Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faiz Abdurrahman
"Latar belakang: Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi anak kelompok usia 5-9 tahun yang memiliki permasalahan gigi dan mulut yaitu 28,9%. Penyakit yang paling sering terjadi adalah karies gigi yang salah satu penyebabnya adalah plak gigi, sehingga dibutuhkan bahan yang dapat menghambat pembentukan plak gigi.
Tujuan: Mengetahui efek dari aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis dan tanpa Propolis terhadap indeks plak anak usia 7-10 tahun di SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi, Jakarta Timur.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan one group pretest-posttest design. Penelitian dilakukan dengan membandingkan rata-rata indeks plak anak sebelum dan sesudah aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis dan tanpa Propolis. Aplikasi dilakukan sekali sehari selama empat minggu. Subjek penelitian adalah 32 anak (CPP-ACP Propolis n=16; CPP-ACP n=16) usia 7-10 tahun yang dipilih melalui metode purposive sampling. Rata-rata indeks plak diperoleh dengan pengukuran menggunakan modifikasi metode indeks plak Loe dan Silness yang dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi hari ke-7, 14, dan 28.
Hasil: Kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan indeks plak setelah aplikasi selama empat minggu. Pada kelompok aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis indeks plak pada awal pemeriksaan yaitu 1,79 turun menjadi 0,97 pada hari ke-28. Sedangkan pada kelompok aplikasi CPP-ACP tanpa propolis, indeks plak pada awal pemeriksaan yaitu 1,72 kemudian pada hari ke-28 turun menjadi 1,18.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada efek dari aplikasi CPP-ACP yang mengandung Propolis dan tanpa Propolis selama empat minggu terhadap indeks plak.

Background: According to the 2013 Basic Health Research, the proportion of children in the population of 5-9 years who had dental and oral problems was 28.9%. The most common disease is dental caries, which one of the causes is dental plaque. Therefore, materials which can inhibit the formation of dental plaque are needed.
Objective: To determine the effect of the application of CPP-ACP containing propolis and without propolis against plaque index of children aged 7-10 years at SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi, East Jakarta.
Methods: This research was a quasi-experimental study using one group pretest-posttest design. The research was conducted by comparing the plaque index mean of children before and after the CPP-ACP application containing Propolis and without Propolis. Application is carried out once a day for four weeks. The research subjects were 32 children (CPP-ACP Propolis n= 16; CPP-ACP n=16) ages 7-10 years who were selected through a purposive sampling method. The plaque index mean was obtained by measurement using a modification of the Loe and Silness plaque index method carried out before and after the application of the 7th, 14th, and 28th days.
Results: Both groups experienced a decrease in plaque index after application for four weeks. In the CPP-ACP Propolis, plaque index mean at the initial examination was 1.79 then dropped to 0.97 on the 28th day. Whereas in the CPP-ACP without Propolis, the plaque index mean at the initial examination was 1.72 then on the 28th day it dropped to 1.18.
Conclusion: There was no significant difference in the effect of the application of CPP-ACP containing Propolis and without Propolis for four weeks on the plaque index.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Setijono
"Latar Belakang : Penggunaan CPP-ACP secara kombinasi bersamaan dengan agen antibakterial propolis masih belum banyak diteliti dan dikembangkan.
Tujuan : Membandingkan efikasi penggunaan CPP-ACP yang mengandung propolis dan tanpa propolis terhadap jumlah Streptococcus mutans pada anak usia 7-9 tahun.
Metode : Subjek penelitian adalah 32 anak yang dibagi menjadi dua kelompok. Kedua kelompok melakukan pengambilan data awal (baseline) pada variabel jumlah S. mutans dan indeks plak, kemudian dilakukan pengolesan pasta tiap hari selama 4 minggu, dan dilakukan pengambilan data akhir setelahnya.
Hasil : Terdapat penurunan bermakna pada jumlah S. mutans dan indeks plak dari masing-masing kelompok perlakuan (p<0.05). Namun tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara penurunan jumlah Streptococcus mutans dan indeks plak dari kedua kelompok yang dibandingkan.
