Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dezaldy Irfianza Irfan
"Faktor penyebab berbedanya keinginan untuk mengadopsi inovasi pada konsumer dapat ditemukan pada perbedaan antara grup dan individual. Faktor yang membedakan tingkat adopsi pada suatu produk, layanan, atau proses bergatung pada tingkat keterbukaan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karya ini berasumsi bahwa memanipulasikan emosi dan mendeteksi perasaan takjub dapat meningkatkan keinginan untuk mengadopsi suatu inovasi. Studi dengan 329 subyek dari berbagai latar belakang berpartisipasi dalam studi untuk mengevaluasi tingkat keterbukaan dan korelasinya dengan keinginan untuk mengadopsi inovasi. Studi dibagi menjadi dua kelompok: dengan manipulasi n = 171 dan tanpa manipulasi n = 158.
Hasil studi membuktikan bahwa ada korelasi yang signifikan antara keterbukaan dengan keinginan mengadopsi inovasi r = .27 dan hubungan signifikan antara kelompok dengan manipulasi dengan adopsi inovasi. Tidak ada hubungan signifikan antara keterbukaan dengan berubahnya tingkat emosi takjub. Secara keseluruhan, karya ini berbanding lurus dengan asumsi bahwa saat keterbukaan seseorang lebih tinggi, maka keinginan untuk mengadopsi inovasi akan meningkat.

Innovation adoption in the market largely depends on different factors found in groups and individuals. Whether or not the market adopts a certain innovation in products, services, and process further varies depending on the level of openness to experience in an individual level. This study suggests that by manipulating emotions and probing for awe, the level of openness to experience would increase and thereby increasing the willingness to adopt innovation. A sample of 329 participants of various backgrounds took part in the study to evaluate their level of openness to experience with their willingness to adopt an innovation. The study were divided into two groups one induced by an awe inducing stimuli n 171 and one which did not n 158.
The results proved that there is a significant correlation between openness to experience and innovation adoption r .27 and a significant relationship between the group exposed with awe inducing stimuli and innovation adoption t 2.318 . However, there were no significant interaction between emotion of awe and openness to experience. Overall, the study supports the view that higher level of openness to experience constitutes higher willingness to adopt innovation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Ghifari
"Studi ini menyelidiki pengaruh dari kemampuan mempersepsikan manfaat sebuah inovasi sebagai mediator terhadap hubungan antara tingkat merasakan perasaan kagum dan kemauan mengadopsi sebuah inovasi, dan bagaimana tipe inovasi yang berbeda dapat memengaruhi hasil dari hubungan tersebut. Seratus empat puluh lima responden dari Indonesia dan Belanda menyelesaikan survei yang didistribusikan melalui media sosial. Riset ini menunjukan bahwa inovasi keuangan secara positif dan signifikan memengaruhi kemauan mengadopsi sebuah inovasi, sementara efek dari inovasi lingkungan tidak bisa dibuktikan dan ditemukan.

This study investigates the influence of perceived benefits from an innovation as a mediator towards the relationship between degree of awe and willingness to adopt an innovation, and how this relationship is moderated by different types of innovation. One hundred forty-five respondents from Indonesia and The Netherlands completed the survey that was distributed through several social media channels. The outcomes show that financial-related innovation was significant and positively influences the willingness to adopt an innovation, while the effect of environment-related innovation was not significant."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Septiani Khaerunnisa
"Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain between subjects menggunakan dua kelompok untuk melihat pengaruh emosi kagum terhadap keterbukaan pandangan. Keterbukaan pandangan merupakan intensi prososial yang juga merupakan subkomponen dari kebijaksanaan, diukur melalui intensitas ketertarikan partisipan mengikuti diskusi dengan pandangan yang berbeda. Sebanyak 64 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan dibagi ke dalam dua kelompok dengan variasi emosi kagum. Variasi emosi kagum dilakukan dengan penayangan video untuk meningkatkan emosi kagum. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan dugaan bahwa emosi kagum meningkatkan keterbukaan pandangan.

