Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Nursanti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons saksi dalam perilaku cyberbullying. Dalam penelitian ini, terdapat dua studi korelasional yang dilakukan. Studi 1 berkaitan dengan respons saksi yang dilihat berdasarkan faktor individu dan melalui pendekatan Theory of Planned Behavior TPB . Penelitian ini dilakukan dengan responden sejumlah 117 mahasiswa dari beberapa universitas yang terdapat di Jabodetabek. Sementara itu, SEM PLS digunakan untuk menganalisis prediksi keseluruhan model TPB mengenai respons saksi di dalam cyberbullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku dapat memprediksi intensi. Di antara ketiga variabel tersebut, sikap adalah variabel paling dominan yang memengaruhi respons saksi. Selanjutnya, ditemukan bahwa faktor kondisi ragam relasi saksi memiliki peranan dalam hubungan antara intensi dan respons saksi terhadap cyberbullying. Pada studi ke-2, peneliti memasukkan ragam relasi sebagai moderator antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku. Pada studi 2 tersebut, ditemukan bahwa dari keempat kondisi ragam relasi saksi dengan pelaku dan korban, kondisi relasi saksi tidak mengenal pelaku dan korban adalah kondisi yang paling memengaruhi hubungan antara sikap dengan intensi. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi dan menghentikan perilaku cyberbullying, perlu dilakukan penguatan diri personal melalui sikap setiap individu. Penguatan diri personal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran diri mengenai bahaya cyberbullying. Untuk melaksanakan hal tersebut, diperlukan peran dan dukungan dari orang-orang di lingkungan sekitar individu; seperti kepedulian menciptakan susana sehat. Perilaku saling menghargai dan menghormati dalam berinteraksi di dunia maya menjadi cerminan tingginya norma subjektif. Di samping itu, persepsi kendali perilaku dapat ditumbuhkan dengan cara meningkatkan kemampuan asertif, empati, kepedulian sosial, dan membangun relasi yang baik terhadap sesama.

This study examines the response of bystander in cyberbullying. There are two correlational studies conducted. Study 1 relates to bystanders 39; s response viewed by individual factors and through the Theory of Planned Behavior TPB approach. This research was conducted with respondents of 117 students from several universities located in Jabodetabek. Meanwhile, SEM PLS was used to analyze the overall prediction of the TPB model of bystander response in cyberbullying. The results show that attitudes, subjective norms, and perceived behavioural control can predict the intention. Among the three variables, attitudes are the most dominant variables that influence the response of bystander. Furthermore, it was found that the variation factor of the bystander relation relationship had a role in the relationship between the intention and the bystander response to cyberbullying. In the second study, the researcher included the variety of bystander relationships as moderators between attitudes, subjective norms, and perceived of behavioural control. In the second study, it was found that from the four conditions of the various relations of a bystander with the perpetrators and victims, the condition of the bystander relation did not recognise the perpetrator and the victim was the condition that most affected the relationship between attitude and intention. The implications of the study are to reduce and to stop cyberbullying behaviour; it is necessary to strengthen the personal self through the attitude. Growing self-awareness can do personal self-reinforcement about the dangers of cyberbullying. Furthermore, the role and support of people in the individual 39;s surroundings are required; such as caring to create a good internet sharing. The behaviour of mutual respect and respect in interacting in the virtual world becomes a reflection of the high subjective norm. Also, perceived of behavioural control can be grown by increasing assertiveness, empathy, social awareness, and building good relationships with others."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2462
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmy Win Thussaadyah
"Perundungan siber termasuk kejadian traumatis yang masih banyak ditemukan saat ini. Dampak yang ditimbulkan cukup serius, seperti gangguan kesejahteraan mental dan kesehatan fisik. Pengungkapan merupakan salah satu metode penanganan yang bisa membantu korban perundungan siber pulih hingga mengalami posttraumatic growth. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth. Penelitian ini melibatkan 77 dewasa muda berusia 18 – 29 tahun yang pernah mengalami perundungan siber. Metode yang digunakan analisis regresi linear. Penelitian ini menemukan adanya peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth (F(1,76) = 4,228, p<,05, R2 = 0,053).

