Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Sukma Larasati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang korelasi antara twin deficits, yang terdiri dari defisit neraca berjalan dan defisit anggaran pemerintah, dan pertumbuhan ekonomi di 49 negara berkembang dan negara maju yang menggunakan analisis cross-sectional untuk periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia dan sebelum dan sesudah krisis finansial global. Terdapat perubahan dalam hasil analisis pada periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia. Defisit anggaran pemerintah memiliki korelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara defisit neraca berjalan tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada periode krisis finansial global, defisit neraca berjalan memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi, dan tidak terdapat korelasi antara defisit anggaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi.

ABSTRACT
This paper investigates the correlation between the twin deficits, namely current account and government budget deficits, and economic growth in 49 developing and developed countries using cross sectional analysis for the period before and after Asian financial crisis and before and after global financial crisis. There is a change in the results on before and after the Asian financial crisis. Government budget deficit is associated negatively with economic growth, while current account deficit does not significantly correlate with economic growth. For the global financial crisis period, the current account deficit correlates positively with economic growth, while government budget deficit does not correlate with economic growth."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Haryo Yudanto
"Tesis ini adalah kajian hukum transnasional, khususnya kajian hukum ekonomi internasional mengenai isu krisis finansial global. Tesis ini berhipotesis bahwa isu krisis finansial adalah bagian dari isu hukum transnasional karena berdampak lintas batas negara, sehingga diperlukan kerjasama antarnegara atau kerjasama internasional untuk menangani krisis finansial yang terjadi di suatu negara. Keberadaan IMF dan G20 merupakan bentuk nyata dari kerjasama internasional tersebut dan mereka sangat memengaruhi pembentukan dan perkembangan tatanan ekonomi dunia (global economic order). Bantuan keuangan IMF untuk mengatasi krisis finansial, telah mengintervensi kedaulatan ekonomi di negara-negara berkembang. Sementara, G20 telah memperhitungkan kekuatan ekonomi negara-negara pasar berkembang (emerging markets), dalam pembahasan ini ditekankan pada negara-negara pasar berkembang Asia (Asian Emerging Market Economies). Posisi tawar dari negara-negara ekonomi pasar berkembang Asia di dalam G20 memiliki pengaruh dalam menjaga stabilitas perekonomian dunia. Di masa depan, keterlibatan negara-negara ekonomi pasar berkembang Asia dalam kerjasama regional dan G20 an sich akan menjadi penting dalam kaitannya dengan reformasi tata kelola ekonomi dunia (global economic governance), khususnya dalam rangka reformasi pembentukan keputusan dan pembuatan norma hukum ekonomi internasional, dan medefinisikan-ulang konsep kedaulatan ekonomi dalam rangka mencegah dan mengatasi fenomena krisis finansial demi kemaslahatan seluruh masyarakat internasional.

ABSTRACT
This thesis is a study of transnational law, particularly international economic law concerning the global financial crisis. This thesis hypothesizes that the financial crisis is a part of transnational legal issue for its cross-border impact, therefore a cooperation between countries or international cooperation is necessarily needed to deal with financial crisis in a country. The existence of the IMF and the G20 is an obvious manifestation of international cooperation, and they strongly influence the formation and the development of the global economic order. The IMF?s financial assistances have intervened in the economic sovereignty of developing countries. Meanwhile, the G20 has calculated the economic strength of the emerging market economies, emphasized herein, the Asian Emerging Market Economies (the Asian EMEs). The bargaining position of the Asian EMEs within the G20 has a significant influence in order to maintain the stability of the world economy. In the future, the involvement of the Asian EMEs for such regional cooperation and the G20 an sich will be important related to the attempt to reform the global economic governance, particularly to reform the decision-making and the norm-creating of international economic law, and to redefine the concept of economic sovereignty in order to prevent and to resolve the phenomenon of financial crisis for the convenience of the entire international community/society."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T42440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jochanan Lintang
"ABSTRAK
Krisis Finansial Global 2008 bagi berbagai pihak adalah krisis ekonomi terbesar yang melanda perekonomian dunia secara luas, bahkan krisis ini seringkali disandingkan dengan Great Depression yang terjadi pada tahun 1930. Dari seluruh negara yang terkena krisis, India merupakan salah satu negara yang mampu menunjukan performa positif ketika berbagai negara lain termasuk negara maju memasuki pertumbuhan ekonomi negatif. Melalui pendekatan deskriptif analisis dan dengan menggunakan teori globalisasi ekonomi yang dikemukakan oleh David Held, penelitian ini menemukan bahwa pola interaksi yang dimiliki oleh India dalam globalisasi ekonomi merupakan salah satu kekuatan utama India dalam menghadapai Krisis Finansial Global. Penelitian ini menemukan bahwa dengan mengunakan variasi variabel yang dijelaskan oleh Held et. al, India memiliki pola interaksi high extensity, low intensity, high velocity dan low impact. Pola interaksi yang dimiliki oleh India menunjukan kegiatan ekonomi India yang walaupun telah dijalin dengan berbagai Negara di seluruh dunia, namun tidak memiliki integrasi yang besar dalam ekonomi domestiknya. Intensity yang rendah tersebut kemudian berbanding lurus dengan rendahnya perubahan dalam landasan kebijakan dan landasan perilaku serta institusi ekonomi di dalam pemerintah dan masyarakat India akibat Krisis Finansial Global.