Kesimpulan : CPP-ACP yang mengandung propolis tidak terbukti lebih baik dari CPP-ACP tanpa propolis dalam penurunan jumlah Streptococcus mutans, namun berpotensi untuk dijadikan alternatif sebagai agen remineralisasi gigi.

Background : The use of CPP-ACP in combination with antibacterial agent propolis still hasnt been researched and developed much yet.
Objective : To know the difference in Streptococcus mutans count on subjects teeth, before and after applied with CPP-ACP with and without propolis.
Methods : The subject of the experiment are 32 grade school children aged 7-9 which divided into 2 groups, would have their baseline data taken on Streptococcus mutans count and plaque index, have their teeth applied with both CPP-ACP paste, with and without propolis for 4 weeks, then would have their data taken again.
Results : After 4 weeks, there is a significant decrease in Streptococcus mutans count and plaque index for both groups (p<0.05). However, there is no significant difference in the decrease between the two groups.
Conclusion : CPP-ACP with propolis is not proven to be better than CPP-ACP alone in terms of reducing Streptococcus mutans count on children aged 7-9 years old, but it could be used as an alternative remineralizing agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiany Fadillah
"Latar Belakang: Menuruthasil Riskesdas, prevalensi masalah gigi dan mulut anak usia7-9 tahun meningkat dari 21,6% pada tahun 2007 menjadi 28,9% pada tahun 2013. Dalam usaha mencegah karies gigi anak, peran guru dan orangtua (ibu) sangat penting sehingga diperlukan pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, kegiatan sikat gigi bersama juga dapat dilakukan dalam upaya mencegah karies dengan menghilangkan plak gigi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pendidikankesehatan gigi dan mulutkepada guru dan orangtua (ibu) terhadap program menyikat gigi 16 permukaan pada anak usia 7-9 tahun.
Metode: Kuasi eksperimenta ldengan desain nonrandomized control group, pretest-posttest. Responden adalah 20 guru dan 66 ibu sebagai kelompok intervensi, kelompok kontrol adalah 10 guru dan 54 ibu. Seluruh responden diberikan edukasi mengenai cara menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut anak lalu memberikannya kepada anak. Pengambilan data pengetahuan dan sikap guru dan ibu melalui pengisian kuesioner pretest dan posttest.Kepada 66 anak dalam kelompok intervensi diberikan program menyikat gigi, sedangkan 54 anak pada kelompok kontrol hanya diberikan edukasi oleh guru dan orangtua (ibu). Evaluasi pemeriksaan dilakukan setelah 1 bulan untuk menilai indeks plak gigi anak.
Hasil: Terdapat peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut guru dengan persentase 16.7%,sikap kesehatan gigi dan mulut guru 20%, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ibu 16.7%, sikap kesehatan gigi dan mulut ibu 20%dan penurunan indeks plak anak 47%.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada guru dan orangtua (ibu) disertai program menyikat 16 permukaan terhadap penurunan indeks plak gigi pada anak usia 7-9 tahun. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesica Uli Giovani
"Semen Ionomer Kaca (SIK) konvensional dapat mengalami penurunan kekerasan permukaan pada pH 5,5 sehingga membutuhkan pemberian ion kalsium dan fosfat yang dapat ditemukan pada CPP-ACP untuk mencegah penurunan kekerasan. Penelitian terhadap CPP-ACP tengah dilakukan dengan penambahan propolis yang ditujukan untuk menambah sifat antimikroba. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa penambahan propolis pada CPP-ACP menyebabkan ion kalsium dan fosfat yang dilepaskan berkurang sehingga mungkin memengaruhi kemampuannya dalam mencegah penurunan kekerasan SIK konvensional. Namun belum diketahui efek CPP-ACP apabila ditambahkan propolis pada SIK konvensional.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh CPP-ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan SIK konvensional.