Cyberbullying is one of the most common traumatic incidents to be found today. The impacts are quite serious, such as disruption to mental and physical health. Disclosure is a method of treatment that can help victims of cyberbullying recover until they experience posttraumatic growth. This study was conducted to examine the role of disclosure on posttraumatic growth. This research involved 77 young adults aged 18-29 who had experienced cyberbullying. The method used is linear regression analysis. This study found that disclosure had a role in posttraumatic growth (F(1.76) = 4.228, p<.05, R2 = 0.053)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah
"Pada tahun 2017 sebanyak 69% anak muda diketahui pernah melakukan cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Perilaku ini tidak hanya terjadi pada remaja tetapi juga dewasa. Penelitian menemukan bahwa cyberbullying memiliki hubungan dengan kepribadian Dark Triad (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) dan harga diri (Pyżalski, 2012). Kepribadian Dark Triad terdiri dari 3 sifat yaitu Psikopati, Machiavellianisme, dan Narsisisme. Pada penelitian ini kepribadian Dark Triad diukur pada tingkat subkilinis. Semakin tinggi kepribadian Dark Triad seseorang maka semakin tinggi kecenderungan melakukan cyberbullying. Pada kepribadian Dark Triad individu memiliki harga diri yang tinggi. Sementara, harga diri yang tinggi akan berkorelasi dengan perilaku cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran harga diri sebagai mediator dalam hubungan antara kepribadian Dark Triad dan kecenderungan cyberbullying pada usia dewasa awal. Partisipan penelitian terdiri dari 292 partisipan dengan rentang usia 20-35 tahun. Hasil analisis mediasi dengan menggunakan PROCESS menemukan bahwa harga diri memediasi secara signifikan terhadap hubungan antara sifat Psikopati dan Narsisisme dan cyberbullying.

In 2017 a survey found that 69% of young people did cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Cyberbullying does not only occur in adolescents but also adults. Previous research found that cyberbullying had a relationship with Dark Triad personality (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) and self-esteem (Pyżalski, 2012). The Dark Triad personality consists of 3 characteristics, namely Psychopathy, Machiavellianism, and Narcissism. In this study Dark Triad personality measured in subclincial population. People who have higher Dark Triad personality will have higher tendency to cyberbullying. Individuals in Dark Triad personality have high self-esteem. High self-esteem correlates with cyberbullying. This study aims to see the role of self-esteem as a mediator in the relationship between Dark Triad personality and cyberbullying in early adulthood. The study participants consisted of 292 participants with an age range of 20-35 years. Researcher used Cyberbullying Scale, Rosenberg Self-Esteem Scale and Short Dark Triad Scale for measurement tools. The results of mediation analysis using PROCESS found that self-esteem mediated significantly in relationship between Psychopathic and Narcissistic traits with cyberbullying."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Fajriati
"Perkembangan penggunaan internet di Indonesia terus berkembang pesat membawa berbagai dampak bagi kehidupan remaja, baik dampak positif maupun dampak negatif seperti perundungan di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dari kejadian perundungan maya dan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang terjadi pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan mengambil sampel 296 siswa SMA Negeri 7 Kota Cirebon. Hasilnya 42% responden pernah mengalami kejadian perundungan maya, baik sebagai pengamat, korban, maupun sebagai pelaku dengan 58% responden pernah menjadi pengamat (bystander) dalam kejadian perundungan maya, 31% responden pernah menjadi korban perundungan maya, dan 7% responden lainnya pernah menjadi pelaku kejadian perundungan maya. Selain itu, hasil pengukuran depresi, kecemasan, dan stres didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang normal. Namun, terdapat pula responden berada pada tingkat depresi sangat parah sebanyak 5 orang (1,7%), tingkat kecemasan sangat parah sebanyak 23 orang (7,8%), dan tingkat stres sangat parah sebanyak 4 orang (1,3%). Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk melihat hubungan antara kejadian perundungan maya dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres dan juga dilakukan dalam populasi yang lebih besar.

