Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73851 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Debby Aryinta
"ABSTRAK
Suatu tindak pidana menuntut adanya pertanggungjawaban pidana dari pihak yang
dianggap bersalah. Dalam penulisan ini, terdapat permasalahan utama yakni
bagaimana pertanggungjawaban pidana nakhoda dalam kecelakaan kapal yang
dipengaruhi oleh faktor alam dan/atau faktor teknis sebagai faktor di luar
kelalaian nakhoda. Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif.
Berdasarkan hasil analisis ini, faktor alam dan faktor teknis merupakan faktor
yang berpengaruh besar terhadap tindakan nakhoda namun tidak selalu menjadi
alasan penghapusan pidana nakhoda.

ABSTRACT
Every criminal act requires criminal liability from those who are guilty. In this
writing, there is a major issue which is to determine a ship captain?s criminal
liability in a shipwreck incident which is affected by external factors beside the
captain?s negligence act, such as natural factors and/or technical factors. This
study uses normative juridicial research. Based on the results of the analysis,
natural factors and technical factors indeed greatly affect in every act of a captain
? especially in the case of emergency ? however, those factors are not always be
the reason the accused not to be blamed for his or her conduct."
2016
S63974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artahsasta Prasetyo Santoso
"Kesehatan merupakan suatu bagian dari hak asasi manusia yang dirumuskan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, sehingga masyarakat perlu mengenal untuk dapat menjamin hak sebagai masyarakat. Penyelenggaraan kesehatan dipercayakan kepada tenaga kesehatan yaitu dokter dan penyedia fasilitas kesehatan, yaitu rumah sakit. Kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang hak dan kewajiban sebagai pasien, khususnya hak dan kewajiban di mata hukum saat terjadi kasus-kasus malpraktik yang merugikan mereka. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, malpraktik medis sendiri tidak diatur secara khusus. Saat terjadinya suatu kasus malpraktik medis, pasien memiliki hak untuk menuntut haknya, dengan begitu dokter yang melakukan malpraktik medis harus bertanggung jawab atas tindakan medis tersebut. Pada kasus-kasus tertentu, terdapat peran rumah sakit dalam terjadi malpraktik tersebut yang membuat rumah sakit dapat bertanggung jawab. Pengaturan ini secara eksplisit diatur di dalam Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Namun patut disayangkan, sering kali pasien maupun penegak hukum tidak mengetahui bahwa rumah sakit juga dapat bertanggung jawab. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kasus yang masuk ke sistem peradilan pidana di Indonesia terkait dengan pertanggungjawaban pidana dari rumah sakit sebagai suatu korporasi terhadap terjadinya suatu kasus malpraktik.

Health is a part of human rights formulated in Article 28H of the Constitution of the Republic of Indonesia, 1945 so that people need to know how to be able to guarantee their rights as a citizen. Health care is entrusted to health workers, namely doctors and providers of health facilities, namely hospitals. In fact, many people do not know about their rights and obligations as patients, especially in the eyes of the law when medical malpractice occurs regardless of injure. In the laws and regulations in Indonesia, medical malpractice itself is specifically unregulated. When a medical malpractice case occurs, the patient occupies the claims of their rights, so the doctor who commits medical malpractice must be responsible for the medical action. In certain cases, there is an influential role from the hospital in the possible occurrence of malpractice which cautiously makes the medical institution responsible. This unique arrangement is explicitly regulated in Article 46 of Law Number 44, 2009 about Hospital. Unfortunately, often patients and law enforcement do not know hospitals can also be held responsible. This is evidenced by the frequent absence of specific cases entering the criminal justice system in Indonesia positively related to the criminal liability of hospital as a corporation for the tragic occurrence of medical malpractice cases."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketty Chandra
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai perbandingan pengaturan pertanggungjawaban perdata terhadap Penumpang Kapal, apabila terjadinya kematian atau lukanya penumpang, antara Indonesia dan Republik Rakyat Cina (RRC). Perbandingan dilakukan didasarkan pada Undang-Undang Pelayaran, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dengan Chinas Maritime Code serta peraturan terkait lainnya. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif, dengan pendekatan komparatif. Akan dibahas mengenai tanggung jawab pengangkut, dan juga akan dibahas mengenai teori-teori Perbuatan Melawan Hukum. Dari hasil perbandingan, diperoleh beberapa perbedaan , yaitu dalam hal klasifikasi penyebab luka/kematian penumpang dan juga beban pembuktian, serta juga beberapa persamaan hukum yang berlaku di Indonesia dan juga di Republik Rakyat Cina.

