Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218935 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Windy Dian Trisari
"ABSTRAK
Dalam rangka reformasi birokrasi, perubahan menjadi hal yang harus dihadapi oleh lembaga pemerintah agar dapat menunjukkan kinerja lebih baik yang diharapkan oleh masyarakat dan sesuai dengan semangat orientasi pelayanan, namun pada umumnya masih banyak lembaga yang belum berhasil melakukan perubahan karena kurangnya kesiapan untuk berubah dan adanya sikap negatif pegawai terhadap perubahan. Pegawai untuk menjadi siap dalam menghadapi perubahan memerlukan iklim psikologis yang aman. Rasa aman psikologis dapat memfasilitasi kebutuhan belajar dan berkembang melalui rasa aman pada pegawai untuk mengambil risiko dianggap salah atau tidak mampu oleh atasan dan lingkungan kemudian berani mengambil inisiatif untuk terlibat dalam perubahan. Untuk mendukung suasana rasa aman dibutuhkan gaya kepemimpinan pelayan. Kepemimpinan pelayan dipandang sebagai kepemimpinan yang bermanfaat melalui caranya dalam membangun, melibatkan, dan mengembangkan pegawai. Hal ini menjadi acuan dalam penelitian untuk melihat peran rasa aman psikologis sebagai variabel penengah pada hubungan antara kepemimpinan pelayan dan kesiapan untuk berubah. Penelitian dilakukan kepada pegawai negeri sipil pada salah satu lembaga pemerintah dengan mengukur persepsi terhadap kepemimpinan pelayan, rasa aman psikologis dan kesiapan untuk berubah yang dirasakan oleh pegawai. Hasil penelitian menunjukkan rasa aman psikologis dapat berperan sebagai variabel penengah sebagian pada hubungan antara kepemimpinan pelayan dengan kesiapan untuk berubah. Dalam hal ini kepemimpinan pelayan memiliki efek langsung dan tidak langsung, yaitu melalui rasa aman psikologis, terhadap kesiapan untuk berubah.

ABSTRACT
Abstract In the bureaucracy reform, the changes become the things that government agencies have to deal with in order to show better performance that is expected by the community and in line with the spirit of service orientation, but in general there are still many institutions that have not succeeded in making changes due to lack of readiness to change and attitude negative employees to change. Employees to be ready for change need a psychological safety climate. Psychological safety can facilitate learning needs and evolve through a sense of security for employees to risk being perceived as either incapable or inadequate by their bosses and the environment and then taking the initiative to engage in change. To support a sense of security requires a servant leadership style. Servant leadership is seen as a useful leadership through the way they build, engage and develop employees. This is a reference in research to see the role of psychological safety as an mediator variable on the relationship between servant leadership and readiness for change. The study was conducted for civil servants in one government agency by measuring perceptions of servant leadership, psychological safety and readiness for change perceived by employees. The results indicate that psychological safety may serve as a partial mediator variable on the relationship between servant leadership and readiness for change. In this case the servant leadership has a direct and indirect effect, namely through psychological security, to the readiness for change."
