Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hardi Kamdani; Lisdiyanto
"ABSTRAK
Dalam memasuki Pembangunan jangka Panjang Tahap kedua, masih banyak
sarana dan prasarana yang harus dibangun baik oleh pemerintah Indonesia maupun
pihak swasta.
Untuk pembangunan ini diperlukan modal, sumber daya manusia, teknologi dan
peralatan penunjang lainnya. Peralatan penunjang ada yang sudah diproduksi didalam
negeri, tapi masih banyak juga yang terpaksa harus di impor karena tidak efisien untuk
memproduksi sendiri ataupun karena menguasai teknologi tersebut.
Pesatnya pembangunan gedung bertingkat di kota-kota besar untuk mencukupi
kebutuhan akan ruangan perkantoran, apartemen tempat tinggal dan hotel merupakan
jaminan dan tingkat pertumbuhan dan perkembangan negara indonesia.
Pembangunan gedung bertingkat memerlukan peralatan pendukung antara lain
hoist. Hoist merupakan suatu alat transportasi vertikal untuk menaik turunkan bahan
bangunan dan pekerja ke tingkat bangunan yang diinginkan.
Sampai tahun akhir tahun 80 an, produk hoist Alimak sebagai perusahaan pemula
menguasai pangsa pasar dunia, khususnya di Indonesia. Masuknya produk hoist RRC
ke pasaran Asia termasuk Indonesia dengan strategi low cost dan kualitas hoistnya yang
pada saat itu dirasa memenuhi syarat maka pasar Asia dan Indonesia yang selama ini
dikuasai oleh perusahaan pernula atau leader segera mengalami pergeseran. Pergeseran
ini mengharuskan perusahaan Alimak sebagai market leader di bidang produk hoist
untuk segera mengevaluasi dan memodifikasi bauran pemasarannya agar dapat
mempertahankan keunggulan bersaingnya.
RRC yang mempunyai keunggulan bersaing karena dapat memproduksi hoist
dengan harga sangat murah dan biaya trasportasi yang relative murah karena faktor
geografis dibandingkan dengan para pesaingnya.
Industri hoist di Indonesia kini memasuki tahap maturity growth ditandai dengan
karakteristik pasar yang cenderung menurun dan jumlah pesaing yang relative banyak.
Pertumbuhan pasar yang menurun disebabkan sudah cukup banyak produk hoist yang
masuk ke Indonesia sedangkan produk ini mempunyai masa pemakaian yang panjang
(durable product).
Untuk bisa bersaing dan mempertahankan posisi market leader dari serangan
produk hoist China yang menggunakan strategi low cost, maka Alimak harus
menggunakan strategi diferensiasi terfokus untuk menciptakan keungulan bersaing,
antara lain dengan melakukan diferensiasi pada kualitas produk dan service.
Dari analisa persaingan pasar dan analisa karakteristik industri hoist maka dapat
disimpulkan bahwa strategi diferensiasi Alimak dapat memanfaatkan sisa potensi pasar
pada tahap maturity growth dan mementahkan serangan low cost strategi dan produsen
China, khususnya di Indonesia. Penerapan strategi ini harus bersifat fleksibel dan
dinamis dalam arti dapat mengikuti Iingkungan industri yang turbulen.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hamsal
"Recently, research on paradoxical strategies is receiving considerable attention
from both researchers and practitioners. The value of paradoxical strategies is
currently considered critical in increasing firm performance and winning in the
competitive dynamic landscape, which is characterized by uncertainty and rapid
changes in the industry and business environment (Barney and Hesterly, 2006). Such
perceived environmental characteristics require firm to apply paradoxical strategies;
combining strategic flexibility and strategic consistency (Pamell, 1994).
This study addresses four main questions. First, what is the effect of strategic
flexibility on Erm performance. Second, what is the effect of strategic consistency on
firm performance. Third, what is the effect of combining strategic flexibility and
strategic consistency on firm performance. Fourth, what are the contingent effects of
perceived environmental uncertainty on the relationship between paradoxical
strategies and firm performance. This study conceprualizes the application of
paradoxical strategies as a set of capabilities that enable an organization not only
adapt to changing environmental conditions, but also to maintain current strategies
and actions for a considerable period of time.
