Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Akbar
"ABSTRAK
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat hingga saat ini. Salah satu masalah besar yang masih menjadi tantangan dalam penanggulangan TBC adalah kepatuhan pengobatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan self stigma dan self efficacy dengan kepatuhan pengobatan klien dewasa Tuberculosis di kabupaten Jeneponto. Jenis penelitian crossectional study. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 157 responden. Terdapat hubungan self stigma dan self efficacy dengan kepatuhan pengobatan klien dewasa TBC di kabupaten Jeneponto p value 0,001 < 0,05 . Mengetahui hubungan self stigma dan self efficacy dengan kepatuhan pengobatan menjadi dasar bagi perawat komunitas dalam memberikan intervensi yang sesuai dan pengembangan keilmuan keperawatan.

ABSTRACT
Tuberculosis is still a public health problem. One major problem that remains a challenge in TB control is medication adherence. This study aims to determine the relationship of self stigma and self efficacy with adherence treatment among adult with Tuberculosis in Jeneponto district. This is cross sectional study. The sample was taken by purposive sampling technique as many as 157 respondents. There is a relationship of self stigma and self efficacy among adult with treatment adherence in Jeneponto district p value 0,001 "
2018
T51493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintayu Pramesranni Anazky Putri Sudibyo
"Tuberkulosis masih menjadi masalah serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Seseorang dengan TBC aktif dapat menularkan bakteri TBC kepada 10-15 orang dalam kurun waktu satu tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan stigma diri dengan kepatuhan klien TB Paru di Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional dan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen stigma diri dan instrumen kepatuhan. Jumlah sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 94 responden klien tuberkulosis paru di Kota Depok yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis univariat dan bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Hasil uji chi square untuk variabel karakteristik dan kepatuhan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. Hasil uji chi square untuk variabel stigma diri menunjukkan nilai p sebesar 0,000 yang artinya memiliki hubungan yang signifikan. Pengembangan program kesiapan pengobatan untuk klien perlu disiapkan oleh puskesmas. Program tersebut dapat dilaksanakan oleh perawat sebelum memulai pengobatan sehingga tingkat kepatuhan klien terhadap TB Paru dapat ditingkatkan.

Tuberculosis is still a serious problem throughout the world, including in Indonesia. A person with active TB can transmit TB bacteria to 10-15 people within one year. This study aims to determine the relationship between characteristics and self-stigma with client compliance with pulmonary TB in Depok City. The research method used was a cross sectional approach and cluster random sampling technique. The instruments used in this study were self-stigma instruments and compliance instruments. The number of research samples used in this study were 94 respondents with pulmonary tuberculosis clients in Depok City who met the inclusion criteria. Univariate and bivariate analyzes in this study were carried out using the chi square test. The results of the chi square test for the characteristic and compliance variables showed no significant relationship. The results of the chi square test for the self-stigma variable showed a p value of 0,000 which means that it has a significant relationship. The development of a treatment readiness program for clients needs to be prepared by the puskesmas. The program can be implemented by nurses before starting treatment so that the client's level of adherence to pulmonary TB can be improved."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Indah Setyawati
"Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan kondisi medis kronis yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat ditekan virusnya dengan terapi obat Antiretroviral (ARV) . Obat ini harus diminum seumur hidup dengan tingkat kepatuhan 95% agar virus dapat ditekan dengan optimal. Akan tetapi banyak faktor yang memengaruhi kepatuhan pengobatan ini, salah satunya yaitu adanya perceived stigma, adanya kekhawatiran bahwa dirinya mendapatkan stigma dari lingkungan. Berbagai penelitian selanjutnya menjelaskan bahwa perceived stigma ini membuat mereka menjadi tertutup dan tidak mendapatkan akses dukungan sosial yang dibutuhkan, sehingga perceived social support menjadi menurun, dan selanjutnya berpengaruh pada pembentukan self-efficacy, faktor intrapersonal yang krusial untuk mendorong kepatuhan pengobatan. Melihat bahwa stigma HIV masih sangat kuat di masyarakat, maka penelitian ini penting untuk dilakukan, untuk melihat bagaimana perceived stigma berpengaruh pada kepatuhan pengobatan ARV, dengan menguji peran perceived social support dan self-efficacy sebagai mediator. Terdapat 100 ODHIV dari Jabodetabek yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui kuesioner daring lalu dianalisis menggunakan analisis serial mediation. Hasilnya menunjukkan bahwa perceived social support dan self-efficacy tidak memberikan indirect effect dalam hubungan antara perceived stigma dan kepatuhan pengobatan ARV ketika dilakukan serial mediation, dan ditemukan bahwa self-efficacy secara konsisten memprediksi kepatuhan pengobatan ARV. Hasil penelitian dan limitasi dari penelitian ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian diskusi penelitian

