Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Indah Marini
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran optimisme sebagai mediator antara job demands dan burnout. Penelitian ini menggunakan alat ukur Job Demands-Resources Questionnaire 2014 , Maslach Burnout Inventory - General Survey 1996 yang telah diadaptasi oleh Radityputra 2012, dan Optimisme dari Psychological Capital Questionnaire 2007. Sampel penelitian terdiri dari 156 wiraswasta pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi JABODETABEK.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis tidak terbukti dimana Optimisme tidak berperan sebagai mediator antara job demands dan burnout. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh tingkat optimisme yang tinggi, job demands yang cenderung rendah, serta burnout yang cenderung rendah pada responden penelitian. Selain itu, hal ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh lama usaha yang sudah cukup panjang sehingga melalui pengalaman, tantangan maupun tuntutan pekerjaan yang dialami tidak memengaruhi tingkat optimisme mereka. Sedangkan, tingkat optimisme para wiraswasta secara negatif signifikan memengaruhi burnout, dan job demands secara positif signifikan berpengaruh langsung pada burnout.

The study aimed to investigate the role of optimism as mediator between job demands and burnout. The study used measuring instruments from Job Demands Resources Questionnaire 2014, Maslach Burnout Inventory ndash General Survey 1996 that has been adapted by Radityputra 2012, and optimism from Psychological Capital Questionnaire 2007. The sample was composed 156 owner of micro, small, and medium entreprises in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.
The result shows that hyphothesis is not proven where optimism doesn rsquo t serve as mediator between job demands and burnout. It seems to be influenced by high level of optimism, low job demands, and low burnout in research respondents. Besides, it is also likely influenced by old business so that through experiences, challenges, and job demands that have been faced not affect their level of optimism. Meanwhile, level of optimism of entrepereneurs is significant and negatively affects to burnout and job demand is significant and positively affects to burnout.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Nadhira Prabandari
"Komunikasi keselamatan dengan atasan merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh awak kabin. Hal tersebut dapat mencegah terjadinya kecelakaan, mempengaruhi kesetiaan penumpang, dan keuntungan maskapai. Akan tetapi, komunikasi keselamatan dengan atasan rentan untuk dikompromikan karena tingginya tuntutan kerja kuantitatif dapat membuat mereka mengalami kelelahan mental, sehingga performa kerjanya pun menurun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kelelahan mental sebagai mediator dalam hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan komunikasi keselamatan dengan atasan. Tipe dan desain penelitian adalah korelasional dan cross-sectional. Partisipan dari penelitian ini adalah awak kabin yang bekerja minimal setahun di maskapai penerbangan Indonesia (N = 45) yang direkrut dengan teknik convenience dan snowball sampling. Alat ukur Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) dimensi quantitative demand digunakan untuk mengukur tuntutan kerja kuantitatif, Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) untuk mengukur kelelahan mental, dan Safety Behavior dimensi upward safety communication untuk mengukur komunikasi keselamatan dengan atasan. Melalui analisis regresi ditemukan bahwa kelelahan mental memediasi secara penuh hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan komunikasi keselamatan dengan atasan (ab = -0,37, p <0.05). Untuk mengembangkan penelitian ini disarankan untuk memperbanyak partisipan dan mempertimbangkan karakteristik serta dinamika pekerjaan awak kabin, seperti jabatan, jenis penerbangan, dan durasi penerbangan.

