do not get breast feeding gift, having risk of suffering WCS severe malnutrition 7,616 times (OR = 7,616; 95% Cl : 1,578 -- 36,750) compared with children that still having the breast feeding after controlled according to children's age variables.
Promotion of breast feeding gift correctly, to all mothers of underfive children with severe malnutrition, needs to be given priority. The promotion is an exclusive breast feeding for 6 months and until 2 years old.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhayati
"Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan masalah kesehatan dominan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Angka kejadian tertinggi pada anak terdapat di kelompok usia balita, kelompok usia dengan tingkat kemandirian rendah. Memiliki balita yang mengalami TB Paru akan berdampak pada seluruh anggota keluarga karena membutuhkan kontinuitas pengobatan dan komitmen pemberi asuhan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran pengalaman ibu dalam merawat balita yang mengalami TB Paru.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah ibu yang memiliki balita yang telah menjalani terapi sedikitnya satu bulan. Data dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan dianalisis dengan pendekatan Colaizzi.
Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu menanggung beban psikologis akibat stigma terhadap anak TB, ibu sebagai fokus utama dalam upaya penyembuhan anak, berkembangnya efikasi diri selama merawat anak TB, dan melewati berbagai kesulitan dalam pengobatan anak. Identifikasi adanya tantangan selama merawat anak menjadi pendekatan bagi perawat untuk memberikan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan pengobatan TB.

Tuberculosis remains a dominant health problem especially in developing countries such as Indonesia. Children under five years of age are at higher risk of contracting pulmonary tuberculosis (TB). Caring for children who have pulmonary TB and have a low level of independence affect family as the care requires continuity of treatment and carers? commitment.
This research aimed to describe mothers? experiences in caring for children with pulmonary TB. A descriptive phenomenology design and an indepth interview methods were applied to this study. Participants were mothers of children who have undergone at least in one month therapy. The data was analyzed with Colaizzi?s approach.
Themes identified were: psychological burden due to stigma against TB child, a mother as the main focus on running efforts to cure the child, self-efficacy development in care for children, and passes every difficulties towards the child's treatment. Challenges identified during caring for child with pulmonary TB would become approaches for nurses to provide appropriate health service on pulmonary TB?s treatment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T45270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Rodry Mikhael
"Prevalensi status gizi kurang pada anak usia sekolah di Indonesia masih cukup tinggi. Status gizi anak usia sekolah salah satunya ditentukan oleh asupan nutrien, di mana konsumsi jajanan di sekolah memberikan asupan nutrien dalam jumlah yang cukup besar. Pengetahuan anak usia sekolah mengenai kebiasaan jajan dapat berimplikasi pada perilaku jajan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U, tingkat pengetahuan anak usia sekolah mengenai kebiasaan jajan serta hubungan keduanya. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional menggunakan data primer yang diambil dari anak sekolah usia 6-14 tahun di Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan, pada tanggal 18 Oktober 2009. Sampel diambil menggunakan metode total sampling. Data yang diambil berupa data umum, data antropometrik serta data pengetahuan mengenai kebiasaan jajan menggunakan kuesioner.
Jumlah subyek penelitian adalah sebanyak 78 orang dengan rata-rata berusia 10,10 ± 1,43 tahun. Dari pengukuran antropometrik didapatkan rerata berat badan 26,18 ± 5,55 kg dan rerata tinggi badan 130,67 ± 8,32 cm. Persentasi subyek dengan status gizi kurang berdasarkan BB/U sebanyak 51,3%, berdasarkan TB/U sebanyak 32,1% dan berdasarkan IMT/U sebanyak 38,5%. Nilai tengah skor pengetahuan subyek mengenai kebiasaan jajan adalah 6 (1-10), di mana sebanyak 41% subyek memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Dengan menggunakan uji Chi Square antara tingkat pengetahuan mengenai kebiasaan jajan dan status gizi berdasarkan IMT/U, didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,026 (p<0,05). Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai kebiasaan jajan dengan status gizi berdasarkan IMT/U pada anak usia sekolah di Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan tahun 2009.

