Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195906 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pratisto Sumantri
"ABSTRAK
PT. Bayer Indonesia Tbk. (BYSB) merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri farmasi. Didirikan tahun 1967 dengan nama PT. Bayer Farma Indonesia, merupakan bagian dari kelompok usaha Bayer AG, Germany, sebuah perusahaan internasional yang didirikan untuk memenuhi dan memproduksi kebutuhan konsumen terhadap rangkaian produk dan jasa mulai dari kesehatan dan pertanian sampai dengan kimia dan teknologi penginderaan. Produk-produk yang dihasilkan dapat digolongkan atas 3 kelompok, yakni Farmasi, Proteksi Tanaman serta Alat-alat Rumah Tangga & Obat-obatan Tanpa Resep (OTC).
Dalam usahanya meningkatkan nilai penjualan PT. Bayer Indonesia, Tbk. terutama mengandalkan pendapatan dari produk-produk Farmasi berupa obat-obat ethical ( obat dengan resep ), produk Kesehatan Rumah Tangga serta produk Perlindungan Tanaman. Untuk kelompok usaha Alat Kesehatan Rumah Tangga, PT. Bayer Indonesia, Tbk. merupakan pemimpin pasar. Dengan kemampuannya yang ada PT. Bayer Indonesia, Tbk. sedang berusaha meningkatkan penjualannya baik dari penjualan lokal maupun ekspor. Untuk tujuan tersebut PT. Bayer Indonesia, Tbk. terus berusaha meluncurkan produk-produk baru, terutama mengandalkan lisensi yang diperoleh dari Bayer AG, Germany.
Selama tiga tahun terakhir pangsa pasar PT. Bayer Indonesia, Tbk. Terus mengalami penurunan. Pada tahun 2000, pangsa pasar PT. Bayer Indonesia mencapai angka terendah sejak tahun 1996 yaitu 6,87%. Penurunan yang terjadi pada tahun 2000 terutama disebabkan oleh nilai penjualan perusahaan yang negatif Penurunan nilai penjualan tersebut terjadi karena pada tahun 2000 perusahaan sedang melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja pabrik, sehingga kapasitas produksinya mengalami penurunan. Semua perbaikan tersebut diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 2001. Meskipun nilai penjualan terus menurun tetapi kinerja keuangan PT. Bayer Indonesia, Tbk. justru meningkat pada tahun 1999 dan tahun 2000. Dari kondisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Bayer Indonesia, Tbk. Berhasil melakukan efisiensi dan efisiensi yang dilakukan cukup besar untuk dapat menutup penurunan nilai penjualan yang terjadi.
Masalah yang paling besar yang dihadapi oleh PT. Bayer Indonesia, Tbk. adalah tidak stabilnya kondisi ekonomi makro, terutama tidak stabilnya nilai tukar Rupiah serta laju inflasi yang masih tinggi. Keadaan ini terutama terkait dengan ketergantungan perusahaan yang amat tinggi pada bahan baku impor.
Nilai perusahaan PT. Bayer Indonesia, Tbk. berdasarkan analisa skenario dan perhitungan dengan probabilitas nilai tertimbang adalah Rp. 278.841 juta. Nilai tersebut didapat dari hasil perkalian probabilitas dan nilai perusahaan untuk masing-masing skenario. Probabilitas setiap skenario didapat dari hasil analisa industri dan asumsi makro ekonomi. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai perusahaan PT. Bayer Indonesia, Tbk. ternyata berada sedikit di atas nilai market capitalization saat ini, sehingga dapat dikatakan telah teijadi under-expected terhadap nilai perusahaan PT. Bayer Indonesia, Tbk.
Nilai perusahaan yang mendekati nilai market capitalization pemsahaan saat ini adalah pada kondisi skenario Base-Case, yaitu sebesar Rp. 236.692 juta. Dilihat dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa perkiraan investor untuk 4 tahun ke depan adalah mendekati skenario Base Case. Pada skenario ini diperkirakan bahwa peluncuran produk baru yang dilakukan oleh PT. Bayer Indonesia, Tbk. Akan berhasil. Dan dari sisi finansial perusahaan akan mampu mempertahankan efisiensi.