ABSTRACT
The 2008 Global Financial Crisis for many is the biggest economic crisis that hit the world economy widely, even this crisis is often juxtaposed with the Great Depression that occurred in 1930. Of all the countries hit by the crisis, India is one country that can show a positive performance when various other countries including developed countries entered negative economic growth. Through a descriptive analytical approach and using the theory of economic globalization proposed by David Held, this study found that the pattern of interaction that India has in economic globalization is one of India 39 s major strengths in the face of the Global Financial Crisis. This study found that by using variations of variables described by Held et. al, India has a pattern of interaction of high extensity, low intensity, high velocity and low impact. The pattern of interaction held by India shows the economic activity of India which although has been woven with various countries around the world, but has no great integration in the domestic economy. The low intensity is then directly proportional to the low rate of change in the foundation of policies and the foundations of behavior and economic institutions within Indian government and society due to the Global Financial Crisis."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calfin Murrin Yp
"ABSTRAK
Efek dari krisis ekonomi semakin lama semakin meluas. Krisis Asia 1997-1998 dan Krisis Global 2008 adalah contoh nyata penyebaran krisis ekonomi. Melalui metode komparasi, tinjauan literatur ini melihat bagaimana perkembangan kanal penyebaran krisis saat Asia 1997- 1998 dan Krisis Global 2008. Terlihat adanya perbedaan signifikansi kanal antara Krisis Asia dan Krisis Global. Signifikansi kanal fundamental dan makroekonomi dipertanyakan oleh para akademisi karena sulit ditemukan bukti empiris bahwa krisis dapat menyebar melalui kanal tersebut. Pada kanal hubungan finansial, tren menunjukkan bahwa kanal hubungan finansial semakin dipercayai sebagai kanal yang sangat signifikan dalam penyebaran krisis, terbukti dari perkembangan tulisan ilmiah yang lebih banyak membahas tentang kanal tersebut. Untuk kanal hubungan perdagangan, signifikansinya dirasakan menurun dari Krisis Asia ke Krisis Global walaupun masih tetap penting untuk sebagian negara berkembang yang menggantungkan perekonomiannya kepada pasar luar negeri. Sedangkan kanal perilaku investor semakin disoroti oleh para akademisi mengingat hubungannya yang dekat dengan kanal hubungan finansial sehingga potensi penyebaran krisisnya juga semakin besar.

