Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khansa Nadhifa Mazaya
"Penelitian ini mengkaji tentang rangkaian ujaran direktif bahasa Jepang terhadap anak usia 2-5 tahun. Rangkaian ujaran direktif itu disampaikan oleh orang tua. Sumber data yang digunakan berupa video percakapan antara orang tua dan anak yang diunggah di Youtube. Alasan memilih sumber data itu antara lain, rekaman percakapan bersifat impromptu sehingga memperlihatkan gambaran realisasi ujaran direktif terhadap anak. Video percakapan yang diamati berjumlah lima video. Dari kelima video itu, ditemukan kombinasi ujaran direktif langsung dan taklangsung. Rangkaian ujaran direktif yang ditemukan dalam penelitian ini ada lima pola. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada umumnya kombinasi ujaran terdiri dari tiga sampai enam rangkaian direktif. Dengan kata lain, penutur mengatakan ujaran direktif kepada anak lebih dari satu kali, bahkan berkali-kali. Ujaran taklangsung cukup produktif direalisasikan terhadap anak usia 2-5 tahun. Tampaknya anak usia 2-5 tahun dapat mengerti ujaran direktif taklangsung. Bahkan dari 5 video yang ada, 3 video data 3, 4 dan 5 memperlihatkan bahwa ujaran direktif taklangsung efektif digunakan. Anak melakukan permintaan orang tua setelah orang tua mengatakan ujaran direktif taklangsung.

This study reviews sequences of directive utterances in Japanese speech to children aged 2 to 5 years old. The sequences of directive utterances are delivered by parents. The data sources used are conversational videos between parents and children uploaded on Youtube. The reason for choosing such data sources is that the videos are recorded impromptu, and thus, they show the realization of directive utterances to children. There are, in total, five videos observed. From the videos, it is revealed that there is a combination between direct and indirect directive utterances. The study also identified 5 patterns in the directive utterances. Based on the results, the combination of utterances generally consists of 3 to 6 sequences of directive utterances. In other words, speakers use directive utterances to children more than once and even repeatedly. Indirect directive utterances are delivered to children in the age range of 2 to 5 years old productively. It seems that those children are able to understand indirect directive utterances. Out of five videos, three videos data 3, 4 and 5 showed that indirect directive utterances are effectively used. The children performed their parents rsquo requests after their parents used indirect directive utterances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairina Nur Aini
"Penelitian ini mengkaji mengenai respons verbal anak Jepang usia 2-4 tahun terhadap ujaran direktif orang tua. Korpus dalam penelitian ini adalah reality show dari stasiun tv Jepang, NTV yang berjudul Hajimete no Otsukai Suruhan Pertama Orang Tua. Alasan pemilihan korpus ini adalah i percakapan antara orang dewasa dan anak tidak dibuat-buat dan tidak diatur, sehingga partisipan tutur dapat berbicara dengan bebas tanpa bergantung pada naskah, ii partisipan tutur yang beragam, setiap episode terdiri dari orang dewasa dan anak yang berbeda sehingga cara anak dalam merespons ujaran pun berbeda, iii variasi topik percakapan, mengenai keseharian antara orang dewasa dan anak usia 2-4 tahun.
Penelitian ini menemukan tiga buah rangkaian respons anak usia 2-4 tahun terhadap ujaran direktif, yakni i rangkaian respons menerima, ii rangkaian respons menolak, dan iii rangkaian respons menolak menerima. Dari analisis rangkaian ujaran tersebut, rangkaian respons anak usia 2-4 tahun atas ujaran direktif memperlihatkan realitas pengungkapan respons. Ada anak yang segera menerima ujaran direktif, ada anak yang menolak, ada pula anak yang menolak terlebih dahulu sebelum menerima.

This study examines the verbal response of Japanese children age 2-4 year old to adult directive utterance. The corpus of this study is Japanese reality show from NTV tv station entitled Hajimete no Otsukai My First Errands . The reasons for selecting this corpus are i the conversation between adult children isn scripted, so that participants can speak freely, ii various speech participants, each episodes have different adult and children so that children response to utterance is dissimilar, iii variations of conversational topics, about daily life between adult and 2-4 year old children.