Bagi investor, dilihat dari hasil perhitungan nilai perusahaan berdasarkan skenario Base Case maka ekspektasi yang dilakukan oleh investor untuk saat ini adalah over-expected, sehingga untuk jangka pendek bila melakukan investasi tidak akan menguntungkan. Sedangkan untuk jangka panjang kondisi fundamental perusahaan saat ini yang cukup baik akan dapat menjadi landasan cukup kuat untuk meningkatkan nilai perusahaan di masa yang akan datang."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Wiraatmadja
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Sampurno
"Dalam duapuluhlima tahun terakhir ini telah terjadi revolusi korporasi yang bersifat mendasar. Industri yang sebelumnya bertumpu pada aset wujud (tangible assets) telah mengalami transisi menjadi tergantung pada aset nirwujud (intangible assets). Dalam berbagai literatur dan studi empirik, aset nirwujud yang terdiri dari human capital, structural capital, customer capital dan partner capital disebutkan mempunyai kontribusi yang besar pada keunggulan daya saing dan kinerja perusahaan.
Studi ini meneliti peran aset nirwujud pada kinerja perusahaan dalam lingkup industri farmasi Indonesia. Penelitian dilakukan melalui studi lapangan dengan menggunakan kuesioner yang dikirimkan kepada responden. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan SEM (Structural Equation Modeling) menggunakan program Lisrel 8.72. Penelitian ini bertujuan mengetahui komponen aset nirwujud apa yang mempunyai pengaruh signifikan pada kinerja perusahaan farmasi Indonesia serta bagaimana hubungan di antara komponen aset nirwujud tersebut. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan input panting untuk perumusan dan implementasi strategi peningkatan keunggulan kompetitif industri farmasi Indonesia.
Mengingat adanya dominasi kelompok perusahaan pangsa pasar kecil dalam popnlasi responden maka dalam penelitian ini dipilih antara total responden dan kelompok perusahaan pangsa pasar kecil. Penelitian ini menghasilkan terobosan teoritik penting yang menegaskan bahwa pada industri farmasi aset nirwujud adalah sumberdaya (resources) yang menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable). Perusahaan yang memiliki aset nirwujud besar/kuat, memiliki kinerja pangsa pasar jauh lebih besar (superior) dibandingkan dengan rata-rata industri. Untuk memperkuat aset nirwujud, perusahaan memerlukan basis pengetahuan (knowledge-based) yang kuat termasuk pembelajaran dan organizational knowledge. Dengan basis pengetahuan yang kuat perusahaan dapat melakukan inovasi secara terus menerus untuk mengantisipasi lingkungan yang berubah cepat.
Penelitian pada total responden menemukan antara lain human capital berpengaruh positif terhadap structural capital maupun terhadap customer capital. Customer capital dan partner capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan structural capital tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (meskipun arahnya positif). Pada total responden diketemukan partner capital berpengaruh tidak signifikan terhadap structural capital.
Penelitian pada kelompok perusahaan farmasi pangsa pasar kecil menemukan: 1) pengaruh structural capital terhadap kinerja perusahaan tidak signifikan; 2) pengaruh customer capital terhadap structural capital tidak signifikan; 3) pengaruh partner capital terhadap structural capital negatif dan signifikan dan 4) pengaruh partner capital terhadap kinerja perusahaan tidak signifikan.
Penemuan yang penting dalam studi ini adalah pengaruh structural capital yang tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan, baik pada total responden maupun kelompok perusahaan farmasi pangsa pasar kecil. Structural capital adalah critical link yang mengkonversikan aset nirwujud menjadi intellectual capital yang menciptakan nilai (value) bagi perusahaan. Untuk itu ke depan perlu ada upaya penguatan structural capital terutama pada perusahaan farmasi pangsa pasar kecil, yang selaras dan sinergi dengan penguatan aset nirwujud lainnya.
