Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117602 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elga Oktavia
"Diabetes-related distress rentan dialami oleh dewasa muda dengan Diabetes Mellitus (DM) karena mereka berada dalam usia produktif dan memiliki harapan hidup yang tinggi. Distres yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat mengakibatkan kecemasan dan berujung pada depresi yang akan mengganggu peran mereka dalam kehidupan sehari-hari. Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) merupakan salah satu pendekatan intervensi yang mengarahkan klien untuk lebih terfokus pada potensi yang dimiliki. Desain penelitian ini termasuk dalam one group pretest-posttest design (before and after) yang diawali dengan pretest dan asesmen awal.
Sebagai hasilnya pemberian 4 sesi intervensi dengan pendekatan SFBT dapat menurunkan tingkat diabetes-related distress pada partisipan, dimana secara kuantitatif terjadi penurunan skor PAID. Partisipan juga mengalami perubahan aspek kognitif dan perilaku. Partisipan merasa percaya diri dan optimis terhadap potensi dan solusi yang dimiliki untuk mengatasi distres yang dihadapi. Partisipan memperoleh solusi yang konkret dalam upaya untuk keluar dari masalahnya terkait kondisi DM. Untuk semakin memperkuat komitmen dalam menjalankan solusi, intervensi lanjutan berupa terapi keluarga atau support group akan sangat membantu.

Diabetes-related distress are commonly experienced by young adults with Diabetes Mellitus (DM), because on their age they have to be productive. Untreated distress provokes anxiety and depression that will influence they daily activities. Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) help the participants to focus on their potencies. With the one group pretest-posttest design (before and after), this study will be started with pretest and pre-assesment in the begining of the intervention.
As the results, 4 sessions of intervension are effective to decrease diabetes-related distress on participants, and decrease the PAID instrument scores. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and optimist either about their potencies or their solutions to face the distress. They got concrete solutions for their effort to deal with their DM problems. Family therapy or support group can help participants to build their commitment on doing the solutions the have built before.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Anakomi
"Menderita kanker di usia muda merupakan salah satu peristiwa mengejutkan yang berkelanjutan bagi para penderitanya. Tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh diagnosis hingga menjalani pemulihan merupakan proses panjang yang membebani kondisi psikologis penderita. Pada tahapan tersebut, penderita mengalami berbagai perubahan dan kehilangan dalam dirinya. Salah satunya adalah kerontokan rambut akibat kemoterapi - atau yang disebut Chemotherapy-Induced Alopecia (CIA). CIA terbukti menjadi efek samping yang dihayati wanita penderita kanker sebagai kehilangan yang mendalam sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan self-esteem dalam diri mereka (Ferrell, Grant, Funk, Otis-Green & Garcia, 1997).
Pada penelitian ini dilakukan analisa secara mendalam tentang penghayatan tiga orang wanita dewasa muda penderita kanker sehubungan dengan kerontokan rambut yang mereka alami. Selanjutnya, kepada mereka diberikan intervensi dengan pendekatan Solution-Focused Brief Therapy secara perorangan, sebanyak 7 sesi (2 pertemuan pra sesi, 4 sesi intervensi, dan 1 sesi follow-up). Setiap sesinya dilakuka n dengan durasi sekitar 90-120 menit. Kuesioner Revised Janis and Field Scale digunakan sebagai alat ukur self-esteeem pada pre-test dan post-test.
Hasil penilaian kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan yang positif pada cara pandang ketiga partisipan terhadap diri mereka maupun kerontokan rambut yang dialami. Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi dengan pendekatan Solution-Focused Brief Therapy dapat meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa muda penderita kanker yang mengalami CIA.

Having cancer at young age is one of continually shocking events for the patients. The stages that must be passed from obtaining diagnosis until doing the treatment is a long process that burdens their psychological conditions. By that stage, the patient is experiencing various change s and losses. One of them is hair los s due to chemotherapy - or called Chemotherapy-Induced Alopecia (CIA). CIA has proven to be internalized profound loss treatment's effect for woman that can decrease their self-esteem (Ferrell, Grant, Funk, Otis-Green & Garcia, 1997).
This research implements in-depth analysis of three young adult women with cancer, abo ut how they are carrying out the ha ir loss. Next, Solution-Focused Brief Therapy Approach Intervention is given individually, consisted of 7 sessions (2 presessions, 4 intervention sessions, and a follow-up session). Each session was conducted around 90-120 minutes. Revised Janis and Field Scale questionnaire used as the self-esteem measurement on pre-test and post-test.