ABSTRACT
This thesis discusses the comparison of civil liability for Passenger Ship, in case of death or injury of passengers, between Indonesia and the Peoples Republic of China (PRC). The comparison will be done by comparing Indonesias Maritime Code, Indonesias Commercial Code,against Chinas Maritime Code and other related regulation. The method used in this thesis is the juridist normative method with comparative approach. This thesis will focus on the liability of the carrier,and tort theory. Based on the comparison, its discovered that there are several difference, such as the classification of the cause of the death or injury of the passenger, and the burden of proof, along with some similarities, between the law of Indonesia dan Peoples Republic Of China (PRC).       "
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Randolph Yosua
"Penelitian ini pada dasarnya berhubungan dengan kesehatan sebagai hak asasi manusia. Kesehatan sebagai hak asasi manusia ini diatur pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia pada Pasal 28 H ayat (1). Selain itu mengenai hak atas kesehatan ini Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 4 juga menyatakan hal yang sama. Namun pada penerapan di masyarakat berbeda dari apa yang tertulis di undang-undang. Pada kehidupan masyarakat masih terdapat penolakan pasien yang dilakukan oleh rumah sakit kepada pasien dalam keadaan darurat sehingga berakibat kematian. Penolakan ini dalam keadaan darurat sebenarnya dilarang oleh pasal 32 Undang-Undang Kesehatan. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 32 Undang-Undang Kesehatan dapat berakibat kepada dijatuhkannya pidana pada pelaku pelanggaran sesuai pasal 190 Undang-Undang Kesehatan. Korporasi dalam hal inipun dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana sesuai pasal 201 Undang-Undang Kesehatan. Yang menjadi permasalahan dalam ketentuan pasal 32 Undang-Undang Kesehatan adalah definisi keadaan darurat tidak terdapat dalam undangundang kesehatan itu sendiri. Dalam penelitian ini akhirnya dapat disimpulkan bahwa definisi keadaan darurat dapat merujuk pada empat hal yaitu dari sejarah pembentukan undang-undang kesehatan, dari ilmu medis, dari kamus besar Bahasa Indonesia, dan undang-undang lain. Selain itu terhadap penegakan hukum pasal 190 Undang-Undang kesehatan belum ditemukan adanya kasus yang masuk dalam sistem peradilan pidana.

This Researh is basically related to health as a human rights. Health as a human right are regulated in Constitution of the Republic Indonesia in Paragraph H of article 28 (1). Beside that, Act No. 36 of 2009 about health is also state the same thing (health as a human rights). However, the application of this regulation is different from what is regulated in the regulation. There are still denial of patients in emergency situation (resulting a death) which is conducted by hospital and its instruments. This rejection is actually prohibited by article 32 of the health act. Violation of provisions of article 32 of the health act could result a criminal responsibility according to article 190 of the health act. According to article 201 of the health act, corporations is also can take a criminal responsibility. The problem is, the definition of emergency in article 32 is not included in the health act. This research ultimately concluded that the definitions of an emergency can refer to the four issues: the health act law maker?s definition, from the medical science, from the dictionary of indonesian, and other laws. In addition to the enforcement of article 190 and 201 of the health act, researcher have not found any cases that fall into the criminal justice systems."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S43651
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fathir Achmad Dukhan
"Skripsi ini membahas secara spesifik mengenai tanggung jawab Nakhoda dalam kegiatan pengangkutan penumpang. Bentuk penelitian yang digunakan didalam skripsi ini adalah penelitian normatif karena menggunakan data sekunder atau kepustakaan. Sebagai negara maritim, pelayaran memiliki sifat penting di Indonesia khususnya pada pengangkutan penumpang. Nakhoda sebagai pemimpin kapal di dalam kegiatan pelayaran atau pengangkutan melalui laut memiliki tanggung jawab yang besar. Selain itu, Syahbandar sebagai otoritas yang berwenang melakukan pengawasan keselamatan pelayaran juga memiliki tanggung jawab yang besar. Skripsi ini membahas mengenai tanggung jawab yang dapat dikenakan terhadap Nakhoda dan juga Syahbandar dalam hal terjadinya kecelakaan kapal Studi Kasus Putusan Mahkamah Pelayaran No. HK. 210/18/VII/MP.17 tentang Kecelakaan Kapal Terbakarnya KM. Zahro Express Di Perairan Teluk Jakarta . Tanggung Jawab Nakhoda ini ditinjau berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Berdasarkan ketentuan hukum pengangkutan, Nakhoda dapat dikenakan tanggung jawab secara administratif dan pidana apabila terbukti lalai atau salah dalam menjalankan tugasnya.