Implikasi manajerial dari studi ini mencakup penyelarasan aset nirwujud, investasi aset nirwujud dan kelembagaan knowledge. Aset nirwujud perlu dikelola dengan baik agar terjadi keselarasan dan sinergi serta perlu dilakukan investasi agar perusahaan memiliki sumber daya dan keunggulan daya saing yang berkelanjutan. Sejalan dengan itu, dipandang penting adanya Chief Knowledge Officer (CIAO) yang bertanggung jawab dalam knowledge management di perusahaan.
Penelitian ini mempunyai implikasi pada kebijakan pemerintah mencakup tiga aspek penting yaitu: 1) penguatan human capital terutarna melalui standarisasi kompetensi, pendidikan dan pelatihan; 2) penguatan structural capital dengan regulasi yang dinamis dan atraktif serta layanan prima kepada industri dan 3) kontribusi pernerintah dalam penelitian dan pengembangan.

There has been a fundamental corporate revolution for the last twenty five years, encouraged by more significant roles of intangible assets for firms in industry that long ago relied dominantly on tangible assets. In many literatures and empirical studies, intangible assets such as human capital, structural capital, customer capital, and partner capital have been identified to have significant contribution to the competitive advantages and the performance of firms.
This study examines the roles of intangible assets in improving firm performances within the scope of Indonesian pharmaceutical industry. The research was organized through field study by using questionnaires sent to the respondents, and collected data were processed and analyzed by using Lisrel 8.72. The research aims at determining and identifying the intangible assets components which have significant influences on the performance of Indonesian pharmaceutical firms. The research findings are expected to provide imperative input on the formulation and implementation of strategy to improve the competitive advantages of Indonesian pharmaceutical industry.
Due to group dominancy of firms with small market share in the respondent population, the total respondent and group of firms with small market share were purposely separated in this research. The relationship among intangible asset components and firm performance is determined in this study. This research highlights essential theoretical breakthrough that intangible assets are the key resources creating sustainable competitive advantages. Firms with strong intangible assets achieve superior performance of market share, as compared to the performance of industry average. Firms need strong knowledge-base in order to strengthen their intangible assets, including learning and organizational knowledge. Strong knowledge-base can ensure firms to conclude continuous innovation to cope with the dynamic of speedy environment changes.
The research upon total respondents has found that human capital positively influences structural capital as well as customer capital. Customer capital and partner capital positively affects firm performances. While the influence of structural capital to firm performance is not significant (even though the direction is positive). Within total respondent it is found that the partner capital insignificantly influences structural capital.
The research upon `small market share' pharmaceutical firms have concluded that: 1) the influence of structural capital to firms performance is not significant; 2) the influence of customer capital to structural capital is also not significant; 3) the influence of partner capital to structural capital is negative and significant; 4) the influence of partner capital to firm performance is not significant.
Key finding in this study is the insignificant influence of structural capital to firm performance on both total respondent and group of firms with small market share. Structural capital is the critical link that converting intangible assets into intellectual capital which creates value for the firm. Therefore, in the future it is urgently needed to strengthen the structural capital of pharmaceutical industry in Indonesia, in integration and synergy with the efforts to strengthen other intangible assets.
The managerial implication of this study includes the integration of intangible assets, investment on intangible assets, and institutionalization of knowledge. In order to establish sustainable competitive advantages, intangible assets must be well managed for the integration and synergy, and investment on intangible assets must also be done. In this regards, it is considerably important for a firm to have a Chief Knowledge Officer (CKO) who is responsible and accountable for knowledge management in the firm.
This research has some implications to government policies on three major aspects: 1) the strengthening of human capital through standardization of competency, education, and training; 2) the strengthening of structural capital through dynamic and attractive regulation, as well as service excellence to the industry; and 3) government contribution to research and development.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Dwikaruniandari
"Kondisi ekonomi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menurunkan kualitas Neraca dan Laporan laba rugi dalam rupiah sebagai alat analisis untuk menilai kineja perusahaan, khususnya pada industri yang rentan terhadap fluktuasi kurs akibat ketergantungan terhadap bahan baku impor, hutang luar negeri dan pembayaran royalti. Analisa laporan keuangan untuk menilai resiko likuiditas dan solvabilitas bisa menjadi bias jika hanya rnengandalkan analisa Neraca dan Laporan laba rugi. Untuk mendekati kenyataan sebenarnya, peranan analisa laporan arus kas sebaiknya ditingkatkan untuk melengkapi informasi yang kurang akurat akibat distorsi metode pencatatan/akuntansi.