Result of qualitative and quantitative assessment indicates a positive change on perspective of themselves and their experiences of hair loss from three participants. This research has shown that the intervention with Solution-Focused Brief Therapy approach could increase self-esteem on young adult women with cancer who experienced CIA.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T42874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah Agustin
""Quarterlife crisis adalah sebuah fenomena yang umum terjadi pada" "u di rentang usia 18-29 tahun. Kelompok usia ini dikenal dengan istilah "individu" emerging adulthood dan pertama kali dicetuskan oleh Arnett (2001). Pada tahap perkembangan tersebut, individu mulai memperoleh banyak perubahan-perubahan dan tuntutan dari lingkungannya sebagai tanda masa transisi dari remaja menuju dewasa. Adanya kebutuhan untuk mengeksplorasi diri juga membuat tahap ini penuh dengan ketidakstabilan. Bila individu tidak mampu mengatasinya - ditandai dengan munculnya reaksi emosi seperti rasa cemas, frustrasi, dan perasaan tidak berdaya karena tidak mampu keluar dari zona nyaman kehidupannya, maka individu tersebut dapat dikatakan mengalami quarterlife crisis (Robbins & Wilner, 2001). Area permasalahannya meliputi pekerjaan, pendidikan hingga yang paling sering dialami oleh perempuan yakni masalah relasi interpersonal yang erat kaitannya dengan keinginan atau tuntutan untuk menikah.
Faktor norma sosial budaya, keluarga dan pertemanan mempengaruhi pandangan individu terhadap permasalahannya. Semakin memperoleh tekanan, individu akan mulai membangun emosi-emosi dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Padahal di sisi lain, banyak aspek positif yang sebenarnya ia miliki namun tidak disadari, akibatnya produktivitas dan fungsi sosialnya menjadi terganggu. Hal inilah yang menjadi sasaran intervensi berupa sebuah terapi dengan pendekatan solution-focused. Asumsi-asumsi dasar dari solution-focused menitikberatkan pada potensi positif individu dan orientasi pada masa depan dianggap sesuai untuk mengatasi quarterlife crisis. Terdapat 4 (empat) sesi individual dengan tujuan untuk membantu individu membangun solusi dari masalahnya sendiri. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan yang positif dari ketiga individu dalam upaya mengatasi quarterlife crisis yang dialaminya. Partisipan yang belum memiliki pasangan lebih mudah keluar dari krisis bila dibandingkan dengan partisipan yang sudah memiliki pasangan. Teknik-teknik yang terbukti efektif antara lain mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan, miracle question, serta survei mengenai potensi positif diri.

Quarterlife crisis is a common phenomena founded in individuals age 18-rs old. This group of age is known as emerging adulthood, and Arnett 30 yea "(2001) is the first person who introduce it as the new stage of development. At this stage, individuals start to have many changes and demands from others in their society as the sign of the transition from adolescence to adulthood. People at this stage are also like to have self-exploration, that?s why their life is full of instability. If the individuals can?t handle it, which marked by having lots of negative emotions such as anxiety, frustration and helpless because they can?t move from their own comfort zone, then we can says that those individuals are having quarterlife crisis (Robbins & Wilner, 2001). The area of problems contains career problem, academic and even romance or interpersonal relationship which mostly women?s concerned because it?s related to the demands of getting married.
Socio-cultural, peers and family factor have been influence people?s perspective about their problems. The more they?re getting demand from others, the more they build some negative emotions and perspective about themselves. While on the other side, there are a lot of positive things which they?re actually have but they didn?t realize it. By the result of that, they can?t perform productively and easily got troubles in social functioning. That?s the reason behind the decision to build an intervention with solution-focused approach. The basic assumptions from this approach is to believe that all individuals are having positive potensial inside them and the future-orientation might help them to build some solutions from their problem. The therapy itself contains 4 (four) individual sessions, and all of it focusing on how their work to build some goals and solution to achieve it. Some of the reluts are : there are significant changes in positive way founded in all 3 (three) participants in terms of handling quarterlife crisis related to interpersonal problem. Specifically, participant who doesn?t have a partner yet is handling the crisis easily and she successfully move on from quarterlife crisis compare to participant who already have a partner. Some of the techniqes that proven to be effective are the miracle questions, worksheet about positive personality survey and how to identify problems and setting the goals.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30360
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chandradewi Kusristanti
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling sering muncul di dunia. Banyaknya regimen yang harus dipatuhi penderita DM, adanya risiko komplikasi, dan lain sebagainya merupakan faktor yang dapat memengaruhi munculnya diabetes-related distress pada penderita DM. Melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa diabetes-related distress memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi fisik ataupun psikologis penderita DM. Pengaruh negatif tersebut juga dialami oleh penderita DM, yang juga diperburuk oleh karakteristik lanjut usia.