Human Immunodeficiency Virus (HIV) infection is a chronic medical condition that cannot be cured, but the virus can be suppressed with antiretroviral therapy (ARV). ARV must be taken for life with an adherence level of 95% to make the virus suppressed optimally. However, many factors influence adherence to this treatment, one of which is the perceived stigma. Previous studies found that perceived stigma became a barrier to disclosure and does not get adequate social support needed, so that perceived social support decreases, and then affects the development of self-efficacy, the crucial intrapersonal factor to medication adherence. Based on the phenomena that HIV stigma is still very strong in society, this research is important to do, to see how perceived stigma affects ARV medication adherence, by examining the role of perceived social support and self-efficacy as mediators. There were 100 PLHIV from Jabodetabek who participated in this study. Data obtained through online questionnaires and then analyzed using serial mediation analysis. The results showed that perceived social support and self-efficacy did not provide a significant indirect effect in the relationship between perceived stigma and adherence to ARV through serial mediation, and self-efficacy was found to consistently predicted ARV treatment adherence. The research results and limitations of this study will be discussed further in the research discussion section"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enggar Purnaningsih
"ABSTRAK
Nama : Enggar PurnaningsihProgram Studi : Magister KeperawatanJudul : Hubungan Efikasi Diri Dan Stigma Dengan Kepatuhan Pasien Multidrug Resistant Tuberculosis Dalam Menjalani Pengobatan Fase Lanjutan Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan Multidrug Resistant Tuberculosis TB MDR adalah kepatuhan menjalani pengobatan, termasuk pada fase lanjutan. Efikasi diri dan stigma berperan dalam kepatuhan menjalani pengobatan TB MDR fase lanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan stigma dengan kepatuhan pasien TB MDR dalam menjalani pengobatan fase lanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 80 responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif bermakna antara efikasi diri r = 0.470; p < 0.001 dan stigma r = 0.602; p < 0.001 dengan kepatuhan menjalani pengobatan TB MDR fase lanjutan. Hasil analisis multivariat didapatkan efikasi diri dan stigma menjadi prediktor kepatuhan menjalani pengobatan TB MDR fase lanjutan. setelah dikontrol akses ke fasilitas layanan kesehatan. Perawat dapat meningkatkan kepatuhan pasien TB MDR dalam menjalani pengobatan fase lanjutan dengan meningkatkan efikasi diri, menurunkan stigma dan meningkatkan keterjangkauan akses ke fasilitas layanan kesehatan.Kata kunci : efikasi diri, fase lanjutan, kepatuhan pengobatan, Multidrug Resistant Tuberculosis, stigma

