Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devi Mediarti
"Program Pendidikan Diploma III Keperawatan adalah suatu program pendidikan yang bertujuan menghasilkan tenaga Perawat Profesional Pemula. Lulusan dituntut menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan profesinya. Pada gilirannya lulusan diharapkan mampu memberikan asuhan Keperawatan dengan Pendekatan Proses Keperawatan (nursing process approach), baik dimasyarakat (community oriented) maupun di rumah sakit (hospital oriented). Dalam proses keperawatan menekankan pada pentingnya komunikasi untuk memahami keadaan pasien, untuk itu digunakan komunikasi interpesonal yang bersifat terapeutik (therapeutic communication), namun pada kenyataannya sampai saat ini masih dirasakan munculnya ketidakadekuatan pelaksanaan komunikasi itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk diperolehnya informasi mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada mahasiswa Akper Depkes Palembang tahun 2001.
Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi adalah mahasiswa Akper Depkes Palembang tingkat II dan III sejumlah 208 orang, sedangkan sampel ditetapkan dengan metode simple random sampling yang setelah dihitung dengan rumus didapatkan 66 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan Kuesioner dan Observasi. Data kernudian diolah secara statistik dengan tehnik Chi-square dan Regresi Logistic.
Dari hasil analisis bivariat dan multivariat ternyata kedua variabel indenpenden yaitu variabel sikap mempunyai hubungan yang bermakua deugan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Adapun variabel yang paling dominan adalah variabel pengetahuan yang dinyatakan deugan nilai odds ratio terbesar yaitu OR = 7,402 (95% CI = 2,142,582). Berarti mahasiswa yang berpengetahuan tinggi mempunvai kemungkinan 7,402 kali lebih besar untuk melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik dibandingkan mahasiswa yang berpengetahuan rendah. Dari hasil interaksi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antar vaniabel setelah dilakukan interaksi berulang ulang.
Sebagai saran untuk dapat digunakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum, evaluasi proses belajar mengajar, khususnya mata ajaran komunikasi terapeutik adalah perlunya ditingkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya pelaksanaan komunikasi terapeutik, terus diupayakan perubahan sikap terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik, dengan berupaya meningkatkan kualitas mata ajaran yang berhubungan dengan komunikasi terapeutik dan kerjasama dengan institusi pelayanan kesehatan menyelenggarakan pelatthan tentang komunikasi terapeutik."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Pebriani
"Pembimbing praktek lapangan sangat menentukan dalam meningkatkan ketrampi]an tindakan keperawatan mahasiswa Akper Depkes Palembang di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Fungsi dari pembimbing praktek adalah memberikan bimbingan langsung selama proses belajar mengajar di lapangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pembimbing praktek lapangan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dengan sampel penelitian berjumlah 60 orang pembimbing praktek. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung, serta mengkaji data sekunder. Data kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 36,7 % pembimbing praktek yang menunjukkan kinerja kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara variabel: supervisi (p= 0,019), pengembangan karir (1)-0,014), dan motivasi (p= 0,022) terhadap kinerja pembimbing praktek. Begitu pula dari model regresi logistik diketahui bahwa variabel yang paling dominan menentukan kinerja pembimbing praktek adalah pengembangan karir (OR= 4,00; 95% CI: 1,17-13,67).
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen RSUP Dr. Mohammad Palembang adalah dengan memberikan kesempatan kepada pembimbing praktek untuk melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan keperawatan agar motivasi kerja mereka meningkat. Selain itu agar meningkatkan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing praktek.

Clinical Instructor (CI) one determinant factor to increase skill of nursing practices for student in Akper Depkes Palembang. The function of Clinical Instructor is giving the direct guidance learning process in the place of practice.
The purpose of this research is to investigate factors related to work performance Clinical Instructor in RSUP Dr, Mohammad Hoesin Palembang. The research use cross sectional design, with 60 Clinical Instructors as samples. Data are collected by using interview and direct observation besides secondary data. Data analyzed statically by using chi square and logistic regression.
The result of the research showed that there were 36, 7 % Clinical Instructors that showed low work performance. Based on bivariate analysis is known that there is significant relation between variables of supervision (p= 0, 019), career development (p=0,014) and motivation (p= 0,022) with work performance Clinical Instructors. Through logistic regression, it is known that the most dominant variable in determining the work performance Clinical Instructor is career development (OR= 4, 00; 95% CI: 1, 17-13, 67).