This study is between subjects desain experiment to see the effect of awe towards opennes to diverse views. Opennes to diverse views is a prosocial intention which is a subcomponent of wisdom. It is measured by the willingnes of participants to join the discusion of people with different views. Total 64 psychology students in Universitas Indonesia participate in this study. Participants are divided into tow groups with variation of awe. Variation of awe is done by showing videos. The result of this study is the same as hypothesis in which awe increase the opennes to diverse view."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Amelia Sasmita
"Era revolusi industri 4.0 telah mengubah cara hidup dan kerja manusia, oleh karenanya organisasi perlu melakukan inovasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara perilaku kerja inovatif dan modal psikologis yang dimoderasi oleh openness to experience, serta menyelidiki dampak dari program intervensi modal psikologis dalam meningkatkan perilaku kerja inovatif pegawai. Penelitian ini dilakukan kepada 424 partisipan dari organisasi pemerintahan untuk mengetahui hubungan perilaku kerja inovatif dengan modal psikologis; dan 14 orang sampel acak dari pegawai untuk mengikuti program intervensi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa modal psikologis berhubungan secara positif dengan perilaku kerja inovatif, sedangkan openness to experience tidak memoderasi hubungan antara modal psikologis dan perilaku kerja inovatif, dengan hasil regresi R2 = 013; F(2, 242) = 99; p = 32 >05. Untuk program intervensi I`m Superhero in the workplace, memperlihatkan perubahan rata-rata skor modal psikologis dan perilaku kerja inovatif sebelum dan setelah program intervensi. Hasil ini memberikan implikasi bahwa organisasi bisa melakukan intervensi modal psikologis untuk meningkatkan perilaku kerja inovatif.

In the era of industry 4.0 which is changing the way people live and work, organization need to do innovation. This study aims to look at the relationship between employees innovative work behavior (IWB) and psychological capital (PsyCap) that moderate by openness to experience, and also investigate the impact of the PsyCap intervention program in increasing employees IWB. The study used 424 participant from a government agency to investigate the relationship between PsyCap and IWB; and 14 random samples of employees for the intervention program. It was found that PsyCap was positively related to IWB, but openness to experience did not moderated they relationship R2 =013; F(2, 242) =99; p =32. The intervention program which is I`m Superhero in the workplace Program, showed changing in the mean of PsyCap and IWB variable before and after the program. These results implied that organizations can having PsyCap intervention to improve their employees IWB.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Arjun Suputra Jaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan kepuasan berpacaran dengan kebahagiaan subyektif dimoderatori oleh keinginan untuk menikah pada individu dewasa muda yang berpacaran berbeda agama. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 145 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , dan Satisfaction with Life Scale SWLS . Analisis data dilakukan menggunakan moderasi model satu yang dikemukakan oleh Hayes. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara keinginan untuk menikah dalam hubungan kepuasan berpacaran dan kebahagiaan subyektif pada individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran berbeda agama c = 0,047; t = 2,674; sig. = 0,008 .

ABSTRACT
This study aims to examine the correlation between relationship satisfaction and subjective well being moderated by willingness to marry among young adults in deferent religion relationship. Partisipants in this study is 145 persons. Measurement in this study using Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , and Satisfaction with Life Scale SWLS . Data analysis using moderated model one which proposed by Hayes. The result of this study indicates that there is an interaction between the willingness to marry in the relationship of relationship satisfaction and subjective well being in young adults in deferent religion relationship c 0,047 t 2,674 sig. 0,008 .
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Ashri Muflihah
"Latar Belakang : Praktik kedokteran gigi ternyata memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Saat ini sudah ada konsep praktik kedokteran gigi yang lebih ramah lingkungan yaitu green dentistry. Belum terdapat studi yang memberikan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan dokter gigi di Jakarta untuk mengadopsi konsep green dentistry. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan dokter gigi di Jakarta dalam mengadopsi konsep green dentistry dalam praktik sehari-hari. Metode : Penelitian ini merupakan studi cross sectional menggunakan teknik proportional quota sampling. Dokter gigi dari 5 wilayah di DKI Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan kuesioner penelitian yang terbagi menjadi beberapa domain yaitu kesediaan, kategori pengadopsi, pengetahuan, sikap, praktik, serta faktor adopsi inovasi. Hubungan antarvariabel dianalisis menggunakan uji beda proporsi chi square, continuity correction test, fisher’s exact test serta uji korelasi spearman’s rho dan kendall’s tau b pada perangkat lunak IBM SPSS Statistik. Hasil Penelitian : Jumlah responden penelitian ini mencapai 210 dokter gigi di Jakarta. Terdapat 54,3% responden yang belum pernah mendengar istilah green dentistry dan hanya 2,9% yang sudah mengikuti pelatihan. Berdasarkan kategorisasi dokter gigi di Jakarta menurut teori difusi inovasi, terdapat 1% kelompok inovator, 28% pengadopsi awal, 44,3% mayoritas awal, 20,5% mayoritas akhir, dan 6.2% laggards. 75.2% dokter gigi telah memiliki pengetahuan yang tinggi, 54,3% sikap positif, dan 35,7% responden cukup mempraktikkan konsep green dentistry. Kesimpulan : Tidak ada hubungan karakteristik responden dengan kesediaan kecuali persepsi (mendengar istilah). Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan, praktik, dan faktor adopsi inovasi dengan kesediaan. Terdapat hubungan antara kategori pengadopsi dan sikap dengan kesediaan. Terdapat hubungan antara faktor pengaruh adopsi inovasi dengan praktik serta hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dokter gigi di Jakarta tentang konsep green dentistry.

