Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213506 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Nyoman Viska Wiradi JP
"Divisi IT GA pada PT. XYZ telah menetapkan KPI yang berhubungan dengan penyelesaian kasus-kasus pada IT Helpdesk sejak tahun 2015 sampai sekarang. Adanya gap pada KPI i-Care service solved by first level yang targetnya seharusnya dalam setahun harus mencapai 90 , tetapi kenyataannya hanya mencapai 81 , membuat KPI Divisi IT GA selalu menjadi sorotan dari pihak manajemen dari PT. XYZ. Implementasi Knowledge Management System pada IT Helpdesk diharapkan mampu mengangkat performansi dari 1 rsquo;st level support untuk menyelesaikan kasus-kasus yang masuk pada IT Helpdesk dan membuat KPI i-Care service solved by first level mencapai target yang telah ditentukan. Namun sebelum melakukan implementasi sebuah Knowledge Management System, harus dilakukan pengukuran terlebih dahulu terhadap tingkat kesiapan dari organisasi dalam mengadopsi sistem tersebut. Pengukuran tersebut dilakukan untuk meminimalisir resiko kegagalan dari implementasi Knowledge Management System pada sebuah organisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan implementasi Knowledge Management System pada IT Helpdesk PT. XYZ. Aspek Knowledge Management Enabler yang digunakan dalam penelitian ini berupa Organization Culture, Organization Structure dan IT Infrastructure. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metodologi survey research pada 57 responden serta melakukan uji reliabilitas dan uji validitas dalam pengolahan datanya. Untuk pengukuran nilai kesiapannya sendiri menggunakan metode analisis statistik deskriptif yang kemudian dipetakan ke dalam skala Rao. Hasil dari penelitan ini adalah PT. XYZ telah mencapai tingkat kesiapan level 4 Receptive.

IT GA Division at PT. XYZ has established KPI related to cases resolution in IT Helpdesk since 2015 until now. The existence of a gap in the KPI ldquo;i-Care service is solved by first level rdquo;, which has target in a year should reach 90 , but in fact only reach 81 , making IT GA division KPI has always been highlighted by management of PT. XYZ. The implementation of Knowledge Management System in IT Helpdesk was expected to raise the performance of 1 39;st level support to solve the cases which come in IT Helpdesk and also make KPI ldquo;i-Care service solved by first level rdquo; reach the target that has been determined. However, prior to implementing a Knowledge Management System, measurements level of readiness must be made before the organization decide to adopt the system. Measurements are made to minimize the risk of failure from implementation of Knowledge Management System in the organization.
The purpose of this research is to know the readiness level of Knowledge Management System implementation in IT Helpdesk of PT. XYZ. Aspects of Knowledge Management Enabler that used in this research are Organization Culture, Organization Structure and IT Infrastructure. This is quantitative research by using survey research methodology on 57 respondents by conducting reliability test and validity test in data processing. Descriptive statistic analysis is using to measure the readiness level and then mapped into Rao scale. PT. XYZ has reached level 4 Receptive for the readiness level as result of this research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho
"PT. XYZ menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman karyawan merupakan aset intangible yang sangat berharga, dan pengetahuan tersebut tersimpan dalam pikiran tiap individu yang bisa saja hilang ketika karyawan tersebut tidak lagi berada di dalam organisasi. Perusahaan menganggap perlu adanya pengelolaan pengetahuan atau knowledge management (KM). Namun kenyataannya implementasi KM di suatu organisasi tidak selalu dapat dengan mudah berhasil seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, penting bagi PT. XYZ untuk melaksanakan pengukuran kesiapan sebelum implementasi KM. Pengukuran kesiapan dilakukan berdasarkan hasil ekstraksi lima penelitian terdahulu serta KM infrastruktur dan diperoleh tujuh aspek penelitian, yaitu Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, dan Human Resources. Pengukuran aspek menunjukkan bahwa secara keseluruhan PT. XYZ telah dalam kondisi siap untuk implementasi knowledge management. Namun tiga aspek (Strategy, Culture, dan Process) masih berada di level Preliminary, karena itu perusahaan perlu untuk melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kesiapannya sehingga implementasi KM ke depan dapat berjalan dengan sukses.