Melihat pengaruh negatif dari diabetes-related distress pada penderita DM yang tergolong lanjut usia (lansia) tersebut, peneliti tertarik untuk memberikan intervensi untuk mengurangi diabetes-related distress dengan menggunakan pendekatan Cognitive Behavior Therapy. Penelitian dilakukan kepada dua orang lansia yang mengalami diabetes-related distress. Kedua partisipan yang menjalani intervensi Cognitive Behavior Therapy mengalami penurunan tingkat diabetes-related distress. Hal tersebut didapatkan melalui wawancara dan observasi, serta pengukuran menggunakan alat ukur PAID (Problem Areas In Diabetes). Setelah intervensi selesai diberikan, para partisipan sudah mampu mempraktikkan teknik-teknik intervensi yang diberikan dalam rangkaian intervensi. Para partisipan juga memahami bahwa keberhasilan intervensi ditentukan oleh kemandirian dan niat mereka untuk menjalankan teknik-teknik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is one of the most frequent diseases to appear globally. Too many regimens to adhere, complication risks, and so on can endorse diabetes-related distress in DM patients. Many studies have found that the presence of diabetes-related distress gives negative impacts to patients, physically and psychologically. In older DM patients, those negative impacts is worsen by the characteristics of older adults.
Knowing those negative impacts to older DM patients, I decided to conduct a study that consists of delivering intervention with cognitive behavior therapy approach to lessen diabetes-related distress for older adults with DM. There are two participants in this study, both are older adults with high level of diabetes-related distress. All participants experienced decreased level of diabetes-related distress from their participation in this intervention, as shown in interview, observation, and an assessment using PAID (Problem Areas In Diabetes). After all the intervention sessions have been delivered, all participants are able to practice the interventions techniques that were given. All participants also understand that the therapeutic success is determined by their independence and their willingness to change by practicing the techniques in daily life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Apdelina
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Solution Focused Therapy
(SFT) dapat mengurangi simtom-simtom depresi pada mahasiswa Universitas
Indonesia tahun pertama penerima Bidikmisi. Penelitian ini menggunakan desain
one group pretest-posttest dengan jumlah partisipan sebanyak empat orang.
Masing-masing partisipan mengikuti sesi SFT sebanyak empat kali, disertai
dengan satu kali pertemuan prasesi dan satu sesi follow up (2 – 4 minggu setelah
sesi terminasi). Proses screening awal dilakukan dengan memberikan Beck
Depression Inventory (BDI) kepada calon partispan. Didapati penurunan skor BDI
dan peningkatan skor scalling question terkait kondisi perasaan partisipan setelah
menjalani intervensi. Selain itu, perubahan kualitatif juga dilaporkan dalam
penelitian ini."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Sahidah Fitriana
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pendekatan solution focused dalam meningkatkan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda dari keluarga dengan orangtua bercerai. Melalui desain penelitian single subject experimental, intervensi diberikan kepada dua orang partisipan dalam empat kali pertemuan dengan durasi 90-120 menit. Efektivitas intervensi dievaluasi secara kualitatif yaitu melalui pengamatan dan wawancara peneliti terhadap perkataan dan insight partisipan selama menjalani sesi intervensi. Efektivitas juga dievaluasi secara kuantitatif melalui pemberikan kuesioner Marital Attitude Scale dan optimism about relationship pada saat sebelum dan segera setelah intervensi selesai dilakukan. Kedua kuesioner ini dinyatakan berkorelasi secara signifikan dengan kualitas hubungan romantis. Hasil antara kuesioner sebelum dan sesudah intervensi kemudian diperbandingkan.
Berdasarkan hasil intervensi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa intervensi dengan pendekatan solution focused efektif dalam meningkatkan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda dari keluarga dengan orangtua bercerai. Partisipan memiliki sikap yang lebih positif terhadap pernikahan dan optimisme yang lebih besar terhadap kesuksesan hubungan romantis di masa depan. Partisipan juga mendapatkan manfaat intervensi berupa mengurangi pikiran-pikiran negatif, mempertahankan perilaku yang bermanfaat dalam hubungan romantis dan meningkatkan kualitas hubungan romantis terutama dalam hal komunikasi dengan pasangan.