Prevalence of poor nutritional status among school-age children in Indonesia remains high. Nutrient intake is one of factors that determine school-age children nutritional status, and the consumption of snacks at school-environment provides large amount of nutrient intake. Their knowledge about snack habits implicate on their daily snack behavior. This study was conducted to determine the distribution of nutritional status based on indicators WAP, HAP, and BMI, the knowledge of school-age children about snack consumption and their association. This study was conducted with a cross sectional design using data taken from primary school children aged 6-14 years in the Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan, on October 18, 2009. Samples were taken using the total sampling method. Data was taken in the form of common data, anthropometric data and knowledge level about snack consumption using a questionnaire.
Total subjects were 78 people with an average age of 10.10 ± 1.43 years. Anthropometric measurements obtained resulted mean weight 26.18 ± 5.55 kg and mean height 130.67 ± 8.32 cm. Percentage of subjects with poor nutritional status based on WAP as much as 51.3%, based on the HAP as much as 32.1% and based on the BMI as much as 38.5%. The mean score of knowledge about snack consumption habits is 6 (1-10), where as many as 41% of subjects had poor knowledge level. The Chi Square test were used to measure the association between the knowledge about the snack consumtpion and nutritional status. Probability value of 0.026 (p <0.05) was obtained based on BMI and knowledge-level. There is an association between the knowledge snack consumption and nutritional status based on BMI / U on school-age children in the Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan in 2009.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyat Miko
"Gizi buruk merupakan kekurangan gizi tingkat berat terutama pada anak-anak umur dibawah lima tahun (balita) dan merupakan salah satu masalah gizi utaman di Indonesia yang perlu ditanggulangi karena berdampak terhadap kesehatan dan Human Devolopment Index manusia Indonesia 15-20 tahun yang akan datang.
Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah social, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antara wilayah ataupun antara kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antara kelompok usia balita. Kondisi krisis ekonomi sejak tahun 1997 dan tentu berkelanjutan sampai saat ini, menyebabkan daya beli pada masyarakat secara umum menjadi menurun, karena disatu pihak relatif banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian sementara di pihak lain adanya peningkatan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan dan gizi masyarakat, terutama balita. Masalah gizi pada anak balita di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dari tahun ketahun cenderung meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi khususnya gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita umur 6 bulan sampai < 5 tahun di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat tahun 2002.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metoda potong lintang (cross sectional)1. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dan anak balita umur 6-60 bulan dengan jumlah sampel sampel sebanyak 758, 5 desa di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Analisis data dilakukan dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Di masa yang akan datang dalam pemilihan dan perencanaan upaya yang berkaitan dengan masalah gizi buruk ini agar mempertimbangkan ukuran dampak potensial yang berkontribusi terhadap terjadinya kasus gizi buruk pada anak balita.
Dalam melakukan intervensi untuk memperbaiki status gizi anak umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun di Kecamatan Bojongasih agar memperhatikan kedelapan variabel diatas yang berpengaruh munculnya kejadian KEP dan perlu penelitian lebih lanjut dengan melihat pola asuh anak dengan desain yang sama scara skala besar.

Severe Malnutrition is the chronic nutrient deficiency, which usually occurs at under five years old children. It also the main nutrient problems in Indonesia that should have to decline and reducing it's effects to health and Indonesians Human Development Index for the next 15 - 20 years.
The nutrition problem has a very wide dimension, not just public health problems but also social, economic, culture, care, education, and environment. The ignitions of nutrition problems in one region or society to another could be different, in fact the occurrence among under five years old children could be different.
Indonesia's economic crisis conditions in 1997 and still continuing today caused public's purchasing power decreasing generally, as effect of un-employments and the raise of goods and services prices. Those conditions could make worst for public's health and nutrients, especially toddlers. Nutrient problems in West Java Province inclination increase years after years.
The goals of this research is to search the connection factors of severe malnutrition incidences, age between 6 months - 60 months at Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya, in 2002.
This research is an observational research with cross sectional method. The respondents of this research are the mothers that have children of under five years, with the numbers of sample is 758.
The conclusion of the research, that eight variables status has a significant connection to incidence severe malnutrition cases, therefore any dealing and prevention acts with public's nutrients and health problems should pay attention to that variables by doing full planning works. In determining and planning acts to prevent the nutrient problems, we have to considering the potential effect values that make contributions to severe malnutrition cases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakia Rama
"Prevalensi picky eater di Indonesia sekitar 33,6% terjadi pada anak berusia balita dan 44,5% dari mereka mengalami malnutrisi ringan sampai sedang, sekitar 79,2% mengalami picky eater lebih dari 3 bulan. Peran orang tua, terutama peran seorang ibu sangat berpengaruh pada perilaku makan anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik ibu dan anak dengan perilaku picky eater pada anak usia toddler di Kota Depok. Karakteristik ibu yang dimaksud meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, pemberian ASI eksklusif, dan praktik pemberian makan, sedangkan karakteristik anak yang dimaksud meliputi usia, jenis kelamin, status gizi, dan waktu pemberian MPASI. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik cluster random sampling dan melibatkan responden sebanyak 112 orang. Variabel pada penelitian ini diukur dengan kuesioner perilaku picky eater (CEBQ) dan kuesioner praktik pemberian makan (CFPQ). Pada hasil penelitian ini, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI ekslusif (p-value 0.008), status gizi anak (p-value 0.001), dan waktu pemberian MPASI (p-value 0.001) dengan perilaku picky eater pada anak usia toddler, sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan signifikan. Penelitian selanjutnya dapat berfokus pada pemberian ASI eksklusif dan MPASI usia 6 bulan untuk mencegah perilaku picky eater pada anak usia toddler.

The prevalence of picky eaters in Indonesia is around 33.6% among toddlers, and 44.5% of them experience mild to moderate malnutrition, with approximately 79.2% experience picky eater behavior for more than 3 months. The role of parents, especially mothers, greatly influences children's eating behavior. This study aims to examine the relationship between maternal and child characteristics and picky eater behavior in toddler-aged children in Depok City. Maternal characteristics include age, education, occupation, economic status, exclusive breastfeeding, and feeding practices, while child characteristics include age, gender, nutritional status, and timing of complementary feeding. This research method used a cross-sectional design with cluster random sampling technique and involved 112 respondents. The variable was measured by Children's Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) and Comprehensive Feeding Practice Questionnaire (CFPQ). The results of this study show a significant relationship between exclusive breastfeeding (p-value 0.008), child nutritional status (p-value 0.001), and timing of complementary feeding (p-value 0.001) and picky eater behavior in toddler-aged children, while other variables were not significantly related. Further research can focus on exclusive breastfeeding and introducing complementary feeding at 6 months to prevent picky eating behavior in toddlers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>