Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Ralato Dviani Wiraputri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Celebrity Worship, Love Addiction, dan Fear of Intimacy Pada Dewasa Muda Penggemar Idola Jepang. Sebanyak 117 partisipan yang merupakan dewasa muda penggemar idola Jepang mengisi alat ukur Celebrity Attitude Scale untuk mengukur tingkat celebrity worship, Passionate Love Scale untuk mengukur tingkat love addiction, dan Fear of Intimacy Scale untuk mengukur fear of intimacy. Pengolahan data dilakukan menggunakan teknik statistik Pearson Correlation menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan pada skor celebrity worship dan love addiction dengan nilai korelasi yaitu r = 0,706, dan p = 0,000, two tailed. Nilai korelasi positif tersebut menunjukkan semakin tinggi celebrity worship pada partisipan yang menyukai idola Jepang maka akan semakin tinggi pula love addiction mereka terhadap idola Jepang yang mereka sukai. Tidak didapatkan korelasi positif antara celebrity worship dengan fear of intimacy dan love addiction dengan fear of intimacy, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara worship dengan fear of intimacy dan love addiction dengan fear of intimacy.

ABSTRACT
This research aims to examine the relationship between celebrity worship, love addiction, and fear of intimacy among young adults who worship Japanese Idols. 117 young adult participants who worship Japanese Idols filled the Celebrity Attitude Scale to measure the level of celebrity worship, Passionate Love Scale to measure the level of love addiction, and Fear of Intimacy Scale to measure the fear of intimacies level. Data analysis using Pearson Correlation showed a positive correlation between celebrity worship and love addictions scores r 0,706, and p 0,000, two tailed. The positive correlation indicates that the higher participants celebrity worship level, the higher participants love addict level on their favorite Japanese idols. There is no positive correlation between celebrity worship and fear of intimacy, and love addict and fear of intimacy. Thus, there is no relation between celebrity worship and fear of intimacy, and love addict and fear of intimacy."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Sere Minenda
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fear of intimacy dan adiksi cybersex pada dewasa muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan responden penelitian sebanyak 972 dewasa muda yang pernah melakukan aktivitas cybersex. Fear of intimacy diukur dengan adaptasi Fear of Intimacy Scale (FIS), sementara adiksi cybersex diukur dengan adaptasi Internet Sex Addiction Screening Test (ISST). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan (r = 0,180, p < 0,01, one tail) antara fear of intimacy dan adiksi cybersex pada dewasa muda. Dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi fear of intimacy, maka semakin banyak gejala adiksi cybersex yang ditunjukkan oleh dewasa muda.
;The aim of this research is to examine the relationship between fear of intimacy and cybersex addiction among young adults. This quantitative study assessed 972 young adults in Indonesia who have ever done cybersex activities. The adaptation of Fear of Intimacy Scale is used to measure fear of intimacy while the adaptation of Internet Sex Addiction Screening Test is used to measure cybersex addiction. The result of this research showed that fear of intimacy positively correlated significantly (r = 0,180, p < 0,01, one-tail) with cybersex addiction among young adults. Therefore, the higher someone’s fear of intimacy, the more signs of cybersex addiction shown among young adults.
, The aim of this research is to examine the relationship between fear of intimacy and cybersex addiction among young adults. This quantitative study assessed 972 young adults in Indonesia who have ever done cybersex activities. The adaptation of Fear of Intimacy Scale is used to measure fear of intimacy while the adaptation of Internet Sex Addiction Screening Test is used to measure cybersex addiction. The result of this research showed that fear of intimacy positively correlated significantly (r = 0,180, p < 0,01, one-tail) with cybersex addiction among young adults. Therefore, the higher someone’s fear of intimacy, the more signs of cybersex addiction shown among young adults.
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devirianty
"Fear of intimacy merupakan hambatan yang menghalangi dewasa muda untuk membangun keintiman dalam rangka membentuk hubungan romantis dengan pasangan. Self-esteem rendah sebagai faktor internal yang memungkinkan seseorang untuk mempunyai fear of intimacy tinggi, merupakan salah satu akibat dari fenomena perceraian yang semakin marak di Indonesia sekarang ini. Dewasa muda yang berasal dari keluarga bercerai cenderung mempunyai self-esteem yang rendah dibandingkan dewasa muda dari keluarga utuh, dan karena itu cenderung mempunyai fear of intimacy yang tinggi. Penelitian ini mencoba untuk mencari dan menemukan arah korelasi self-esteem dengan fear of intimacy pada dewasa muda melalui pendekatan kuantitatif. 103 partisipan yang terdiri dari tiga kelompok berdasarkan status perkawinan orangtua (menikah, bercerai, janda/duda meninggal) mengisi alat ukur yang terdiri dari adaptasi Fear of Intimacy Scale (FIS) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Pengolahan data dengan teknik chi-square menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan ( Pearson?s r = - .368, p value = 0.00) antara skor self-esteem dan skor fear of intimacy. Korelasi negatif yang ditemukan mengindikasikan bahwa semakin baik self-esteem seseorang maka semakin rendah kecenderungan fear of intimacy. Oleh karena itu, self-esteem anak yang orangtuanya bercerai (cenderung rendah) perlu mendapat perhatian khusus agar tidak tumbuh menjadi faktor internal yang menimbulkan fear of intimacy saat anak berusia dewasa muda.