This thesis specificly analyzed about Master rsquo s liability in the passenger transport activity. This thesis use normative form of research in which based on secondary data or law literature. As a maritime country, shipping has an essential role in Indonesia particularly for passenger transportation. Master as a ship captaint in the sea voyage or shipping activities has a huge responsibilities. However, Syahbandar as a port authority that has the authority for the safety of voyage also has responsibility. This thesis is examined about the liability of master and harbormaster in the event of ship accident in Indonesia Case Study of Admiralty Court Decree No. HK. 210 18 VII MP.17 about the ship accident of the burning of KM. Zahro Express in the Jakarta bay waters . The responsibility is based on the Act No. 17 of 2008 regarding Sea Voyage and Indonesian Comercial Code. Based on the transportation regulations, Master can be banded in administrative and criminal responsibilities if only the negligence or fault proved in performing its duties.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togi Kristin Natalia
"Dalam kasus kecelakaan lalu lintas, pada dasarnya tidak terlepas untuk menentukan bentuk kesalahan pelaku, apakah hal itu sebagai sebuah kesengajaan atau kelalaian dari si pengemudi. Secara logika, nampaknya menjadi sesuatu hal yang tidak mungkin apabila seseorang memiliki kesengajaan untuk menyebabkan kecelakaan dan menghilangkan nyawa orang lain. Lahirnya Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memandang kecelakaan tidak lagi sebuah kelalaian tetapi juga memenuhi unsur kesengajaan. Dengan kata lain, bahwa unsur kesengajaan menjadi kemungkinan dalam sebuah kasus kecelakaan. Seperti kasus kecelakaan lalu lintas dengan terdakwa Afriyani Susanti yang dituntut dengan unsur kesengajaan dalam Pasal 338 KUHP. Penanganan terhadap kasus ini kemudian menimbulkan polemik dari berbagai pihak termasuk Jaksa dan Hakim yang mengadili perkara ini. Hal ini dapat dilihat dalam putusan No. 665/Pid.B / 2012 / PN. JKT.PST bahwa terdapat perbedaan pendapat terhadap unsur Kesengajaan yang dimaksud dalam KUHP dengan Kesengajaan di dalam Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
In the case of traffic accidents, in essence can not be separated to determine the shape of human error, whether it is as a deliberate action or negligence of the driver. Logically, it seems to be something that is not possible if someone has the intent to cause the crash and of killing another person. Birth of Act No. 22 of 2009 on Road Traffic and Transportation are no longer saw accidents as a negligence but also satisfy the element of intent. In other words, that the element of intent to be a possibility in a case of accident. As with the case of a traffic accident with defendant Afriyani Susanti charged with intentional element in Article 338 of the Criminal Code. Handling of this case then cause polemics from various parties, including prosecutors and the judge who prosecuted the case. This can be seen in the decision No. 665 / Pid.B / 2012 / PN. Jkt.Pst that there is a difference of opinion on the element of intent which refers to the Criminal Code and the Law about Road Traffic and public Transport."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Andrea Nathaly
"Skripsi ini membahas mengenai pertanggungjawaban yang dapat diberikan oleh Nakhoda sebagai pemimpin kapal dan Perusahaan Pengangkut sebagai pemilik kapal dalam suatu peristiwa kecelakaan kapal yang menyebabkan kerugian terhadap pihak ketiga (Tinjauan Putusan Mahkamah Pelayaran Nomor 973/051/XII/MP-08 tentang Tubrukan KM. Marina Nusantara dengan TK. CB1211 yang ditarik TK. Bamara-6SA dan di-assist oleh TB. PATIH-III) dengan menggunakan dasar hukum Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Penelitian ini memakai metode penelitian Normatif Yuridis dimana data penelitian ini sebagian besar dari studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ditinjau dari peraturan perundang-undangan terkait dengan kegiatan pelayaran, tanggung jawab baik secara administratif, perdata dan pidana dapat dibebankan kepada Nakhoda dan Perusahaan Pengangkut apabila memang dapat dibuktikan para pihak tersebut bersalah.