PT. XYZ realizes that the knowledge and experience of the employees are very valuable intangible assets, and the knowledge which stored in the minds of individuals who could have been lost when the employee is no longer in the organization. The company deems it necessary for implementing knowledge management. But in reality the implementation of knowledge management in an organization is not always easily succeed as expected. Therefore, it is important for PT. XYZ to implement readiness assessment before the implementation of KM. Readiness measurement conducted by extraction of five previous studies related to knowledge management critical success factors and KM infrastructure then obtained seven research aspects namely Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, and Human Resources. Measurement result showed that the overall aspect of PT. XYZ has been in a ready condition for the implementation of knowledge management. However, three aspects ( Strategy, Culture, and Process ) are still at the Preliminary level, therefore organization need to do strategic steps to improve its readiness so the future of KM implementation can run successfully."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prastyawan Aji Nugraha
"Knowledge merupakan salah satu aset yang berharga bagi organisasi. Dengan mengelola knowledge yang ada, organisasi dapat memperoleh keunggulan kompetitif dalam persaingan dengan organisasi lainnya. Sebaliknya, apabila knowledge yang ada di dalam organisasi tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan kerugian seperti menghilangkan peluang bisnis, dan matinya organisasi karena tidak adanya inovasi sehingga diperlukan pengelolaan knowledge.
Namun dalam penerapannya, pengelolaan knowledge tidak selalu berhasil diterapkan oleh setiap organisasi. Untuk dapat mengurangi risiko kegagalan dalam upaya pengelolaan knowledge, diperlukan penilaian kesiapan implementasi peneglolaan knowledge dalam organisasi. Dari hasil penilaian tersebut dapat diambil tindakan atau upaya perbaikan untuk faktor yang belum siap dalam organisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan implementasi knowledge management serta fakor-faktornya yang dapat ditingkatkan di PT Mediatrac Sistem Komunikasi. Aspek yang digunakan dalam penelitian ini berupa Organization Culuture, Organization Struccture, IT Infrastructure, Individual Acceptance dan Intention to be involved in KM Process.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan survey research pada 103 responden dengan uji reliabilitas dan uji validitas dalam pengolahan data dan penilaian kesiapannya serta PLS untuk analisis faktornya.
Hasil dari penelitan ini diperoleh bahwa PT Mediarac Sistem Komunikasi telah mencapai tingkat kesiapan level 4 atau receptive. Dengan faktor yang secara signifikan mempengaruhi pegawai untuk terlibat dalam proses KM adalah learning, bussiness strategy, reward, it use, dan effort expectancy.

Knowledge is one of the most valuable assets for an organization. By managing existing knowledge, organizations can gain competitive advantage in competition with other organizations. Otherwise, if the existing knowledge within the organization is not properly managed, it can lead to losses such as loss of business opportunities, and the destruction of the organization due to lack of innovation so that knowledge management is required.
In practice, knowledge management is not always successfully implemented by every organization. To be able to reduce the risk of failure in the effort of knowledge management, assessment of knowledge management readiness implementation is required in the organization.
The purpose of this research is to know the readiness of knowledge management implementation and its factors that can be improved in PT Mediatrac Sistem Komunikasi. Aspects used in this research are Organization Culuture, Organization Struccture, IT Infrastructure, Individual Acceptance and Intention to be involved in KM Process.
The methodology used in this study used a survey approach on 103 respondents with reliability and validity test in data processing and assessment of readiness and PLS for factor analysis.
The conclusion of this research obtained that PT Mediatrac Communication System has reached level 4 or receptive readiness level. With a factor that significantly affects employees to be involved in the KM process are learning, bussiness strategy, reward, it use, and effort expectancy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radytya Dharma Priwanto
"PT XYZ merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan salah satu dari 3 perusahaan yang menyelenggarakan perdagangan efek di pasar modal Indonesia. Selain sebagai penyelenggara perdagangan efek, PT XYZ juga memiliki visi dan misi untuk memajukan pasar modal Indonesia. Pengukuran indeks kepuasan pengguna jasa merupakan salah satu cara untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Knowledge Management (KM) merupakan hal penting bagi PT XYZ dan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pemenuhan target indeks kepuasan pengguna jasa. Oleh karena itu PT XYZ perlu untuk segera melakukan formalisasi KM.