Fear of intimacy are barriers that prevent young adults to build intimacy in order to form a romantic relationship with a partner. Low self-esteem as internal factors that enable a person to have a high fear of intimacy, is one result of the growing phenomenon of divorce in Indonesia today. Young adults from divorced families tend to have lower self-esteem than young adults from intact families, and therefore tend to have a high fear of intimacy. This study tries to seek and find the direction of the correlation of self-esteem and fear of intimacy in young adults through a quantitative approach. 103 participants consisting of three groups based on parental marital status (married, divorced, widow / widower dies) fill the adaptation of Fear of Intimacy Scale (FIS) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Data analysis with chi-square technique showed a significant negative correlation (Pearson's r = - .368, p value = 0:00) between the scores of self-esteem and fear of intimacy scores. Negative correlation that was found indicating that if a person's has better self-esteem, they would have the lower the tendency of fear of intimacy. Therefore, the self-esteem of children whose parents divorce (rather low) need special attention so it wont grow into internal factors that give rise to fear of intimacy when children were in young adult."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Karunia Rahma
"ABSTRAK
Intimacy merupakan salah satu aspek terpenting terutama pada individu dewasa muda. Individu yang sulit membangun intimacy dengan oranglain disebut dengan fear of intimacy. Fear of Intimacy dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah hubungan dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dan fear of intimacy pada individu dewasa muda. Partisipan penelitian ini berjumlah 743 orang dewasa muda laki-laki dan perempuan yang berusia antara 21-40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur Revised- Family Assesment Device dan fear of Intimacy diukur menggunakan Revised-Fear of Intimacy Scale. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang sinifikan antara keberfungsian keluarga dan fear of intimacy pada dewasa muda r = -,229, p < 0.01 . Sebagai tambahan, hasil peneltiian ini menemukan bahwa dimensi behavioral control dari keberfungsian keluarga memiliki korelasi yang paling tinggi dengan fear of intimacy sedangkan dimensi affective responsiveness tidak berkorelasi dengan fear of intimacy. Arah korelasi yang didapatkan negatif, artinya semakin baik family functioning maka semakin rendah tingkat fear of intimacy.