This study establish three response sequences that 2-4 year old compose to directive utterance, i response sequence of agreement, ii response sequence of disagreement, and iii response sequence of disagreement and then agreement. From the investigation shows that children age 2-4 year old frame about reality of the response disclosure to adult directive utterance. There are children who immediately accepting directive utterance, there are children who turned down directive utterance, and there is also children whocbeing disapproval before being cooperation to directive utterance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Devita Riyani
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan koreksi ujaran repair bahasa Jepang yang dituturkan orang tua terhadap anak usia 2-3 tahun. Anak usia 2-3 tahun tampaknya sering tidak memahami ujaran orang tuanya. Berdasarkan pengamatan orang tua melakukan koreksi atas ujarannya sendiri agar dipahami oleh anak. Unsur leksikal dan gramatikal seperti apa yang dipilih saat melakukan repair menjadi fokus pada penelitian ini. Sumber data penelitian ini adalah ujaran repair beberapa video percakapan antara orang tua dengan anaknya. Video tersebut diperoleh dari situs berbagi Youtube. Rekaman video ditranskripsi dengan program ELAN EUDICO Linguistic Annotator.
Berdasarkan hasil analisis repair ujaran terbagi atas lima tipe, yaitu i koreksi ujaran dengan subtitusi interogativa dan penambahan unsur leksikal-gramatikal, ii koreksi ujaran dengan pelesapan unsur leksikal, iii koreksi ujaran dengan pelesapan unsur leksikal dan subtitusi gramatikal, iv koreksi ujaran dengan penambahan unsur leksikal dan gramatikal, dan v koreksi ujaran dengan pelesapan unsur leksikal dan penambahan unsur leksikal-gramatikal. Dengan perkataan lain, kesimpulan penelitian ini ialah repair ujaran dilakukan dengan i subtitusi, ii pelesapan, dan iii penambahan unsur leksikal atau gramatikal.

This study aims to elucidate self repair in Japanese speech performed by parents to their children aged 2 3 years old. Those children often seem unable to understand their parents rsquo utterances. Based on observation, parents repair their own utterances in order to be understood by their children. This study focuses on what types of lexical and grammatical items are chosen when parents perform self repair. The sources used in this study are repair utterances in some conversational videos between parents and their children. The videos were transcribed using ELAN EUDICO Linguistic Annotator.
Based on the analysis, self repair is classified into five types, namely i repair with a substitution of interrogatives and an addition of lexical grammatical items ii repair with an omission of lexical items iii repair with an omission of lexical items and a substitution of grammatical items iv repair with an addition of lexical and grammatical items and v repair with an omission of lexical items and an addition of lexical grammatical items. In other words, this study concludes that repair is performed by using i substitution ii omission and iii addition of either lexical or grammatical items.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Christine
"Anak usia dini seringkali mengalami masalah perilaku makan yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor masalah makan pada anak adalah food neophobia yang dapat timbul karena berbagai hal, seperti faktor genetik, faktor sensitivitas sensorik, faktor lingkungan, faktor pengalaman awal makan dan praktik pemberian makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tekanan untuk makan dengan food neophobia pada anak usia 2-5 tahun. Desain penelitian ini adalah studi observasi cross-sectional dengan metode pengambilan sampel consecutive sampling terhadap 107 responden ibu yang memiliki anak usia 2-5 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen mengenai Child Feeding Questionnaire dan Food Neoophobia Scale. Analisis uji statistik yang digunakan adalah Fisher Exact. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tekanan untuk makan dengan food neophobia pada anak usia 2-5 tahun (p = 0,005). Peneliti merekomendasikan untuk meneliti menggunakan variabel yang berbeda dalam penelitian seperti dukungan keluarga, food preference, dan anak dengan kebutuhan khusus.