2018
T51636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Waryaningsih
"[Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Servant Leadership dan Team Effectiveness pada Kepala Seksi dan Kepala Ruangan di Rumah Sakit X Penelitian tersebut didasari pertimbangan bahwa masih ada kesenjangan Kompetensi Kepemimpinan Kelompok pada Kepala Seksi dan Kepala Ruangan di Rumah Sakit X serta belum tercapainya target kinerja pada semua unit kerja . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Servant Leadership dan Team Effectiveness ( r = 0,64 dan p lebih kecil dari 0,05). Responden dalam penelitian ini sebanyak tujuh puluh orang, mereka merupakan bawahan dari Kepala Seksi dan Kepala Ruangan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Servant Leadership Questionnare (SLQ) yang diadaptasi dari Barbuto & Wheeler (2006) dan Team Effectiveness Questionnare (TEQ) dari Larson & LaFasto (1989). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengusulkan program intervensi untuk meningkatkan Servant Leadership melalui Pelatihan Coaching dan Servant Leadership kepada manajer sebagai atasan dari Kepala Seksi dan Kepala Ruangan di Rumah Sakit X. Hasil pelatihan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Coaching dan perilaku Servant Leadership atau kepemimpinan yang melayani bagi para manajer. Selanjutnya para manajer diharapkan mampu melakukan Coaching kepada Kepala Seksi dan Kepala Ruangan, terutama dalam menerapkan kepemimpinan yang melayani sehingga efektivitas tim akan meningkat.;The purpose of this research is to examine the relationship between Servant Leadership and Team Effectiveness on Section Heads and Heads of Nurses in Hospital X. This research is based on the fact that there is a gap in leadership competencies cluster on Section Heads and Heads of Nurses as well as unachieved performance target in all units. This research shows that Servant Leadership is significantly related to Team Effectiveness (r=0,64, p<0,05). Data collected from 70 respondents, they are subordinate of the Section Heads and Heads of Nurses. Instruments used in this research are Servant Leadership Questionnaire (SLQ), adapted from Barbuto & Wheeler (2006) and Team Effectiveness Questionnaire (TEQ), by Larson & LaFasto (1989). Based on this finding, researcher proposes an intervention program to enhance Servant Leadership through Coaching and Servant Leadership Training to the managers as the superior of the Section Heads and Heads of Nurses. These training results are expected to enhance the managers’ ability in coaching and in displaying behaviors that reflect Servant Leadership. Furthermore, managers are expected to coach the Section Heads and Heads of Nurses, especially in implementing the servant leadership which will ultimately improve the team effectiveness, The purpose of this research is to examine the relationship between Servant Leadership and Team Effectiveness on Section Heads and Heads of Nurses in Hospital X. This research is based on the fact that there is a gap in leadership competencies cluster on Section Heads and Heads of Nurses as well as unachieved performance target in all units. This research shows that Servant Leadership is significantly related to Team Effectiveness (r=0,64, p<0,05). Data collected from 70 respondents, they are subordinate of the Section Heads and Heads of Nurses. Instruments used in this research are Servant Leadership Questionnaire (SLQ), adapted from Barbuto & Wheeler (2006) and Team Effectiveness Questionnaire (TEQ), by Larson & LaFasto (1989). Based on this finding, researcher proposes an intervention program to enhance Servant Leadership through Coaching and Servant Leadership Training to the managers as the superior of the Section Heads and Heads of Nurses. These training results are expected to enhance the managers’ ability in coaching and in displaying behaviors that reflect Servant Leadership. Furthermore, managers are expected to coach the Section Heads and Heads of Nurses, especially in implementing the servant leadership which will ultimately improve the team effectiveness]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Anastasia Bintan Mangawe
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pemberian intervensi coaching
dalam rangka meningkatkan iklim psikologis dan komitmen untuk berubah pada
karyawan di PT. X. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang terdiri dari dua
studi. Pada studi I, digunakan cross-sectional study design dengan partisipan
sejumlah 48 orang karyawan Departemen Editorial A dan B di PT. X. Sementara,
pada studi II digunakan the before-and-after study design dengan partisipan sejumlah
3 orang karyawan Departemen Editorial A dan B di PT. X. Penelitian ini
menggunakan alat ukur Commitment to Change (Herscovitch & Meyer, 2002) dan
Psychological Climate (Brown & Leigh, 1996). Hasil uji Pearson correlation dan
regresi linear pada studi I menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara iklim psikologis dan komitmen untuk berubah (p = .009; p < .01), dimana
13,7% varians komitmen untuk berubah dapat dijelaskan oleh iklim psikologis
(R2 = .137; p = .009; p < 0.1). Uji korelasi menunjukkan bahwa dimensi
psychological meaningfulness memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen
untuk berubah (r = .439; p = .002; p < .01). Untuk itu, peneliti menjadikan dimensi
psychological meaningfulness sebagai fokus dalam memberikan intervensi coaching
kepada 7 pasang atasan-bawahan. Pada studi II dilakukan perhitungan dengan
Wilcoxon signed-rank test dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan skor iklim
psikologis (p = .045; p > .05) dan komitmen untuk berubah (p = .007; p > .05) yang
signifikan antara sebelum dan setelah diberikan intervensi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa intervensi coaching yang diberikan efektif untuk meningkatkan
iklim psikologis dan komitmen untuk berubah.