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesiapan PT XYZ sebelum mengimplementasikan KM dan menyusun strategi untuk meningkatkan kesiapan implementasi tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), KM Enabler, Infrastruktur KM dan Aspek KM. KMCSF dipetakan dengan KM Enabler dan Infrastruktur KM untuk mendapatkan KMCSF yang sesuai dengan PT XYZ. Kemudian hasil pemetaan tersebut dipetakan kembali ke dalam aspek KM sehingga KMCSF dikelompokkan ke dalam 3 aspek yaitu aspek abstract, soft, dan hard.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu tingkat kesiapan implementasi KM berada pada tingkat Receptive. Strategi peningkatan kesiapan implementasi dibentuk dengan membandingkan kondisi perusahaan saat ini dengan harapan di masa depan terhadap KM.

PT XYZ is a Depository and Settlement Institution and one of 3 companies that hold securities trading in the Indonesian capital market. Aside from being the organizer of the securities trading, PT XYZ also has its own vision and mission in advancing Indonesian capital market. The measurement of customer satisfaction index is one of many ways in realizing corporate vision and. Knowledge Management (KM) is a crucial factor that PT XYZ has and could help in achieving target of customer satisfaction index. Hence XYZ needs to formalize its KM implementation.
This research will be conducted to measure the level of readiness of PT XYZ before implementing KM and develop strategies to improve its readiness level. The measurement will be conducted by using Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), KM Enabler, KM Infrastructure, and KM Aspects. KMCSF will be mapped together with KM Enabler and KM Infrastructure in order to create KMCSF that are suitable for PT XYZ. The mapping result will then be mapped again into KM Aspects so that the KMCSF will now be grouped into 3 aspects: abstract, soft, and hard.
Results obtained from this research is that the level of readiness of KM implementation of PT XYZ measured at the Receptive level. The strategies to improve readiness level are develop by conducting gap analysis between company current condition and future condition with the implementation of KM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gesit Singgih Febyatmoko
"Pada era dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan tingkat persaingan yang semakin tajam dan dinamis, PT XYZ menyadari pentingnya knowledgesebagai aset strategis organisasi. Inisiatif yang sudah dijalankan dalam rangka mewujudkan knowledge sebagai aset strategis, adalah menerapkan Knowledge Management melalui serangkaian knowledge managementsystemyang telah dijalankan.
Namun sayangnya, PT XYZ belum memiliki metode yang efektif untuk mengukur aspek-aspek utama knowledge management. PT XYZ belum bisa mengetahui tingkat kesuksesan penerapan knowledge management saat ini. Pengukuran tingkat kematangan diperlukan untuk membantu PT XYZ supaya fokus dan memprioritaskan aspek-aspek pada knowledge management yang perlu ditingkatkan.
Peneliti menggunakan metodologi General Knowledge Management Maturity Model (G-KMMM) sebagai model kematangan untuk mengukur tingkat kematangan knowledge management. Peneliti menggunakan model G-KMMM yang terdiri dari 5 aspek pengukuran, yaitu Culture, Strategy, Policy, Process, dan Technology. Model G-KMMM terdiri dari lima tingkat kematangan, yaitu initial, aware, defined, managed, dan optimizing.
Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian yang muncul dalam penerapan Knowledge Management di PT XYZ yaitu pada tingkat berapa kematangan knowledge management pada organisasi dan rekomendasi strategi yang bisa diberikan untuk meningkatkan tingkat kematangan tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan, aspek Culture telah mencapai level kematangan 3, aspek Strategy pada level kematangan 3, aspek Policy pada level kematangan 2, aspek Process pada level kematangan 2, dan aspek Technology pada level kematangan 3. Rekomendasi strategi juga diusulkan sebagai prioritas indikator-indikator yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan tingkat kematangan knowledge management di PT XYZ.

In an era where the science and technology is rapidly evolving and level of competition becomes more intense and dynamic, PT XYZ realize the importance of knowledge as a strategic asset of the organization. Initiatives have been implemented by the management in order to realize knowledgeas a strategic asset. Knowledge Management is implemented through series of knowledge management systems that have been adopted.
Unfortunately, PT XYZ do not have an effective method for measuring key aspects of knowledge management. PT XYZ can not determine the level of success of the implementation of knowledge management. Measuring the level of maturity is needed to help PT XYZ to focus and prioritize aspects of the knowledge management that needs to be improved.
Researchers used a methodology of General Knowledge Management Maturity Model (G-KMMM) as a model for measuring knowledge management maturity level. Researchers used a model consisting of five aspects of measurement, namely Culture, Strategy, Policy, Process, and Technology. G-KMMM consists of five maturity levels, theinitial, aware, defined, managed, and optimizing.
In this study, researchers attempted to answer the research questions that arise in the implementation of Knowledge Management at PT XYZ ie at what level of knowledge management maturity and recommendations that can be given to increase the maturity level.