Early childhood often experiences eating behavior problems that can be caused by various factors. One of the factors contributing to eating problems in children is food neophobia, which can arise due to various things, such as genetic factors, sensory sensitivity factors, environmental factors, early eating experience factors, and feeding practices. This study aims to identify the relationship between pressure to eat and food neophobia in children aged 2–5 years. The design of this study was a cross-sectional observational study with consecutive sampling of 107 respondents who had children aged 2–5 years. The research instruments used were instruments regarding the Child Feeding Questionnaire and the Food Neophobia Scale. The statistical test analysis used was Fisher Exact. The results showed that there was a relationship between pressure to eat and food neophobia in children aged 2–5 years (p = 0.005). Researchers recommend conducting research using different variables, such as family support, food preferences, and children with special needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihananda Vania Araminta
"Picky eating atau perilaku pilih-pilih makanan merupakan suatu kondisi dimana anak menolak makan, atau mengalami kesulitan saat mengonsumsi makanan dan minuman. Prevalensi kejadian picky eating di Indonesia masih cukup besar, yakni sebanyak 45.5%. Anak dengan perilaku picky eating juga banyak ditemukan di kota-kota besar, salah satunya di Jakarta dengan prevalensi sebesar 33.6%. Kesulitan makan pada anak yang dibiarkan terjadi dalam jangka waktu yang lama, akan menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan vitamin, dan mineral, serta defisiensi zat gizi. Kecenderungan perilaku picky eating erat hubungannya dengan cara orang tua memberikan makan kepada anak, pola asuh, pengetahuan gizi, orang tua pendapatan, dan ketersediaan makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan dari beberapa faktor tersebut dengan perilaku picky eating, yang dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dari pengisian kuesioner secara daring yang melibatkan 127 responden yang merupakan ibu dari anak usia 2-5 tahun yang berdomisili di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 27.6% anak usia 2-5 tahun di DKI Jakarta yang memiliki perilaku picky eating dan dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya hubungan riwayat penerapan responsive feeding dengan perilaku picky eating (p-value = 0.016). Variabel lain yang berhubungan secara signifikan (p-value < 0.05) yakni pola asuh, pengetahuan gizi, dan ketersediaan makanan. Sementara itu, tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan (p-value > 0.05) antara pendapatan orang tua dengan perilaku picky eating. Dengan demikian, orang tua diharapkan dapat memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk dapat mencegah dan mengatasi kejadian picky eating pada anak.

Picky eating or picky eating behavior is a condition where a child refuses to eat, or has difficulty consuming food and drink. The prevalence of picky eating in Indonesia is still quite large (45.5%). Children with picky eating behavior are also commonly found in big cities, one of which is in Jakarta, with a prevalence of 33.6%. Eating difficulties in children that are allowed to occur for a long time will cause several negative impacts, such as dehydration, electrolyte imbalance, vitamin and mineral deficiencies, and nutritional deficiencies. The tendency for picky eating behavior is closely related to the way parents feed their children, parenting patterns, nutritional knowledge, parents' income, and food availability. The purpose of this study was to examine the relationship between these factors and picky eating behavior, which was carried out using quantitative methods and a cross-sectional study design. This study uses primary data from filling out online questionnaires involving 127 respondents who are mothers of children aged 2-5 years who live in DKI Jakarta. The results showed that there are 27.6% of children aged 2-5 years in DKI Jakarta who have picky eating behavior and it can be concluded that there is a relationship between a history of implementing responsive feeding and picky eating behavior (p-value = 0.016). Other variables that were significantly related (p-value < 0.05) were parenting patterns, nutritional knowledge, and food availability. Meanwhile, there was no significant relationship (p-value > 0.05) between parents' income and picky eating behavior. Thus, parents are expected to pay attention to these factors to be able to prevent and overcome the incidence of picky eating in children"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarita Michelle Tan
"Tindak tutur menolak dalam bahasa Jepang pada umumnya disampaikan secara tidak langsung dengan moda verbal. Namun, tampaknya anak-anak Jepang tidak hanya menggunakan moda verbal pada saat menolak. Berdasarkan pengamatan awal, tampaknya anak-anak Jepang menggunakan moda verbal dan nonverbal pada saat menolak. Oleh karena itu, variasi moda verbal dan nonverbal menolak pada anak menarik untuk dicermati. Permasalahan penelitian ini adalah multimodalitas respons menolak dalam bahasa Jepang oleh anak usia 2–4 tahun. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan respons anak ketika menolak, baik secara verbal maupun nonverbal. Data penelitian ini adalah 7 video respons menolak anak ketika orang tua meminta anaknya untuk melakukan sesuatu. Video itu diperoleh dari acara reality show yang berjudul Hajimete no Otsukai.