ABSTRACT
Intimacy is one of the most important things in young adulthood. A young adult who can not build intimacy easily with others called as fear of intimacy. Fear of intimacy can caused by many factors such as family relationship. This research is conducted to find about the relationship between family functioning and fear of intimacy in young adults. Participants in this study consist of 743 young adults of man and woman aged between 21 40 years . This study was a correlational study using a quantitative approach. Family functioning was measured by Revised Family Assessment Device and Fear of Intimacy measured by Revised Fear of Intimacy Scale. The result showed that there is a significant relationship between family functioning and fear of intimacy r ,229 , p 0.01 . In addition to this research found that the behavioral control dimension of family functioning has most correlated with fear of intimacy meanwhile affective responsiveness dimension of family functioning has no correlated with fear of intimacy. The direction of correlation is negative, it means that he higher of family functioning then the lower of fear of intimacy."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitea Kaniraras
"Hubungan perkawinan orangtua yang tidak harmonis atau berkonflik dapat berdampak buruk pada anak mereka. Persepsi anak terhadap hubungan orangtuanya dapat menimbulkan fear of intimacy, yang nantinya dapat berakibat buruk di saat anak dewasa. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran ada atau tidaknya hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dengan fear of intimacy pada dewasa muda, serta arah dari hubungan tersebut. Sebanyak 103 partisipan mengisi alat ukur Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution dan Fear of Intimacy Scale yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel dari data yang diperoleh, digunakan teknik perhitungan pearson correlation. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa persepsi hubungan perkawinan orangtua tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap fear of intimacy (reasoning ayah p = 0,124 > 0,05 dan ibu p = 0,880 > 0,05; verbal aggression ayah p 0,225 > 0,05 dan ibu p = 0,992 > 0,05; physical aggression ayah p = 0,120 > 0,05 dan ibu p = 0,094 > 0,05). Dengan demikian, temuan ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi hubungan perkawinan orangtua dan fear of intimacy.

Conflict in parental marital relationship can have a negative impact on their children. Children?s perception of their parent relationship can cause fear of intimacy which can be dangerous when children become young adults. This study used quantitative approach to see if there is any relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy in young adults, as well as the direction of the relationship. A total of 103 participants filled Conflict Tactics Scale: Father-Mother Resolution and Fear of Intimacy Scale which were adapted into Indonesian. Chi square technique was used to determine the relationship between the two variables from the data obtained. The results showed that the perception of parental marital relationship doesn?t have a significant relationship to fear of intimacy (father?s reasoning p = 0,124 > 0,05 and mother?s p = 0,880 > 0,05; father?s verbal aggression p 0,225 > 0,05 and mother?s p = 0,992 > 0,05; father?s physical aggression p = 0,120 > 0,05 and mother?s p = 0,094 > 0,05) Thus, these findings indicate that there is no relation between perception of parental marital relationship and fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tsana Dhia
"K-Pop merupakan fenomena global yang marak di Indonesia, terutama selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan prediktif distress psikologis terhadap celebrity worship serta peran maladaptive daydreaming sebagai mediator. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa distress psikologis memiliki hubungan yang signifikan dengan celebrity worship dan maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator (Zsila et al., 2019). Meskipun telah diteliti, penelitian ini dilakukan khusus pada penggemar K-Pop (N = 252) kalangan usia emerging adulthood, yaitu 18-25 tahun (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship diukur menggunakan Celebrity Attitude Scale oleh Maltby et al. (2002), sedangkan distress psikologis diukur dengan The Kessler Psychological Distress Scale (K10) oleh Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) oleh Somer et al. (2017b) digunakan untuk mengukur Maladaptive Daydreaming. Analisis mediasi dilakukan menggunakan fitur PROCESS Versi 4.0 dari SPSS Versi 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan langsung antara distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = -.0289, > .05). Namun, penelitian ini membuktikan bahwa maladaptive daydreaming berperan sebagai mediator dalam hubungan distress psikologis dan celebrity worship (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). Apabila distress psikologis naik, maladaptive daydreaming juga akan naik. Seiring dengan kenaikan maladaptive daydreaming, celebrity worship pun akan mengalami kenaikan.