Based on the measurement results, aspect of Culture has reached maturity level 3, Strategy aspect on maturity level 3, Policy aspect on maturity level 2, Process aspect on maturity level 2 and Technology aspect on maturity level 3. Recommended strategies are proposed as indicators that need to be improved to increase the maturity level of knowledge management at PT XYZ.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Restia Dwi Oktavianing Tyas
"ABSTRAK
Lembaga XYZ merupakan lembaga pemerintahan non-struktural yang bertanggung jawab langsung kepada presiden yang berfungsi untuk mengendalikan program-program prioritas, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis. Perubahan komponen sumber daya manusia yang terjadi dalam periode yang singkat menyebabkan banyaknya pengetahuan individu yang belum terdokumentasi untuk dapat digunakan kembali dalam mendukung pengambilan keputusan dan penyelesaian permasalahan di Lembaga XYZ. Selain itu, pengetahuan individu tersebut akan hilang seiring dengan berakhirnya masa bakti sumber daya manusianya. Maka dibutuhkan prosedur manajemen pengetahuan untuk mengelola pengetahuan tersebut. Implementasi manajemen pengetahuan harus memperhitungkan risiko kegagalan yang dapat dikurangi dengan mengetahui kesiapan organisasi dalam menerapkan manajemen pengetahuan tersebut. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran kesiapan implementasi manajemen pengetahuan dengan menggunakan aspek abstrak, budaya organisasi, struktur organisasi, lingkungan fisik, infrastruktur teknologi informasi, penerimaan individu, dan kemauan terlibat manajemen pengetahuan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa level kesiapan organisasi berada pada level receptive yang berarti bahwa Lembaga XYZ siap dalam mengimplementasikan manajemen pengetahuan namun dengan memperbaiki aspek lingkungan fisik dan dimensi penghargaan pada aspek budaya organisasi.
ABSTRACT
The XYZ institution is a non-structural government institution that is directly responsible to the president which functions to control priority programs, political communication, and management of strategic issues. Changes in the components of human resources that occur in a short period of time cause a lot of individual knowledge that has not been documented to be reused in supporting decision making and problem solving at the XYZ Institution. In addition, the individual's knowledge will be lost along with the end of the service period of his human resources. Then knowledge management procedures are needed to manage this knowledge. The implementation of knowledge management must take into account the risk of failure that can be reduced by knowing the readiness of the organization in implementing the knowledge management. This study discusses the measurement of knowledge management implementation readiness using abstract, organizational culture, organizational structure, physical environment, information technology infrastructure, individual acceptance, and willingness to engage knowledge management. The results of this study state that the level of organizational readiness is at the receptive level, which means that the XYZ Institution is ready to implement knowledge management by improving the physical environment and reward aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Freddy Setiawan
"Organisasi yang dianggap unggul dan kompetitif adalah organisasi yang mampu mengeksploitasi pengetahuan yang ada pada setiap sumber daya manusia-nya dan menggabungkannya menjadi pengetahuan organisasi, dengan tujuan untuk mencapai keunggulan dan daya saing pada tingkat yang paling optimal. Knowledge Management (KM) merupakan disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan suatu organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam proses bisnis. Penerapan dan implementasi KM pada organisasi tidak selalu berjalan dengan sukses, seringkali kegagalan terjadi diakibatkan oleh kurangnya persiapan dan ketidakmampuan organisasi mengidentifikasi kebutuhan implementasi KM. Diperlukan langkah awal dengan melakukan pengukuran terhadap kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan KM secara detail dan komprehensif. Pengukuran tingkat kesiapan ini bertujuan mengetahui sejauh mana atau seberapa besar kesiapan suatu organisasi dalam menerapkan KM.
Penelitian ini memberikan gambaran tentang kesiapan PT. Fajar Hutama Mandiri dalam menerapkan KM, mengembangkan strategi-strategi untuk meningkatkan kesiapan KM organisasi. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengumpulan data dalam penyusunan framework KM Readiness yang diperoleh dari studi literatur dan pemetaan 17 Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), 4 Faktor Pemberdaya (Enabler) KM, dan Infrastruktur KM ke dalam klasifikasi aspek KM. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kesiapan organisasi untuk menerapkan KM berada pada level “Ready” atau “Siap”. Hal ini berarti PT. Fajar Hutama Mandiri telah siap untuk mengimplementasikan KM dan strategi-strategi untuk meningkatkan kesiapan KM.