This thesis is focusing on a responsibility that can be given by the Captain as the leader of the ship and Carrier Company as the owner of the ship in a ship accident caused the loss of the third party (Review Decision: Admiralty Court Verdict Number: 973/051/XII/MP-08 about collision between Motor Ship Marina Nusantara and Tug Boat CB. 1211 which pulled by Tug Boat Bamara-6SA and assist by Tug Boat Patih-III) based on Act Number 17 Year 2008 about Maritime and Commercial Code of Indonesia. This research is normative yuridis research, which some of the data were collected from literature. The result states that based on Act Numer 17 Year 2008, Commercial Code of Indonesia and the other rules said that the Captain and the Carrier Company will be bound by the legal responbilities (administrative, private and public) as long as the faults can be proved.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S22498
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhana S.
"[ABSTRAK
Skripsi ini membahas tiga hal utama: lingkup tanggung jawab perusahaan angkutan umum, pemilik kendaraan bermotor, dan pengemudi dalam perbuatan melawan hukum berupa kecelakaan lalu lintas, implikasi perjanjian pengalihan risiko yang membatasi tanggung jawab perusahaan angkutan umum terhadap pekerjanya dalam kecelakaan lalu lintas, dan analisis mengenai kesesuaian pertimbagan hakim dengan peraturan yang berlaku (studi kasus Putusan No:
04/Pdt.G/2013/PN.Psr). Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif dengan menggunakan analisis kualitatif atas data sekunder. Hasil penelitian ini adalah: (1) perusahaan angkutan umum, pemilik kendaraan, dan pengemudi bertanggung jawab secara tanggung gugat dalam kecelakaan lalu lintas menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, (2) suatu perjanjian pengalihan risiko tidak dapat menghilangkan tanggung jawab perusahaan angkutan umum atas kerugian pihak ketiga yang diakibatkan oleh pekerjanya menurut hukum Indonesia serta sistem hukum Common Law, (3) Pertimbangan majelis hakim dalam perkara ini sesuai dengan hukum yang berlaku, meskipun belum mempertimbangkan seluruh permasalahan.

ABSTRAK
, This thesis reviews about three main things: liability of public transport company, owner of the vehicle, and driver for traffic accidents in tort law, the implication of exemption clause aim to restrict the employer liability for the torts of his employee regarding traffic accidents, and analysis on the judge decision and its compliance with the prevailing regulation (study in decision No: 04/Pdt.G/2013/PN.Psr). This research is normative legal research with qualitative analysis on secondary data. The results of this research are: (1) public transport company, owner of the vehicle, and driver are vicarious liable for damages in traffic accidents under the Indonesian Civil Code and Law Number 22 Year 2009 regarding Road Traffic, (2) an agreement aim to limit the risk can not release the employer liability in respect for the injury to a third party caused by the torts of his employee under the Indonesian Law and Common Law system, (3) Judge decision has shown the compliance with the prevailing regulation, even though has not yet consider all the issues.]
"
2015
S58575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lee,Han Sin
"Tujuan untuk skripsi ini adalah untuk menguji kecelakaan maritim dan tanggung jawab pidana korporasi, sebagaimana perbandingan kasus dan undang-undang dalam Inggris dan Indonesia. Dalam Undang-Undang Inggris, korporasi dapat dihukum atas perbuatan pidana. Namun, ada beberapa permasalahan dalam teori-teori untuk mengidentifikasikan mens rea atau intensi. Corporate Manslaughter and Corporate Homicide Act 2007 diundangkan untuk mengatasi perbatasan ini dan menghukum korporasi seperti manusia. Skripsi ini mengutamakan analisa atas Corporate Manslaughter and Corporate Homicide Act 2007 dan untuk meluaskan spektrum dalam pemikiran, Hukum Pidana Indonesia serta Rencana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dianalisa. Bukan seperti Inggris dan Indonesia, tanggung jawab korporasi di dalam hukum pidana Korea sangat terbatas disebabkan dari teori hukum yang menyatakan hanya manusia dapat tindak sebagai subyek perbuatan tindak pidana. Namun, keamanan di masyarakat dan di tempat kerja menarik perhatian besar dan tanggung jawab dan kesalahan korporasi ditanyakan kembali. Skripsi ini mendiskusikan kebutuhan perundang-undangan tentang tanggung jawab pidana atas pembunuhan dalam pemikiran kasus MV Sewol di Korea.

The aim of this thesis is to examine maritime accident and corporate criminal liability in comparison with cases and laws in UK and Indonesia. Under the UK’s law, a corporation can be convicted of and sentenced for a criminal offence. However, some theoretical difficulties lie in fixing a corporation with the appropriate mens rea or intention to crime. The Corporate Manslaughter and Corporate Homicide Act 2007 in England is enacted in order to solve those limitations and punish a corporation same as like a natural person. This thesis deals mainly with Corporate Manslaughter and Corporate Homicide Act 2007 of England and in addition to this, to give further spectrum of consideration, Indonesian criminal law doctrine and its future reformation is discussed. Comparing to UK and Indonesia, a corporation is difficult to be criminally liable and be punished in Korean law because it is a well recognised theory that only natural person is capable of committing a crime. However, safety in society and workplace is earning great concerns in Korea, and emphasis is put on responsibilities and blameworthiness of the corporation itself. This thesis discusses the need for legislation on corporate manslaughter act in Korea with regard to tragedy of the sinking of the MV Sewol.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S61603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>