Metode: Tiga puluh spesimen SIK konvensional berbentuk silinder dengan diameter 6mm dan tebal 3 mm dibuat dan diletakkan dalam inkubator selama 24 jam. Spesimen lalu dilakukan pengujian kekerasan awal menggunakan Vickers Micro Hardness Tester dengan indenter Knoop, setiap spesimen diberikan indentasi dengan beban 50 g selama 15 detik sebanyak 5 kali diposisi berbeda pada permukaan dan diambil rata-rata untuk merepresentasikan seluruh permukaannya. Spesimen kemudian dibagi menjadi tiga kelompok (masing-masing 10 spesimen), yaitu yang tanpa diaplikasikan CPP-ACP, yang diaplikasikan CPP-ACP, dan yang diaplikasikan CPP-ACP propolis. Spesimen yang diaplikasikan CPP-ACP atau CPP-ACP propolis didiamkan selama 30 menit di dalam inkubator. Spesimen kemudian direndam dalam asam laktat pH 5,5 selama 24 jam lalu diuji kekerasan akhirnya.
Hasil: Kekerasan awal didapat sebesar 74,51±1,82KHNdan setelah perendaman pada kelompok tanpa diaplikasikan CPP-ACP menjadi 40,82±0,71KHN, kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP menjadi 57,94±1,40KHN dan kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP propolis menjadi 52,01±1,23KHN. Terdapat penurunan bermakna (p<0,05) antara kekerasan sebelum dan setelah perendaman di semua kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada kekerasan antar kelompok dengan uji One-way ANOVA dan post hoc Tamhane.
Kesimpulan: Pengaplikasian CPP-ACP dengan kombinasi propolis pada SIK konvensional menyebabkan penurunan kekerasan permukaan lebih besar dibandingkan dengan yang hanya CPP-ACP.

Conventional glass ionomer cement (GIC) can be decreased in surface hardness at critical pH (5,5) so calcium and phosphate ions, which can be found in CPP-ACP, are needed to prevent it. Research about CPP-ACP were being developed by adding propolis to increase antimicrobial properties. However, study before stated that the addition of propolis into CPP-ACP could be decreasing ions release so probably decreasing its ability to prevent conventional GICs surface hardness reduction. But the effect of CPP-ACP if were added with propolis toward conventional GIC not yet known.
Aims: This study aims to compare the effect of CPP-ACP with and without propolis on conventional GICs surface hardness.
Methods: Thirty specimens of conventional GIC, 6mm in diameter and 3 mm in thick were prepared and saved in incubator for 24 hours. Specimens initial surface hardness were measured by Vickers Micro Hardness Tester with Knoop indenter. Each specimen was indented using 50 g weigh in 15 seconds for five times on different spot to represent all the surface hardness of the specimen and the mean value was calculated. Specimens then divided into three groups (each group contain 10 specimens), which were without CPP-ACP, applicated with CPP-ACP and applicated with CPP-ACP propolis. CPP-ACP or CPP-ACP propolis were applicated to conventional GIC and kept for 30 minutes in incubator. After that, specimens were immersed in lactic acid pH 5,5 for 24 hours and the final surface hardness were tested. The surface hardness values then were analyzed using One Way Anova and Post Hoc Tamhane test.
Result: Initial surface hardness value was 74,51±1,82KHN, and decreased after immersion. The final surface hardness value become 40,82±0, 71KHN on without CPP-ACP group, 57,94±1, 40KHN on with CPP-ACP group, and 52,01±1, 23KHN on with CPP-ACP propolis group. There were statistically significant (p<0.05) in specimens hardness reduction between before and after immersion in all groups and in hardness differences between groups after immersion.
Conclusion: Application of CPP-ACP combined with propolis on conventional GIC caused greater surface hardness reduction compared to CPP-ACP without propolis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Astriana
"Sarapan merupakan hal penting bagi anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar dan status gizi siswa kelas 4-6 SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional, dimana 111 siswa diambil dengan metode stratified random sampling untuk menjadi sampelnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar (pvalue = 0,574) dan tidak status gizi (pvalue = 0,057) siswa kelas 4-6 SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. Penanaman akan pentingnya kebiasaan sarapan sejak dini perlu dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dan status gizi anak usia sekolah.