ABSTRACT
The financial crisis effects so many countries in the world. Asian Financial Crisis 1997- 1998 and Global Financial Crisis 2008 are the living examples of the contagion effect. By using contrasting method this literature review sees the evolution of the contagion channels from Asian Financial Crisis 1997-1998 to Global Financial Crisis 2008. There are some differences in the significance of the contagion channels between the Asian Financial Crisis and the Global Financial Crisis. The significancy of macroeconomic fundamentals channels are questioned by scholars because there is no empirical evidance that crisis can spread through that channels. Financial relationships channels are increasingly believed to be a more significance channels, proven by more academic research towards that channels. For trade relations channels, the significance are perceived to be declining although it is still important for some developing countries who have economic dependency towards foreign market. Investor behavior channels are increasingly highlighted by scholars considering its close relations with the financial relations channels.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jazeed Parama Abidin
"ABSTRAK
Krisis Keuangan Asia (AFC) 1997-98 dan Krisis Keuangan Global (GFC) 2008 telah mendorong turbulensi ekonomi dan mata uang negara-negara ASEAN-5. Fenomena ini meningkatkan kerentanan fundamental ekonomi makro dan memicu peneliti untuk membangun Indikator Peringatan Dini (EWI) sebagai alat untuk mencegah terjadinya krisis mata uang. Skripsi ini akan membandingkan 9 perilaku indikator ekonomi makro dari sektor domestik, eksternal, dan kerentanan moneter dan keuangan di negara-negara ASEAN-5 yang meningkatkan kemungkinan krisis mata uang terjadi, menggunakan matriks ERPD dan regresi logit biner pada periode AFC dan GFC. Hasil penelitian menunjukkan variabel sektor eksternal signifikan dalam meningkatkan kemungkinan krisis mata uang terjadi di negara-negara ASEAN-5 selama periode AFC dan GFC. Rasio impor terhadap cadangan devisa adalah indikator yang paling signifikan dan memiliki dampak positif pada kemungkinan terjadinya krisis. Semakin besar impor ke cadangan meningkatkan tekanan nilai tukar dan meningkatkan kemungkinan krisis mata uang terjadi.

ABSTRACT
Asian Financial Crisis (AFC) 1997-98 and Global Financial Crisis (GFC) 2008 had driven economic and currency turbulence of ASEAN-5 countries. This phenomenon increases vulnerabilities of macroeconomic fundamentals and triggers the researcher to build an Early Warning Indicator (EWI) as a tool to mitigate the occurrence of a crisis. This research will compare 9 macroeconomic indicators behavior from real domestic, external, and monetary and financial vulnerabilities sector in ASEAN-5 countries that increase the possibility of currency crisis using the ERPD matrix and binary logit regression during the AFC and GFC period. The results show the external sector variables are significant in increasing the probability of currency crisis in ASEAN-5 countries during the AFC and GFC period. Import to reserves ratio is the most significant indicator and has a positive impact on the probability of crisis occurrence. The greater import to reserves increasing the exchange rate pressure and increase the probability of currency crisis to occur"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhifa Ayudhia
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis peran Bank Dunia dalam perkembangan sektor perlindungan sosial di Indonesia dengan menggunakan kerangka berpikir neo-gramscianism yang dikemukakan oleh Robert Cox. Tulisan ini mengkategorikan perkembangan sistem perlindungan sosial di Indonesia ke dalam lima periode, yaitu i periode sebelum Krisis Finansial Asia 1997, ii periode diperkenalkannya program Jaring Pengaman Sosial JPS tahun 1997-2001, iii periode transisi program temporer menjadi program reguler terinstitusionalisasi tahun 2002-2004, iv periode pembentukan sistem jaminan sosial nasional tahun 2005-2011, dan v periode pengintegrasian institusi jaminan sosial tahun 2012 hingga saat ini. Dari hasil analisis yang dilakukan, tulisan ini berkesimpulan bahwa terdapat peranan Bank Dunia yang penting di dalam proses perkembangan program perlindungan sosial di Indonesia ditinjau dari sisi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pendanaan. Tulisan ini berargumen bahwa keterlibatan aktif Bank Dunia tersebut merupakan manifestasi dari fungsi Bank Dunia sebagai organisasi internasional untuk melanggengkan hegemoni norma neoliberalisme. Pada akhirnya, tulisan ini menyimpulkan bahwa agenda untuk mengembangkan sistem perlindungan sosial merupakan suatu langkah yang harus ditempuh Bank Dunia untuk melanggengkan sistem hegemoni neoliberalisme yang ada.