Upward safety communication is important for cabin crew to do, as it could prevent accidents, affect passengers loyalty, and airlines profits. However, upward safety communication could be compromised because of the high quantitative demands on their field, which can make them experience burnout. This correlational and cross-sectional study aims to look at the role of burnout as a mediator in the relationship between quantitative demands and upward safety communication. The participants of this study are cabin crew who worked minimum of a year in Indonesian airlines (N = 45). They were recruited by convenience and snowball sampling techniques. Researcher used the quantitative demands dimension from Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) to measure quantitative demands, Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) to measure burnout, and the upward safety dimension from Safety Behavior to measure upward safety communication. This study shows that burnout fully mediated the relationship between quantitative demands and upward safety communication (ab = -0,37, p <0.05). To develop this research, it is recommended to recruit more participants and consider the characteristics and dynamics of cabin crews job, such as their rank, flight type, and duration."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafyra Citra Anandi
"Pertumbuhan perusahaan rintisan di Indonesia memunculkan ketertarikan untuk bekerja di industri ini. Namun, kondisi kerja di perusahaan rintisan yang memiliki ritme cepat, tuntutan kerja yang tinggi, dan belum stabil menimbulkan konsekuensi seperti niat untuk berhenti kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran burnout pada hubungan ketidakamanan kerja dengan niat berhenti kerja pada karyawan perusahaan rintisan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan partisipan diminta untuk mengisi Job Insecurity Scale (JIS), Indonesian Quality of Worklife Questionnaire (IQWiQ) dan Turnover Intention Scale (TIS).
Pengambilan data dilakukan kepada 151 partisipan yang merupakan karyawan perusahaan rintisan yang telah bekerja selama enam bulan di perusahaan rintisan yang berusia di bawah lima tahun. Analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat efek tidak langsung yang signifikan (ab=0,17, p<0,05) dan efek langsung yang tidak signifikan (c′=0,13,𝑝>0,05), maka burnout dapat memberikan efek mediasi penuh pada hubungan ketidakamanan kerja dengan burnout pada karyawan perusahaan rintisan.

A growing number of startup companies in Indonesia have attracted people to work in this industry. However, the work environment (fast rhythm, high pressure, and unstable conditions) have created high consequences, namely turnover intention. This research aims to examine burnout as mediator on relationship between job insecurity and turnover intention among startup employees. This quantitative research has participants fulfil a questionnaire about Job Insecurity Scale (JIS), Indonesian Quality of Worklife Questionnaire (IQWiQ) and Turnover Intention Scale (TIS).
Data has been collected from 151 participants who have been working for 6 months in startup company which established within 5 years. Based on mediation analysis, the result show there are significant indirect effect of burnout (ab=0,17, p<0,05) and insignificant direct effect burnout (c=0,13, p>0,05) on the relationship of job insecurity and turnover intention. Therefore, burnout has full mediation effect on relationship between job insecurity and turnover intention among startup employee.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wan Devy Indhira Syahfitri
"Era industri pada saat ini didominasi oleh generasi Milenial sebagai tenaga kerja dibandingkan generasi lainnya. Penelitian ini menguji hubungan antara optimisme dan kesuksesan karir subjektif dengan job crafting sebagai variabel mediasi pada karyawan generasi Milenial. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan teori konservasi sumber daya (COR) untuk menjelaskan perilaku individu berdasarkan kebutuhan masa depan dalam memperoleh dan memelihara sumber daya yang berasal dari diri sendiri dan sosial dalam mencapai tujuan yang dihargai secara pribadi. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu Subjective Career Success Inventory, Psychological Capital Questionnaire (PCQ) dan he Job Crafting Questionnaire (Slemp,Vella-Bredrock 2013). Responden dalam penelitian ini 295 orang karyawan milenial. Pengolahan data menggunakan SPSS Process Hayes Model 4. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa job crafting memediasi secara penuh hubungan antara optimisme dengan kesuksesan karir subjektif.