Recognizing the broad nature of strategic flexibility, it is measured in terms of
pre-emptive moves, exploitative moves, protective moves, and corrective moves.
Strategic consistency is measured in terms of proactive consistency and reactive
consistency. Perceived environment is measured in terms of munificence, dynamism,
and complexity. Overall firm perfonnance is measured in terms of financial
performance and strategic performance, among others are profit, profitability, income,
market share, position in the industry, and customer loyalty.
A survey was conducted in the Indonesian banking industry to measure the
degree of perceived environmental uncertainty, the level of strategic flexibility and
strategic consistency, and the resulting firm performance. Questionnaires were
distributed to 131 CEOs or members of top management team of commercial banks
(including sharia banks) and the 59 retumed responses were analyzed to test
hypotheses.
The results indicate that strategic flexibility has positive effect on bank
performance, while strategic consistency does not have positive effect on bank
performance. In terms of combining these two paradoxical strategies, the results of
this study conhnn that the effect of strategic flexibility on bank performance depends
on strategic consistency and/or perceived environment. Contrary to expectation of this
study, the effect of strategic consistency on bank performance insignificantly depends
on perceived environment.
This study makes several important contributions to growing literature on
paradoxical strategies and strategic management discipline. First, this study is one of
limited researches on the effect of paradoxical strategies on firm performance. It
examines the effect of combining paradoxical strategies on fum performance with
considering perceived environmental uncertainty as the antecedent. Second, it also
fills in the gap in previous study on managing paradoxes in service operations setting
at the corporate/strategic level. Third, this study develops a set of measures of
strategic consistency and strategic perfomrance that captures building on prior
concepts.
The fundings in this study offer inputs for the development of banking industry
in Indonesia. For bank management, to sustain its growth, banks should increase its infomation technology capabilities, which are mainly supported by flexible systems
and knowledgeable people. For the banking regulator and the government agency
alike, the inputs are as follows: carry out the detailed research on the impact of
regulation and govemment policy on bank flexibility; take Bank NTT, Bank Jatim,
and Bank Sumsel as samples for other regional development banks as the agile banks
with high performance; create regulation and policy to drive innovative banking
product development; encourage the commercial banks to undertake information
technology investments to boost innovative financial products and services; create
speciiic regulation about outsourcing service provider; and encourage further
development of Internet banking services by improving system infrastructure
environment, enabling policy and regulatory environment for this business, and
building up a comprehensive e-security public policy framework."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D871
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Haryadi Daryono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofwan Farisyi
"Hoist crane secara kategori termasuk barang industri kategori capital item kelompok alat berat. Sedang secara teknis termasuk ke dalam kategori peralatan pengangkat. Peralatan pengangkat adalah alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau barang berat dan titik awal ke titik tujuan dalam jarak yang relatif pendek dan terbatas.
Seiring dengan berkembangnya berbagai industri dl Indonesia maka kebutuhan akan hoist crane juga mengalami peningkatan. Walaupun karena krisis ekonomi permintaan hoist crane juga mengalami penurunan tetapi masih ada segmen pasar yang cukup potensial, yaitu segmen-segmen yang tidak begitu terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
PT Bangun Panca Sarana Abadi melihat peluang ini dan tertarik untuk masuk pasar hoist crane, Permasalahannya, PT Bangun Panca Sarana Abadi selama ini bergerak sebagal kontraktor bidang listrik dan mekanik pembangunan Pusat Listrik Tenaga Disel (yang mengalami penurunan penjualan karena krisis ekonomi) sehingga walaupun kompetensi keahlian yang dimiliki (secara teknis) masih berhubungan, PT Bangun Panca Sarana Abadi masih belum mengetahui tentang kondisi pasar hoist crane di Indonesia.