Temuan penelitian ini adalah pola multimodalitas respons menolak, yaitu (i) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal mengangguk, menunduk, menangis, menatap ibu, (ii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menatap ayah, melihat ke kanan, (iii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menatap ayah, menggelengkan kepala, (iv) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menangis, melihat ayah, menggelengkan kepala, melihat ke kiri, bersandar pada ayah, (v) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menangis, mengusap tangan, menarik ibu, (vi) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal melihat ayah, membuka dan menutup pintu, mundur selangkah, (vii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal melihat ibu, melihat ke kanan dan kiri, berjalan pulang. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak Jepang cenderung menolak dengan menggabungkan moda verbal dan nonverbal.

Refusal speech act in Japanese is generally conveyed indirectly with the verbal mode. However, it seems that Japanese children do not only use verbal modes when refusing. Based on initial observations, it seems that Japanese children use both verbal and nonverbal modes when refusing. Therefore, the variety of verbal and nonverbal modes of refusing by children is interesting to observe. The problem of this study is the multimodality of refusal responses in Japanese by 2–4 years old children. The purpose of this study is to explain children's responses when refusing, both verbally and nonverbally. The data of this study are 7 videos of children's refusal responses when parents ask their children to do something. The videos were obtained from a reality show called Hajimete no Otsukai.
The findings of this study are multimodality patterns of refusal responses, (i) refusal speech response with nonverbal modes of nodding, looking down, crying, looking at mother, (ii) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, looking at father, looking to the right, (iii) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, looking at father, shaking the head, (iv) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, crying, looking at father, shaking the head, looking to the left, leaning on the father, (v) refusal speech response with nonverbal mode of crying, rubbing hands, pulling mother, (vi) refusal speech response with nonverbal mode of looking at father, opening and closing the door, taking a step back, (vii) refusal speech response with nonverbal mode of looking at mother, looking to the right and left, walking home. This shows that Japanese children tend to refuse by combining verbal and nonverbal modes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Elvia Amelia
"Permasalahan gizi masih menjadi persoalan serius bagi berbagai negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Masalah gizi anak perlu diatasi karena dapat menimbulkan permasalahan bagi pertumbuhan anak hingga berdampak pada kualitas sumber daya manusia unggul bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak dapat berasal dari karakteristik individu anak itu sendiri maupun dari pihak eksternal seperti ibu yang memiliki peran utama dalam pemenuhan gizi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan praktik pemberian makan anak dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Desain penelitian ini adalah cross sectional yang melibatkan 100 ibu dan balita di Kelurahan Tugu. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu, kuesioner FPSQ-28 untuk mengetahui praktik pemberian makan, dan tabel z-score standar antropometri PMK No.2 Tahun 2020 untuk mengukur status gizi anak. Uji statistik bivariat yang dilakukan adalah Mann-Whitney dan uji korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dan status gizi balita (p=0,034) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan ibu dan status gizi balita (p=0.877 ; r=0,16). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa penting untuk meningkatkan pengetahuan ibu sebagai bekal dalam pemberian makan sehingga status gizi anak baik. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan variabel lain yang mempengaruhi status gizi balita sehingga muncul inovasi baru untuk mengatasi Malnutrisi anak.