ABSTRACT
Name Enggar PurnaningsihStudy Program Master of NursingTitle Correlation between self efficacy, stigma and patient adherence to continuation Multidrug Resistant Tuberculosis treatment phase In the continuation phase of treatment, patient adherence is one contributing factor to achieve a successful treatment in patients with Multidrug Resistant Tuberculosis MDR TB . Self efficacy and stigma have an important role in adherence to continuation MDR TB treatment phase. This study aimed to investigate the correlation between self efficacy, stigma and patient adherence to continuation MDR TB treatment phase. A cross sectional study was conducted with 80 participated patients with MDR TB. The results revealed that there was a positive significant relationship between self efficacy r 0.470 p 0.001 , stigma r 0.602 p 0.001 and patient adherence to continuation MDR TB treatment phase. Additionally, multivariate analysis showed that self efficacy and stigma were the predictor of patient adherence, in which patients were controlled to access healthcare facilities. This study results indicate that nurses can improve patient adherence to continuation MDR TB treatment phase by increasing self efficacy reducing stigma and improving access to healthcare facilities.Keywords adherence, continuation treatment phase, Multidrug Resistant Tuberculosis, self efficacy, stigma"
2017
T46934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Intan Qolbiyah
"Infeksi Virus Human Immunodeficiency mungkin memiliki dampak psikososial pada penderitanya. Penyakit ini menciptakan stigma, yang membuat orang dengan HIV / AIDS (ODHA) cenderung menutupi status HIV mereka di masyarakat. Ketakutan ditolak dan diperlakukan secara berbeda membuat ODHA menyembunyikan perlakuan mereka. Jenis perilaku dapat mengganggu pengobatan mereka, sehingga mereka tidak mendapatkan kepatuhan dengan obat yang seharusnya 95% -100% dari dosis obat yang diberikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengungkapan status HIV dan stigma dengan kepatuhan pengobatan antiretroviral. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada 112 Odha di RSKO Jakarta dan Puskesmas Pasar Rebo. Instrumen yang digunakan termasuk Skala Singkat Pengungkapan HIV untuk menilai pengungkapan status HIV, Skala Stigma HIV Berger untuk menilai stigma, dan Skala Kepatuhan Pengobatan Morisky (item MMAS 4) untuk menilai kepatuhan ARV.
Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan chi-square dan menunjukkan tidak ada hubungan antara pengungkapan status HIV dengan kepatuhan menggunakan ARV, (nilai p = 1.000; α = 0,05) dan tidak ada hubungan antara stigma dan kepatuhan ARV (nilai p = 0,849 ; α = 0,05). Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk layanan perawatan kesehatan agar lebih memperhatikan kepatuhan pengobatan pasien mereka dan memberikan dukungan kepada mereka untuk meningkatkan pengobatan mereka. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan studi orientasi seksual terlebih dahulu.

Human Immunodeficiency Virus Infection may have a psychosocial impact on the sufferer. This disease creates a stigma, which makes people with HIV / AIDS (PLWHA) tend to cover their HIV status in the community. Fear of being rejected and treated differently makes PLHIV conceal their treatment. This type of behavior can interfere with their treatment, so they do not get compliance with drugs that should be 95% -100% of the drug dose given.
This study aims to determine the relationship between disclosure of HIV status and stigma with adherence to antiretroviral treatment. This study used a cross-sectional design for 112 people living with HIV in RSKO Jakarta and Pasar Rebo Health Center. Instruments used included the HIV Disclosure Brief Scale to assess HIV status disclosure, the Berger HIV Stigma Scale to assess stigma, and the Morisky Treatment Compliance Scale (MMAS 4 item) to assess ARV compliance.
The results of this study were analyzed using chi-square and showed no relationship between disclosure of HIV status with adherence using ARVs (p value = 1,000; α = 0.05) and no relationship between stigma and ARV compliance (p value = 0.849; α = 0.05). This research is expected to be useful for health care services to pay more attention to the treatment compliance of their patients and provide support to them to improve their treatment. Suggestions for further research is to conduct a sexual orientation study first.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Mulyana
"Tuberkulosis paru berisiko mempengaruhi fungsi fisiologis maupun psikologis klien yang lebih mengarah pada distress psikologis terutama kecemasan dan depresi. Kondisi depresi klien banyak dipengaruhi oleh persepsi penyakit, stigma sosial, dan stigma diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan persepsi penyakit, stigma sosial, dan stigma diri dengan kondisi depresi pada klien tuberkulosis paru. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 282 responden. Kecamatan Tallo, Makassar, Tamalate, Rappocini, dan Panakukang menjadi lokasi penelitian setelah terpilih dengan metode cluster sampling. Analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan persepsi penyakit (r=0,412), stigma sosial (r=0,607), dan stigma diri (r=0,645) dengan kondisi depresi pada klien tuberkulosis paru di Kota Makassar (p value = <0,010). Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian depresi pada klien tuberkulosis paru adalah stigma diri. Intervensi untuk mengurangi persespsi negatif terhadap penyakit, menurunkan stigma sosial dan stigma diri untuk meminimalkan dampak psikologis pad klien tuberkulosis paru direkomendasikan untuk dilakukan perawat di puskesmas.