K-Pop ia  a rising global phenomenon in Indonesia, especially the last several years. This study aims to evaluate the predictive relationship between psychological distress and celebrity worship, also the role of maladaptive daydreaming as mediator. Previous studies found that psychological distress has a significant relationship with celebrity worship and maladaptive daydreaming is one of the mediator (Zsila et al., 2019). However, this study specifically aimed to emerging adult K-Pop fans (N = 252) age 18-25 years old (M = 21.04, SD = 1.713). Celebrity worship measured by Celebrity Attitude Scale (CAS) by Maltby et al. (2002) and psychological distress used The Kessler Psychological Distress Scale (K10) by Kessler et al. (2002). Maladaptive Daydreaming Scale-16 (MDS-16) by Somer et al. (2002) used for maladaptive daydreaming. Mediation was analyzed using PROCESS 4.0 from SPSS version 24. This study found that psychological distress has no direct effect on celebrity worship (𝛽 = -.0289, p > .05). However, maladaptive daydreaming was found as a mediator (𝛽 = .20, BootSE = .06, Cl 95% [.08, .34]). In conclusion, an increase in psychological distress is followed by an increase in maladaptive daydreaming then an increase in maladaptive daydreaming is followed by an increase in celebrity worship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rif`atul Mahmudah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aspek intimacy dalam Sternberg's Triangular Theory of Love dengan kesiapan menikah pada dewasa muda. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini melibatkan 120 orang dewasa muda yang telah merencanakan pernikahan dengan pasangannya Partisipan diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur intimacy dan kesiapan menikah. Intimacy diukur dengan menggunakan subscale intimacy yang menjadi bagian dari alat ukur Triangular Love Scale (TLS) yang dikembangkan oleh Robert J. Sternberg. Kesiapan menikah diukur dengan menggunakan Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). Adapun area-area kesiapan menikah yang diukur adalah komunikasi, keuangan, anak dan pengasuhan, pembagian peran suami-istri, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara intimacy dan kesiapan menikah. Selain itu, ditemukan adanya perbedaan mean kesiapan menikah yang signifikan berdasarkan tahun rencana pelaksanaan pernikahan.

This research is examined to understand the relationship between intimacy of Sternberg's Triangular Theory of Love and readiness for marriage in young adults. The research used quantitative approach and involving 120 young adults that have planned a marriage with their couple. Intimacy was measured using a subscale intimacy which is a part of Triangular Love Scale (TLS) that developed by Robert J. Sternberg. Readiness for marriage is measured by the Modified Marriage Readiness Inventory (Wiryasti, 2004). The areas measured on the readiness for marriage is communication, finance, children and parenting, husband and wife roles, partner background and relationships with family, religion, interest and use of leisure time. The result of this research showed that there is a significant relationship between intimacy and readiness for marriage. Furthermore, this research find a significant mean difference in readiness for marriage based on years of the implementation of marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Mandasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fear of intimacy dalam hubungan romantis pada dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua. Fenomena yang seringkali terjadi pada dewasa muda yang mengalami
perceraian orangtua ketika menjalani hubungan romantis adalah kesulitan untuk mempertahankan hubungan dan memiliki fear of intimacy. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Partisipan penelitian
ini adalah dewasa muda yang mengalami perceraian orangtua dan sedang menjalani hubungan romantis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur fear of
intimacy dalam hubungan romantis adalah Fear of Intimacy Scale (FIS) yang terdiri dari 34 item yang sudah diadaptasi. Hasil penelitian dari 104 orang
partisipan menunjukkan bahwa mayoritas memiliki tingkat fear of intimacy yang rendah dalam hubungan romantis.

ABSTRACT
This research aims to have a description on fear of intimacy towards romantic relationship in young adult who have experienced parental divorce. When facing romantic relationship, young adult who have experienced parental divore are often difficult to survive and also have a fear of intimacy. This research is using quantitative methods. The participants of this research are young adult who have experienced parental divorce and currently is in romantic relationship. Fear of intimacy are measured by Fear of Intimacy Scale (FIS) that consists of 34 adapted items. The result from 104 participants shows that majority of research participants have low level of fear of intimacy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefanya Pricilla Kardia
"Subjective well-being individu dapat dipengaruhi dengan berbagai aspek dalam kehidupan. Pada kalangan dewasa muda, subjective well-being umumnya berkaitan dengan tugas eksplorasi yang sedang dilakukan, seperti membentuk identitas dan menjalin hubungan dekat dengan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dapat melakukan celebrity worship. Di Indonesia, celebrity worship seringkali ditemukan pada penggemar K-POP dan dapat memberikan dampak positif maupun negatif, termasuk pada subjective well-being. Peneliti ingin mempelajari hubungan antara celebrity worship dan subjective well-being pada kalangan penggemar K-POP serta menggali perbedaan jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan Celebrity Attitude Scale (CAS) (McCutcheon, Lange, & Houran, 2002) adaptasi dari Faizah (2022). The PERMA-Profiler (Butler & Kern, 2016) adaptasi dari Elfida, dkk. (2021) dan menyertakan sebanyak 237 partisipan laki-laki dan perempuan penggemar K-POP berusia 18-25 tahun (M= 21.57, SD=1.64). Hasil analisis data menggunakan korelasi Spearman’s Rho menunjukkan adanya korelasi positif dan signifikan antara celebrity worship dan subjective well-being dengan kekuatan korelasi yang lemah. Selain itu, melalui analisis Mann-Whitney U ditemukan bahwa tidak ada perbedaan pada celebrity worship dan subjective well-being jika ditinjau dari jenis kelamin.