Nutritional problems are still a serious problem for many developing countries, for example Indonesia. The problem of child nutrition needs to be addressed because it can cause problems for children's growth and thus have an impact on the quality of superior human resources for the Indonesian nation in the future. Several factors that can affect the nutritional status of children can come from the individual characteristics of the child itself or from external parties such as mothers who have a major role in fulfilling child nutrition. The purpose of this study was to determine the relationship between mother's knowledge and child feeding practices with the nutritional status of toddlers aged 2-5 years in Tugu Village, Cimanggis District, Depok City. The design of this study was cross-sectional involving 100 mothers and toddlers in the Tugu Village. The instruments used were a knowledge questionnaire to measure the mother's level of knowledge, the FPSQ-28 questionnaire to determine feeding practices, and the anthropometric standard z-score table PMK No.2 of 2020 to measure children's nutritional status. The bivariate statistical tests performed were the Mann-Whitney and the Spearman's rho correlation test. The results of this study showed that there was a significant relationship between mother's knowledge and toddler's nutritional status (p=0.034) and there was no significant relationship between mother's feeding practices and toddler's nutritional status (p=0,877: r=0,16). Based on the results of this study it is important to increase the mother's knowledge as a provision in feeding so that the child's nutritional status is good. Future research is expected to find other variabels that affect the nutritional status of toddlers so that new innovations emerge to overcome child malnutrition."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Raudatul Jannah
"Ketahanan keluarga menjadi salah satu faktor tidak langsung permasalahan gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketahanan keluarga dengan status gizi pada balita usia 2–5 tahun di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan pengambilan sampel sebanyak 121 keluarga dengan balita usia 2-5 tahun di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawangan menggunakan instrumen Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan Standar Antropometri Kementerian Kesehatan RI. Data dianalisis menggunakan Uji Spearman Correlation dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna searah dengan kekuatan yang sangat lemah antara ketahanan keluarga dengan status gizi pada balita usia 2-5 tahun (p value = 0,025) dan (r = 0,204). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ketahanan keluarga maka semakin baik juga status gizi balita. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan ketahanan keluarga guna meningkatkan status gizi balita.

Family resilience is an indirect factor in children under five nutrition problems. This study aims to determine the relationship between family resilience and nutritional status in children aged 2–5 years in Depok City. This study used a cross-sectional method with a sample of 121 families with children aged 2-5 years at the Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawangan using the Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) instrument and the Anthropometric Standards Kemenkes RI. Data were analyzed using the Spearman Correlation Test with the result that there was a significant unidirectional relationship with very weak strength between family resilience and nutritional status in toddlers aged 2-5 years (p-value = 0.025) and (r = 0.204). This shows that the higher the level of family resilience, the better the nutritional status of children under five. This is important to increase family resilience to improve the nutritional status of children aged 2-5 years."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Pratiwi
"Penelitian ini membahas tindak tutur direktif bahasa Jepang dalam anime Gakuen Babysitters. Teori tindak tutur direktif yang dikemukakan oleh Searle menjadi acuan dalam penelitian ini. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, yakni menjelaskan tuturan direktif yang disampaikan oleh dewasa kepada anak-anak dan tuturan direktif anak-anak kepada dewasa. Hasil penelitian ini menunjukan tindak tutur direktif dalam anime Gakuen Babysitter diperoleh data berjumlah 81. Tindak tutur direktif oleh dewasa kepada anak-anak berjumlah 44 data, terdiri dari perintah, permintaan, larangan, ajakan, dan izin. Tindak tutur direktif anak-anak kepada dewasa berjumlah 37 data, terdiri dari perintah, permintaan, dan larangan. Tuturan anak-anak cenderung menggunakan kata halus dan santun, seperti penggunaan bentuk ~te kudasai, ~naide kudasai, dan onegai shimasu. Berbeda dengan anak-anak, tuturan dewasa menggunakan bentuk yang terdengar kasar, memaksa dan penggunaanya hanya dapat digunakan oleh orang dengan status lebih tinggi, seperti bentuk ~ro, ~na, ~nasai, dan ~te kure.