The current industrial era is dominated by the Millennial generation as a workforce compared to other generations. This study examines the relationship between optimism and subjective career success with job crafting as a mediating variable in Millennial generation employees. The approach in this study used the theory of resource conservation (COR) to explain individual behavior based on future needs in obtaining and maintaining resources derived from self and social in achieving goals that are valued personally. This research was quantitative research by using the Subjective Career Success Inventory (SCSI) by Shockley et al (2015) which has been translated into Indonesian by Ingarianti, Suhariadi and Fajrianthi (2022) for subjective career success variables; The Psychological Capital Questionnaire (PCQ) by Luthans, Avolio, Avey, & Norman (2007) for the optimism variable and The Job Crafting Questionnaire by Slemp and Vella-Bredrock (2013) for the job crafting variable. Respondents in this study were a total of 295 respondents. Data processing used is using SPSS with Process Model 4 to see the mediating relationship between job crafting on optimism on subjective career success. The results in this study indicate that the effect of job crafting fully-mediated the role of optimism on subjective career success."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Alya Gretiana
"Penelitian akan melihat peran mediasi psychological capital terhadap hubungan job resources dengan burnout. Alat ukur yang digunakan adalah MBI-GS 1996 , JDR Questionnaire khususnya Job Resources Questionnaire 2014 , dan PCQ 2007 . Partisipan pada penelitian ini berjumlah 158 orang pengusaha UMKM di wilayah Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek mediasi penuh psychological capital antara hubungan job resources dengan burnout pada pengusaha.
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk job resources dapat memiliki dampak terhadap penurunan burnout, melalui psychological capital dalam diri individu. Berdasarkan hasil tersebut, bukan hanya kualitas job resources yang perlu ditingkatkan, tetapi peningkatan pada aspek psychological capital menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka menurunkan gejala burnout dikalangan para pengusaha UMKM.

This thesis is a research purported to discuss the mediating effect of psychological capital in the relationship between job resources and burnout. Measurement instruments used are MBI GS 1996 , JDR Questionnaire, specifically Job Resources Questionnaire 2014 , and PCQ 2007 . Individuals participating in this research were 158 UMKM entrepreneurs located in Jabodetabek. The result showed that there is a full mediation by psychological capital in the relationship between job resources and burnout among entrepreneurs.
This result shows that for job resources to be able to lower the burnout level, there has to be psychological capital present. According to the result, the effort to put out burnout among UMKM entrepreneurs does not only depend in the increasing capacity of job resources, but also in the increasing of psychological capital aspects.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danastri Dwi Rismarinni
"Tingginya tuntutan kerja saat ini mengakibatkan mudahnya karyawan mengalami burnout yang dapat berpengaruh terhadap kinerja-tugas karyawan. Maka dari itu diperlukan pencegahan dengan menyediakan sumber daya kerja, salah satunya adalah harapan dan optimisme yang merupakan modal psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah burnout dapat memediasi hubungan antara optimisme dan harapan dengan kinerja-tugas. Penelitian merupakan penelitian korelasional yang melibatkan 312 partisipan yang merupakan karyawan di Indonesia yang berusia 18-40 tahun dan telah bekerja selama minimal 1 tahun. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah In-role Performance measures, Psychological Capital Questionnaire (PCQ-12) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Hasil analisis mediasi burnout dalam hubungan harapan dan kinerja-tugas yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat indirect effect (B = .05, p < .05) dan direct effect (B= 0.51, p<0.05) yang signifikan, yang mengindikasikan bahwa burnout dapat memediasi hubungan antara harapan dan burnout secara parsial. Selain itu, hasil mediasi burnout dalam hubungan optimisme dan kinerja-tugas juga menunjukkan adanya indirect effect (B = .07, p < .05) dan direct effect (B = 0.42, p < .05) yang signifikan, yang artinya burnout dapat memediasi hubungan antara optimisme dan kinerja-tugas secara parsial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harapan dan optimisme dapat melewati burnout untuk mempengaruhi kinerja-tugas, namun juga dapat mempengaruhi kinerja-tugas secara langsung.