The development of internet use in Indonesia continues to grow rapidly, bringing various impacts on the lives of adolescents, both positive and negative impacts such as bullying in cyberspace. This study aims to see an overview of the incidence of cyberbullying and the levels of depression, anxiety, and stress that occur in adolescents. This study used a cross-sectional research design by taking a sample of 296 students of SMA Negeri 7 Cirebon. The result is that 42% of respondents have experienced cyberbullying, both as bystander, victims, and as cyber bullies with 58% of respondents having been bystanders in cyberbullying, 31% of respondents have been victims of cyberbullying, and 7% of other respondents have been cyber bullies. In addition, the results of measuring depression, anxiety, and stress showed that most respondents had normal levels of depression, anxiety, and stress. However, there were also 5 respondents (1.7%) with very severe depression, 23 (7.8%) very severe anxiety levels, and 4 (1.3%) very severe stress levels. For the next study, it is recommended to look at the relationship between the incidence of cyberbullying and levels of depression, anxiety, and stress as well as in larger populations"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atikah
"Indonesia memiliki prospek yang baik dari segi potensi dan kondusivitas yang dimiliki dalam pengembangan industri keuangan syariah. Sebagai bagian dari industri tersebut, perbankan syariah juga berkembang pesat. Akan tetapi, perbankan syariah menghadapi berbagai tantangan, salah satunya yang krusial adalah kurangnya SDM baik secara kuantitas maupun kualitas dalam setiap level (menengah, atas, dan bawah). Skripsi ini bertujuan mencaritahu pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control seseorang terhadap intensi orang tersebut untuk bekerja di perbankan syariah. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan structural equation modelling (SEM). Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang berminat untuk bekerja di perbankan syariah setelah lulus kuliah, baik D3 maupun S1. Dalam penelitian ini, secara statistik, tidak ditemukan bukti bahwa sikap seseorang terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah berpengaruh terhadap intensi orang tersebut untuk bekerja di perbankan syariah. Sedangkan, norma subjektif dan perceived behavior control berpengaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Dengan demikian, diantara dua faktor yang berpegaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah, secara statistik, perceived behavior control memiliki pengaruh terbesar terhadap intensi. Oleh karena itu, intervensi terhadap perceived behaviour control perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan intensi untuk bekerja di perbankan syariah.

Indonesia has good prospects in terms of potency and conduciveness for sharia finance industry to be developed. As part of the industry, sharia banking is also growing rapidly. However, sharia banking faces many challenges, the crucial one is the lack of human resources both in quantity and quality in any level (middle, top, and bottom). The focus of this study is to examine the impact of attitudes, subjective norms, and perceived behavior control to the intention for working in sharia banking. This is a quantitative research that using structural equation modelling (SEM). This research involves final year undergraduate students that willing for working in sharia banking after graduated, as respondents. In this research, the hypothesis that states ‘attitudes toward working in sharia banking have significant impact to the intention for working in sharia banking’, is not proven statistically. On the other hand, the other factors, subjective norms and perceived behavior control, are proven statistically have significant impact to the intention for working in sharia banking. Furthermore, perceived behaviour control has the biggest impact to the intention. Intervention to the perceived behaviour control variable is a must for making improvement of intention for working in sharia banking sector.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S57341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Dyahagitha Kusumawardhani
"Media sosial membuka peluang perusahan dan konsumen untuk saling terhubung melalui pertukaran informasi dan komunikasi di media sosial. Salah satu industri digital yang berkembang cepat saat ini adalah e-commerce dan di dalamnya termasuk fitur pembayaran. Pay later adalah fitur pembayaran yang berkembang paling pesat, sehingga niat penggunaan fitur ini menjadi menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggabungkan sikap, norma subjektif, perceived behavior control, dan penggunaan media sosial untuk melihat pengaruhnya terhadap niat penggunaan fitur pembayaran e-commerce pay later. Penelitian kuantitatif ini mendapatkan 129 responden dari hasil penyebaran kuesioner secara online. Dari keempat hipotesis yang diajukan, ditemukan bahwa sikap, norma subjektif, perceived behavior control, dan penggunaan media sosial memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap niat penggunaan fitur pembayaran e-commerce pay later. Penelitian ini menunjukkan bagaimana TPB dan penggunaan media sosial dapat digunakan untuk mengukur niat penggunaan teknologi non komunikasi seperti pay later. Faktor-faktor ini berperan penting dan perlu dipertimbangkan bagi perusahaan dalam strategi meningkatkan niat penggunakan sebuah teknologi.