ABSTRAK
This paper aims to analyze the role of the World Bank in the development of social protection policy in Indonesia using the neo gramscianism framework proposed by Robert Cox. This paper categorized the development of social protection system in Indonesia into five periods, namely i i the period before the 1997 Asian Financial Crisis, ii the introduction period of the Social Safety Net SSN 1997 2001, iii temporary transitional program period into an institutionalized program 2002 2004, iv the period of establishment of the national social security system in 2005 2011, v the period of integration of social security institutions in 2012 to the present. The result of the analysis concludes that, there is an important role of the Bank in the development process of social protection programmes in Indonesia, in terms of planning, implementation, supervision, and funding. This research argues that the World Bank rsquo s active involvement is a form of manifestation of the World Bank rsquo s function as an international organization to perpetuate the hegemony of neoliberalism values. Ultimately, this research concludes that the World Bank as the manifestation of the existing system of neoliberal hegemony in which the agenda to develop social protection system is an essential step to take to perpetuate the current system.
"
2017
S68675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Khanza Andarina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari perbedaan jenis kepemilikan bank terhadap pertumbuhan pinjaman bank di kawasan ASEAN-5 saat krisis keuangan global periode 2008-2009 dan krisis sovereign debt di Eropa periode 2010-2013. Terdapat 3 jenis kepemilikan bank yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kepemilikan pemerintah, kepemilikan swasta domestik, dan kepemilikan asing. Peneliti menemukan bahwa dikedua periode krisis, bank milik pemerintah cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi daripada bank swasta domestik. Sedangkan, bank asing memiliki pertumbuhan pinjaman yang lebih rendah dibandingkan bank-bank domestik di kawasan ASEAN-5 saat terjadi krisis sovereign debt di Eropa. Akan tetapi, pada saat krisis keuangan global 2008-2009, pertumbuhan pinjaman bank asing di ASEAN-5 lebih tinggi dibandingkan bank milik pemerintah maupun bank swasta domestik Terdapat perbedaan perilaku antara bank asing dan bank domestik di ASEAN-5 selama periode krisis.

This study aims to identify the impact of bank ownership types on the growth of bank lending in ASEAN 5 region during the 2008 2009 global financial crisis and the European sovereign debt crisis 2010 2013. There are three types of bank ownership that used in this study state owned, private domestic owned, and foreign owned. This study found that the government owned banks had higher lending growth than domestic private owned banks during the crisis period. Meanwhile, foreign banks had lower bank lending growth than domestic banks in ASEAN 5 during the European sovereign debt crisis. However, during the global financial crisis, foreign owned banks in ASEAN 5 tend to lend more and had higher lending growth than government owned banks and domestic private banks. There are differences in the behavior of foreign and domestic banks in ASEAN 5 during the crisis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiruli Dwi Listiarso
"Tesis ini membahas dampak spillover krisis finansial global pada tahun 2008 terhadap perekonomian Indonesia. Dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kondisi relatif stabil. Namun di lain sisi, krisis finansial yang terjadi mengakibatkan ketimpangan pada kestabilan indikator makroekonomi Indonesia. Hal ini merupakan contagion effect yang bermula dari krisis kredit macet perumahan dengan resiko tinggi (subprime mortgage) di Amerika Serikat pada semester akhir 2007. Hal ini membawa dampak rambatan ke negara lain yang merupakan mitra dagang utama Amerika, dan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui akibat yang ditimbulkan ketika krisis finansial melanda Indonesia, dengan mengidentifikasi faktor analisis antara jalur keuangan (financial channel) serta jalur perdagangan (trade channel). Dan tujuan lain untuk mengetahui jalur mana yang lebih berperan dalam mekanisme transmisi dipengaruhi krisis finansial global terhadap perekonomian Indonesia. Dengan analisis simultan dengan menggunakan Two Stage Least Squared (TSLS) untuk melihat keterkaitan antar besaran makro di sektor riil dan sektor moneter secara simultan. Dari estimasi metode TSLS dilakukan simulasi untuk melihat dampak spillover krisis finansial melalui shock pada penurunan variabel GDP mitra dagang Indoneisa (Amerika Serikat, China, Jepang, Inggris, Perancis dan Jerman) dan penurunan IHSG terhadap variabel makroekonomi di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat dari shock pada PDB negara mitra dagang dan IHSG akan berdampak lebih besar pada trade channel. Hal ini diperkuat dengan analisis variance decomposition di mana terlihat pada persentase yang lebih besar memengaruhi akibat shock yang diterima oleh variabel lain. Selain itu, dari simulasi dan analisis metode vector autoregressive, terlihat konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tidak mengalami penurunan akibat krisis finansial yang terjadi.