Referring to the result of this research, I advice that management RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang open opportunities Clinical Instructors to increase education and training that related with nursing. Another to increase supervision of guidance that does it Clinical Instructors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nengah Mustika
"Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Kelas Khusus Rumah Sakit adalah suatu program pendidikan yang bertujuan menghasilkan tenaga perawat profesional pemula, bagi para perawat yang telah bekerja di rumah sakit, namun dasar pendidikan keperawatannya lulusan SPK dan SPR. Para lulusan D III Keperawatan diharapkan mampu menguasai pengetahuan, memperbaiki sikap dan terampil dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan pendekatan proses keperawatan. Dalam proses keperawatan menekankan pada pentingnya komunikasi untuk memahami keadaan pasien, untuk itu perlu menggunakan komunikasi interpersonal yang bersifat terapeutik. Komunikasi terapeutik ini merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari asuhan keperawatan, guna menjaga mutu pelayanan keperawatan secara komprehensif dan profesional. Namun pada kenyataannya, sampai saat ini masih dirasakan adanya ketidakadekuatan dalam praktek/pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat di Rumah Sakit Umum, walaupun mereka telah mendapatkan teori mengenai hal tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk diperolehnya informasi mengenai prraktek/pelaksanaan komunikasi terapeutik, dan melihat hubungan antara umur, Jenis kelamin, pengetahuan, sikap, fasilitas, peran pembimbing klinik dengan praktek / pelaksanaan komunikasi terapeutik daIam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Kota Bogor.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dan sampelnya adalah mahasiswa tingkat III kelas khusus rumah sakit, Akper Depkes Bogor tahun 2002, sejumlah 100 orang (total sample). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan self assessment. Data kemudian diolah secara statistik dengan tehnik Chi-square dan Regresi Logistik. Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 62 % responden melakukan praktek komunikasi terapeutik dengan baik. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel umur mempunyai p value = 0,0035, sedangkan pengetahuan , sikap, dan peran pembimbing klinik masing-masing mempunyai p value = 0,000 , yang berarti mempunyai hubungan bermakna dengan praktik komunikasi terapeutik. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik, menunjukkan ada tiga dari enam variabel yang berhubungan bermakna dengan praktek komunikasi terapeutik, yaitu umur dengan OR 43,966 (95% CI :3,538 - 546,278), pengetahuan dengan OR 9,057 (95% CI : 1,412 --58,094), dan peran pembimbing klinik dengan OR 49,193 (95% Cl : 5,631 - 429.690 ). Dari ketiga variabel tersebut yang paling berhubungan untuk melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik adalah peran pembimbing klinik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis sarankan bagi dosen pemberi materi komunikasi terapeutik agar penyajiannya lebih mudah dipahami mahasiswa, maka perlu dimodifikasi dengan alat bantu (pemutaran video, peragaan oleh dosen, mahasiswa mempraktekkan di laboratorium sekolah). Pada saat praktek di ruang rawat, pembimbing klinik menjadi model praktek komunikasi terapeutik, sehingga mahasiswa mendapat pengalaman nyata yang positif. Bagi manajer keperawatan rumah sakit agar memberikan penilaian berkala melalui atasan langsung kepada perawat yang mempraktekkan komunikasi terapeutik dengan baik.

Factors related with Student's Perception to Implementation of Therapeutic Communication in Nursing Care among Hospital Special Class at Academy of Nursing in Bogor in 2002The Program of Diploma III in Nursing Hospital Special Class is an educational program with the aim to produce junior professional nurses. It is followed by nurses who have been working at the hospital, but their nursing educational background from - SPK and SPR. Finally, the graduations of the program are required to master the nursing knowledge, be better in attitude/ behavior, and skillful in applying practice by nursing process approach. In the nursing care process is stressed in the importance of communication, in order to comprehend the patient's condition. That's the interpersonal therapeutic communication, which is inseparable activity in nursing care to keep up good quality in comprehensive and professional nursing. In fact; the implementation of therapeutic communication is still weakness, although the nurses had known the theories.