Pulmonary tuberculosis that affects the physiological and psychological functions of the client, which is more directed at psychological distress, especially anxiety and depression. The condition of depression in client is much influenced by illness perception, social stigma, and self-stigma. This study aims to analyze the relationship of illness perception, social stigma, and self-stigma with the incidence of depression in clients of pulmonary tuberculosis. The research method used in this study was cross sectional with a total sample of 282 respondents. Tallo, Makassar, Tamalate, Rappocini, and Panakukang sub-districts became the location of the study after being selected using the cluster sampling method. Data analysis showed a significant relationship between illness perceptions (r=0,412), social stigma (r=0,607), and self-stigma (r=0,645) with the incidence of depression in clients of pulmonary tuberculosis in Makassar City (p value = <0,001). Multivariate test results showed the most influential factor in the incidence of depression in clients of pulmonary tuberculosis was self-stigma. Interventions to Reduce Illness Perception, Reduce Social Stigma, and Self-Stigma to minimize the psychological impact on pulmonary tuberculosis are recommended for nurses at the community health center."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T55240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafina Syahada Kurniawan
"Dalam membahas kepatuhan terapi antiretroviral (ARV) pada ODHIV dewasa muda, perlu mempertimbangkan berbagai proses yang terjadi dalam konteks tertentu. Terlebih lagi, HIV merupakan penyakit yang lekat dengan stigma. ODHIV dapat menghayati pandangan-pandangan negatif tentangnya yang berkaitan dengan HIV, atau disebut juga sebagai internalized stigma, dan berimbas pada penurunan kepatuhan terapi ARV. Lebih lanjut, diduga bahwa persepsi dukungan sosial dapat menjelaskan hubungan antara keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi persepsi dukungan sosial dalam hubungan antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda. Penelitian kuantitatif dengan tipe korelasional ini melibatkan 60 ODHIV dewasa muda yang berusia 20—40 tahun di Indonesia yang sedang menjalani terapi ARV (Musia = 30,8; SDusia = 6,13; 88,3% laki-laki). Alat ukur yang digunakan adalah Berger’s HIV Stigma Scale-Short Form, MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan MMAS-8 (Morisky’s Medication Adherence Scale). Hasil penelitian tidak menemukan adanya korelasi signifikan di antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda. Selain itu, persepsi dukungan sosial juga tidak terbukti menjadi mediator pada hubungan antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda.