This thesis discusses about spillover effects of global financial crisis in 2008 which occurred in the Indonesian economy. Where Indonesia's economic growth in relatively stable. But on the other side, the financial crisis resulted inequality in the stability of Indonesia's macroeconomic indicators. This is the contagion effect of the crisis that began from credit housing with high risk (subprime mortgages) in the United States at first half of 2007. The result of messy condition in the U.S. economy will cause contagious to other countries that are major trading partners. This causes a decline in stock prices, exports, imports, and economic growth is also affected
The purpose of this study was to determine the result when the financial crisis hit Indonesia, by identifying factor analysis between financial and trade channel. And other purposes to determine which path is more involved in the transmission of the global financial crisis affected to Indonesian economy. With analysis using Two Stage Least Squared (TSLS) to see the linkages between the macro scale in the real sector and the monetary sector simultaneously. TSLS estimation method of simulation to see the spillover effects of the financial crisis through the shock to a decrease in GDP variable Indonesia trading partners (the United States, China, Japan, Britain, France and Germany) and the reduction of IDX to the macroeconomic variables in Indonesia.
The results showed that the effect of the shock on the GDP of trading partner countries and IDX will have greater impact on the trade channel. This is confirmed by the analysis of variance decomposition in which looks at the percentage of influence due to greater shock received by the other variables. Furthermore, from the simulation and analysis of vector autoregressive method, household consumption looks a pillar of economic growth does not decline due to financial crisis."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nabila
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh karakteristik perusahaan dan krisis finansial terhadap likuiditas saham bank di Asia-Pasifik yang akan dibagi menjadi 3 kategori bank, yaitu safe, crisis-contangious, dan vulnerable. Penelitian ini menggunakan proksi illiquidity sebagai variabel dependen dan variabel independen yaitu karakteristik perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode unbalaced panel dengan data tahunan selama 11 tahun yaitu pada periode sebelum dan sesudah krisis finansial global 2008 2006-2016 . Dari hasil penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas saham bank adalah ROE, debt rasio, cash rasio, size, non-performing loan, dan faktor makroekonomi suatu negara. Selain itu ditemukan bahwa karakteristik perusahaan memiliki pengaruh terhadap likuiditas saham bank pada bank kategori safe, crisis contangious, dan vulnerable. Selanjutnya, krisis finansial merupakan salah satu kejadian yang berpengaruh terhadap likuiditas saham perbankan di Asia-Pasifik.

ABSTRACT
This research aims to identify the effect of firm characteristics and financial crisis to the stock liquidity of Asia Pasific banks which will be divided into three categories, safe, crisis contangious, and vulnerable. This research uses illiquidity proxy as the dependent variable and firm characteristics as independent variable. Unbalaced panel data method is used in this research with annual data from 11 year period, before and after 2008 global financial crisis 2006 2016 . The findings reveal that bank stock liquidity is affected by several factors, whic are ROE, debt rasio, cash rasio, size, non performing loan, and the macroeconomic factors of a nation. Futhermore, the firm characteristics give influence to the bank stock liquidity for the safe, crisis contangious, and vulnerable categories. Moreover, the finansial crisis is one of the events that gives significant effect for the bank stock liquidity in Asia Pasific."
2017
S67337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Anggia Eben Haezer
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008?2009. Metode penelitian yang digunakan untuk melihat adanya hubungan saling ketergantungan adalah lewat uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan saling ketergantungan pada sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis. Sebelum terjadinya krisis, terdapat hubungan saling ketergantungan antara Singapura dan Jepang, Singapura dan Amerika Serikat, Hong Kong dan Amerika Serikat, India dan Amerika Serikat; selama terjadinya krisis, Singapura dan Hong Kong, Cina dan India saling memiliki ketergantungan; dan sesudah terjadinya krisis, terdapat hubungan saling ketergantungan antara Hong Kong dan India, Hong Kong dan Amerika Serikat.

This research aims to identify and explain the interdependence of Asian stock markets and the United States stock market before, during, and after the United States financial crisis in 2008?2009. The research methodology that has been used to identify this interdependence is the correlation coefficient test and the Granger causality test. The results of these tests identified and confirmed proven interdependencies before, during, and after the crisis. Before the crisis, interdependencies existed between Singapore and Japan, Singapore and the United States, Hong Kong and the United States, India and the United States; during the crisis, Singapore and Hong Kong, China and India were all interdependent; and after the crisis, interdependencies existed between Hong Kong and India, Hong Kong and the United States.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>