Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrian
"Bunuh diri merupakan kegawatdaruratan psikiatri yang lazim ditemukan pada pasien HIV/AIDS dan dihubungkan dengan berbagai faktor. Namun, studi ini belum pernah dilakukan di Indonesia, padahal studi ini penting untuk diteliti untuk menentukan faktor-faktor yang harus diintervensi sehingga terbentuk pelayanan yang optimal terhadap pasien HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ide bunuh diri dengan faktor-faktor yang memengaruhinya pada pasien HIV/AIDS. Metode penelitian adalah dengan cross-sectional. Subjek dikumpulkan sebagai sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah orang dewasa berusia 18-65 tahun dengan diagnosis HIV/AIDS yang sedang menjalani pengobatan ARV di Poliklinik Khusus HIV/AIDS RSCM. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-square dan Fisher exact test, serta analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Dari total 86 subjek, 20 23,3 diantaranya memiliki ide bunuh diri. Melalui uji Chi-square, hubungan terbukti bermakna pada 5 variabel, yaitu depresi p=0,000, ansietas p=0,001, tidak menikah p=0,007, jumlah CD4.

Suicide is a psychiatric emergency commonly found in HIV AIDS patients and is associated with various factors. However, this study has not been conducted in Indonesia. Besides, this study is important to determine the factors which must be intervened to establish optimum service for HIV AIDS patients. The aim of this study is to find the association between suicidal ideation and its determinant factors in HIV AIDS patients. Observational study with cross sectional method was conducted. Samples were collected using consecutive sampling technique. The inclusion criteria were adults aged 18 65 with HIV AIDS diagnosis and currently undergoing ARV treatment at Poliklinik Khusus HIV AIDS RSCM. Univariate analysis was performed using Chi square and Fisher exact test, while multivariate analysis was performed using logistic regression test. Of the total 86 subjects, 20 23.3 had suicidal ideation. Chi square test proved significant association on 5 variables depression p 0,000, anxiety p 0,001, being unmarried p 0,007, CD4 count.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Ellenzy
"Kemajuan teknologi medis dan informasi mengenai terapi antiretroviral (ART) menyebabkan pasien HIV memiliki angka harapan hidup yang meningkat. Di sisi lain, angka harapan hidup yang meningkat ini juga perlu diselaraskan dengan kualitas hidup yang baik. Pada populasi pasien HIV terdapat risiko mengalami gangguan neurokognitif sehingga berdampak terhadap kualitas hidupnya. Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif yang terdapat pada pasien HIV/AIDS di Pokdisus RSCM. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dari Mei 2022 hingga Desember 2023. Sampel penelitian adalah pasien HIV/AIDS dewasa di Pokdisus RSCM. Sebanyak 121 subjek terpilih berdasarkan simple random sampling. Analisis regresi linear dilakukan untuk menilai faktor risiko gangguan fungsi kognitif. Dari 121 subjek, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, dengan rerata usia 40,25 (SD ± 8,42). Prevalensi gangguan kognitif pada pasien dewasa dengan HIV/AIDS di Pokdisus RSCM yakni sebesar 55,4% dengan faktor risiko yang berhubungan memengaruhi rerata skor MOCA-INA yakni faktor durasi inisiasi terapi, yakni satu tahun keterlambatan inisiasi pengobatan ART dapat menurunkan skor MOCA-INA sebesar -0,3 poin. Temuan lainnya yakni kondisi meningitis secara signifikan memengaruhi gangguan kognitif pada HIV. Dari hasil analisis multivariat, meningitis menurunkan skor MOCA-INA sebesar 2,629 poin. Program untuk penapisan gangguan kogntif dapat dilakukan pada pasien HIV secara berkala.