This research discusses Japanese directive speech acts in the anime Gakuen Babysitters. The theory of directive speech acts put forward by Searle becomes a reference in this study. The purpose of this research is to explain the directive speech delivered by adults to children and children's directive speech to adults. The results of this study show that directive speech acts in the anime Gakuen Babysitter obtained data totaling 81. Directive speech acts by adults to children amounted to 44 data, consisting of commands, requests, prohibitions, invitations, and permissions. Directive speech acts of children to adults amounted to 37 data, consisting of commands, requests, and prohibitions. Children's speech tends to use subtle and polite words, such as the use of the forms ~te kudasai, ~naide kudasai, and onegai shimasu. In contrast to children, adult speech uses forms that sound harsh, forceful and can only be used by people with higher status, such as the forms ~ro, ~na, ~nasai, and ~te kure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah
"The urban population of Indonesia has doubled in the last three decades, and it is estimated that by the year of 2010 almost 40-45% of the population will be living in urban areas. Jakarta as the capital city is the most rapid growing city among others in Indonesia. This, for the most part, was influenced by rapid growing of industrial factories, enlargement of the administration areas of the city, as well as high population growth rate. As the consequence, many aspects of human life including housing, food stock and food production, health and environmental condition, educational situation, economical improvement, social and cultural life, political stability, and national resistance have been changed. However, the changes could be positive or negative.
Urbanization was associated with important changes in food consumption pattern. The urban diet may be more varied and may include higher levels of animal proteins and fats while being lower in calories (Pagaspas 1994, Santoso 1995). Fresh foods such as vegetables, meat, poultry, milk and other dairy products were consumed more by urban than by rural people. Another change that had occurred in urban food habit was an increase in the amount of food eaten outside the household (FAO 1984). These foods tend to be eaten by the consumer at the roadside and were relatively cheap. Ease of preparation, time saving and money, taste, identification with an urban lifestyle, and inaccessibility to cooking facilities in crowded urban slums were among the reasons for the shifts in food consumption patterns. The value of women's time was an important factor affecting household expenditure on food. A greater variety of foods were also available in urban areas, leading to more diversified diets. Information from a slum in Brazil, indicated the lower income class tended to meet a smaller amount of its energy and nutrient requirements than did the higher income class (Von Braun et al 1993).
Study carried out by SEAMEO - UI participants from 1985-1989 in five slum areas in Jakarta showed that the prevalence of nutritional deficiency in terms of moderate and severe PEM was still very high (31.9%) in East Jakarta (Von Braun et al 1993). Besides, study carried out by Susilowati (1997) revealed that mothers suffered from undenutrition (27%) and ovenutrition (30%). Mothers had higher calorie and protein intake as compared to underfive children (Pagaspas 1994, Santoso 1995). Compared to Jakarta's prevalence of PEM among underfive children (25.8%), the figures of East Jakarta was higher. Nationally, prevalence of PEM among underfive children was 28.6% (Indonesian Health Profile 1997).
As one main determinant of malnutrition, food consumption was greatly influenced by purchasing power. On average, calories correlates with income in urban area. Marginal intake of calories decreases with increasing income levels. As prices or incomes change, there was a greater tendency among urban consumers to diversify their diet and substitute more readily (Von Braun et at 1993). Study about undernutrition in low income households in West Jakarta found that at least more than 30% of food expenditure was spent on street foods.
Undernutrition among underfive children mainly due to eating snacks and street food. It was caused by social pressure from neighbor, clever promotion strategy of street vendor, especially on its convenience (located at strategic places, going house to house), tasty, snacking (child refused to eat main meals but will eat snacks) had made eating out a general habit and difficult to be modified. In another word, dietary inadequacy was not primarily due to low purchasing power but rather to habit of buying snacks outside home (Pujilestari et al 1995).
Moreover, the habitual diet of family consists of rice, soybean products (tofu, tempe), fresh fish and dark green leafy vegetables. Noodles often replaced a rice meal. Their food composition was quite simple and less varied. A rough estimate of energy intake for consumption unit (CU) was made from the amount of calories major sources bought, i.e. rice, noodles, cooking oil. The average daily energy intake from these sources covered 63% of RDA (Pujilestari et al 1995).
The study about food habits among mothers and their children 2-5 aged in urban areas in Indonesia is rare. The study was usually implemented in rural area at provincial level. It was related to the application of nutritional anthropology with agriculture science, for example study on "Social and Cultural Influences on Food Habits and Food Consumption Patterns of Staple Food in the Family with Preschool Children". The study was undertaken by Ministry of Health in collaboration with The National Development Planning Board in 1986. The study revealed that the family in areas with other staple food than rice, eating rice is not considered as to provide strength for working in the field or in the forest."
2000
T1843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>