Untuk melakukan targeting terhadap pasar yang paling potensiai maka perlu dilakukan analisa segmentasi pasar hoist crane secara makro dan mikro. Karena tìngkat Persaingan dalam industri ini sangat tinggi perlu dilakukan strategi positioning terhadap Produk hoist crane agar sesual dengan image yang ingin kita tanamkan di benak konsumen. Selanjutnya untuk membidik pasar tersebut perlu dilakukan strategi komunikasi dengan menetapkan positioning statement terhadap produk hoist crane.
Penelitian ini membutuhkan data primer yang diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada para responden dan segmen industri yang dipilïh. Sedangkan data sekunder didapat penulis dari PT Bangun Panca Sarana Abadi, PT Sucofindo, majalah infocommercial, dan informasi dari media cetak yang erat kaitannya dengan topik yang penulis bahas.
Pada saat melakukan segmentasi mikro, penelitian dibatasi hanya pada dua sektor industri yaitu industri besi baja dan industri perkebunan gula. Pertimbangan untuk memilih dua sektor industri ini (1) inclustri besi baja merupakan industni yang paling banyak menggunakan hoist crane dibandingkan industni lainnya; (2) industri perkebunan memiliki prospek yang cerah pada masa krisis ini. Khusus untuk industri perkebunan penulis memilih industri gula karena dibandmgkan industri perkebunan lain, hanya industri gula yang banyak menggunakan hoist crane dalam proses produksinya.
Berapa temuan penting yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya perbedaan karakteristik dari industri besi baja dan industri perkebunan gula. Hal ini terlihat pada cara memperoleh informasi hoist crane, cara menentukan keputusan pembelian, pendapat dan keluhan terhadap agen hoist crane yang ada di indonesia.
Perbedaan itu penting untuk melakukan targeting dan positioning. Saat targeting faktor-faktor yang dilihat adalah pertumbuhan pasar, besar pasar, daya tarik pasar, dan kemampuan dari perusahaan (misalnya: jumlah sumber daya manusia, tingkat keahliannya., dan modal yang dimiliki). Berdasalkan data tersebut maka PT Bangun Panca Sarana Abadi disarankan membidik pasar industri perkebunan gula.
Strategi positioning yang dilakukan oleh PT Bangun Panca Sarana Abadi dibuat berdasarkan karakteristik yang ada pada industri perkebunan gula. Karakteristik yang penulis peroleh pada saat melakukan segmentasi mikro di perkebunan gula yaitu faktor yang menentukan pada saat memutuskan pembelian adalah kualitas dan keandalan dari produk. Selain itu produk tersebut harus didukung oleh kemampuan teknis dan agen di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka ada dua strategi positioning yang dapat dilakukan. Pada level produk, hoist crane ini disarankan untuk diposisikan di benak konsumen sebagai produk yang berkualitas dan andal, Sedangkan pada level korporat, PT Bangun Panca Sarana Abadi (sebagai agen) disarankan untuk diposisikan sebagai perusahaan yang memiliki kemampuan teknis engineering.
Langkah selanjutnya adalah membentuk value melalui pengembangan produk (menjadi agen hoisi crane merek Kuli Hebezuege dari Jerman), pengembangan pelayanan (meningkatkan kemampuan teknis untuk pelayanan purna jual), penetapan harga (yang sedikit di bawah harga produk dengan kuaiitas yang sama), dan terakhir mempersiapkan jalur distribusi untuk mendukung penjualan dan pelayanan purna jual.
Berdasarkan strategi positioning maka dibuat strategi komunikasi dengan menetapkan positioning statement. Untuk level produk yang menunjukan kualitas tinggi maka positioning statement yang disarankan untuk dipakai adaiah ?Quality and Reliability.? Sedangkan untuk level agen penjualan hoist crane yang menunjukkan kemampuan tekriis engineering maka positioning statement yang disarankan untuk dipakai adalah ?The Real Engineering Company"."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Blake, David Haven
London: McGraw-Hill Book Co. , 1990
332.6 BLA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Laurensius
"ABSTRAK
Angkutan udara mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
jenis angkutan lainnya dilihat dan kecepatan, ketepatan dan
kenyamanan yang diberikan oleh angkutan ini. Angkutan udara
merupakan suatu sistem dimana antara perusahaan penerbangan
dengan pengelola bandar udara mempunyai keterkaitan yang tidak
bisa dipisahkan. Perkembangan perusahaan penerbangan harus
diikuti oleh pengelola bandar udara demikian sebaliknya.