Pada industri farmasi Indonesia, hasil analisa rasio tradisional yang menggunakan informasi Neraca dan Laporan laba rugi hasilnya tidak seakurat rasio yang menggunakan informasi Laporan arus kas. Hal tersebut terbukti dari analisa prediksi kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan farmasi publik periode 1996-2000, Alasannya adalah rasio tradisional merupakan stock variable, sehingga hanya melihat pada saldo satu titik tertentu yaitu pada akhir periode tutup buku (cut off). Hasilnya akan menjadi sangat fluktuatif dan memberi peluang memanipulasi laporan keuangan (window dressing) serta terdistorsi kurs (seperti jumlah kewajiban mata uang asing yang meningkat, padahal sebenarnya tidak ada penambahan kas. Sementara ¡tu Operating cashfiow ratio bisa lebih tepat memberikan sinyal kesulitan keuangan Suatu perusahaan (early warning system) karena operating cashflow ratio bersifat variable sehingga tidak ada efek non cash allocation dan metode pencatatan akuntansi dan relatif lebih sulit untuk dimanipulasi.
Prediksi resiko likuiditas dan solvabilitas perusahaan farmasi publik di Indonesia, periode 1996-1997, perusahaan dengan operating cashflow ratio di atas rata-rata industri memberikan indikasi bahwa perusahaan pada satu tahun mendatang relatif tidak akan mengalami kesulitan keuangan. Sebaiiknya analisa rasio tradisional, seperti misalnya current ratio yang berada di atas rata-rata industri atau Z Score yang menyatakan kondisi keuangan perusahaan aman memberikan indikasi yang kurang tepat.
Pada periode 1998-2000, ìnformasi laporan keuangan terdistorsi fluktuasi kurs Rupiah terhadap mata uang asing. Analisa operating cashflow ratio yang berada diatas rata-rata industri tetap memberikan indikasi yang benar bahwa tahun mendatang kondisi keuangan perusahaan relatif aman, tetapi operating cashflow ratio yang rendah belum tentu mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan di tahun mendatang berbahaya. Para analis harus meneliti Iebih jauh karakteristik produk, strategi penjualan, dan sebagainya. Beberapa perusahaan farmasi yang memiliki operating cathflow ratio rendah pada periode ini dan berhasil melakukan restrukturisasi hutang, perubahan strategi, rnelakukan inovasi produk atau promosi yang gencar untuk mendongak penjualan khususnya yang mengandalkan obat bebas (OTC) pada tahun berikutnya berhasil memperbaiki kondisi keuangan perusahaannya dengan mengambil kesempatan disaat krisis dimana masyarakat cenderung memilih swamedikasì dengan obat bebas seperti Tempo Scan dan Bayer. Sementara itu Kalbe Farma dan Dankos walaupun sudah berhasil mencetak keuntungan yang luar blasa masih harus menghadapì resiko likuiditas dan solvabilitas yang Cukup besar akibat kebijakan perusahaan yang agresif dibandingkan perusahaan sejenis dalam menggunakan pembiayaan eksternal hutang luar negeri.
Sedangkan perusahaan yang mengandalkan obat resep (ethical) seperti Schering Plough, Squibb dan Dana Varia yang telah menaikan harga obat cukup tinggi untuk mengkompensasi pembayaran royalti dalam mata uang asing pada saat daya beli masyarakat lemah, pada periode 1998-2000 mengalami kesulitan keuangan yang sangat berbahaya karena penjualannya menurun drastis. Hanya Merck yang tetap mampu memelihara kondisi keuangan tetap baik karena gencar menerapkan strategi promosi penjualan obat ethical melalui simposium ilmiah dan mendapat dukungan berupa pinjaman dan induk perusahan Merck KgaA untuk mènyehatkan kondisi keuangan perusahaan di saat bunga pinjaman sangat tinggi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Sarkawi
"Sebagian besar bahan baku obat masih dibeli dengan dolar yang nilainya cenderung tinggi. Pada krisis ekonomi yang baru lalu, tercatat betapa besarnya pembelian bahan baku pada perusahaan farmasi (kurang lebih 90% dari total biaya produksi). Deegan menggunakan teknologi berbasis Internet, diharapkan dapat dilakukan efisiensi pada proses pembelian dan penjualan bahan baku industri farmasi ini.
Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif dengan cara melakukan pengumpulan data mengenai pelaku pada industri farmasi yang berhubungan e-Procurement bahan baku yaitu dengan melalui analisis data yang didapat dari laporan tahunan, profit perusahaan, situs institusi, wawancara dan focus group discussion. Obyek penelitiannya adalah institusi pemerintah terkait dan tiga perusahaan farmasi nasional yaitu PT. Kimia Farma, PT. Indofarma, dan PT. Kalbe Farma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya, industri farmasi di Indonesia sudah dapat melakukan e-Procurement dalam tahap yang relatif awal yaitu tidak seratus persen secara online karena masih ada beberapa proses transaksi yang harus dilakukan secara offline.
Pemerintah juga sudah terlihat menunjukkan komitmen untuk turut mendukung prosedur bisnis ini, akan tetapi masih perlu dilakukan percepatan untuk dapat mengejar ketinggalan dalam hal kesiapannya.
Perusahaan farmasi harus lebih menyiapkan diri ke arah pengintegrasian masing-masing kegiatan dan tidak menganggap Teknologi dan Informasi sebagai bagian yang terpisah dari perusahaan yang hanya menangani aspek teknologi saja melainkan mengintegrasikannya ke keseluruhan strategi bisnis perusahaan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk meminimalisasikan investasi yang harus dikeluarkan untuk persiapan masuk kedalam e-Business melalui e-Procurement bahan baku, antara lain dengan melakukan outsourcing untuk prasarana yang diperlukan, baik piranti lunak maupun piranti keras."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawati Indrasasana
"Dewasa mi, peran saluran distribusi yang menjembatani kepentingan antara produsen dan konsumen menjadi sangat penting dan semakin kompleks. Demikian pula yang terjadi dalam industri obat-obatan. Dalam peranannya sebagai distributor obat-obatan PT Bayer Indonesia, PTPD. Djawa Maluku menghadapi suatu masalah sehubungan dengan pendistribusian sa!ah satu obat non resep yang dipasarkannya. Untuk menghadapi masalah tersebut, PTPD Djawa Maluku dituntut untuk dapat memperbaiki sistem distribusi yang dimilikinya agar produk yang dipasarkannya tersebut dapat kembali unggul dalam
persaingan.
Tujuan dari penulisan skripsi mi adalah untuk mengevaluasi sistem distribusi perusahaan tersebut dan menganalisa sejauh mana masalah yang ada telah dapat diatasi.
Untuk itu digunakan beberapa pendekatan teori yang berkaitan dengan masalah distribusi,
seperti yang dikemukakan oleh Louis W. Stern serta Phillip Kotler. Sedang perolehan data serta informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara lángsung
pada pihak-pihak yang berkepentingan, serta penyebaran kuesioner kepada konsumen akhir.