The advancement of medical technology and information regarding antiretroviral therapy (ART) have led to an increased life expectancy among HIV patients. This improved life expectancy needs to be aligned with a good quality of life. In the population of HIV patients, there is a risk of experiencing neurocognitive disorders that can impact the patients' quality of life. This research aims to identify factors influencing the decline in cognitive function in HIV/AIDS patients at the Pokdisus RSCM. The study was conducted with a cross-sectional design from May 2022 to December 2023. The research sample was adult HIV/AIDS patients at Pokdisus RSCM. Out of 121 subjects, the majority of respondents were male, with a mean age of 40.25 (SD ± 8.42). The prevalence of cognitive impairment in adult patients with HIV/AIDS at Pokdisus RSCM was 55.4%, associated risk factors affecting the mean MOCA-INA score, such as the duration of treatment initiation. A one-year delay in initiating ART treatment could decrease the MOCA-INA score by 0.3 points. Another finding is meningitis significantly influences the presence of cognitive impairment. From the multivariate analysis, meningitis can decrease the MOCA-INA score by 2.629 points. Screening programs for cognitive impairment can be periodically conducted in HIV patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Telaumbanua, Nobel Kristian
"Bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, khususnya di kalangan dewasa muda. Bunuh diri biasanya didahului oleh ide bunuh diri yang dipicu oleh distres psikologis. Salah satu faktor yang berperan kuat untuk merespon distres psikologis dengan mengembangkan ide bunuh diri adalah trait kepribadian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara trait kepribadian dengan ide bunuh diri pada mahasiswa. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa berjumlah 411 orang yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan berusia 18-25 tahun. Pengukuran variabel ide bunuh diri dalam penelitian ini menggunakan skala Depressive Symptom Index – Suicidal Scale (DSI-SS), sedangkan pengukuran variabel trait kepribadian dilakukan dengan menggunakan skala International Personality Item Pool – Big Five Markers 25 item (IPIP-BFM-25). Dimensi kepribadian yang digunakan dalam instruman IPIP-BFM-25 adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, dan intellect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trait kepribadian emotional stability memiliki korelasi yang negatif secara signifikan dengan ide bunuh diri pada mahasiswa. Selain itu, ide bunuh diri tidak berkorelasi secara signfikan dengan trait kepribadian extraversion, agreeableness, conscientiousness, maupun intellect.

Suicide is one of the leading causes of death in the world, especially among emerging adults. Suicide is usually preceded by suicidal ideation triggered by psychological distress. One of the factors that play a strong role in responding to psychological distress by developing suicidal ideation is personality traits. This study examines the correlation between personality traits and suicidal ideation among college students. The participants of this study are 411 students from various universities in Indonesia and aged around 18-25 years. The measurement of the suicide ideation variable in this study is conducted with the Depressive Symptom Index – Suicidal Scale (DSI-SS) scale, while the personality trait variable was measured using the International Personality Item Pool – Big Five Markers with 25 item scale (IPIP-BFM-25). The personality dimensions included in the IPIP-BFM-25 instrument are extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, and intellect. The result shows that the emotional stability personality trait had a significant negative correlation with suicidal ideation among college students. In addition, suicidal ideation is not significantly correlated with extraversion, agreeableness, conscientiousness, and intellect personality traits."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabila Ibtisamah Zulkifli
"Percobaan bunuh diri akibat ide bunuh diri adalah hal yang perlu diperhatikan khususnya dalam kelompok usía menuju dewasa khususnya mahasiswa yang memiliki tingkat ide bunuh diri tinggi. Mahasiswa tahapan usía dimana sering terjadi instabilitas diri yang dapat menyebabkan mahasiswa merasakan kesepian apabila tidak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. Kesepian tinggi yang dirasakan mahasiswa dapat memunculkan pemikiran dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya yang dapat mendorong mahasiswa memiliki ide bunuh diri. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan kesepian dan ide bunuh diri pada mahasiswa di Indonesia. Responden pada penelitian berjumlah 649 orang yang merupakan mahasiswa Indonesia berusia 18-25 tahun. Ide bunuh diri diukur dengan Depressive Symptom Index – Suicidal Subscale (DSI-SS) dan Kesepian diukur dengan UCLA Loneliness Scale Revised Version 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesepian dengan ide bunuh diri pada mahasiswa Indonesia dimana apabila tingkat kesepian mahasiswa semakin tinggi, akan semakin tinggi pula tingkat ide bunuh diri yang dimiliki

Attempted suicide due to suicidal ideation is a matter of concern in the emerging adulthood group especially college students who have high levels of suicidal ideation. College students are at the stage where self-instability often occurs which can cause students to feel lonely if they do not get the support they need. The loneliness felt by college students can lead to negative thoughts and views about themselves and their social environment which can encourage students to have suicidal ideation. This study was conducted to find out the relationship between loneliness and suicidal ideation in college students in Indonesia. Respondents in the research were 649 people who were Indonesian college students aged 18-25 years. The suicidal ideation variable was measured with Depressive Symptom Index – Suicidal Subscale (DSI-SS) and the loneliness variable was measured by the UCLA Loneliness Scale Revised Version 3. The results showed that there is a significant positive relationship between loneliness and suicidal ideation in Indonesian students, where if the level of loneliness increases the level of suicidal ideation in college students will also increase."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Yunita
"Latar Belakang. Perempuan dengan HIV/AIDS memiliki risiko mengalami psikopatologi yang lebih tinggi dibanding laki-laki, meskipun data pendukung mengenai hal ini sangat minim. Untuk mengatasi stresor yang dialami, penderita HIV/AIDS membangun berbagai bentuk mekanisme koping, dan seringkali menggunakan mekanisme koping yang maladaptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara psikopatologi dengan mekanisme koping pada perempuan dengan HIV/AIDS.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menilai psikopatologi kuesioner SCL-90 , dan mekanisme koping kuesioner Brief COPE pada perempuan dengan HIV/AIDS di Pokdisus RS Cipto Mangunkusumo.