Untuk mengusahakan Bandar Udara Internasional Soekarno?
Hatta, Pemerintah mendirikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang diberi nama Perum Angkasa Pura II.
Saat ini Perum Angkasa Pura II diberi tugas oleh Pemerin
tah untuk mengelola dan megusahakan Bandar Udara Soekarno?Hatta
dan Bandar Udara lainnya di Indonesia. Sebagai BUMN yang mengu
sahakan dan menguasai Bandar Udara, perusahaan ini adalah padat
Modal dan padat Teknologi. Padat Modal berarti perusahaan
memerlukan investasi yang besar menyangkut penyediaan tanah,
pembangunan phisik landasan dan sarana penunjang lainnya.
Padat Teknologi berarti perusahaan memerlukan peralatan teknol
ogi canggih untuk memberikan pelayanan keselamatan dan kelanca
ran penerbangan.
Dengan investasi pembangunan Bandar Udara Soekarno?Hatta
yang sangat besar, perum Angkasa Pura II pada awal beroperasi
nya tahun 1985 sampai tahun 1988 selalu mengalami kerugian
karena biaya operasi lebih besar dan pendapatan. Biaya operasi
yang paling besar terletak pada biaya penyusutan (depresiasi)
dan biaya pemeliharaan.
Dari hasil analisa eksternal dan internal perusahaan,
strategi dasar perusahaan yang sesuai dengari Perum Angkasa Pura
II adalah Concentric Diversification. Dengan strategi ini,
perusahaan dapat mengembangkan usaha ke usaha lain yang terkait
dengan teknologi dan pasar yang dimilik perusahaan.
Sejalan dengan strategi dasar perusahaan, strategi inves
tasi yang sesuai dengan Perum Angkasa Pura TI adalah strategi
investasi secara selektif (Selective investment stategy).
Namun dalam pelaksanaannya terlihat bahwa strategi investasì
yang dilakukan perusahaan sangat dipengaruhi guna memenuhi
kelancaran dan keselamatan penerbangan sebagai misi utama
perusahaan. Akibat strategi investasi seperti ini, Perum Angka
sa Pura II tidak bisa mengharapkan return secara langsung
dan investasi yang telah dilaksanakan.
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomoe :
740/KI1K.00/1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas
BUMN bahwa untuk menentukan tingkat kesehatan suatu perusahaan
adalah dilihat dari Kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Dengan berpedoman pada analisa tingkat kesehatan perusahaan
sesuai dengan surat keputusan tersebut, Perum Angkasa Pura II
Untuk periode 1986/1987/1988 dan 1987/1988/1989 berada pada
posisi tidak sehat dan untuk periode 1988/1989/1990 serta
1989/1990/1991 tingkat kesehatan perusahaan adalah sehat.
Rendahnya tingkat kesehatan perusahaan adalah karena rentabili
tas perusahaan yang sangat kecil, walaupun tingkat likuiditas
dan solvabilitas perusahaan mempunyai nilai maksimum. Rentabi
litas dipengaruhi kornponen laba bersih (net income) dan total
aktiva tetap perusahaan.
Dari analisa yang dilakukan, rendahnya Rentabilitas perusahaan adalah akibat total aktiva tetap perusahaan yang terlalu besar dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari strategi investasi yang diterapkan oleh pemerintah dan Perum Angkasa Pura II sendiri.