ABSTRACT
This research was conducted to examine the effectiveness of coaching intervention in
order to improve psychological climate and commitment to change on employee in
PT. X. This research is a correlational research consisting of two studies. On study I,
cross-sectional study design was used for 48 employees of A and B Editorial
Department?s in PT. X as the research participants. Meanwhile, the second study used
the before-and-after study design for 3 employees of A and B Editorial Department?s
in PT. X as the research participants. This research used Commitment to Change
inventory (Herscovitch & Meyer, 2002) and Psychological Climate inventory (Brown
& Leigh, 1996). The result of Pearson correlation and linear regression test on study I
showed that there is a significant relationship between psychological climate and
commitment to change (p=.009; p<.01), where 13.7% of the variance of commitment
to change can be explained by psychological climate (R2 = .137, p = .009; p < 0.1).
Correlation test showed that the dimension of psychological meaningfulness has a
significant relationship with a commitment to change (r = .439, p = .002; p <.01).
Therefore, researcher made psychological meaningfulness as a focus in providing
coaching intervention to 7 pairs of superior-subordinate. Based on the calculation of
Wilcoxon signed-rank test on study II, it is known that there are significant
differences between before and after the intervention in psychological climate score
(p = .045; p > .05) and commitment to change score (p = .007; p > .05). Thus, it can
be concluded that the coaching intervention is effective to improve psychological
climate and commitment to change"
2016
T46794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Arini Diah Indreswari
"Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah intervensi pelatihan servant leadership dan peningkatan awareness pada pimpinan dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai di Balai Besar POM Propinsi X. Intervensi didasarkan pada penelitian motivasi kerja 46 pegawai. Servant leadership pada pimpinan BBPOM Propinsi X diukur melalui Servant Leadership Scale (Barbuto dan Wheeler, 2006). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai ditentukan oleh 88,6% servant leadership dan 90% kepuasan atas gaji. Peneliti merancang pelatihan servant leadership pada pimpinan dengan fokus pada dimensi organizational stewardship dan persuasive mapping yang rendah agar semua dimensi servant leadership yang dimiliki pimpinan lengkap, dan dapat berfungsi optimal. Oleh karena itu, disarankan untuk meninjau besaran gaji pegawai secara periodik. Dengan adanya intervensi pelatihan servant leadership akan dapat meningkatkan semangat dan motivasi kerja selama memberikan pelayanan yang baik dan optimal kepada masyarakat. Pimpinan juga perlu menyadari bahwa motivasi kerja pegawai dipengaruhi juga oleh kepuasan atas gaji.

The research aimed determine the effect of servant leadership's training and increasing awareness for leaders as intervention program will increase the employee's work motivation in Balai Besar POM Propinsi X. The intervention based on work motivation's research of 46 employees. Servant leadership for leaders in BBPOM Propinsi X measured by Servant Leadership Scale's instrument (Barbuto and Wheeler, 2006). The result of analysis regression shows that employee's work motivation determined by 88,6% servant leadership and 90% pay satisfaction. Researcher designs servant leadership's training for leaders focusing on lower result of organizational stewardship and persuasive mapping dimension, in order to servant leadership's dimensions that owns by the leaders is comprehensive and can be functioned optimally. With the servant leadership's training intervention, it will be able to improve encouragement and work motivation during giving good and optimal service to the public. Leaders also have to aware that employee's work motivation affected by pay satisfaction. Thus, the suggestion is to look deeper on how much the employee's salary and review it periodically."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaeri Marifah
"Hubungan Peningkatan Kualitas Hubungan Atasan-Bawahan terhadap Kesiapan Individu untuk Berubah dengan Memberikan Workshop Pembekalan Softskill Mentoring pada Atasan di Institusi X Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan peningkatan kualitas hubungan atasan-bawahan terhadap kesiapan individu untuk berubah dengan Workshop Softskill Mentoring pada Atasan di Institusi X, salah satu institusi pemerintahan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian action research. Jumlah responden penelitian terdiri dari 30 orang bawahan eselon IV yang merupakan perwakilan dari masing-masing unit kerja. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang diadaptasi dari LMX-MDM dari Liden Maslyn 1998 dan alat ukur kesiapan individu untuk berubah dari Holt, dkk 2007 . Hasil penghitungan uji statistik korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan sebesar r = 0.52; p.