The objective of this research is to obtain information about therapeutic communication implementation, and to examine the relation between nurse's characteristic including: age, gender, knowledge, attitude, facilities, and clinical instructor role with the implementation of therapeutic communication in nursing practice at the general hospitals in Bogor.
This is an analytic research that using Cross Sectional Design. Population and samples were students of grade HI in hospital special class, Academy of Nursing Bogor in the year 2002, there were 100 persons (Total sample). Data collecting was carried out by questionnaire, interview and self assessment. The data then statistically processed applying Chi-square ang Logistic Regression Techniques. The data analysis consists of univariate, bivariate and multivariate.
The result of this research showed that more than half of respondents (62 %) are well in implementing therapeutic communication. From the bivariate analysis is known that variable of age has p- value = 0, 0035, while variable of knowledge, attitude and clinical instructor role each has p- value = 0,000. It means there are significant relationships with implementation of therapeutic communication. The outcome of multivariate analysis applying Logistic Regression Techniques, shown that 3 variables have significant relationship with therapeutic communication practice. They are age with OR 43,966 (95% Cl: 3,538 - 546,278), knowledge OR 9,057 (95% CI: 1,412 - 58,094), and clinical instructor role OR 49,193 (95% CI : 5,631 - 429,696).
Based on this research, it is recommended to the lecturer of communication to modify their method of teaching by audio visual aid (AVA), like watching video and practice in the laboratory. Clinical instructor is being role model of therapeutic communication in nursing practice area. So the students have positive real experience. For the management of hospital is recommended giving therapeutic communication evaluation periodically, with the supervision of the direct manager of the nurses. For the better/best nurses who implementing therapeutic communication, give her/him reward or incentive."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 4456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzie Z. Abidin
"Program pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian dari pengembangan tenaga kesehatan dengan tujuan untuk tetap meningkatkan jumlah dan mutu tenaga kesehatan yang mampu untuk mengemban tugasnya kearah perubahan, pertumbuhan dan pembaharuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, seperti yang tertuang dalam SK Menkes Nomor. 558/Menkes/ SK/84. mempunyai togas dan fungsi melaksanakan, mengkoordinasikan dan membuka pendidikan tenaga kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan kualitas masukan dan kualitas proses pembelajaran. Upaya untuk peningkatan kualitas lulusan lembaga pendidikan tenaga kesehatan hendaknya mencakup peningkatan kualitas masukan dan kualitas proses pembelajaran. Masukan utama mencakup mahasiswa, dosen, kurikulum dan perangkat pembelajarannya. Dosen memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi mahasiswa, dan untuk itu doses haruslah yang berkualitas. Peran, fungsi dan tanggung jawab dari profesi dosen dalam mengajar menuntut kompetensi yang tinggi dalam tugasnya. Penelitian ini secara umum bettujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja dosen dalam mengajar di Akademi Kesehatan Depkes Palembang tahun 2001. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Keperawatan (Akper), Akademi Gizi (Akzi), Akademi Kebidanan (Akbid) Depkes Palembang. Sampel penelitian adaiah seluruh dosen tetap yang mengajar di Akademi Kesehatan Depkes Palembang sebanyak 66 orang.
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pengalaman kerja, pelatihan dan sumber daya mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja dosen dalam mengajar. Dan basil analisis multivariat dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pengalaman kerja merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan kinerja dosen dalam mengajar di Akademi Kesehatan Depkes Palembang tahun 2001 (OR= 4,69 dan 4,53). Berdasarkan basil penelitian, ada berbagai saran yang perlu ditindak lanjuti. Agar pihak Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan perlu meningkatkan pelatihan bagi dosen terutama yang sesuai dengan materi kuliah yang diajarkan; selain itu perlunya meningkatkan penyediaan saran prasarana yang menunjang dalam proses belajar mengajar. Bagi pihak institusi Akademi Kesehatan Depkes Palembang hendaknya mengaktifkan peran dosen senior dalam membimbing dosen yunior selain itu agar staf dosen diberi kemudahan untuk mengikuti pelatihan secara bergantian. Perlunya penelitian lanjutan terhadap faktor-faktor yang ada diluar faktor-faktor dalam penelitian ini.