Untuk mengatasi hal ini, penulis memberikan saran yang kiranya dapat menolong perusahaan. Saran yang diberikan menyangkut pengembangan pendapatan Non Aeronautika dan pemamfaatan dari penggunaan (utilisasi) dari aktiva tetap perusahaan.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Salim Sjarkawi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh dari inklusi keuangan terhadap keberlangsungan lembaga keuangan mikro yang ditunjukkan oleh operational self-sufficiency. Total sampel yang digunakan yaitu sebanyak 116 lembaga yang beroperasi di 20 negara Asia yang terdaftar di MIX Market. Dalam melakukan analisis, penelitian ini menggunakan metode balanced data panel robust fixed effect (FE) dengan data tahunan selama 8 tahun, yaitu pada periode 20011-2018.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inklusi keuangan yang ditunjukkan oleh persentase peminjam dari pedesaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap keberlangsungan lembaga keuangan mikro. Selain itu, penelitian ini melakukan robustness check dengan mengganti variabel dependen dengan return on assets. Hasil dari robustness check pun konsisten bahwa pengaruh inklusi keuangan signifikan dan positif terhadap keberlangsungan lembaga keuangan mikro.

This study aims to determine the effect of financial inclusion on the sustainability of microfinance institutions shown by operational self-sufficiency. The total sample used in this research is 116 MFIs operating in 20 Asian countries which are registered in MIX Market. In constructing the analysis, this study uses the robust fixed effect (FE) balanced panel data with annual data for 8 years, which is in 2011-2018.
The result shows that there is a significantly positive effect of financial inclusion shown by percentage of rural borrowers on microfinance institutions sustainability. Furthermore, this study also performs a robustness check by replacing the dependent variable with return on assets. The result of robustness check shows consistency in terms of the significantly positive effect which financial inclusion has on microfinance institutions sustainability.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Martinus; Hani Johanes Juliusandi
"ABSTRAK
Prasarana listrik dan telekomunikasi yang sangat kurang pada
awal pemerintahan orde baru memacu Pemerintah untuk
melakukan pembangunan pada sektor ini agar dapat menarik
minat investor sekaligus meningkatkan kwalitas hidup rakyat.
Prospek pembangunan tenaga listrik dan telekomuriikasi
menarik minat investor dalam dan luar negeri untuk
mendirikan pabrik kabel di Indonesia. Bila pada awal tahun
1970?an hanya 3 pabrik kabel, kini jumlah tersebut telah
meningkat menjadi 33 buah. Dengan semakin bertambahnya
pesaing maka terasa semakin penting peran strateji untuk
bersaing.
Sucaco dengan persentase penjualan tahun 1991 sebesar 33%
kabel listrik dan 39% kabel telepon dan penjualan dan
pabrik kabel publik masih bertahan sebagai market leader.
Strateji pertumbuhan yang dipilih manajemen Sucaco untuk
bersaing terdiri dari integrasi kehulu yang bertujuan untuk
menjaga mutu produk melalui mutu bahan baku yang baik dan
menjamin kontinuitas produksi, dan strateji pertumbuhan
intensive yaitu pengembangan produk (product development)
dan pengembangan pasar (market development).
Kinerja pemasaran sebagai hasil strateji diatas tampak pada
meningkatnya penjualan kabel listrik dan kabel telepon
selania tahuri 1986?].991 masing-niasing sebesar rata?rata 23%
dan 208% per tahun, dan tingkat ROE tumbuh rata?rata
24%/tahun. Akan tetapi tanpa disadani oleh manajemen pangsa
pasar Sucaco menurun dan 25% ditahun 1989 menjadi 23%
ditahun 1991. Turunnya pangsa pasar berdampak pada rendahnya
pertumbuhan ROI selama tahun 1989-1991 yang hanya sebesar
2.1%.
Penyebab dan turunnya pangsa pasar dan ROI tersebut adalah
akibat dan pertentangan kepentingan dalam menetapkan
pnionitas pertumbuhari, dirnaria dana hash exnisi saham ditahun
1989 yang seharusnya untuk penluasan kapasitas produksi
telah digunakan untuk membeli perusahaan pemasak bahan baku
piastik dan menambah penyertaan modal pada anak perusahaan
yang nemperoduksi bahan baku alumunium. Akibatnya adalab
ilangnya kesempatan untuk nemanfaatkan momentum ðari
meningkatnya permìntaan kabel ditahun 1990 dan 1991. Sucaco
baru melakukan investasi perluasan kapasitas setelah kembali
melakukan emisi saham ditahun 1991. Kesempatan ini ternyata
telab dipergunakan dengan baik oleh pesaingnya untuk
meningkatkan pangsa pasar mereka.