Organization is considered to be superior and competitive if it is able to exploit existing knowledge on any human resources and combine them into organizational knowledge, with the aim to achieve excellence and competitiveness at the most optimal level. Knowledge Management (KM) has been known as a scientific discipline that can improve an organization's ability to learn from their environment and incorporate knowledge into business processes. Practice and implementation of KM in an organization is not always a success, failures often occur due to lack of preparation and inability of organizations to identify the needs of KM implementation. Necessary first step in measuring the organization's readiness to implement Knowledge Management in detail and comprehensively. Measuring the level of prepareness bertujuan knowing the readiness of an organization in implementing Knowledge Mangement.
This study provides an overview of readiness PT. Fajar Hutama Mandiri in implementing KM, develop strategies to improve organizational KM readiness. This study begins with the collection of data in the preparation of the research framework derived from the literature study and mapping of 17 Knowledge Management Critical Success Factor, 4 KM Enabler Factors and KM Infrastructure into the classification aspects of Knowledge Management. From the research that has been conducted, showing that the level of prepareness PT. Fajar Hutama Mandiri at the level of "Ready". This means PT. Fajar Hutama Mandiri have been ready to implement Knowledge Management and strategies to improve the readiness of Knowledge Management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Maulana Nurbani
"Dalam era globalisasi dan pasar bebas ini, semakin banyak persaingan antar perusahaan sejenis. Salah satu faktor yang dapat membuat perusahaan tersebut bertahan adalah dengan memiliki pengetahuan serta pengalaman pada bidang usahanya tersebut. Secara umum pengetahuan serta pengalaman tersebut melekat kepada individu. Berdasarkan survey umum sebanyak 48% pengetahuan serta pengalaman sebuah perusahaan masih berada di dalam pikiran individu, 29% dalam bentuk dokumen arsip perusahaan dan sisanya 23% dalam bentuk digital. Hal tersebut juga merupakan salah satu permasalahan yang ada di Baitulmal Muamalat (BMM), untuk itu diperlukan penerapan knowledge management (KM) yang tepat untuk mengubah tacit dan explicit knowledge menjadi knowledge shared agar diperoleh informasi secara cepat, tepat dan terorganisasi. Banyak dari perusahaan sudah mengimplementasi knowledge management tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik, untuk itu penelitian KM readiness diperlukan supaya BMM siap dalam mengimplementasikan KM dan secara organisasi terbentuk budaya knowledge sharing yang aktif dan berkesinambungan.
Penelitian ini memetakan beberapa Knowledge Management Critical Success Factors (KMCSF) dari penelitian-penelitian sebelumnya sehingga menjadi KMCSF yang sesuai di BMM. KMCSF tersebut diklasifikasikan berdasarkan budaya organisasi, struktur organisasi, infrastruktur ti, dan keterlibatan individu dalam proses KM. Kemudian dilakukan analisis data dengan pengukuran tingkat kesiapan organisasi atau KM Readiness. Hasil dari penelitian ini adalah BMM dinyatakan siap mengimplementasi KM karena memiliki tingkat kesiapan sebesar 68,39% atau ready (accepted.).

Nowdays, in the era of globalization and free market, more and more competition between simmiliar companies. A factor that can make the company survive is to have knowledge and experience in the business area. In general, the knowledge and the experience inherent to the individual of the company. Based on the general survey as much as 48% of the knowledge and experience of a company is still in the minds of individuals, 29% in the form of archival documents and the remainder 23% in digital form. This problem also exist at Baitulmal Muamalat (BMM). A proper implementation of knowledge management (KM) is needed to convert tacit and explicit knowledge into knowledge shared in order to obtain information faster, precise and organized. Many of the companies are already implementing knowledge management but not utilized properly.For that reason, the reasearch of KM readiness at BMM is needed, So that BMM ready in implementing the KM.
This case study mapped Knowledge Management Critical Success Factors (KMCSF) from previous studies to become the most appropriate for BMM. That KMCSF are classified based on the organizational culture, organizational structure, IT infrastructure, and the individual involvement in the process of KM. Then the data analysis was conducted by measuring the level of KM readiness. The results of this study are BMM declared ready to implement KM because the value of BMM readiness level amounted to 68,39% or ready (accepted).
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sallata, Oktavianus D.