Factors Related to the Performance of Lecturers within The Academy of Health Minister of Health Palembang in The Year 2001.Educational program for health professional is a part of human resource for Health (HRH) development, which have objectives to add its quantity and also to improve their quality. So that, they contribute significantly to health service changes, growth and innovations (Minister of Health Decree Number: 158/MenKes/SK/84). Quality of education is very much related with quality of input and process factors. It is therefore, input and process factors should always be considered in any effort to improve learning process. Factor within input are the students, lecturers, curriculum and educational infra structures. Lecturers are believed to have significant roles in improving students achievements, and therefore, their quality should always be monitored and improved. Their roles, functions and responsibilities demand high competencies. This study has objective to describe factors related to the performance of lecturers within the Academy of health , Ministry of Health Palembang in the Year 2001. The study used cross sectional design, which covered lecturers within Nurse, Nutrition, and Midwives Academics, Ministry of Health Palembang_ (Total population = 66 ).
The study showed that work experience, previous training and education resources variables have significant relationship with the performance. Furthermore using multivariate statistic, it is shown that previous training and work experience variables are dominantly related to performance (OR =4.69 and = 4.53 respectively). This study reccomrnends to The Central for Health Professional Education (Pusdiknakes) to add more training for lecturers especially training that are related to courses teached by them. Furthermore, Pudiknakes should always maintain and improve education resources in supporting learning process in each Academy. This study also suggest that the Academy of Health Ministry of Health Palembang should develop a system of young lecturers mentoring and support strongly and open widely any training opportunity for them. At last this study recommends to continue the study to explore others than factors examined."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmidar Muchtar
"Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia terlibat secara aktif dalam proses dan arus pembangunan. Salah satu bentuk modal pembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat, yaitu sehat fisik, mental dan sosial. Menyadari bahwa manusia merupakan kekuatan utama pembangunan dan sekaligus tujuan pembangunan, maka perlu ditingkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya insani. Sumber daya manusia menyangkut dua aspek yaitu, aspek fisik (kualitas fisik) yang menyangkut kesehatan, dan non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-keterampilan lain. Masalah kesehatan di negara-negara sedang berkembang menyangkut kedua aspek tersebut, dimana aspek non fisik di bidang kesehatan menyangkut perilaku kesehatan yaitu perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat adalah sebagian dari gaya hidup yang meliputi tidak merokok, olahraga teratur, manajemen stres dan tidur cukup.
Dengan menggunakan teori Green dan Andersen didapat faktor-faktor yang menyebabkan perilaku, yaitu faktor sosiodemografi yang terdiri dari latar belakang pendidikan kesehatan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan umur. Faktor sosioekonomi dalam hal ini dilihat dari golongan kepangkatan dan jabatan struktural. Kemudian pengetahuan dan sikap. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif-analitik dengan pendekatan secara crossectional. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kanwil. Depkes. DKI. Jakarta dan sampel diambil secara rendom sebanyak 100 orang.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 9 variabel yang digunakan sebagai variabel bebas, ternyata hanya 3 variabel yang mempengaruhi langsung perilaku hidup sehat yaitu variabel jenis kelamin, golongan kepangkatan dan sikap. Sedangkan variabel lain berhubungan secara tidak langsung, tapi melalui variabel pengetahuan kemudian sikap atau langsung, melalui variabel sikap, kecuali status perkawinan yang tidak berhubungan sama sekali.
Saran untuk Dekpes RI Pusat untuk dapat melakukan evaluasi terhadap Instruksi Menteri Kesehatan NO. 161/ Menkes/ Inst/III/1990 tentang lingkungan kerja babas asap rokok dan SKB Menteri Kesehatan dan Menteri Pemuda dan Olahraga No.207/Menkes/5KB/IV/1965 dan No.00096/Menpora/1985 tentang pembinaan dan pengembangan kesehatan olahraga. Dan kepada Kanwil. DKI. Jakarta disarankan untuk menyediakan sarana untuk olahraga, memotivasi pegawai untuk berolahraga dan mengadakan seminar sehari tentang manajemen stres.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Arvianti
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan gaya hidup sehat mahasiswa S1 Peminatan Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2009. Karakteristik responden (jenis kelamin, umur, status pernikahan, pekerjaan, dan pendapatan), pengetahuan, dan sikap sebagai variabel bebas, dan gaya hidup sebagai variabel terikat. Dari ketujuh variabel bebas diatas, hanya status pernikahan yang memiliki hubungan bermakna dengan gaya hidup sehat dengan nilai P-value=0,047 dan nilai OR=4,143. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian ini menyarankan agar pihak kampus dan Dinas Kesehatan Kota Depok mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan gaya hidup sehat.