Backgrounds: Dental practice has a negative impact on the surrounding environment. Currently, there is a concept of dental practice that is more environmentally friendly, namely green dentistry. There are no studies that provide an overview of the factors affecting willingness of dentists in Jakarta to adopt the concept of green dentistry. Objective: This study aims to describe the factors affecting willingness of dentists in Jakarta to adopt the concept of green dentistry in daily practice. Methods: This research is a cross sectional study using proportional quota sampling technique. Dentists from 5 regions in DKI Jakarta participated in this study. Researcher used a research questionnaire which was divided into several domains, namely willingness, adopter categories, knowledge, attitudes, practices, and innovation adoption factors. The relationship between variables was analyzed using the chi square difference test, continuity correction test, fisher's exact test and spearman's rho and kendall's tau b correlation tests on IBM SPSS Statistics software. Results: The number of respondents in this study reached 210 dentists in Jakarta. There were 54.3% of respondents who had never heard the term green dentistry and only 2.9% who had attended training. Based on the categorization of dentists in Jakarta according to the theory of diffusion of innovation, there are 1% innovator group, 28% early adopters, 44.3% early majority, 20.5% late majority, and 6.2% laggards. 75.2% of dentists already have high knowledge of dentistry, 54.3% had a positive attitude, and 35.7% of respondents moderately practiced the concept of green dentistry. Conclusion: There is no relationship between respondent characteristics and willingness except perception (hearing the term). There is no relationship between the level of knowledge, practice, and innovation adoption factors with willingness. There is a relationship between adopter category and attitude with willingness. There is a relationship between the innovation adoption factors and practice and there is relationship between knowledge, attitude, and practice of dentists in Jakarta about the concept of green dentistry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Yosephine Finny Sutanto
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensi untuk mengadopsi mobile marketing bagi konsumen di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berasal dari perceived innovation characteristics (karakteristik inovasi yang dirasakan) yang memiliki pengaruh terhadap intensi untuk mengadopsi mobile marketing menurut perspektif konsumen di Jakarta. Adapun tujuh faktor-faktor yang diteliti adalah keuntungan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kerumitan (complexity), uji coba (trial-ability), kepercayaan (trustworthiness), kemudahan ijin (permissibility), dan resiko yang dirasakan (perceived risk) terhadap intensi untuk mengadopsi (intention to adopt). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling, dengan wilayah penelitian di Jakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, data yang diperoleh dari 160 responden, diolah dengan menggunakan SPSS 22.0 for Windows, menggunakan metode KMO and Bartlett’s, Cochran, Uji Asumsi Klasik, dan Uji Regresi Berganda. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa resiko yang dirasakan (perceived risk) berpengaruh negatif. Sedangkan, keuntungan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kemudahan ijin (permissibility) memiliki pengaruh positif terhadap intensi untuk mengadopsi dalam mengadopsi (intention to adopt) mobile marketing. Adapun faktor yang tidak memiliki pengaruh adalah kerumitan (complexity), uji coba (trial-ability), kepercayaan (trustworthiness).