The Relationship of Improving the Quality of Leader Member Exchange to Individual Readiness for Change with Providing Softskill Mentoring Workshop for Manager at Institution X The purpose of this research is to see the relationship of quality improvement of leader member exchange to individual readiness to change with Softskill Mentoring Workshop on Manager at Institution X, one of government institution in Indonesia. This research uses the type of action research research. The number of research respondents consisted of 30 manager level who were representatives of each work unit. The measuring tool used in this study is a questionnaire adapted from LMX MDM from Liden Maslyn 1998 and an individual readiness tool for change from Holt et al. 2007 . The result of the correlation statistic test shows that there is a significant relationship of r 0.52 p."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Ramdhana
"Tesis ini bertujuan untuk mengembangkan intervensi yang dapat mengembangkan integrasi lintas fungsional pada organisasi publik. Integrasi lintas fungsional dijelaskan melalui pengaruh kualitas hubungan sesama anggota tim terhadap efektivitas tim. Integrasi lintas fungsional dijelaskan sebagai perilaku anggota kelompok dan sebagai proses kelompok. Integrasi lintas fungsional sebagai perilaku anggota kelompok melibatkan perilaku hubungan timbal balik antar anggota kelompok terkait pelaksanaan tugas. Integrasi lintas fungsional sebagai proses kelompok dijelaskan dalam bentuk kapasitas kelompok dalam mendistribusikan dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan melibatkan perilaku kontributif dan kepemimpinan partisipatif anggotanya. Penelitian melibatkan tiga kelompok responden yang masing-masing berjumlah 30 orang, sehingga total responden berjumlah 90 orang N=90.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi dan analisis jalur untuk mengetahui adanya pengaruh antar variabel. Hasil analisa kelompok menunjukkan kondisi integrasi lintas fungsional berbeda-beda pada masing-masing direktorat. Pada Direktorat A, integrasi lintas fungsional tidak terbentuk sebagai perilaku anggota kelompok dan sebagai proses kelompok. Pada Direktorat B, integrasi lintas fungsional terbentuk sebagai perilaku anggota kelompok, tetapi tidak terbentuk sebagai proses kelompok. Pada Direktorat C, integrasi lintas fungsional terbentuk sebagai proses kelompok. Untuk mengembangkan integrasi lintas fungsional sebagai perilaku anggota kelompok dirancang intervensi pengembangan tim yang berorientasi pada perilaku dan proses kelompok. Untuk mengembangkan integrasi lintas fungsional sebagai proses kelompok dirancang team coaching dengan pendekatan coaching perkembangan. Rancangan intervensi dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing direktorat.Kata kunci : Integrasi lintas fungsional, kualitas hubungan sesama anggota tim, kepemimpinan bersama, efektivitas tim, pengembangan tim, team coaching.

This thesis aims to develop interventions that can develop cross functional integration across public organizations. Cross functional integration is explained through the influence of team member exchange qualities on team effectiveness. Cross functional integration is described as the behavior of group members and as a group process. Cross functional integration as a behavior of group members involves the behavior of mutual relationships among group members regarding task implementation. Cross functional integration as a group process is described in terms of group capacity in distributing and utilizing its resources by engaging participatory behavior and leadership. The study involved three groups of respondents, each of which amounted to 30 people, bringing the total number of respondents to 90 people N 90 .