The aim of this study is to find out the effectiveness of solution focused approach in enhancing quality of romantic relationship from adult children of divorce. With single subject experimental design, the solution focused approach was given to two participants in four sessions (90 - 120 minutes). Intervention effectiveness were being evaluated qualitatively by observing insight of the participants during intervention sessions. The effectiveness of intervention were also measured quantitavely by giving Marital Attitude Scale and Optimism about relationship scale before and after intervention. And then the results were being compared.
Based on the intervention result, it can be concluded that solution focused approach is effective in enhancing the quality of romantic relationship among adult children of divorce. Participant's attitude and optimism toward romantic relationship and marriage has increased significantly. Participants also gain some benefits from the intervention. The participants utter that their negative thought has decreased. They also can maintain behaviors that support quality of romantic relationship and increasing it through better communication skill toward their spouse.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30575
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Oetomo
"Adiksi narkoba selalu menimbulkan heban atau masalah pada sistem keluarga dan mengganggu anggota keluarga lainnya (Barnard, 2005). Perilakn-perilaku bermasalah yang muncul, seperti: kekerasan, mencuri, alan pertcngkaran dalam kcluarga, menimbullcan kcsulitan-kesulitan untuk hidup bersama anggota keluarga adiksi narkoba. (Vellemau et aI.,I993). Hubungan keluarga yang penuh dengan ketegangan memberikan dampak negatif yang signifilcan psda anggota-anggota keluarga (Boss & Mulligan, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan solurion focused yang dikembangkan oleh Steve de Shazer, dan Insoo Kim Berg (1992) untuk menolong kcluarga dengau anak adiksiipengguna narkoba, yaitu dengan membangun sistem- sistem keyakinan baru dan positif dalam memandang masalah mereka, sehingga dengan demikian menjadikannya lebih mudah untuk ditanggulangi. Perubahan pada sistem-sistem keyakinan keluarga terhadap masalah adalah merupalcan suatu dasar perubahan untuk mendapatkan resolusi yang efektif terhadap masalah. Terapi ini berfokus pada solusi dari masalah yang ada pads saat ini dengan menggunakan sumber kekuatan yang ada pada keluarga yang bisa mercka gunakan dalam membuat perubahan. Fungsi terapis adalah mengajukan gambaran pembahan dalam langkah-langkah kecil, spesifik, positii§ dan dalam istilah-istilah interaksional (Macdonald, 2007). Tcknik pengumpulan data dilakukan melalui wawaneara semi srruktur dan observasi terhadap dua keluarga yang menjadi subjek intervensi ini. Hasil intervensi terhadap kedua keluarga tersebut mcnunjukkan perubahan pada sistem-sistem keyakinan keluarga kearah yang lebih posilif berupa ide-ide dan resolusi barn untuk melakukan perubahan.

Drug addiction always becomes a burden or causes a problem to the family system and disrupts other family members (Barnard 2005). Problematic behaviours that arise like : violence, stealing or family feuds, cause problems in living with family members addicted to dnlgs. (Velleman et al.,l993) Tense family relationships has significant negative effects on family members. (Boss & Mulligan, 2003). This research uses the solution focus approach developed by Steve de Shazer and Insoo Kim Berg (1992) to help families with drug addicted child, by developing new belief systems and positiveness in dealing with their probiems, so that it becomes more easy to resolve the problem. Changing the family belief system is the basis of change which will result in an effective resolution towards a problem.This therapy focuses on a solution to a probiem which has occurred by using the family strength make a change. The role of the therapist is to formulate changes in small steps, specific, positive dan using iutcractional terms (Macdonald, 2007). Data gathering tecbnics is done through semi structured interviews and observation of two families which are the objects of this therapy. The resulting therapy towards those families shows that the change in their belief systems becomes more positive By creating new ideas and new resoltions to make a change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34160
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Kusuma Putri Mahdi
"ABSTRAK
Latar belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang perawatannya sangat bergantung kepada kemampuan penderitanya untuk mematuhi regimen medis berupa pengaturan pola makan, berolahraga, pengecekan kadar glukosa darah, dan meminum obat sesuai anjuran. Ketidakpatuhan terhadap regimen medis dapat mengakibatkan kontrol glukosa darah memburuk dan memperbesar resiko komplikasi penyakit, seperti gangguan mata dan hipertensi. Pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2, kepatuhan medis menjadi suatu isu yang lebih kompleks, karena semakin bertambah usia seseorang maka regimen medis yang dimiliki juga akan menjadi lebih kompleks, sedangkan kemampuan kognitif dan memori mengalami penurunan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan memberikan Cognitive Behavioral Therapy kepada 2 (dua) orang lansia dengan diabetes melitus tipe 2 yang bermasalah dengan kepatuhan medis. Desain penelitian ini menggunakan single subject design. Pengukuran dilakukan saat pra-intervensi, pertengahan intervensi, dan pasca-intervensi. Hasil pengukuran intervensi melalui pengisian 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), wawancara dan observasi, serta pengukuran kadar glukosa darah, menunjukkan kenaikan tingkat kepatuhan medis dari rendah menjadi menengah pada kedua partisipan. Kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa Cognitive Behavioral Therapy efektif untuk meningkatkan kepatuhan medis pada para lansia dengan penyakit diabetes melitus tipe 2. Partisipan juga merasa mendapatkan manfaat dari teknik-teknik yang diajarkan dalam terapi ini dan memahami bahwa untuk mempertahankan kepatuhan medis yang mereka miliki, partisipan perlu untuk selalu menerapkan teknik-teknik tersebut dalam keseharian mereka.