ABSTRACT
This essay is analyzing some factors that affect consumers’ intention to adopt mobile marketing. The purpose of this study is to analyze the factors from perceived innovation characteristics which affect an intention to adopt of mobile marketing : consumers’ perspective in Jakarta. There are seven factors which is been researched in this essay : relative advantage, compatibility, complexity, trial-ability, trustworthiness, permissibility, perceived risk which are affecting an intention to adopt. This research uses descriptive method with non-probability sampling methods, in Jakarta territory. Data collection technique applied in this essay is done through questionnaire deployment, the data obtained from 160 respondents, was proceed by using SPSS 22.0 for Windows with some methods such as KMO and Bartlett’s, Cochran, Classical Assumption Test, and Multiple Regression. And the result of this study was concluded; perceived risk has negative effect, while relative advantage, compatibility, and permissibility have positive effect to intention to adopt of mobile marketing. There are also three factors which have no effect to intention to adopt of mobile marketing : complexity, trial-ability, and trustworthiness."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S53159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Yusuf Prawiradiredja
"Banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya berinovasi pada masa kini. Hal ini menyebabkan munculnya produk baru di pasar, sehingga penting bagi perusahaan untuk memahami adopsi inovasi oleh konsumen. Salah satu karakteristik konsumen, yaitu keterlibatan pada produk, merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengadopsi inovasi. Keterbukaan konsumen terhadap pengalaman, yang mungkin disebabkan oleh perasaan kagum, dapat mendorong niat konsumen untuk mengadopsi inovasi. Berkaitan dengan ini, penelitian ini berfokus pada keterlibatan pada produk dan hubungannya terhadap adopsi inovasi, menunjukkan bahwa semakin tinggi keterlibatan pada produk, semakin tinggi pula adopsi inovasinya. Selain itu, efek moderasi dari perasaan kagum terhadap hubungan tersebut juga dipelajari. Data dari seratus enam belas mahasiswa di Indonesia dan Belanda menunjukkan bahwa keterlibatan pada produk memiliki hubungan yang positif dengan adopsi inovasi. Namun, perasaan kagum ternyata tidak mempengaruhi hubungan antara keterlibatan produk dan adopsi inovasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana konsumen bersedia mengadopsi inovasi jika inovasi tersebut sesuai dengan kebutuhan, minat, dan nilai yang dipercaya konsumen; menunjukkan pentingnya peran manajer untuk mengembangkan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Many firms are aware of the need to innovate in today's environment. This led to the rise of new product launches in the market, making it necessary for firms to understand consumer adoption of innovation. The adopter characteristics, namely product involvement, is an essential factor that affects consumer adoption decision. Consumers openness to experience, which may be the result of the emotion of awe, promote consumers 39 intention to adopt an innovation. By these, this paper focuses on product involvement and its relationship with the adoption of innovation, arguing that the higher the product involvement, the higher the adoption of innovation. In addition, the moderating effect of the emotion of awe toward the relationship was studied. Data from one hundred and sixteen university students in Indonesia and The Netherlands showed that product involvement was positively related to the adoption of innovation. However, the emotion of awe does not influence the relationship between product involvement and adoption of innovation. The result of this study indicates how consumers are willing to adopt the innovation if it is aligned with their inherent needs, interests, and values suggesting the importance of managers 39 role to develop a new product that can cater to those needs.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah
"Chatbot saat ini sedang ramai diperbincangkan. Chatbot dinilai mampu membantu perusahaan untuk melayani pengguna dengan dukungan teknologi artificial intelligence (AI). Salah satu perusahaan yang sudah memanfaatkan chatbot adalah bank. Bank memanfaatkan chatbot sebagai kanal tambahan untuk melayani kebutuhan nasabah. Beberapa bank di Indonesia yang mengimplementasikan chatbot di antaranya BNI, BSI, BCA, Mandiri, BRI, Bank Mega, Danamon, dan Jenius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keinginan masyarakat Indonesia untuk menggunakan chatbot perbankan. Dalam penelitian ini diteliti faktor-faktor tingkat penilaian masyarakat dari segi kegunaan (utilitarian value) dan kesenangan (hedonic value) dalam penggunaan chatbot perbankan dengan teori perceived value. Penelitian ini juga memperhatikan aspek gender dan usia dalam menilai pengaruh keinginan pengguna untuk menggunakan chatbot perbankan. Penelitian ini dilakukan dengan metode PLS-SEM sebagai penelitian kuantitatif. Data yang berhasil dikumpulkan sebanyak 500 data yang 49 diantaranya tidak valid. Setelah penelitian kuantitatif, dilakukan pula pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 10 narasumber. Analisis data kualitatif menggunakan metode content analysis. Berdasarkan analisis tersebut, faktor-faktor relative advantage yang memengaruhi utilitarian value antara lain informativeness, convenience, perceived intelligence, dan responsiveness. Faktor yang memengaruhi hedonic value antara lain convenience, anthropomorphism, perceived intelligence, dan interactivity. Kemudian, utilitarian value dan hedonic value sama-sama memengaruhi intensi pengguna untuk menggunakan chatbot perbankan. Sementara itu, hubungan yang berbeda secara signifikan pada multigroup analysis berdasarkan gender adalah convenience terhadap utilitarian value dan hedonic value terhadap intensi pengguna menggunakan chatbot perbankan. Selanjutnya, pada multigroup berdasarkan usia, hubungan yang berbeda secara signifikan adalah informativeness terhadap hedonic value. Penelitian ini memberikan implikasi teoretis kepada penelitian selanjutnya dan implikasi praktis kepada pihak bank dan pengembang chatbot perbankan.