Dari hasil analisa yang dilakukan, diketahui bahwa memang terdapat beberapa masalah yang hams diperbaiki dalam sistem distribusi obat tersebut, terutama menyangkut
kontrol serta sales force yang kurang memadai. Melalui evaluasi dan usaha-usaha perbaikan yang dilakukan, masalah-masalah tersebut memang sebagian besar telah dapat diatasi dan kondisi penjualan produk tersebut telah dapat diperbaiki. Namun tampaknya perusahaan tersebut belum memanfaatkan kesempatan yang ada secara optimal. Masih terbuka
kesempatan baik bagi PTPD Djawa Maluku maupun pihak prinsipalnya untuk memperbaiki posisi produk tersebut dalam pasar. Bila hal mi tidak dimanfaatkan secara optimal, bukan tidak mungkin diwaktu mendatang produk-produk pesaing lain akan semakin menguasai pasar dan kedudukan produk tersebut akan semakin tegeser, mengingat kondisi pasar yang
masih terus berkembang serta kondisi persaingan yang terus meningkat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhidatul Solekhah
"Studi ini bertujuan menganalisis dampak COVID-19 terhadap perdagangan (ekspor dan impor) pada industri farmasi di negara anggota ASEAN. Dengan menggunakan metode Pseudo Poisson Maximum Likelihood (PPML) serta data jumlah kasus kumulatif COVID-19 dan data nilai ekspor dan impor industri farmasi selama periode Januari 2019 sampai Desember 2020, hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah kasus terinfeksi pada negara anggota ASEAN tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor produk farmasi negara anggota ASEAN. Adapun di sisi impor, jumlah kasus terinfeksi COVID19 kumulatif pada negara ASEAN berdampak secara positif signifikan terhadap nilai impor produk farmasi negara anggota ASEAN.

This study aims to analysis the impact of COVID-19 on trade (exports and imports) in the pharmaceutical industry in ASEAN member countries. By using the Pseudo Poisson Maximum Likelihood (PPML) method as well as data on the cumulative number of COVID-19 cases and data on exports and imports of the pharmaceutical industry during the period January 2019 to December 2020, the estimation results show that the number of infected cases in ASEAN member countries has no effect on export value. pharmaceutical products of ASEAN member countries. On the import side, the number of cumulative COVID-19 infected cases in ASEAN countries has a significant positive impact on the import value of pharmaceutical products from ASEAN member countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Adinda Sarasati
"Industri farmasi di Indonesia tumbuh signifikan akibat pandemi COVID-19. Industri ini sekarang menjadi salah satu sektor prioritas nasional, dengan salah satu praktik pembangunan utama adalah mencapai Standar Industri Hijau. Penelitian ini bertujuan untuk merancang Model Pemilihan Pemasok Hijau dengan memasukkan karakteristik ekonomi dan ramah lingkungan untuk Pemasok Bahan Aktif Farmasi (API). Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menimbang kriteria dengan pendekatan Fuzzy dan Metode VIKOR untuk menentukan peringkat pemasok berdasarkan kriteria ekonomi dan ramah lingkungan. Penelitian ini menghasilkan pemeringkatan 6 pemasok untuk 2 API yang berbeda. Dengan model yang diusulkan, produsen farmasi dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan yang harus dimiliki pemasok ramah lingkungan untuk tujuan memilih pemasok ramah lingkungan yang paling sesuai.

Pharmaceutical Industry in Indonesia has grown significantly due to the COVID-19 pandemic. The industry is now becoming one of the country’s priority sectors, with one of the key development practices is to achieve Green Industry Standards. This study aims to design a Green Supplier Selection Model by incorporating the economic and green characteristics for Active Pharmaceutical Ingredients (API) Suppliers. Analytic Hierarchy Process (AHP) Method is used to weigh the criteria with a Fuzzy approach and VIKOR Method to rank the suppliers based on the weighted economic and green criteria. This research results in the ranking of 6 suppliers for 2 different APIs. With the proposed model, pharmaceutical manufacturers can have a better understanding of the capabilities that a green supplier must possess for the purpose of selecting the most suitable green supplier."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dena Devi Ramadhani
"

Penelitian ini bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan produksi serta pengendalian material di perusahaan manufaktur farmasi. Metodenya melibatkan implementasi Advance Planning System (APS) dengan API Gateway untuk production planning dan material requirements planning. Data diambil dari perusahaan farmasi di Indonesia melalui observasi dan wawancara. Hasilnya mencakup rancangan sistem informasi, seperti Entity Relationship Diagram, tabel Relational Database, Use Case Diagram, Data Flow Diagram, dan Activity Diagram. Sistem yang dikembangkan mencapai 4 tahap transformasi digital dalam proses PPIC: digitalisasi, integrasi data, dan otomatisasi proses.