The research method used is quantitative research by using regression analysis and path analysis to determine the influence between variables. The result of group analysis shows that cross functional integration conditions are different in each directorate. In Directorate A, cross functional integration is not formed as a behavior of group members and as a group process. In Directorate B, cross functional integration is formed as the behavior of group members, but is not formed as a group process. In Directorate C, cross functional integration is formed as a group process. To develop cross functional integration as group member behaviors designed team building interventions on group behavior. To develop cross functional integration as group process is designed team coaching with development coaching approach. The design of the intervention is made according to the needs of each directorate. Keywords Cross functional integration, team member exchange qualities, shared leadership, team building, team coaching. "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seswa Elde Rahmahthia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kepercayaan organisasi untuk meningkatkan komitmen untuk berubah. Kepercayaan organisasi didefinisikan sebagai keyakinan individu atau kelompok bahwa individu atau kelompok lain melakukan usaha terbaik untuk bertindak sesuai dengan komitmen eksplisit maupun implisit, jujur dalam setiap negosiasi seperti menunjukkan komitmen, dan tidak mengambil keuntungan dari orang lain meskipun saat kesempatan tersebut tersedia (Cummings & Bromiley, 1996).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepercayaan organisasi adalah Organizational Trust Inventory yang dikembangkan oleh Cummings dan Bromiley (1996). Sedangkan komitmen untuk berubah didefinisikan sebagai dorongan yang mengikat individu untuk melakukan tindakan yang diperlukan guna kesuksesan implementasi dari rencana perubahan (Herscovitch & Meyer, 2002). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur komitmen untuk berubah adalah Commitment to Change Inventory yang dikembangkan oleh Herscovitch dan Meyer (2002). Partisipan dari penelitian dan intervensi ini adalah karyawan redaksi editorial A dan B dari PT X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan organisasi berpengaruh signifikan terhadap komitmen perubahan (R2 = .264; Sig .000). Intervensi coaching yang dilakukan tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatkan skor kepercayaan organisasi (t = -2,167; p = 0,073; p > 0,05). Namun intervensi coaching berpengaruh signifikan dalam peningkatan skor dimensi menjaga komitmen dari kepercayaan organisasi (t = -2,521; p = .045; p < 0.05). Intervensi coaching yang dilakukan juga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skor komitmen untuk berubah (t = -3,959; p = 0,007; p < 0,05).

The purpose of this research is to examine the impact of organizational trust to increase commitment to change. Organizational trust defined as an individual?s belief or a common belief among a group of individuals that another individual or group makes a good-faith efforts to behave in accordance with any commitments both explicit or implicit, is honest in whatever negotiations preceded such commitments, and does not take excessive advantage of another even when the opportunity is available (Cummings & Bromiley, 1996).
Tool in assessing organizational trust is Organizational Trust Inventory developed by Cummings and Bromiley (1996). Meanwhile, commitment to change defined as a force (mind set) that binds individual to a course of action of relevance to one or more targets (Herscovitch & Meyer, 2002). Tool in assessing commitment to change is Commitment to Change Inventory developed by Herscovitch and Meyer (2002). Participants for research and intervention are A and B editorial department?s employees in X company.
Research result showed that organizational trust significantly impact commitment to change (R2 = .264; Sig .000). Coaching intervention that had been held not significantly increase organizational trust score (t = -2,167; p = 0,073; p > 0,05). On the other hand, coaching intervention significantly impact the enhancement of keeping commitment dimension of organizational trust (t = -2,521; p = .045; p < 0.05). Coaching intervention that had been held also significantly impact the enhancement of commitment to change score (t = -3,959; p = 0,007; p < 0,05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Nurmalitasari
"Dalam beberapa tahun terakhir, kekhawatiran tentang penurunan prestasi kerja dan dampaknya terhadap kinerja karyawan menjadi fokus utama di Indonesia. Work engagement semakin ditekankan karena berkontribusi pada keunggulan kompetitif organisasi. Sumber daya manusia yang terikat aktif di tempat kerja berkontribusi pada produktivitas dan kesuksesan organisasi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement menjadi kunci untuk keberhasilan organisasi di era yang semakin kompetitif. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana meaningfulness of work, job crafting, dan person job fit berfungsi sebagai mediator antara servant leadership terhadap work engagement. Data penelitian dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner sejumlah 250 terhadap anggota kelompok LumpangSemar dan kuesioner yang kembali sejumlah 250. Pengolahan data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan Structural Equation Modelling menggunakan aplikasi SMART PLS 3.0. Penelitian ini memberikan wawasan dan pengetahuan bagi para akademisi maupun praktisi di bidang manajemen sumber daya manusia dan pengembangan organisasi, khsuusnya untuk memahami determinan atau anteseden dari servant leadership dan job crafting.