Hasil. Responden berjumlah 116 orang dengan 37,1 di antaranya memiliki psikopatologi dengan depresi sebagai psikopatologi terbanyak 44,2 . Mekanisme koping yang tersering digunakan oleh seluruh responden adalah religion 46,6 . Korelasi psikopatologi dengan mekanisme koping adalah r= 0,292 dan p=0,001.
Kesimpulan. Didapatkan hubungan bermakna dengan korelasi positif dan kekuatan lemah antara psikopatologi dan mekanisme koping. Mekanisme koping religion lebih banyak digunakan oleh responden tanpa psikopatologi. Responden dengan psikopatologi yang menggunakan koping religion sering disertai dengan penggunaan koping self blame. Manajemen tatalaksana perempuan dengan HIV/AIDS yang komprehensif dapat dilakukan dengan deteksi dini psikopatologi dan mekanisme koping.

Background. Women with HIV AIDS have greater risk than men in having psychopathology while the data was not very considerable. To resolve stress, patients with HIV AIDS build lots of coping mechanism, and often the maladaptive ones. This study aims to assess the relationship between psychopathology and coping mechanism in women with HIV AIDS.
Method. A cross sectional study was conducted to determine the psychopathology using SCL 90 questionnaire, and coping mechanism using Brief COPE questionnaire in women with HIV AIDS at Pokdisus of Cipto Mangunkusumo Hospital.
Result. Among 116 subjects, 37,1 had no psychopathology with depression was the most common psychopatology 44.2. The most used mechanism of coping was religion 46,6. The coefficient correlation between psychopathology and mechanism of coping was r 0,292 and p 0,001.
Conclusion. There was significant differences with positive and correlation between psychopathology and mechanism of coping. Religion coping more used by respondent with no psychopathology. Respondent with psychopathology often use religion and self blame coping. A comprehensive management in female with HIV AIDS can be done by early detection of their psychopathology and coping mechanism.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Shilla Dwisurta
"Ide bunuh diri cukup marak terjadi di kalangan mahasiswa karena mereka rentan mengalami tekanan. Studi menunjukkan bahwa dalam situasi tertekan, individu bereaksi secara berbeda berdasarkan gaya kelekatan dewasa (adult attachment styles). Adult attachment dapat mempengaruhi perilaku dan cara regulasi emosi seseorang dalam situasi yang mengancam, yakni mencari kedekatan, menghindar, atau menarik perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan adult attachment style dan ide bunuh diri pada mahasiswa perempuan dan laki-laki. Instrumen Attachment Style Questionnaire digunakan untuk mengukur adult attachment style dan Depressive Symptom Index–Suicidal Subscale untuk mengukur ide bunuh diri. Responden penelitian terdiri dari 649 orang mahasiswa berusia 18-25 tahun (dewasa awal) dari berbagai daerah di Indonesia. Pada mahasiswa perempuan, hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara secure (r=-0,162, p<0,01), fearful (r=0,315, p<0,01), preoccupied (r=0,208, p<0,01), dan dismissing attachment style (r=0,244, p<0,01) dan ide bunuh diri. Sementara pada mahasiswa laki-laki, ditemukan hubungan yang signifikan antara secure (r=-0,237, p<0,01), fearful (r=0,191, p<0,01), dan dismissing attachment style (r=0,132, p<0,01) dengan ide bunuh diri, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara preoccupied attachment style dan ide bunuh diri.

