Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Rona Drati Selon
"ABSTRAK
Tujuan penelitian model pemberdayaan lansia ini menganalisis bentuk
dukungan sosial dari keluarga, teman, tetangga, masyarakat, pihak swasta,
yayasan, dan pemerintah didalam upaya pemberdayaan lansia. Selanjutnya
menganalisis model pemberdayaan yang bersifat self-help dengan dukungan sosial
dilakukan oleh komunitas lansia dahlia senja. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Dengan metode kualitatif penulis melakukan
wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, merekam, dan mencatat
informasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa model pemberdayaan pada
komunitas lansia dahlia senja dengan pendekatan bottom-up, karena
pemberdayaannya bersifat self-help bersinergi dengan dukungan sosial. Dengan
kekuatan self-help yang dimiliki komunitas lansia dahlia senja, lansia memperoleh
dukungan sosial diantaranya datang dari keluarga, teman, tetangga, donatur, pihak
swasta, yayasan, dan unsur pemerintah. Dukungan tersebut berupa dukungan
emosional, informasi, dukungan instrument (barang dan jasa), dan
penilaian/appraisal. Model pemberdayaan lansia melalui kegiatan produktif pada
komunitas lansia dahlia senja adalah kombinasi dari pemberdayaan Self-help dan
Social Support dengan individual-kelompok. Di setiap kegiatannya individu lansia
terinspirasi dari peran ketua komunitasnya. Produk-produk yang dihasilkan lansia
didalam pendampingan pemberdayaan didalam kegiatan produktif komunitas ini
dapat memotivasi lansia lain.

ABSTRACT
The purpose of this elderly empowerment model study is to analyze the
form of social support from family, friends, neighbors, community, private
parties, foundations, and government in empowering elderly. Next analyze the
self-help empowerment model with social support done by elderly community
dahlia senja. The method used in this research is qualitative. With qualitative
methods the authors conducted in-depth interviews, observation, documentation,
record, and record information.
The results of this study show that the empowerment model in elderly
community dahlia senja with bottom-up approach, because the empowerment is
self-help synergize with social support. With the power of self-help that belongs
to the elderly community of dahlia senja, the elderly obtain social support among
others coming from family, friends, neighbors, donors, private parties,
foundations, and government elements. Support is in the form of emotional
support, information, support instruments (goods and services), and assessment /
appraisal. The elderly empowerment model through productive activities in the
elderly community of dahlia senja is a combination of self-help empowerment and
Social Support with individual-groups. In every activity the elderly are inspired by
the role of community leader. The products produced by the elderly in the
assistance of empowerment in the productive activities of this community can
motivate other elderly."
2018
T49625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vernandha Vannya Hidayat Putri
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas mengenai dukungan sosial komunitas swadaya pasien kanker sebagai pemberdayaan perilaku Self-Help dan Self-Care anggotanya serta merupakan contoh pengobatan alternatif. Fokus tulisan ini mengenai dukungan sosial komunitas Elgeka Jawa Barat terhadap pasien kanker Chronic Myeloid Leukemia (CML) dan Gastrointestinal Stromal Tumor (GIST) dalam melalui perasaan penyangkalan sampai kepada penerimaan sebagai suatu rangkaian tahapan berduka. Setelah mencapai tahapan penerimaan, pasien dapat membuka diri serta melakukan Self-Help dan Self-Care. Tulisan ini menggunakan konsep-konsep yang dikemukakan oleh para tokoh terkait komunitas, pasien, dukungan sosial, Self-Help dan Self-Care di dalam melakukan analisa terhadap data temuan. Temuan dalam tulisan ini ialah komunitas mampu membantu pasien melewati posisi berduka dari tahapan menyangkal hingga penerimaan melalui dukungan sosialnya dan dukungan sosial terus ada meskipun telah mencapai tahapan penerimaan. Pada tahapan penerimaan ini mampu mengembalikan fungsi dan peran sosial seorang pasien diagnosa penyakit kanker sehingga pasien mampu untuk melakukan Self-Help dan Self-Care pada tahapan individu dan komunitas. Pada tulisan sebelumnya lebih membahas kepada peran pasien dilihat berdasarkan dukungan sosial yang diberikan tetapi masih sedikit kajian mengenai peran pasien sebagai anggota komunitas dan tidak melihat aspek pasien yang tidak hanya terbantu dengan adanya komunitas tetapi juga dapat melakukan Self-Help dan Self-Care.