The topic of this research is relations of knowledge and atittude with healthy life style of bachelor degree students majoring health promotion at University Indonesia on 2009. Respondent characteristic (age, gender, marriage status, work, income), knowledge, and atittude as independent variables and healthy life style as dependent variable. From those independent variables only marriage status which has relation with healthy life style with P-value=0,047 and OR=4,413. This research is quantitative descriptitive with cross sectionals design. Result of this research suggest to university of Indonesia and Health Department Depok city, to make a policy involved of healthy life style.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S5822
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdy Djalil
""The Relation Of Knowledge, Attitude And Practice And The Fulfillment Of Cummulative Credit Points For Widyaiswara In The Center For Education And Training (Pusdiklat) Ministry Of Health And Sub Center (Bapelkes) In Jakarta And West Java".Based on the decree of the State Minister for Administrative Reform No.68/Menpan/1985 concerning cumulative credits for the official widyaiswara, the functional position of widyaiswara in the Ministry of Health was approved. As the staff of Bapelkes of the Ministry of Health, widyaiswara has a main task, which is to train Ministry of Health staffs. This study attempted to see the performance of widyaiswara in several Bapelkes in Jakarta and West Java.
There are many widyaiswaras who could not fulfill their tasks to gather cumulative credit points for them as arranged by the rule. The study observed factors affecting the cumulative credit points. The study design was cross sectional one to see the relationship of widyaiswara's characteristics and the fulfill-meat of cumulative credit points.
The respondents of this study are the widyaiswaras in the Pusdiklat and Bapelkes of Cilandak (Jakarta) and West Java consisting of the Bapelkes of Ciloto, Lemahabang and Bandung.
The data were collected through structured interview based on a set of questionnaire. A multivariate logistic regression analysis was performed to see factors whose relation to the cumulative credit points of widyaiswara were simultaneous observed.
The results showed that the factors having close relations to the cumulative credit points were the skills and ability in writing scientific papers, the knowledge of many kind of credit point forms used, the attitude to the position or job they have, and their kind attention to the process of gathering cumulative credit points.
Based on the findings we conclude that most of the widyaiswaras who fulfilled their cumulative credit points were the young age group, who graduated from university (S1), the groups who supported attitude to their position or job, levels of understanding to the learning process and the insight of many kinds of credit point forms used, groups who pay attention to the process of gathering cumulative credit points and have skill and ability to write scientific papers.
To improve the cumulative credit points gathered we would pay attention to some factors beyond that, especially the skill and ability to write a scientific papers.

Sejak ditetapkannya Surat Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara Nomor 68/Menpan/1985 tentang angka kredit bagi jabatan widyaiswara, maka sejak itulah jabatan fungsional widyaiswara di Departemen Kesehatan diakui keberadaannya. Sebagai staf tetap Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Departemen Kesehatan, widyaiswara mempunyai tugas utama memberikan pelatihan. Penelitian ini mengenai kinerja widyaiswara dibeberapa Bapelkes di DKI Jakarta dan Propinsi Jawa Barat.
Masih banyak widyaiswara yang belum dapat melaksanakan kewajibannya mengumpulkan angka kredit yang diwajibkan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Penelitian ini melihat faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perolehan pemenuhan angka kredit tersebut. Jenis penelitian adalah cross sectional untuk melihat' hubungan antara karakteristik widyaiswara dengan perolehan pemenuhan angka kredit yang disyaratkan dalam jabatan widyaiswara.
Sebagai responden dalam penelitian ini adalah widyaiswara yang bertugas pada Pusat Diktat Pegawai Depkes dan Bapelkes Cilandak di DKI Jakarta dan Propinsi Jawa Barat (Bapelkes Ciloto, Bapelkes Lemah Abang dan Bapelkes Bandung).
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur yakni berpedoman kepada kuesioner dan data sekunder dari Pusat Diktat Pegawai Departemen Kesehatan Selanjutnya analisis statistik dilakukan dengan uji regresi logistik multivariat (secara bersama-sama), dimaksudkan untuk melihat faktor mana yang paling erat hubungannya dengan pemenuhan angka kredit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang erat hubungannya dengan perolehan pemenuhan angka kredit adalah ketrampilan dalam penulisan karya tulis ilmiah, pengetahuan tentang macam/jenis formulir, sikap terhadap jabatan yang dipangku serta perhatian terhadap pengumpulan angka kredit.