Suicidal ideation is quite common among students because they are prone to stress. Studies show that in stressful situations, individuals react differently based on adult attachment styles. Adult attachment can affect a person's behavior and emotional regulation in a threatening situation, namely seeking closeness, avoiding, or attracting attention. This study aims to examine the relationship between adult attachment style and suicidal ideation in female and male students. The Attachment Style Questionnaire was used to measure adult attachment style and the Depressive Symptom Index–Suicidal Subscale to measure suicidal ideation. Research respondents consisted of 649 students aged 18-25 years (emerging adults) from various regions in Indonesia. For female students, the results of this study showed a significant correlation between secure (r=-0.162, p<0.01), fearful (r=0.315, p<0.01), preoccupied (r=0.208, p<0.01), and dismissing attachment style (r=0.244, p<0.01) with suicidal ideation. Meanwhile, on male students, this research found a significant correlation between secure (r=-0.237, p<0.01), fearful (r=0.191, p<0.01), and dismissing attachment style (r=0.132, p< 0.01) with suicidal ideation, but there is no significant correlation between preoccupied attachment style and suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyar Annerangi
"Ansietas dan depresi antenatal merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering kali luput dari perhatian. Penelitan ini dilakukan karena mengingat dampak yang ditimbulkan oleh ansietas dan depresi antenatal baik bagi ibu maupun janinnya dan belum adanya penelitian mengenai prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret-April 2013.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ansietas antenatal sebesar 56,5% dan prevalensi depresi antenatal sebesar 14,8%. Yang menjadi faktor risiko terhadap ansietas antenatal yaitu memilki ≥2 keluhan selama masa kehamilannya. Sedangkan yang menjadi faktor risiko terhadap depresi antenatal adalah primigravida dan ansietas antenatal. Yang merupakan faktor protektif terhadap depresi antenatal adalah jumlah anak ≥1 dan dukungan sosial rendah namun hanya berlaku dalam studi ini.
Kesimpulannya, prevalensi ansietas dan depresi antenatal adalah tinggi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan menganai dampak, faktor risiko dan upaya pencegahannya.

Antenatal anxiety and depression is one of public health problems that we do not often realize. That has impact on fetus and maternal. Research on prevalence and determine of antenatal anxiety and depression has not been done in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013.
The purpose of this research is to know prevalence and determine of antenatal anxiety and depression in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The research design used was cross-sectional from March-April 2013.
The research shows prevalence of antenatal anxiety is 56,5% whereas prevalence of antenatal depression is 14,8%. Risk factor of antenatal anxiety is ≥2 complain in pregnancy period. Whereas risk factor of antenatal depression is primigravid and antenatal anxiety. Protector factor of antenatal depression is number of children live ≥1 child and lower social support but it just for this study.
In conclusion, prevalence antenatal anxiety and depression is higher and have several risk factor. Because of that so given education about impact, risk factor and prevention of antenatal anxiety and depression.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retha Arjadi
"Depresi merupakan gangguan perasaan yang dapat dialami individu dari berbagai golongan usia, termasuk lanjut usia atau lansia. Pada lansia, depresi dapat disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam diri mereka saat memasuki usia lanjut, misalnya berhenti bekerja, penurunan kondisi kesehatan, dan lain-lain. Depresi pada lansia ini perlu ditangani karena dapat menyebabkan mereka tidak mampu melakukan aktivitas harian, memunculkan masalah kesehatan, menurunkan kualitas hidup, hingga mempercepat kematian.
Fenomena mengenai lansia yang mengalami depresi ditemukan di Depok.Para lansia di Depok dinaungi oleh lembaga Perhimpunan Gerontologi Indonesia cabang kota Depok yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan lansia di Depok. PERGERI Depok seringkali mendapati anggotanya mengalami depresi, tetapi tidak memiliki tenaga pendukung untuk menangani masalah ini, karena selama ini perhatian hanya difokuskan pada penanganan masalah fisik. Untuk itu, peneliti mencoba menjawab kebutuhan tersebut dengan memberikan Terapi Kognitif- Perilaku kepada 3 (tiga) orang lansia di Depok yang mengalami depresi. Penelitian dijalankan dengan menggunakan desain single-subject repeated measures. Pengukuran dilakukan saat pra-intervensi, pertengahan intervensi, dan pasca-intervensi untuk mendapatkan gambaran perubahan tingkat depresi yang jelas pada masing-masing partisipan.