This research aims to increase the efficiency and effectiveness of production planning and material control in pharmaceutical manufacturing companies. The method involves implementing an Advance Planning System (APS) with API Gateway for production planning and material requirements planning. Data was taken from pharmaceutical companies in Indonesia through observation and interviews. The results include information system designs, such as Entity Relationship Diagrams, Relational Database tables, Use Case Diagrams, Data Flow Diagrams, and Activity Diagrams. The system developed achieves 4 stages of digital transformation in the PPIC process: digitalization, data integration, and process automation.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila
"Pengadaan sediaan farmasi merupakan proses penyediaan sediaan farmasi yang dibutuhkan suatu perusahaan yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari distributor atau pedagang besar farmasi. Distibusi produk farmasi dapat dilakukan oleh PBF, yang merupakan perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar. PT. SamMarie Tramedifa saat ini merupakan pengadaan obat dengan pembelian langsung melalui PBF lain yang ditunjuk sebagai distributor utama oleh industri farmasi. PT. SamMarie Tramedifa melakukan kegiatan distribusi dan penyaluran obat dan alat kesehatan hanya untuk memenuhi kebutuhan obat dari outlet internal SamMarie Healthcare Group (SMHG). Kegiatan operasional yaang dilakukan oleh PBF terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penanganan produk kembalian, dan penyaluran sediaan farmasi. Selama pengadaan, tidak dapat dipungkiri telah terjadi beberapa kendala, salah satunya masih terdapat kekosongan saat pemesanan dari outlet, yang mengakibatkan pesanan tidak terpenuhi, dan masih ada beberapa barang yang jumlahnya kurang dari stok minimum atau reorder point (ROP) yang ditetapkan. Metode penelitian dilakukan dengan observasi alur pengadaan di gudang PT. SamMarie Tramedifa. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 11 hingga 17 Maret 2023 secara real time dengan metode wawancara kepada supervisor MDC mengenai alasan kekurangan stok dari reorder point (ROP). Alasan ketidaksesuaian stok akhir dengan ROP didominasi oleh “sudah dipesan” dan “belum ada permintaan”. Tidak semua pemesanan barang di PT. SamMarie Tramedifa hanya berdasarkan ROP. Beberapa pemesanan barang akan menjadikan ROP sebagai sebuah notifikasi saja, sedangkan pada beberapa barang lain ROP dijadikan sebagai acuan untuk waktu pemesanan barang, dan seluruhnya tertera di panduan pengadaan PT. SamMarie Tramedifa.

Procurement of pharmaceutical preparations is the process of providing pharmaceutical preparations needed by a company obtained from external suppliers through purchases from pharmaceutical distributors or wholesalers. Distribution of pharmaceutical products can be carried out by PBF, which is a company with legal status that has a license to procure, store and distribute pharmaceutical supplies in large quantities. PT. SamMarie Tramedifa is currently procuring drugs by purchasing directly through another PBF appointed as the main distributor by the pharmaceutical industry. PT. SamMarie Tramedifa carries out distribution and distribution of drugs and medical devices only to meet the needs of drugs from SamMarie Healthcare Group (SMHG) internal outlets. The operational activities carried out by PBF consist of planning, procurement, receiving, storage, handling of returned products, and distribution of pharmaceutical preparations. During the procurement process, it is undeniable that several problems have occurred, one of which is that there is still a vacancy when ordering from outlets, which results in orders not being fulfilled, and there are still several items that are less than the minimum stock or reorder point (ROP) set. The research method was carried out by observing the flow of procurement in the warehouse of PT. SamMarie Tramedifa. Data collection was carried out from 11 to 17 March 2023 in real time by interviewing MDC supervisors regarding the reasons for stock shortages from reorder points (ROP). The reasons for the discrepancy between the final stock and the ROP were dominated by "already ordered" and "no request yet". Not all orders for goods at PT. SamMarie Tramedifa is based on ROP only. Some goods orders will only make the ROP a notification, while for some other goods the ROP will be used as a reference for the time to order goods, and all of them are listed in the procurement guide for PT. SamMarie Tramedifa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>