Today’s high job demands makes employees more likely to experience burnout, which can affect employee’s task-performance. Therefore, prevention is needed by providing job resources, one of which is hope and optimism which are psychological capitals. This study aims to see whether burnout can mediate the relationship between optimism and hope with task-performance. This research is a correlational study involving 312 participants who are employees in Indonesia aged 18-40 years and have worked for at least 1 year. The instruments used to measure the research variables are In-role Performance measures, Psychological Capital Questionnaire (PCQ-12) and Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). The results of the mediation analysis of burnout in the relationship of hope and task-performance that were carried out showed that there was a significant indirect effect (B = .05, p < .05) and direct effect (B = 0.51, p<0.05), which indicated that burnout could partially mediate the relationship between hope and task-performance. In addition, the results of the mediation of burnout in the relationship between optimism and task-performance also showed a significant indirect effect (B = .07, p < .05) and direct effect (B = 0.42, p < .05), which means that burnout can partially mediate the relationship between optimism and task-performance. Thus, it can be concluded that hope and optimism can pass through burnout to affect task-performance, but can also affect task-performance directly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Ribka Uli Feodora
"Pada masa pandemi Covid-19, kurir diduga rentan mengalami burnout. Berdasarkan teori Job Demands-Resources (JD-R), burnout disebabkan oleh berbagai macam tuntutan kerja, salah satunya tuntutan kerja emosional. Sebaliknya, modal psikologis dapat menurunkan tingkat burnout. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tuntutan kerja emosional dan burnout, serta hubungan antara modal psikologis dan burnout pada kurir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe korelasional. Pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sampling pada 251 partisipan kurir yang memiliki rentang usia 18-55 tahun dengan kriteria waktu bekerja minimal satu tahun dan pernah melayani pelanggan dengan sistem COD. Adapun, alat ukur yang digunakan bagian IQWiQ untuk mengukur burnout, bagian COPSOQ-II untuk mengukur tuntutan kerja emosional, dan PCQ-12 untuk mengukur modal psikologis. Hasil analisis Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa tuntutan kerja emosional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. Selain itu, ditemukan pula bahwa modal psikologis memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Dengan demikian, temuan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan jasa pengiriman untuk memberikan coaching dan dukungan sosial serta membantu kurir untuk mengembangkan modal psikologisnya secara mandiri.

During the Covid-19 pandemic, couriers were presumed to be susceptible to burnout. According to the Job Demands-Resources (JD-R) theory, burnout is caused by various job demands, including emotional job demands. In contrast, psychological capital can reduce burnout levels. This study aims to examine the relationship between emotional job demands and burnout, as well as the relationship between psychological capital and burnout among couriers. This research was quantitative research with a correlational design. The convenience sampling method was used to collect data from 251 couriers as participants aged 18 to 55, with experience servicing clients using the COD system and working for at least a year. Meanwhile, the measurement tools used were part of IQWiQ to measure burnout, part of the COPSOQ-II to measure emotional job demands, and PCQ- 12 to measure psychological capital. Pearson's Correlation analysis results showed that emotional job demands have a significant positive relationship with burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. On the other hand, a significant negative relationship was discovered between psychological capital and burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Thus, these findings are expected to be used as evaluation materials for delivery companies to provide coaching and social support and help couriers develop psychological capital independently."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fachri Maldini
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran burnout sebagai mediator pada hubungan antara job insecurity (ketidakamanan pekerjaan) dan task performance (kinerja tugas). Partisipan penelitian ini adalah pekerja perusahaan swasta yang berjumlah 106 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner Job Insecurity Scale dan Task Performance Scale yang diadaptasi oleh Piccoli et al., (2017), serta Maslach Burnout Inventory-General Scale yang dikembangkan oleh Maslach et al., (1996). Hasil dari penelitian menunjukan bahwa burnout dapat memediasi secara parsial hubungan antara ketidakamanan pekerjaan dan kinerja tugas.

The purpose of this study is to investigate the role of burnout as a mediator between job insecurity and task performance. The sample for this study is collected from 106 private company employees. This study is conducted by using Job Insecurity Scale and Task Performance Scale which was adapted by Piccoli et al., (2017), and Maslach Burnout Inventory - General Scale which was developed by Maslach et al., (1996). The result shows that burnout partially mediate the relationship between job insecurity and task performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Puji Rahayu
"Penelitian ini ingin melihat peran obsessive passion sebagai mediator hubungan antara tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan psikologis di tempat kerja pada karyawan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner self-report. Partisipan penelitian berjumlah 217 karyawan bank BUMN dengan karakteristik minimal bekerja 1 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Dalam penelitian menggunakan instrumen penelitian diantaranya Kesejahteraan Psikologis di Tempat Kerja 2012 untuk mengukur kesejahteraan psikologis di tempat kerja, Questionnaire on The Experience and Evaluation of the Work Scale dan Technology Acceptance Model 2017 untuk mengukur tuntutan pekerjaan, selain itu digunakan instrumen Passion Scale 2003 untuk mengukur obsessive passion.
Untuk menguji hipotesis menggunakan teknik analisis Process Macro for SPSS yang dikembangkan oleh Hayes. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tuntutan pekerjaan tidak secara signifikan memiliki hubungan dengan kesejahteraan psikologis di tempat kerja b = - .044, p> .05 , dan tuntutan pekerjaan berpengaruh secara negatif pada obsessive passion b= - 1.96, p< .05 . Selain itu, obsessive passion berpengaruh secara negatif dengan kesejahteraan psikologis di tempat kerja b= - .192, p< .01 . Penelitian ini juga menemukan peran obsessive passion memediasi hubungan antara tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan psikologis di tempat kerja b= - .082, p> .05.