Social media opens up opportunities for companies and consumers to connect with each other through exchanging information and communication on social media. One of the digital industries that is developing rapidly at the moment is e-commerce, including its payment features. Pay later is the fastest growing payment feature, therefore the intention to use this feature is interesting to study. This research combines attitudes, subjective norms, perceived behavior control and social media use to see their influence on intentions to use the e-commerce pay later payment feature. This quantitative research obtained 129 respondents from distributing questionnaires online. Of the four hypotheses proposed, it was found that attitudes, subjective norms, perceived behavior control, and social media use have a significant and positive influence on the intention to use the e-commerce pay later payment feature. This research shows how TPB and social media use can be used to measure intentions to use non-communication technologies such as pay later. These communication factors play an important role and need to be considered by companies in their strategy to increase their intention to use technology."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Djuwita
"Tujuan penelitian ini adalah membuktikan model konseptual yang menjelaskan bagaimana peranan orientasi nilai, kebahagiaan psikologis dan keyakinan efikasi dalam perilaku menolong saksi perundungan. Pertanyaan penelitian ini dijawab melalui perhitungan struktural dari dua model konseptual. Responden penelitian adalah siswa dan orang dewasa misalnya guru, orang tua siswa. Penelitian dilakukan melalui dua studi. Pada studi pertama didapatkan 2.765 kuesioner dan pada studi dua didapatkan 2.387 kuesioner yang dapat diolah. Selain penyebaran kuesioner, juga dilakukan FGD untuk memperkaya hasil penelitian.
Hasil perhitungan SEM menunjukkan model konseptual 2 lebih baik daripada model konseptual 1. Terbukti bahwa orientasi nilai, kebahagiaan psikologis, keyakinan efikasi komunitas dan keyakinan efikasi diri berperan bersama-sama dalam perilaku menolong saksi. Keyakinan efikasi diri ditemukan memediasi kebahagiaan psikologis dan keyakinan efikasi komunitas. Dari analisa kualitatif diketahui bahwa saksi bersedia membela korban, namun ragu untuk bertindak. Salah satu kekhawatiran saksi adalah ia tidak didukung komunitas sekolah dan dianggap ingin muncul sebagai pahlawan sendiri. Implikasi untuk intervensi perundungan dibahas.

The purpose of this research is to prove the conceptual model, that explains the role of value orientation, psychological well being, and efficacy beliefs on bullying bystander rsquo s helping behavior. The research question is being obtained through structural equation modeling SEM of two conceptual models. The research respondents are students and adults such as teachers, parents. Two studies were completed, with 2.765 questionnaires from the first study and 2.387 questionnaires from the second study. Besides using questionnaires, FGD was executed to enrich the results of the research.
The result of SEM rsquo s showed that the second conceptual model is a better fit than the first conceptual model. It is proved that value orientation, psychological well being, collective efficacy and self efficacy beliefs have a role together in determining the bystander rsquo s helping behavior. Self efficacy has been found to mediate psychological well being and collective efficacy. Based on the qualitative analysis, it has been known that the bystanders would defend the victim, but hesitated in taking actions. One of the bystander rsquo s concern was whether he she is supported or not by the school community and was judged as being a 'single hero'. Implications for bulying intervention are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
D2276
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisa Amira Imani
"Beberapa upaya sudah dilakukan untuk memperlambat penularan COVID-19, dan menetap di rumah sudah terbukti merupakan salah satu tindakan pencegahan yang efektif. Akan tetapi masih banyak masyarakat Indonesia terutama dewasa muda yang tidak melakukan perilaku tersebut. Penelitian ini menggunakan theory of reasoned action untuk melihat bagaimana peran sikap dan norma subjektif terhadap intensi menetap di rumah selama pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional pada mahasiswa dan karyawan berusia 18-25 tahun (M = 21,3, SD = 1,65) yang sedang melakukan pembelajaran jarak jauh atau work from home (N = 308). Mayoritas partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 53,2%. Penelitian ini memilih populasi dewasa muda karena memiliki kepatuhan akan tindakan preventif yang paling rendah dibandingkan kelompok usia lain (Jørgensen & Petersen, 2020). Hasil analisis multiple regression menemukan bahwa sikap (β = 0,49, p < 0,01) dan norma subjektif (β = 0,22, p < 0,01) berkorelasi secara positif dengan intensi menetap di rumah. Edukasi mengenai pentingnya menetap di rumah tidak hanya penting dilakukan kepada dewasa muda saja, tetapi juga kepada tokoh agama, orang tua, serta tokoh berpengaruh lainnya.