ABSTRACT
This paper discuss about social support cancer patient community as Self-Help and Self-Care behavioral empowerment for it?s member and constitute as an example of alternative treatment. Focus of this paper is about community social support for cancer patients Chronic Myeloid Leukemia (CML) and Gastrointestinal Stromal Tumor (GIST) in the course of grieving stages into acceptance stages as the stages of grieving. Subsequent to acceptance stages, patient can perform Self-Help and Self-Care. This paper make use of community, patient, social support, and Self-Help and Self-Care Concept to carry out the analysis based on findings data. Core findings in this paper is that community is capable to help patient through grieving stages from denial into acceptance stages with social support and thereafter community social support still remains. At acceptance stages, diagnosed patient can restore their social function and role with the result that they can perform Self-Help and Self-Care on individual or community stages. In past studies, patient role seen by their social support but did not observe patient as a community members and other than as beneficiaries they can perform Self-Help and Self-Care.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Cahyani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviena Rahmawati
"Penelitian ini tentang pemberdayaan kelompok lansia di Komunitas Dahlia Senja yang dibahas dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keadaan dimana saat manusia sudah memasuki usia lanjut, maka kondisi fisiknya menurun. Mereka seringkali dianggap lemah dan mendapatkan stigma “beban” di masyarakat. Padahal, seiring berjalannya waktu, populasi lansia pun akan semakin banyak dan Indonesia akan mengalami aging population. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya upaya pemberdayaan bagi lansia, selain untuk menepis stigma tersebut, juga agar kesejahteraan bagi lansia dapat tercapai. Urgensi dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengungkap upaya-upaya pemberdayaan bagi kelompok lansia, dan agar masyarakat dapat semakin meningkat kesadarannya mengenai kelanjutusiaan. Upaya pemberdayaan lansia dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak lain termasuk dalam hal ini yang dilakukan oleh Komunitas Dahlia Senja. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) Menganalisis proses dan dinamika pemberdayaan lansia yang dilakukan oleh Komunitas Dahlia Senja. (2) Menganalisis keberdayaan lansia di Komunitas Dahlia Senja. Dalam menganalisis masalah, penelitian ini menggunakan beberapa konsep, diantaranya: konsep lansia, konsep pemberdayaan, dan konsep komunitas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga Juni 2022. Proses pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara secara tatap muka dengan para informan. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang yang dibagi kedalam 3 kategori, yaitu 1 orang Ketua Komunitas Dahlia Senja, 3 orang Pengurus/Kader, dan 3 orang Lansia Penerima Manfaat dari Komunitas Dahlia Senja. Teknis analis data menggunakan Open Coding, Axial Coding, dan Selective Coding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Komunitas Lansia Dahlia Senja mempunyai banyak kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan lansia baik secara fisik, mental dan spiritual, serta ekonomi lansia. Namun, Komunitas Dahlia Senja juga memiliki tantangan dan hambatan dalam menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan bagi para lansia, baik yang berasal dari dalam komunitas seperti kurangnya dukungan keluarga dan anggota mempunyai kesibukan lain, maupun yang berasal dari luar komunitas seperti kurangnya dukungan keluarga, kurangnya kesadaran masyarakat, dan program pemberdayaan untuk lansia belum menjadi prioritas pemerintah lokal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial khususnya pada mata kuliah Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia dimana penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai dinamika yang terjadi pada proses pemberdayaan kelompok lansia dan hasil yang dicapai dari adanya kegiatan pemberdayaan bagi lansia.