Berdasarkan hasil temuan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar widyaiswara yang dapat memenuhi angka kredit yang diwajibkan adalah widyaiswara dari kelompok usia muda, berpendidikan sarjana (S1), kelompok yang memiliki sikap mendukung terhadap jabatan yang dipangku, tingkat pengetahuan tentang proses belajar mengajar dan pengetahuan tentang macam /jenis formulir cukup baik, kelompok yang memiliki perhatian penuh terhadap pengumpulan angka kredit dan yang memiliki ketrampilan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Agar perolehan pemenuhan angka kredit dapat ditingkatkan, beberapa hal perlu mendapat perhatian, utamanya mengenai ketrampilan dalam penulisan karya tulis ilmiah."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Yusrawaty
"Akademi Kebidanan sebagai institusi pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian yang tinggi sebagai bidan profesional yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tanggap terhadap perubahan kemajuan iptek dan masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kebidanan. Dalam rangka mengemban tugasnya dimasa mendatang mahasiswa dibekali mata kuliah keahlian diantaranya Asuhan Kebidanan Pada Ibu. Hasil Ujian jenjang Akhir Program mahasiswa Akademi Kebidanan Depkes Medan tahun 2000 relatif rendah yaitu dari 38 orang peserta hanya 6 orang (15,79 %) yang tidak mengulang dan belum diketahui hubungan keadaan awal mahasiswa dengan pengetahuan Asuhan Kebidanan. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan pengetahuan Asuhan Kebidanan dengan keadaan awal mahasiswa Akademi Kebidanan Depkes Medan tahun ajaran 1999/2000. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan populasi seluruh mahasiswa Akbid Depkes Medan, dan populasi target seluruh mahasiswa yang telah menyelesaikan semester IV, tahun ajaran 1999/2000 sejunmlah 176 orang. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat (regresi Tinier sederhana) dan multivariabel.
Hasil penelitian memperlihatkan sebaran data adalah normal, tidak terdapat peningkatan rata-rata semester III dan semester IV serta variasi cukup besar. Rata-rata pengetahuan Asuhan Kebidanan lebih tinggi pada mahasiswa latar belakang pendidikan SMU dibandingkan latar belakang pendidikan SPK/PPBidan. Ana1isis bivariat memperlihatkan hubungan yang positif antara pengetahuan awal (nilai tes) dengan pengetahuan Asuhan Kebidanan, sedangkan pengalaman bekerja memperlihatkan hubungan yang terbalik. Hasil uji model fit menunjukkan variabel independen yang dapat memprediksi pengetahuan Asuhan Kebidanan adalah pengetahuan awal, latar belakang pendidikan dan motivasi belajar serta diantara ketiganya yang paling besar peranannya adalah latar belakang pendidikan (SMCI). Model regresi yang diperoleh hanya 50,9 % dapat menjelaskan variasi pengetahuan Asuhan Kebidanan mahasiswa Akademi Kebidanan Depkes Medan. Berdasarkan hasil ini agar pihak penyelenggara mempertimbangkan latar belakang pendidikan calon mahasiswa dan mengkaji ulang metode mengajar yang telah dilaksanakan memberikan penghargaan pada mahasiswa yang berprestasi.

Knowledge of Midwife Care and it Correlation Aims to Entering Behaviors of Student of Akademi Kebidanan Depkes Medan, 1999/2000As educational institution Akademi Kebidanan aims to graduate qualified graduation. It means they here have good integration as professional midwife, that is trust in God, following science and technology improvement and the problem in community related to midwife. To conduct their future tasks, student gets midwife care subject to motherhood. Final examination to students in Akademi Kebidanan, 2000, is relatively low level, only 15,79% that not is get re-examination, it haven't known correlation between entering behaviors condition to knowledge about midwife care. This research aims to get some information about knowledge of midwife care to entering behaviors in Akademi Kebidanan Health Depkes Medan, 1999/2000. It crosses sectional approach, the all of population student there and the target population is all of student who has finished forth semester 1999/2000, about 176 students, it used univariate, bivariate (simple regression and t test) and multivariate analysis.