In discussing antiretroviral therapy (ART) adherence in young adults with HIV, it is necessary to address various processes that occur in certain contexts. Especially, HIV is a disease that is closely attached to stigma. People Living with HIV (PLWH) can internalize negative views about themselves related to HIV, or also known as internalized stigma. Furthermore, it is hypothesized that perceived social support can explain the relationship between the two. This study aims to look at the mediating role of perceived social support in the relationship between internalized stigma and ART adherence in young adults with HIV. This quantitative research with a correlational type involves 60 young adults with HIV aged 20—40 in Indonesia who are currently undergoing ART (Mage = 30,8; SDage = 6,13; 88,3% male). The instruments used in this study are Berger’s HIV Stigma Scale-Short Form, MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan MMAS-8 (Morisky’s Medication Adherence Scale). This study finds no significant correlation between internalized stigma and ART adherence in young adults with HIV. In addition, perceived social support is also not proven to be a mediator in the relationship between internalized stigma and adherence to ART in young adults with HIV.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Martiana
"Pendahuluan: Kelompok LSL merupakan salah satu kelompok beresiko dengan persentase tertinggi dengan peningkatan yang cepat untuk HIV . Terapi satu-satunya yaitu ARV untuk menurunkan mortalitas, mengalami kendala tentang kepatuhan konsumsi obat. Pengetahuan tentang ARV, stigma, dan keterbukaan status HIV pada kelompok LSL dinyatakan sebagai penghalang dari kepatuhan terapi ARV.
Metode : Cross sectional study pada 175 ODHA LSL. Hasil: Mayoritas responden memiliki pengetahuan ARV baik 76,6 , stigma tinggi 51,4 , keterbukaan status HIV rendah 70,9, dan tidak patuh ARV 52. Pada analisis bivariat ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada tingkat pengetahuan dan stigma terhadap kepatuhan ARV p=0,010; p=0,043. Pada analisis multivariat, tingkat pengetahuan menjadi faktor paling signifikan OR=2,817 kemudian stigma OR=0,510.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya intervensi untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi ARV dan mencegah internalisasi stigma. Keterbukaan status HIV tetap menjadi hal penting untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyebaran HIV.

Introduction The MSM group is one of the highest risk groups with the fastest increase in HIV . The only therapy for HIV, antiretroviral therapy ART to reduce mortality is having difficulty to maintanance the adherence. Knowledge of ART, stigma, and disclosure of HIV status is known as barriers prior ART adherence.
Method Cross sectional study with 175 PLWH MSM. Results The majority of respondents had good ART knowledge 76,6, high stigma 51,4, low disclosure 70,9, and non adherence to ART 52. In bivariate analysis, there was significant correlation in ARV knowledge and stigma to ART adherence p 0,010 p 0,043. In multivariat analysis, knowledge of ARV became the most significant factor OR 2,817 and stigma OR 0,510.
Suggestions from this study are necessary to increase patient rsquo s knowledge about ART and prevent stigma internalization. The disclosure of HIV status remains important part of providing health care and HIV prevention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Jayanthi Desyani
"Kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS ODHA pada Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-Laki LSL telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stigma, tingkat stres dan kepatuhan terapi ARV terhadap kualitas hidup ODHA LSL di kota Medan.
Penelitian ini adalah studi observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data diperoleh dengan pengambilan data primer meliputi data demografi, stigma, tingkat stres, kepatuhan terapi ARV dan kualitas hidup. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April- Mei 2018 dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 175 subjek.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stigma dengan kualitas hidup p=0.004, terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup p value=0.030. Sedangkan pada analisis multivariat didapatkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pada ODHA LSL di kota Medan adalah penghasilan p value=0.001.
Temuan ini menunjukkan bahwa stigma dan stres merupakan prediktor kualitas hidup yang kurang baik, sementara penghasilan perbulan yang lebih tinggi dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan interdisipliner diperlukan dalam perencanaan perawatan kesehatan dan layanan sosial sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada ODHA LSL.

The quality of life of People Living with HIV AIDS PLWHA in Men Who Have Sex with Men LSL has been a concern in recent years. This study aimed to determine the relationship between stigma, stress level and antiretroviral therapy adherence to the quality of life of PLWHA in Medan.
This was an analytic observational study with cross sectional approach. Demographic data, stigma, stress level, ARV adherence and quality of life were obtained directly from the samples. Data were taken from April to May 2018. There were 175 subjects who met the criteria.
Bivariate analysis found that there was a significant correlation between stigma with quality of life p 0.007, there was relationship between stress level and quality of life p value 0.030. While in the multivariate analysis found that the most influential variable on the quality of life in PLWHA in Medan was income p value 0.001.
These findings suggest that stigma and stress are a predictor of poor quality of life, while higher monthly income is associated with better quality of life. An interdisciplinary approach is needed in health care planning and social services to improve the quality of life of PLWHA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>