This research is about empowering the elderly group in Dahlia Senja Community which is discussed from the discipline of Social Welfare. This research is motivated by a situation when humans have entered old age, their physical condition decreases. They are often seen as weak and stigmatized as a “burden” in society. In fact, the elderly population will increase gradually and Indonesia will experience an aging population. Therefore, it is necessary to initiate an effort to empower the elderly people in order to dispelling the stigma hence the welfare condition for the elderly people can be achieved. The urgency of this research is to reveal empowerment efforts for the elderly group, and so that the public can increase their awareness of old age. The efforts to empower the elderly people can be conducted by the government or other parties in this case which is used by the case study of the Dahlia Senja Community. The objectives of this study are: (1) Analyzing the process and dynamics of empowering the elderly by the Dahlia Senja Community. (2) Analyzing the empowerment of the elderly in the Dahlia Senja Community. In analyzing the problem, the study uses several concepts, including: the concept of the elderly, the concept of empowerment, and the concept of community. The approach used in this study is qualitative with a descriptive research method. This research was conducted from January to June 2022. The process of collecting data using face-to-face interviews with informants. The number of informants in this research were 7 people who were divided into 3 categories, namely 1 Chairperson of the Dahlia Senja Community, 3 Management/Cadres, and 3 Elderly Beneficiaries from the Dahlia Senja Community. Technical data analysts use Open Coding, Axial Coding, and Selective Coding. The results showed that the Dahlia Senja Elderly Community had many activities aimed at improving the empowerment of the elderly from both physically, mentally and spiritually, as well as the elderly economy. However, the Dahlia Senja Community also has challenges and obstacles in organizing empowerment activities for the elderly people, both those from within and outside the community such as lack of family support and the family members having other activities, as well as lack of family support and public awareness, and empowerment programs for the elderly have not become a local government priority. The results of this study are expected to contribute to the development of Social Welfare Science, especially in the subject of Social Welfare for the Elderly where this study can provide an overview of the dynamics that occur in the process of empowering the elderly group and the results achieved from empowerment activities for the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prio Hari Kristanto Tjokroatmojo
"Penelitian ini menjelaskan mengenai pengembangan masyarakat melalui pembentukan kelompok swadaya masyarakat yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah pendidikan anak di Kelurahan Susukan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan masyarakat yang dilakukan dalam rangka pembentukan kelompok swadaya masyarakat ini telah melibatkan partisipasi warga masyarakat dan menggunakan pendekatan non-direktif. Meskipun dalam implementasi pembentukan KSM tersebut ditemui hambatan-hambatan, KSM tersebut tetap berjalan. Pada perkembangan berikutnya, KSM telah berhasil membentuk Yayasan Permata Hati Sejuta Bunga.

This study describes the development of the community through the formation of Self-help Group to address the problem of children education in Susukan Village. The approach used was qualitative research with a descriptive study. The results show that the community development done in order the formation of self-help group has involve the participation of citizens and uses non-directive approach. Despite in the implementation of the Self-help Group has encountered constraints, The Self-help Group are still running. In the next development, Self-help Group have been successfully formed as Yayasan Permata Hati Sejuta Bunga"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Dharma Mulia
"Peran sebagai fasilitator pembangunan menyingkap berbagai tantangan dalam setiap prosesnya, baik dari segi peraturan program, pemangku kepentingan, maupun masyarakat. Makalah ini membahas dinamika pembangunan rumah layak huni, khususnya melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Fasilitator tidak hanya bertugas memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat, tetapi juga harus mengelola kompleksitas birokrasi dan administrasi program. Administrasi sangat penting karena menjadi prasyarat untuk melanjutkan setiap tahapan program. Fasilitator sering berhadapan dengan aktor lokal yang memanfaatkan kesempatan dalam proses pembangunan. Program ini menunjukkan fetisisme terhadap dokumen sebagai alat untuk mempresentasikan hasil. Namun, sering terjadi manipulasi data untuk melengkapi dokumen dan mengabaikan fakta di lapangan. Hal ini berkaitan dengan teori "governing by numbers," yang menjelaskan bahwa fetisisme administrasi dan budaya audit dipercaya merepresentasikan data lapangan tetapi justru memicu manuver oleh aktor terkait. Data diubah menjadi angka yang dapat dimanipulasi karena adanya kebebasan pengelolaan yang diberikan oleh aktor pembangunan. Proses fasilitator dalam menghadapi aktor lokal dan mengelola administrasi dapat menciptakan ethical dilemma. Makalah ini merupakan refleksi dari pengalaman magang saya sebagai fasilitator pemberdayaan BSPS di Desa Babussalam, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