In recent years, concerns about declining job performance and its impact on employee productivity have become a primary focus in Indonesia. Work engagement is increasingly emphasized as it contributes to the competitive advantage of organizations. Actively engaged human resources in the workplace contribute to the productivity and success of organizations. Therefore, understanding the factors that influence work engagement is key to organizational success in an increasingly competitive era. The main objective of this study is to examine how meaningfulness of work, job crafting, and person-job fit function as mediators between servant leadership and work engagement. The research data were collected through the distribution of 250 questionnaires to members of the LumpangSemar group, with all 250 questionnaires returned. Data processing and hypothesis testing were conducted using Structural Equation Modeling with the SMART PLS 3.0 application. This study provides insights and knowledge for both academics and practitioners in the field of human resource management and organizational development, particularly in understanding the determinants or antecedents of servant leadership and job crafting."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozala Ria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan untuk berubah dan motivasi kerja pada karyawan level manajerial di PT X. PT X akan melaksanakan perubahan sistem HR yang memiliki dampak besar pada seluruh karyawan khususnya pada level manajer. Proses identifikasi dilakukan untuk melihat apakah perubahan sistem HR ini akan berdampak kepada karyawan terutama di sisi manejerial. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan bahwa salah satu kendala yang dapat berimbas pada perubahan sistem di PT X adalah rendahnya motivasi kerja. Hal ini menjadi acuan dalam penelitian untuk melihat hubungan antara kesiapan karyawan untuk berubah dan motivasi kerja. Penelitian dilakukan kepada 36 orang karyawan level manajerial di PT X dengan melihat tingkat motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dari masing-masing responden. Hasil penelitian menunjukkan jenis motivasi yang memiliki hubungan positif terhadap kesiapan untuk berubah adalah motivasi intrinsik (α= 0.251*, p < 0.05). Selanjutnya, peneliti menetapkan intervensi yang tepat untuk menangani masalah organisasi dengan memberikan workshop motivasi intrinsik pada karyawan level manajer yang memiliki motivasi intrinsik yang rendah sejumlah 9 orang. Berdasarkan hasil uji perbedaan pada skor kesiapan untuk berubah dan skor motivasi kerja sebelum dan setelah dilakukan intervensi terdapat peningkatan pada kesiapan untuk berubah (Z= -1.342, p > 0.05) dan motivasi intrinsik (Z= - 1.000, p > 0.05) namun tidak signifikan.

Aim of the study is to evaluate the correlation between readiness for change and work motivations for managerial level at PT X. PT X planned to make improvement in term of HR system thus will have big impact for all employees from top to bottom levels. Identification process is being performed to assess the impact. Results shows, lack of motivation will be one of the bottlenecking issues to encounter prior to change of systems. That is why correlation between readiness for change and work motivation being chose as parameter of study. Assessment performed at 36 employees (managerial level) by evaluated each personnel intrinsic and extrinsic motivation levels. Result shows that readiness for change have positive correlation with intrinsic motivation (α= 0.251*, p < 0.05). To encounter the issue, intervention action is been taken by empowering intrinsic motivation through workshop, these action performed specific for 9 (nine) employees which show lack of intrinsic motivation level. Effectiveness evaluation is being perform by comparing before intervention score versus after intervention scores, and it shows that readiness for change could be improved to proper workshop/training (Z= -1.342, p > 0.05) so did for intrinsic motivation (Z= - 1.000, p > 0.05) but not significant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1991
658.38 KEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>