This research was conducted to find the role of obsessive passion as a mediator in the relationship between job demands and psychological well being at work. Data collection was done by using self report questionnaires. Research participants were 217 state owned enterprises bank employees with a minimum requirement of a year working experience in that respective workplace. The method of data collection was accidental sampling. Research instruments, namely Psychological Well Being at Work 2012 was used to measure psychological well being at work, Questionnaire on The Experience and Evaluation of the Work and Technology Acceptance Model 2017 to measure job demands, as well as Passion Scale 2003 to measure obsessive passion.
Hypothesis was tested and analyzed using Process Macro for SPSS which was developed by Hayes. The result shows that job demands are not significantly related to psychological well being at wok b .044, p 0.05 , and job demands negatively affect the obsessive passion b 1.96, p .05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Safridha Putri
"Tenaga Kesehatan merupakan pekerjaan yang memiliki beban yang berat. Jam kerja yang panjang dan seringkali tidak menentu, pasien dengan karakteristik beragam dengan berbagai penyakit, menyebabkan tenaga Kesehatan cenderung memiliki tingkat burnout yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peranan kendali pekerjaan dan strategi koping sebagai moderator dalam hubungan tuntutan kerja emosional dengan burnout. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross-sectional yang memiliki 142 sampel tenaga Kesehatan. Penelitian ini menggunakan alat ukur Oldenburg Burnout Inventory, Copenhagen Psychosocial Questionnaire II (COPSOQ II), Copenhagen Psychosocial Questionnaire dan Brief COPE Inventory (Coping Orientation to Problems Experienced). Pengolahan data menggunakan analisis moderasi process macro Hayes melalui Program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendali pekerjaan memoderasi antara tuntutan kerja emosional dengan burnout dimensi kelelahan. Sementara strategi koping, koping yang berfokus pada masalah ataupun koping yang berfokus pada emosi memoderasi antara tuntutan kerja emosional dengan burnout dimensi ketidakterlibatan. Tenaga kesehatan dapat menggunakan kendali kerja yang dimiliki untuk mengatasi tuntutan kerja emosional yang dialami oleh tenaga kesehatan. Selain itu, tenaga kesehatan juga dapat diberikan kegiatan atau program yang dapat meningkatkan kemampuan kopingnya, baik yang berfokus pada perilaku atau pun yang berfokus pada emosi.

Health workers are jobs that have a heavy burden. Long and uncertainty of working hours, patients with various characteristics with various diseases causing health workers to tend to have high levels of burnout. The purpose of this study is to aim to see the role of job control and coping strategies as a moderator in the relationship between emotional work demands and burnout. This research is a cross-sectional quantitative study which has a sample of 142 health workers. This study uses instruments from Oldenburg Burnout Inventory, Copenhagen Psychosocial Questionnaire II (COPSOQ II), Copenhagen Psychosocial Questionnaire and Brief COPE Inventory (Coping Orientation to Problems Experienced). Data processing uses process macro moderation analysis by Andrew F. Hayes through the SPSS Program. The results of the study show that job control moderates emotional job demands and the exhaustion dimension of burnout. While coping strategies, problem-focused coping, or emotion-focused coping moderates between emotional job demands and the burnout dimension of disengagement. Health workers can use their job control to overcome the emotional work demands experienced by health workers. Other than that, health workers can also be given activities or programs that can improve their coping skills, either those that focus on behavior or those that focus on emotions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>