The process of becoming a development facilitator faces various challenges, both in terms of program regulations, stakeholders, and the community. This paper discusses the dynamics of decent housing development, particularly through the Self-Help Housing Stimulant Program (BSPS). Facilitators are not only tasked with facilitating and empowering the community, but must also manage the complexity of bureaucracy and program administration. Administration is very important because it is a prerequisite for continuing each stage of the program. Facilitators are often confronted with local actors who take advantage of opportunities in the development process. The program shows a fetishization of documents as a tool to present results. However, there is often manipulation of data to complete documents and ignore facts on the ground. This relates to the theory of "governing by numbers," which explains that administrative fetishism and audit culture are believed to represent field data but instead trigger maneuvers by relevant actors. Data is turned into numbers that can be manipulated because of the freedom of management given by development actors. The facilitator's process of dealing with local actors and managing administration can create an ethical dilemma. This paper is a reflection of my internship experience as a BSPS empowerment facilitator in Babussalam Village, Gerung Sub-district, West Lombok District, West Nusa Tenggara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aretha Nadira Hartono
"Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu isu serius yang memiliki implikasi luas terhadap kehidupan seluruh lapisan masyarakat. Pembentukan Balai Besar Rehabilitasi BNN merupakan salah satu respon dalam memotong mata rantai penyalahgunaan narkotika, yang salah satu fasilitasnya adalah membentuk program therapeutic community dengan self-help group sebagai salah satu pendekatannya. Self-help group merupakan salah satu pendekatan yang dapat memberikan dukungan psikologis serta sosial kepada seseorang melalui cara “saling mendukung” antar sesama anggota kelompok. Pendekatan ini digunakan dalam program therapeutic community di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan self-help group dalam program therapeutic community sebagai bentuk dukungan sosial serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambatnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Penelitian ditulis dalam waktu empat bulan sejak bulan Februari 2024 sampai Juli 2024. Informan utama dari penelitian ini yakni empat residen remaja dan empat pekerja di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido. Penelitian ini menemukan bahwa pendekatan self-help group memberikan dukungan sosial bagi residen dari kegiatan dengan pendekatan self-help group serta dengan faktor pendukung meliputi dukungan dari staf dan antar residen, serta faktor penghambat seperti dinamika residen dengan kelompok yang tidak stabil dan perbedaan karakteristik individu residen. Diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi pada pengembangan teori dan praktik rehabilitasi narkoba terhadap residen remaja dalam sudut pandang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial berupa pengayaan mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial, Metode Intervensi Komunitas, dan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak.

Drug abuse is one of the serious issues that has wide-ranging implications for all segments of society. The establishment of the National Narcotics Agency Rehabilitation Center is a response aimed at breaking the chain of narcotic abuse, with one of its facilities being the formation of a therapeutic community program that uses the self-help group approach. A self-help group is an approach that can provide psychological and social support to individuals through mutual support among group members. This approach is used in the therapeutic community program at the National Narcotics Agency Rehabilitation Center in Lido. This research aims to describe the implementation of the self-help group approach in the therapeutic community program as a form of social support, as well as the supporting and inhibiting factors. This study employs a descriptive qualitative method, collecting data through in-depth interviews. The research was conducted over four months, from February 2024 to July 2024. The primary informants of this study are four adolescent residents and four workers at the National Narcotics Agency Rehabilitation Center in Lido. The study found that the self-help group approach provides social support for residents through activities using the self-help group approach, with supporting factors including staff and peer support among residents, and inhibiting factors such as unstable group dynamics and differences in individual resident characteristics. It is hoped that this research can contribute to the development of theories and practices in drug rehabilitation for adolescent residents from the perspective of Social Welfare Science and contribute to the Social Welfare Science study program by enriching the courses on Human Behavior and Social Environment, Community Intervention Methods, and Child Welfare and Protection."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Sanjaya
"Penulis mencoba untuk mengidentifikasi praktik-praktik terbaik pengaturan eksekusi objek jaminan kebendaan bergerak, berwujud, dan non-possessory dengan kekuasaan sendiri di antara negara-negara dalam peringkat 10 besar EODB untuk indikator “getting credit”, kemudian membandingkannya dengan pengaturan di Indonesia, guna mencari tahu apakah pengaturan di Indonesia sudah sesuai dengan praktik-praktik terbaik itu. Dari penelusuran peraturan perundang-undangan ke-10 negara yang menjadi objek perbandingan, penulis mencoba untuk menggali inspirasi mengenai pengaturan ideal yang menyeimbangkan kepentingan debitor dan kreditor yang beritikad baik dan dapat diterapkan di Indonesia dengan memperhatikan segala partikularitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang (statutory approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan eksekusi objek jaminan kebendaan bergerak, berwujud, dan non-possessory di Indonesia masih banyak yang tidak sesuai dengan praktik terbaik di antara negara-negara dalam peringkat 10 besar EODB untuk indikator “getting credit”. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah, sejak terbitnya Putusan MK Nomor 18/PUU-XVII/2019, eksekusi objek jaminan fidusia dengan kekuasaan sendiri hanya dapat dilakukan apabila terdapat kesepakatan ­post-default bahwa debitor telah wanprestasi, dan kesukarelaan dari debitor untuk menyerahkan objek jaminan fidusia untuk dieksekusi. Tidak ada satupun dari 10 negara yang diperbandingkan yang mengatur persyaratan serupa. Pada bagian saran diuraikan beberapa rekomendasi pengaturan yang terinspirasi dari penelusuran peraturan-peraturan di negara-negara yang diperbandingkan.