Chatbots are currently being widely discussed. Chatbots are considered capable of helping companies serve users with the support of artificial intelligence (AI). One company that has used chatbots is a bank. Banks use chatbots as an additional channel to serve customer needs. Some banks in Indonesia that have implemented chatbots are BNI, BSI, BCA, Mandiri, BRI, Bank Mega, Danamon, and Jenius. This research is conducted to analyze the factors that influence people’s intentions to use banking chatbots in Indonesia. This research examines the factors of public perception in terms of utility (utilitarian value) and enjoyment (hedonic value) in the use of banking chatbots using perceived value theory. This research also pays attention to gender and age aspects in assessing the influence of users' intentions to use banking chatbots. This research was conducted using PLS-SEM as a quantitative study and 500 data were collected, 49 of which were invalid. Subsequently, a qualitative approach was conducted by interviewing 10 respondents. Qualitative data analysis was performed using the content analysis method. Based on that analysis, the relative advantage factors that influence utilitarian value include informativeness, convenience, perceived intelligence, and responsiveness. The relative advantage factors that affect hedonic value include convenience, anthropomorphism, perceived intelligence, and interactivity. Then, utilitarian and hedonic values both influence user intentions to use banking chatbots. Meanwhile, the relationship that differs significantly in the multigroup analysis based on gender is convenience to utilitarian values and hedonic values to intention to adopt banking chatbots. Furthermore, in multigroup based on age, informativeness to hedonic values is the relationship that differs significantly. This research provides theoretical implications for further research and practical implications for banks and banking chatbot developers."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
"Chatbot saat ini sedang ramai diperbincangkan. Chatbot dinilai mampu membantu perusahaan untuk melayani pengguna dengan dukungan teknologi artificial intelligence (AI). Salah satu perusahaan yang sudah memanfaatkan chatbot adalah bank. Bank memanfaatkan chatbot sebagai kanal tambahan untuk melayani kebutuhan nasabah. Beberapa bank di Indonesia yang mengimplementasikan chatbot di antaranya BNI, BSI, BCA, Mandiri, BRI, Bank Mega, Danamon, dan Jenius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keinginan masyarakat Indonesia untuk menggunakan chatbot perbankan. Dalam penelitian ini diteliti faktor-faktor tingkat penilaian masyarakat dari segi kegunaan (utilitarian value) dan kesenangan (hedonic value) dalam penggunaan chatbot perbankan dengan teori perceived value. Penelitian ini juga memperhatikan aspek gender dan usia dalam menilai pengaruh keinginan pengguna untuk menggunakan chatbot perbankan. Penelitian ini dilakukan dengan metode PLS-SEM sebagai penelitian kuantitatif. Data yang berhasil dikumpulkan sebanyak 500 data yang 49 diantaranya tidak valid. Setelah penelitian kuantitatif, dilakukan pula pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 10 narasumber. Analisis data kualitatif menggunakan metode content analysis. Berdasarkan analisis tersebut, faktor-faktor relative advantage yang memengaruhi utilitarian value antara lain informativeness, convenience, perceived intelligence, dan responsiveness. Faktor yang memengaruhi hedonic value antara lain convenience, anthropomorphism, perceived intelligence, dan interactivity. Kemudian, utilitarian value dan hedonic value sama-sama memengaruhi intensi pengguna untuk menggunakan chatbot perbankan. Sementara itu, hubungan yang berbeda secara signifikan pada multigroup analysis berdasarkan gender adalah convenience terhadap utilitarian value dan hedonic value terhadap intensi pengguna menggunakan chatbot perbankan. Selanjutnya, pada multigroup berdasarkan usia, hubungan yang berbeda secara signifikan adalah informativeness terhadap hedonic value. Penelitian ini memberikan implikasi teoretis kepada penelitian selanjutnya dan implikasi praktis kepada pihak bank dan pengembang chatbot perbankan."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>