Subjective well-being is found to be associated with various aspects in an individual's life. Among young adults, subjective well-being is linked with how well their exploration task is going, such as forming identity dan close relationships with others. As a way to fulfill these needs, young adults tend to do celebrity worship. In Indonesia, celebrity worship is very common among K-POP fans and is found to have positive and negative impacts, including on subjective well-being. This study aimed to find out the relationship between celebrity worship and subjective well-being among K-POP fans and also see if there are any differences based on gender. Using the Celebrity Attitude Scale (CAS) (McCutcheon, Lange, & Houran, 2002) adapted by Faizah (2022) and The PERMA-Profiler (Butler & Kern, 2016) adapted by Elfida, et al. (2021), this study included 237 participants who are male and female K-POP fans at the age of 18-25 (M= 21.57, SD=1.64). Pre-Spearman’s Rho analysis showed a positive and significant correlation between celebrity worship and subjective well-being with a weak relationship. This study also found that there are no significant differences on celebrity worship and subjective well-being based on gender using Mann Whitney U."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alivia Shahihan Mayora
"Kpop merupakan suatu ekosistem dengan budaya yang kuat, salah satunya adalah budaya menggemari idola Kpop melalui kelompok penggemar/fandom. Remaja yang memiliki social identity sebagai anggota fandom Kpop cenderung menunjukkan berbagai perilaku untuk mendapatkan informasi tentang idolanya. Ketika remaja terobsesi dengan idolanya hingga menunjukkan perilaku yang berlebihan, maka terdapat indikasi bahwa hal ini mengarahkan pada celebrity worship yang dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-experimental korelasional untuk mengetahui apakah social identity memiliki hubungan yang positif dengan celebrity worship. Social Identity Scale (SIS) dan Celebrity Attitude Scale (CAS) diuji kepada 148 remaja berusia 12-18 tahun (M = 16,57, SD = 1,462) yang tergabung dalam fandom Kpop. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa social identity memiliki hubungan positif yang kuat dan signifikan dengan celebrity worship pada remaja dalam fandom Kpop (r(148) = 0,633, p < 0,001, r² = 0,400689). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja dengan tingkat social identity yang tinggi cenderung memiliki tingkat celebrity worship yang tinggi, dan sebaliknya. Maka, semakin remaja memiliki identifikasi yang kuat dengan fandom Kpop-nya, maka semakin tinggi risiko munculnya perilaku celebrity worship.

Kpop, through its sprawling fandoms (fan kingdoms) that idolize Kpop idols, is undeniably an ecosystem with a strong culture. Adolescents who obtain social identity as members of Kpop fandom tend to show various behaviors to seek information concerning their idols. If adolescents become obsessed with their idols to the point of excessive behavior, it could indicate a symptom of celebrity worship, which can have both positive and negative effects on adolescents. This study, utilizing a non-experimental correlational research design, tries to determine whether social identity positively correlates with celebrity worship. The Social Identity Scale (SIS) and the Celebrity Attitude Scale (CAS) were administered to 148 adolescents between the ages of 12 and 18 (M = 16.57, SD = 1.462), each a member of Kpop fandoms. The Pearson correlation showed a strong positive and significant correlation between social identity and celebrity worship among adolescents in the Kpop fandom with a result of (r(148) = 0.633, p < 0.001, r² = 0.400689). This result suggests that adolescents with higher levels of social identity tend to have higher celebrity worship levels, and vice versa. Thus, the stronger adolescents identify with their Kpop fandom, the higher their risk of engaging in celebrity worship behaviors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>