The author attempts to identify the best practices in regulating the self-help enforcement of non-possessory security interests in tangible personal properties among countries in the top 10 EODB ranking for the “getting credit” indicator, and compare it with the regulation in Indonesia, to find out if Indonesia's arrangements are in line with these best practices. Drawing inspiration from the principles found in the laws and regulations of these 10 countries, the author then attempts to offer several suggestions on the ideal arrangements that strike a balance between the interests of good-faith debtors and good-faith creditors that can be applied in Indonesia after taking into account the country’s particularities. The research method used is the normative juridical research method, while the approaches used are the statutory approach, the conceptual approach, and the comparative approach. The results show that there are still many arrangements for the enforcement of non-possessory security interests in tangible personal properties in Indonesia that are not in accordance with the best practices among countries in the top 10 EODB for the indicator "getting credit". One of the most striking differences is, since the issuance of the Constitutional Court Decision Number 18 / PUU-XVII / 2019, self-help enforcement of the security interests can only be carried out if there is a post-default consensus between the parties that the debtor has defaulted and the debtor's willingness to hand over the collaterals to be executed. None of the 10 countries compared have similar requirements. In the suggestions section, some regulatory recommendations inspired by tracing the regulations in the countries being compared are offered"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurtz, Linda Farris
London: Sage Publications, 1997
361.4 KUR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thika Marliana
"Jumlah klien gangguan jiwa yang ditemukan di Kelurahan Tanah Baru adalah 45 orang (0,40%), angka ini lebih besar daripada prevalensi gangguan jiwa di Jawa Barat yang hanya sebesar 0,22%. Klien gangguan jiwa yang di temukan di RW 01, 08, 09 sejumlah 9 orang, seluruhnya mengalami isolasi sosial. Isolasi Sosial adalah salah satu gejala negatif dari Skizofrenia.Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah diketahuinya kemampuan klien dalam bersosialisasi, serta keluarga dan kader kesehatan jiwa dalam memberikan perawatan isolasi sosial setelah pemberian tindakan spesialis keperawatan jiwa.
Metode yang digunakan adalah studi serial kasus isolasi sosial dengan pemberian tindakan: 1. Social Skill Training (SST), 2. SST dan Supportive Theraphy (ST), 3 SST, ST dan Self Help Group (SHG). Tindakan diberikan kepada 9 klien isolasi sosial dengan diagnosis medis skizofrenia, retardasi mental dan epilepsi.
Hasil yang ditemukan, tindakan spesialis keperawatan jiwa tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan menurunkan tanda gejala klien isolasi sosial dengan diagnosa medis skizofrenia dan epilepsi, namun kurang efektif bagi klien retardasi mental.
Berdasarkan hasil di atas perlu direkomendasikan bahwa SST, ST, dan SHG dapat dijadikan standar tindakan spesialis keperawatan jiwa. Hal ini perlu disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan dan dilakukan penelitian lanjut tentang terapi spesialis keperawatan jiwa yang tepat untuk klien isolasi sosial dengan retardasi mental.

Clients of mental disorders found in Kelurahan Tanah Baru is 45 people (0.40% of population). It means higher than West Java’s prevalence (0.22%). Clients with mental disorder in RW 01, 08, 09 is 9 people, all of them experienced social isolation. The purpose of this scientific paper is identify the ability of the client, family, and mental health cadres after giving psychiatric nursing specialist therapy.
The method is case series study for social isolation clients which is accepted specialist psychiatric nursing therapy: 1.Social Skill Training (SST), 2. SST and Supportive Theraphy (ST), 3. SST, ST and Self Help Group (SHG). Therapy was given to 9 clients with schizophrenia, mental retardation and epilepsy.
The results showed that SST, ST, and SHG increased ability and reduced signs and symptoms of social isolation clients with schizophrenia and epilepsy, but less effective for clients with mental retardation.
This paper suggest that SST, ST, and SHG can be used as standard therapy for isolation sosial. This result have to socialized and further research needs to be done about the more effective psychiatric nursing specialist therapy for the social isolation clients with mental retardation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>