Ketiga partisipan yang menjalani Terapi Kognitif-Perilaku mengalami penurunan tingkat depresi yang dilihat melalui hasil wawancara dan observasi, status mental, serta pengukuran menggunakan alat ukur Beck Depression Inventory (BDI), Geriatric Depression Scale (GDS), dan BDRS (Brief Depression Rating Scale). Salah satu partisipan mengalami penurunan yang tidak terlalu besar dibandingan dua partisipan lain, diperkirakan karena kurangnya ketaatan (adherence) dalam menjalani terapi dan adanya riwayat depresi cukup berat yang pernah ia alami sebelumnya. Selain itu, para partisipan sudah mampu mempraktekkan teknik-teknik yang diberikan dalam rangkaian terapi, mulai dari mengenali ciri depresi, memonitor perasaan, mempraktekkan rencana kegiatan harian, berlatih relaksasi, memecahkan masalah, mengenali pikiran negatif dan melakukan restrukturisasi pikiran. Para partisipan pun memahami bahwa keberhasilan terapi ditentukan oleh kemandirian dan niat mereka untuk menjalankan teknik-teknik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Depression is a mood disturbance that can be experienced by all ages, including the elderly. Depression in older adults can be caused by changes due to the aging process, such as: being in pension, declining health conditions, etc. Its imperative to treat depression in older adults as it disable them from their daily activities, raise health problems, impede quality of life, and increase mortality.
The depression phenomenon occurs to the elderly residents in Depok. The Association of Gerontology Indonesia (Perhimpunan Gerontologi Indonesia/ PERGERI) in Depok is an organization that aimed to improve the welfare of older adults in Depok. Older adults in Depok often have depression, but PERGERI does not have the personnel to deal with this problem, because so far it is only focused on treating physical health problems. In this research, I provide Cognitive- Behavior Therapy for 3 (three) older adults with depression in Depok. This study use single-subject design, repeated measures. There are pre-test, mid-test, and post-test assessment to show clear changes in depression level for each participant.
All participants experienced decreased levels of depression, that are assessed from interviews and observations, mental status, and psychological measures. The measurements are Beck Depression Inventory (BDI), Geriatric Depression Scale (GDS), and BDRS (Brief Depression Rating Scale). One of the participants experienced lower therapy effect compared to the other two participants, presumably due to lack of adherence and a history of depression. Furthermore, all participants can successfully practice the techniques presented in the therapy, such as recognizing depression features, mood monitoring, daily activity scheduling, relaxation training, problem solving, recognizing negative thoughts, and cognitive restructuring. The participants understand that therapeutic success is determined by their independence in doing all techniques in their daily lives.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30095
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yurike Cahyani
"Gejala depresi dapat dijumpai pada individu dengan skizofrenia. Namun demikian, gejala depresi tersebut seringkali tidak terdeteksi sehingga bisa membahayakan jiwa bagi individu dengan skizofrenia.
Tujuan: mendapatkan Calgary Depression Scale for Schizophrenia (CDSS) versi Bahasa Indoensia yang sahih dan andal untuk mendeteksi gejala depresi pada individu dengan skizofrenia.
Metode: uji diagnostik CDSS dengan menggunakan baku emas Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) pada 102 subyek di poli rawat inap RSJ. Soeharto Heerdjan. Cara pengambilan sample dengan acak sederhana. Analisis data dilakukan dengan program SPSS versi 17. Untuk menguji kesahihan dilakukan pengukuran validitas isi, validitas kriteria dengan baku emas HDRS, dan validitas konstruksi untuk nilai korelasi. Pada uji reliabilitas dilakukan penentuan Cronbach's α, uji rater-interrater dan reliabilitas test-retest yang dilakukan dengan jarak waktu 3 hari kemudian.