ABSTRACT
Background Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease which its treatment heavily depend on patients ability to adhere to their medical regimens. Type 2 diabetes mellitus medical regimen consists of healthy diets, frequent exercises, blood glucose level control, and regular taking of medications. Non-adherence to medical regimen could lead to worse blood glucose control and result in the increase of another disease complication, such as glaucoma and hypertension. In older adults with type 2 diabetes mellitus, medical adherence becomes a more complex issue, because as people grow old, their medical regimen will become more complex. Meanwhile, their cognitive and memory ability decrease. In this research, the researcher will provide Cognitive Behavioral Therapy for 2 (two) older adults with type 2 diabetes mellitus and have problems with their medical adherence. Research design use single subject design. There are three assessments that were taken, pre-intervention, mid-intervention, and post-intervention. Result assessments through 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), interview, observation, and blood glucose control showed increase in medical adherence levels, from low medical adherence to medium medical adherence in both participants. Conclusion this research proved that Cognitive Behavioral Therapy is effective to increase medical adherence in older adults with type 2 diabetes mellitus. All participants also experienced the benefits from techniques that were given during therapy and understood that to maintain the medical adherence they achieved; they need to keep applied those techniques into their daily life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas, Frank N
"Providing practitioners and supervisors with a valuable resource on solution-focused approaches to supervision, this publication includes video and previously unpublished material by Insoo Kim Berg"
New York: Springer, 2013
616.891 47 THO s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Muhamad Rizaldi
"ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang paling sering ditemukan pada populasi lansia di perkotaan. Lansia merupakan populasi yang rentan mengalami DM. Faktor risiko penyakit DM pada lansia di perkotaan adalah kurangnya aktivitas fisik. Gejala DM yang umum ditemui di perkotaan adalah penurunan sensitivitas kaki yang berdampak rasa kebas dan kesemutan pada kaki. Salah satu intervensi yang tepat diberikan untuk menangani gejala tersebut adalah peningkatan sensitivitas kaki melalui senam kaki dan terapi SPA kaki. Senam kaki dan terapi SPA bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah dan meningkatkan sensitivitas kaki. Praktik profesi ini bertujuan untuk menguji intervensi senam kaki dan terapi SPA kaki untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada lansia dengan DM. Hasil asuhan keperawatan yang dilakukan selama 12 kali pertemuan menunjukkan peningkatan nilai sensitifitas kaki kanan dari 5 menjadi 8 dan kaki kiri dari 5 menjadi 7. Intervensi keperawatan ini perlu dilakukan secara rutin untuk mendapatkan efek yang lebih baik.

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is one of the most common diseases in the elderly population in urban areas. Elderly is a population that is vulnerable to DM. The risk factors in the elderly in urban areas is lack of physical activity. The symptoms of diabetes mellitus that is commonly found in urban areas is a decrease in foot sensitivity that affects numbness and tingling in the legs. The interventions given to treat these symptoms is an increasing in foot sensitivity which is foot exercises and foot SPA therapy. Foot exercises and SPA therapy are useful for blood circulation and increasing foot sensitivity. The study aims to examine foot exercises intervention and foot SPA therapy to improve foot sensitivity in elderly with DM. The results of nursing care carried out for 12 meeting showed an increasing in the sensitivity of the right foot from 5 to 8 and the left foot from 5 to 7. This nursing intervention needs to be done routinely to get a better effect."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>