The result showed a normal distribution, there is no average score increase in semester III & IV and the variance was big enough. Score of knowledge average to SMU is hidger than SPK/PPBidan. Bivariate,analysis showed appositives correlation between early knowledge and knowledge about midwife care, but job experience showed apposite correlation. Goodness of fitness test showed that independent variables that can predict midwife care knowledge are educational background, entering behaviors and motivation to learn. Between them, educational background has the biggest role (SMU) and coefficient correlation 50,9% which indicates that only 0,50 of the variation in knowledge of midwife care of explained. According to this result, we suggest to consider educational background of student candidate. Beside that, we have to review the education process and the give reward to best student."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan M. Thaha
"Posyandu merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, yang menciptakan komitmen masyarakat khususnya para kaum lbu dalam mengembangkan kesejahateraan keluarga terutama dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan Posyandu memerlukan partisipasi masyarakat terutama partisipasi dari Ibu Balita untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sarana yang telah tersedia. Namun pada kenyataannya, cakupan kegiatan Posyandu sebagai cermin partisipasi Ibu Balita belum mencapai target sasaran seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui faktor-faktor yang diduga sebelumnya berhubungan dengan praktek penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung Pandang. Jenis penelitian adalah Survey analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Cara pengambilan sampel menggunakan tehnik Multi Stage Cluster Random Sampling.
Dari 7 faktor yang diteliti sebagai variabel bebas hanya 5 faktor yang dinyatakan berbeda bermakna (p<0.05 ) secara statistik yaitu faktor pengetahuan, sikap, kemauan, pengaruh pandangan lain serta perilaku petugas dengan derajat keeratan hubungan (phi) yang sangat kuat. Sedangkan 2 variabel lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap praktek sebagai variabel terikat. Disamping itu, ditemukan adanya korelasi yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap dan kemauan serta sikap dengan kemauan, yang menyebabkan terjadnya kolinearitas berganda.
Setelah dilakukan uji regressi berganda, faktor kemauan, faktor pengaruh pandangan lain serta perilaku petugas ternyata mampu menerargkan variasi perubahan pada praktek serta mampu untuk mempengaruhi kemungkinan peningkatan pada praktek.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada 5 variabel yang berhubungan bermakna dengan praktek penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita yaitu pengetahuan, sikap, kemauan, pengaruh pandangan lain serta perilaku petugas. Untuk itu disarankan agar dalam kebijaksanaan program penyuluhan lebih difokuskan pada pada upaya menggugah kemauan Ibu-Ibu Balita dalam menggunakan Posyandu, kemudian jaringan penyuluhan diperluas pada kaum laki-laki sebagai penentu kebijaksanaan dalam keluarga. Dan berhubungan dengan kesiapan Posyandu maka disarankan pula agar usaha meningkatkan kualitas petugas menjadi sasaran dari program pembinaan Posyandu.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lanjut terhadap seberapa jauh faktor-faktor yang berada diluar individu mempengaruhi tingkat penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung Pandang."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Wirani
"Metode komunikasi kolaboratif untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recomendation). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan SBAR terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan Palembang tahun 2016. Jenis penelitian quasi eksperimental dengan desain one group pretest-posttest dilanjutkan pendekatan kualitatif (Mixed Research). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna pengetahuan dan keterampilan perawat sebelum dan sesudah pelatihan komunikasi SBAR dan perawat memiliki reaksi baik sesudah pelatihan. Pelatihan komunikasi SBAR efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat. Saran untuk rumah sakit untuk membentuk unit diklat, membuat post training action plan secara konsisten dan program inhouse training lanjutan.

Collaborative communication methods to improve patient safety is communication SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). This study aims to determine the effectiveness of training SBAR to knowledge, attitudes, and skills of nurses at Pelabuhan Hospital Palembang in 2016. Type quasi experimental design with one group pretest-posttest followed a qualitative approach (Mixed Research). The results showed significant differences in the knowledge and skills of nurses before and after training SBAR communication and nurses have a good reaction after training. SBAR communication training effectively improve knowledge and skills of nurses. Suggestions for the hospital to restructurisation a unit training, evaluate a post training action plan consistently and advanced in-house training
program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>