Penyebab lain dan tururinya pangsa pasar adalah akibat
kebijaksanaan Tflanajemen yang konservatif didalam bìdang
keuangan, yaitu tidak mau melakukan pinjanan jangka panjang
untuk membiayai investasi. Perhitungan kazni, seandainya
perusahaan neminjam dana jangka panjang sebesar 35% dan
modalnya, maka ini akan mendorong peningkatan penjualan yang
dapat meinpertahankan pangsa pasarnya pada tingkat 25%
Selain itu wewenang seksi pemasaran yang hanya merupakan
satu seksi dan Departemen Komersiel kurang dapat berperan
dalam menentukan strateji perusahaan.
Bila hal-hal ini tidak diperbaiki segera maka dalam jangka
panjang posisi Sucaco sebagai market leader akan terancam.
Dengan demikian saran kami adalah:
1. Manajemen harus menyusun suatu daf tar prionitas yang
dipadukan dengan f aktor kunci sukses dalam mengambil
keputusan yang melibatkan pertentangan kepentingan
strateji.
2. Manajemen harus lebih melonggarkan kebijaksanaannya
dalam bidang keuangan, dengan membolehkan penggunaan
Pinjaman jangka panjang untuk investasi dimana
kesempatan untuk tumbuh memungkinkan.
3. Meningkatlan kedudukan seksi pemasaran menjadi suatu
departemen agar dapat lebih berperan dalam menentukan
strateji perusahaan secara proaktif."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Mira Firdausy
"Perangkat daerah merupakan bukti eksistensi dari otonomi daerah. Keberadaannya juga membuktikan akan kemampuan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri. Termasuk perihal aset daerah yang dimiliki. Bersamaan dengan keberadaan peraturan perundangan yang jumlahnya tidak sedikit, peran perangkat daerah pada bidang keuangan seperti BKD Kota Depok sangat krusial untuk menata peraturan terkait. Kesesuaian antar peraturan dengan pengelolaan aset menjadi syarat utama agar penyelenggaraannya berjalan optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari peran BKD Kota Depok dalam penataan regulasi pengelolaan aset kota beserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas peran tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan sebagai data sekunder. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa peran BKD Kota Depok dalam penataan regulasi pengelolaan aset belum sepenuhnya efektif. Berdasarkan konsep efektivitas organisasi beserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi membuktikan bahwa masih terdapat beberapa indikator yang perlu ditingkatkan ke depannya. Hal tersebut terlihat dari konteks pencapaian tujuan, adaptasi, serta integrasi antar pihak yang bersangkutan dalam urusan aset yang belum sepenuhnya diselaraskan dengan peraturan perundangan yang perlu ditata kembali melalui penataan regulasi.

Regional apparatus is proof of the existence of regional autonomy. Its existence also proves the ability of local governments to regulate and manage their own regions. This includes local assets owned. Along with the existence of many laws and regulations, the role of regional officials in the financial sector such as the BKD Kota Depok is very crucial to organize related regulations. Conformity between regulations and asset management is the main requirement for optimal implementation. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the role of BKD Kota Depok in structuring city asset management regulations along with the factors that influence the effectiveness of that role. This study uses a post-positivist approach. The data used in this study were taken through in-depth interviews and literature study as secondary data. The results of this study prove that the role of the BKD Kota Depok in structuring asset management regulations has not been fully effective. Based on the concept of organizational effectiveness along with the influencing factors, it proves that there are still several indicators that need to be improved in the future. This can be seen from the context of the achievement of objectives, adaptation, and integration between the parties concerned in asset matters which have not been fully harmonized with the laws and regulations that need to be reorganized through regulatory arrangements."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>