Several attempts have been made to slow the transmission of COVID-19, and staying at home has proven to be an effective preventive measure. However, there are still many Indonesian people especially young adults who do not practice this behavior. This study uses the theory of reasoned action to see how the role of attitude and subjective norm on the intention to stay at home during the COVID-19 pandemic. This study is a correlational study on students and employees aged 18-25 years (M = 21,3, SD = 1,65) who are doing distance learning or work from home (N = 308). The majority of participants in this study were women (53,2%). This study selected a population of young adults because they have the lowest obedience to preventive measures compared to other age groups (Jørgensen & Petersen, 2020). The results of multiple regression analysis found that attitude (β = 0,49, p < 0,01) and subjective norms (β = 0,22, p < 0,01) were positively correlated with the intention to stay at home. Education about the importance of staying at home is not only important for young adults, but also for religious leaders, parents, and other influential figures."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eska Galuh Puspita
"Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh sikap, norma subyektif, kewajiban agama, dukungan pemerintah, harga dan pengetahuan terhadap niat untuk memilih pembiayaan rumah syariah. Pengumpulan data dengan kuesioner pertanyaan terstruktur didapat dari orang-orang yang telah bekerja dan mengetahui tentang pembiayaan rumah syariah di Indonesia. Temuan menunjukkan bahwa sikap signifikan mempengaruhi niat. Sebaliknya, norma subjektif tidak signifikan mempengaruhi niat untuk memilih pembiayaan rumah syariah. Kewajiban agama, dukungan pemerintah, harga dan pengetahuan yang diambil sebagai variabel moderasi bisa menjelaskan hubungan antara sikap dan norma subyektif terhadap niat untuk memilih pembiayaan rumah syariah. Hasil menunjukan bahwa variabel moderasi hanya memperkuat hubungan antara sikap terhadap niat untuk memilih pembiayaan rumah syariah.

The purpose of this paper is to investigate the effect of attitude, subjective norm, religious obligation, government support, pricing and knowledge on the intention to choose Islamic home financing. A structured questionaire was used to collect the data from people who have worked and have awareness on Islamic home financing in Indonesia. Finding shows that attitude significantly influence on intention. In contrast, subjective norm was not significantly influence on intention to choose Islamic home financing. Religious obligation, government support, pricing and knowledge were taken as moderating variables could explain the relationship between attitude and subjective norm on intention to choose Islamic home financing. The results shows that the moderating variables only strengthen the relationship between attitude toward intention to choose Islamic home financing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S53968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edria Pavitaruni
"Non-Fungible Tokens (NFT) adalah salah satu bentuk token digital yang menunjukkan kepelimilikan dari sebuah aset digital. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor yang mempengaruhi intensi membeli dari Non-Fungible Tokens (NFT). Dalam hal ini, sikap terhadap skema NFT dilihat sebagai mediator yang mempengaruhi hubungan persepsi resiko (perceived risk) dan persepsi kesenangan (perceived enjoyment) terhadap intensi membeli Non-Fungible Tokens (NFT). Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan data penelitian yang diperoleh melalui survei secara daring kepada seseorang yang mengikuti perkembangan NFT selama kurang lebih 3 bulan. Perekrutan partisipan dilakukan dengan teknik accidental sampling dengan partisipan yang didapatkan sebanyak 191 partisipan. Analisis mediasi dilakukan dengan menggunakan model 4 dari Hayess’s PROCESS model pada IBM SPSS PROCESS versi 4. Berdasarkan Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa sikap tidak memediasi hubungan antara persepsi kesenangan dan intensi membeli terhadap Non-Fungible Tokens (NFT). Hal ini ditunjukkan dengan tidak ditemukannya efek langsung maupun efek tidak langsung antara persepsi kesenangan dan intensi membeli pada Non-Fungible Tokens (NFT). Lalu, ditemukan pula bahwa sikap tidak memediasi hubungan antara persepsi risiko dan intensi membeli Non-Fungible Tokens (NFT), namun terdapat efek langsung antara persepsi risiko dan intensi membeli pada Non-Fungible Tokens (NFT).Dengan dengan demikian persepsi terhadap resiko perlu menjadi perhatian terhadap perilaku membeli NFT.

Non-Fungible Tokens (NFT) is a form of digital token that shows ownership of a digital asset. Therefore, this study aims to look at the factors that influence the intention to buy Non-Fungible Tokens (NFT). In this case, attitudes towards the NFT scheme are seen as a mediator influencing the relationship between perceived risk and perceived enjoyment of the intention to buy Non-Fungible Tokens (NFT). This research is a correlational study with research data obtained through an online survey of someone who has followed the development of NFT for approximately 3 months. Participant was recruited using accidental sampling technique with total of 191 participants. Mediation analysis was carried out using model 4 from Hayess's PROCESS model on IBM SPSS PROCESS version 4. Based on the results of the mediation analysis, shows that attitude does not mediate the relationship between perceived enjoyment and purchase intention towards Non-Fungible Tokens (NFT). This is indicated by analysis result that shows no direct or indirect effects between perceived enjoyment and purchase intentions for Non-Fungible Tokens (NFT). Then, it was also found that attitude does not mediate the relationship between perceived risk and intention to buy Non-Fungible Tokens (NFT) but there was a direct effect between perceived risk and purchase intention for Non-Fungible Tokens (NFT). Therefore, perceived risk should be a concern to predicts NFT buying behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>