"Knowledge Management merupakan suatu disiplin ilmu yang memfokuskan pada pengelolaan pengetahuan untuk mengurangi terjadinya knowledge loss. Sebuah organisasi yang akan menerapkan Knowledge Management (KM) sebaiknya melakukan pengujian terhadap kesiapan organisasi untuk mengadopsi KM. Kurangnya persiapan pada faktor infrastruktur dan prasyarat lainnya dapat mengakibatkan proses KM kurang menguntungkan. Hal ini menyebabkan dibutuhkan sebuah pengukuran tingkat kesiapan organisasi dalam menerapkan KM. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan Divisi TI, XYZ Group dalam mengimplementasikan KM.
Pemetaan Knowledge Management Critical Success Factors dan Knowledge Management Enabler pada Aspek KM (Abstract, Soft, dan Hard) digunakan sebagai metode penyusunan kerangka pikir penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil penyebaran kuesioner kepada 83 karyawan Divisi TI, XYZ Group. Metode análisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Divisi TI, XYZ Group berada pada tingkat kesiapan Level 2 (preliminary). Hal ini berarti Divisi TI, XYZ Group belum cukup siap untuk menerapkan KM dalam organisasi.

Knowledge Management was been known as a scientific discipline that can improve an organization's ability to reduce the occurence of knowledge loss. An organization that would implement Knowledge Management (KM) should assess organizational readiness level for adopting KM. Lacking proper infrastructure and prerequisites would make KM process unprofitable. A measurement of KM readiness level is needed before implementing the KM in organizations. This study aims to measure the level of readiness of the IT Division, XYZ Group in implementing KM.
Mapping the Knowledge Management Critical Success Factors and Knowledge Management Enablers into the aspect of KM (abstract, soft, and hard) is used as the method of teoritical framework. The data used in this study is derived from the results of a questionnaire to the 83 employees of the IT Division, XYZ Group. Analysis method used is descriptive statistics using SPSS. The results obtained in this study is the IT Division, XYZ Group located at Level 2 readiness level (preliminary). This means that the IT Division, XYZ Group are not quite ready to implement KM in the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rimico Adyaksyah,author
"Departemen TI Bank x merupakan organisasi yang memiliki tanggung jawab terkait perencanaan dan pengembangan strategi sistem dan teknologi informasi. Dengan tanggung jawab yang dimiliki, Departemen TI dituntut untuk menyediakan layanan teknologi informasi yang berisifat zero incident. Oleh karena itu, setiap pengetahuan dan pengalaman dari setiap staf sangatlah penting sehingga diperlukan suatu Knowledge Management System (KMS) yang dapat mengelola pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki setiap staf Departemen TI. Meskipun demikian, tidak semua organisasi yang mengadopsi knowledge management mengalami keberhasilan dalam implementasi atau penggunaannya. Jika suatu organisasi atau instansi belum siap, maka penerapan knowledge management ini tidak akan memiliki dampak yang signifikan. Untuk itu perlu dilakukan analisa terhadap kesiapan dari organisasi untuk menerapkan knowledge management.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat kesiapan implementasi Knowledge Management System pada Departement TI Bank x. Framework asesment didasari dari pemetaaan KMCSF pada penelitian terdahulu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan KM pada Departemen TI Bank x dan memberikan rekomendasi dalam perbaikan proses knowledge sharing yang ada. Hasil dari penelitian ini menempatkan Departemen TI Bank x pada Level 2 (Preliminary), dengan perolehan score sebesar 48,70%. Perolehan tersebut menunjukkan bahwa Departement TI Bank x baru mengenal media Knowledge Management.

IT departments Bank x is an organization which has responsibilities related to development, planning and strategy of information technology. With the responsibilities, the IT department is required to provide zero incident information technology services. Therefore, every knowledge and experience of each staff is very important so we need a Knowledge Management System (KMS) to manage the knowledge and experience of every IT department staff. However, not all organizations success when implementation knowledge management. If an organization or institution is not ready, then the application of knowledge management will not have a significant impact. It is necessary for analysis of the readiness of the organization to implement knowledge management.
This study aimed to obtain the readiness of Knowledge Management System implementation in the IT Department Bank x. Asesment Framework is based on the mapping KMCSF on previous research, so it can be used to measure the readiness on IT departments and provide recommendations for improvement of existing knowledge sharing process. The results of this study put the IT Department at Level 2 (Preliminary), with the acquisition of a score of 48.70%. The acquisition shows that the IT Department Bank x new to Knowledge Management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>