Hasil: usia rerata subjek penelitian adalah 36,2(SD 9,7) dan rasio proporsi jenis kelamin laki-laki : perempuan sebesar 3:1. Sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan SLTP dan SLTA (78%). Subjek penelitian sebagian besar tidak menikah (68%) serta bekerja pada sektor informal seperti tukang koran dan buruh harian. CDSS berbahasa Indonesia memiliki sensitivitas 0,71 dan spesifisitas 0.69 dengan nilai cut-off sebesar 5. Nilai Cronbach's α dari CDSS versi Bahasa Indonesia sebesar 0,74.
Kesimpulan: Uji diagnostik CDSS versi Bahasa Indonesia didapatkan hasil yang cukup baik terhadap validitas isi, face validity, validitas kriteria dan validitas konstruksi dengan konsistensi internal yang dapat diandalkan.

Depression symptoms can be found in people with schizophrenia. But however, the symptoms are often not detected and puts their lives at risk.
Goal: to get a valid and reliable Indonesian version of Calgary Depression Scale for Schizophrenia (CDSS) to detect depression symptoms in people with schizophrenia.
Method: diagnostic test of CDSS with Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) as gold standard in 102 inpatient subjects in Soeharto Heerdjan hospital. Participants were recruited using simple random sampling and data analysis was done using SPSS program version 17. Validity is measured by measuring content validity, criterion validity with HDRS as gold standard, and construction validity for correlation score. Reliability test was done with measuring Cronbach's α, interratertest, and test-retest reliability within 3 days period.
Result: mean age for study subjects is 36,2 (SD 9,7) and gender proportion between male : female is 3:1. The majority of subjects have finished middle highschool and senior highschool (78%) and not married (68%) and work in informal fields such as newspaper deliveryman and daily labor. The Indonesian version of CDSS has sensitivity of 0,71 and specificity of 0,69 and cut-off score 5. Cronbach’s α score is 0,74.
Conclusion: there is a good result in content validity, face validity, criterion validity, construction validity, and reliable internal consistency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrohman Prajitno
"Fokus penelitian ini ialah eksplorasi hubungan potensial antara percobaan bunuh diri di Jakarta pada tahun 1982/ 1983, dan diagnosis psikiatri dan faktor sosiokultural, Sistem Kesehatan Nasional 1982 dalam menyongsong tahun 2000 memperkirakan bahwa jumlah gangguan kesehatan jiwa rakyat Indonesia secara relatif lebih besar berkembang di bidang yang diakibatkan oleh tekanan hidup dengan akibat meningkatnya angka perilaku menyimpang, termasuk percobaan bunuh diri. Berdasarkan ulasan kepustakaan mengenai tindakan bunuh diri, ditinjau dari sejarah, agama, psikologi, sosiologi, patodinamika percobaan bunuh diri serta pengalaman pribadi penulis, diajukan permasalahan utama sebagai berikut. Apakah percobaan bunuh diri yang terjadi pada akhirakhir ini di Jakarta berhubungan dengan gangguan kesehatan (penyakit) jiwa dan faktor sosiokultural tertentu?
Metode penelitian iniadalah suatu studi kasus kelola dengan Cara menyelidiki kelompok pasien yang melakukan percobaan bunuh diri, kelompok pasien psikiatri yang tidak melakukannya, dan kelompok orang yang melakukan bunuh diri. Pada penelitian ini diuji sejumlah 17 hipotesis yang terdiri dari variabel utama diagnosis psikiatri menurut Sistem dan Evaluasi Multiaksial dan faktor-sosiokultural tertentu. Analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk uji x2 risiko relatif dan kuatnya hubungan asosiasi Л(phi) dan Y (Yule). Sampel yang digunakan ialah sampel sengaja (purposive sample) dan sampel berlapis (stratified sample), yaitu wanita menikah yang berusia muda dengan tujuan agar diperoleh sampel yang spesifik untuk percobaan bunuh diri.
Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya asosiasi yang sangat bermakna (significant) (p <0,01) dan hubungan yang sangat kuat antara percobaan bunuh diri dan gangguan depresi, Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik, Stres Psikososial yang berat, Fungsi Adaptif Tertinggi yang lumayan pada setahun terakhir, metode yang lunak, penyalahgunaan obat dan alkohol, faktor pencetus/stres kehidupan berupa masalah pernikahan, predileksi jenis kelamin (wanita) dan usia (16--30 tahun), status menikah, dan golongan etnik Cina. Di samping itu, terdapat asosiasi yang bermakna (p < 0,05) dan hubungan yang kuat antara PBD dan Gangguan dan Kondisi Fisik yang minimal, sikap keluarga yang tergolong menerima, dan bermukim kurang dari tiga tahun di Jakarta. Hipotesis yang ditolak ialah asosiasi antara percobaan bunuh diri_dan status sosial ekonomi yang rendah, komposisi keluarga, kepatuhan beragama yang kurang, dan aktivitas kemasyarakatan yang kurang. Pada analisis regresi berganda teruji urutan prediksi variabel Stres Psikososial yang berat, gangguan depresi, dan PungsI Adaptif Tertinggi Setahun Terakhir yang lumayan. Ternyata prediksi variabel Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik dan golongan etnik Cina kurang menunjukkan peran yang nyata. Hasil yang lain ialah dapat dicatat sejumlah 1.337 pasien pada tahun 1982/1983 atau angka prevalensi 2,3/100.000 orang penduduk serta peta tindakan bunuh diri menurut kecamatannya. Secara ringkas, penemuan hasil penelitian ini ialah tentang patodinamika terjadinya, profit orang yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukannya, dan informasi terbaru mengenai peristiwa percobaan bunuh diri di Jakarta.
Implikasi studi ini ialah bahwa karena asosiasi yang sangat bermakna antara diagnosis psikiatri dan percobaan bunuh diri, diperlukan evaluasi dan terapi di bidang psikiatri untuk semua pelaku percobaan bunuh diri. Pola penanggulangan percobaan bunuh diri dengan cara pendekatan Tlmu Kesehatan Jiwa Masyarakat berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier (pastvention) disarankan agar dikembangkan. Penelitian ini mengundang penelitian-penelitian lain di bidang epidemiologi, perilaku destruksi diri yang lain, dan masalah lain seperti depresi, stres kehidupan, dan faktor sosiokultural lainnya yang diduga ada kaitannya dengan percobaan bunuh diri.

The focus of this research is the exploration of the potential relationship between attempted suicides in Jakarta in the year 1982/1983 and psychiatric diagnosis and sosiocultural factors. The National Health System of 1982 in its approach towards the year 2000 estimates that there will be a relarively larger increase in disturbances of mental health among the Indonesian people in the category caused by life stresses resulting in deviant behavior, including attempted suicide. Based on a literature review on suicidal act concerning history, religion, psychology, sociology and the pathodynamics of attempted suicide, and the author's personal observations, the main problem is formulated as follows: Are the recent attempted suicides in Jakarta connected with mental health disturbance (mental illness) and particular sociocultural factors?
The investigation method is the case-control study in which were examined one group of patients who attempted suicide, one group of psychiatric patients who did not, and a group of persons who committed suicide. In this study, 17 hypotheses were tested, involving such variables as certain psychiatric diagnosis according to the Multiaxial System and Evaluation and sociocultural factors. For statistical analysis the 2 X 2 table for testing X2, relative risk, and associative strength between Л (phi) and Y (Yule) were used. Samples used were purposive samples and stratified samples, i.e. married young women in order to obtain a specific sample for attempted suicide.
The results of this study show a highly significant (p {0,01) association and a very strong association between attempted suicide on the one hand - and on the other: depression and Histrionic Personality Disturbance and Traits, severe Psychosocial Stress, fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year, "soft" method, drug and alcohol abuse, life stress in the from of a marital discord as precipitating factor, predilection of the female sex aged 16--30, married status, and ethnic group (Chinese). Further, the results show a significant (p < 0.05) association and strong association between attempted 'suicide on the one hand - and on the other: Minimal Psysical Disturbance and Conditions, accepting attitude on the part of the family, and residence of less than 3 years in Jakarta. Hypotheses that remain unsupported are concerning an association between attempted suicides on the one hand - and on the other: low social and economic status, family structure, loose religious adherence, and insufficient social activity. Muliple regression analysis indicates that prominent predictors to lead a person for attempting suicide are severe Psychosocial Stress, depressive disorders, and fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year. On the other hand, Histrionic Personality Disorder or Trait and Chinese ethnicity are relatively less prominent predictors. Another result was that 1,337 patients were registered during 1982-1983, a prevalence of 2.3 per 100,000 city residents, and were entered on a map showing the distribution by district. In summary, the findings of this research throw light on the pathodynamics, provide a profile of persons at high risk of attempted suicide and the latest information on attempted suicide in Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D260
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>