Breakfast is an important thing for school age children. This quantitative study used a corelational method for its design. The aim of this study was to explore the relationship between breakfast habits and academic performance and nutritional status in 4-6th Grade Students of SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. This study found that there was no relationship between breakfast habits and academic performance (pvalue = 0,574) also there was no relationship between breakfast habits and nutritional status (pvalue = 0,057) in 4-6th grade students of SDN Cipinang Besar Utara 09 Pagi Jakarta Timur. Even so, knowing this will encourage the school, family, and other health care provider to promote the importance of having breakfast in order to enhance academic performance and nutritional status of school age children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Akib
"SIK modifikasi resin dapat mengalami penurunan kekerasan permukaan pada pH kritis rongga mulut 5,5 yang dapat dicegah dengan pemberian ion kalsium dan fosfat. Ion tersebut bersumber dari CPP ACP. Pengaplikasian CPP ACP pada SIK modifikasi resin diketahui mampu mencegah terjadinya penurunan kekerasan permukaan SIK modifikasi resin. Saat ini telah ada penggabungan propolis pada CPP ACP yang bertujuan untuk meningkatkan sifat antibakteri tetapi diketahui penambahan propolis mengurangi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari CPP ACP sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya dalam melindungi SIK modifikasi resin dari penurunan kekerasan permukaan. Namun belum diketahui efek pengaplikasian CPP ACP yang ditambahkan propolis terhadap kekerasan permukaan SIK modifikasi resin.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh aplikasi pasta CPP ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan semen ionomer kaca modifikasi resin.
Metode: Tiga puluh spesimen semen ionomer kaca modifikasi resin berbentuk silinder berukuran 6 x 3 mm, di polimerisasi menggunakan LED curing unit irradiansi 700 mW/cm2, selama 20 detik kemudian disimpan selama 1 hari kering dalam inkubator. Spesimen diuji kekerasan awalnnya dengan Knoop Hardness Tester (50 g selama 15 detik) dengan penjejasan 5 kali di 5 lokasi permukaan yang berbeda kemudian diambil nilai rata-ratanya untuk mempresentasikan permukaan spesimen. Spesimen dibagi menjadi tiga kelompok yaitu spesimen tanpa dan dengan pengolesan CPP ACP yang didiamkan 30 menit dan dengan pengolesan CPP ACP propolis yang didiamkan 30 menit. Seluruh spesimen direndam dalam larutan asam laktat pH 5,5 selama 24 jam dan diuji nilai kekerasan permukaan akhirnya. Data dianalisis menunggunakan uji statistik Kruskal Wallis dan uji Post Hoc Mann Whittney.
Hasil: hasil menunjukkan bahwa kekerasan awal seluruh spesimen adalah 30,68, 0,03 dan setelah diberi perlakuan kelompok A menjadi 24,96, 0,07, kelompok B menjadi 27,9, 0,01 dan kelompok C menjadi 26.5, 0,03. Pengaplikasian CPP ACP propolis pada SIK modifikasi resin menyebabkan penurunan kekerasan permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan yang hanya diaplikasikan CPP ACP.

The surface hardness of Resin modified glass ionomer cement can be decrease at the critical pH of the oral cavity 5.5 which can be prevented by giving calcium and phosphate ions. These ions can be sourced from CPP ACP. Aplication CPP ACP is known to be able to prevent a decrease in the surface hardness of resin modified glass ionomer cement. Now there has been the addition of propolis to CPP ACP which functions as an antibacterial but it is known the further addition of propolis reduces ion calcium and phosphate release from CPP ACP which influences its capability in protecting RMGIC from further reduction of surface hardnes. However, the effect of CPP ACP application that added propolis is not yet known on resin modified glass ionomer cement.
Objective: this study aims to compare the effect of CPP ACP paste application with it and without a combination of propolis against the surface hardness of glass ionomer cement modified resin.
Methods: thirty specimens of Resin Modified Glass Ionomer Cement in cylindrical shape (6 x 3 mm), 1 day dray storage in the incubator and the specimen are polymerized for 20 seconds using a 700 mW/cm irradiance LED curing unit. The initial specimens were tested for hardness with Knoop Hardness Tester (50 g for 15 seconds) with 5 times of crushing in 5 different surface locations then the average value was taken to present the specimen surface. The specimens were divided into three groups: without CPP ACP application, CPP ACP and CPP ACP Propolis application which were allowed to stand for 30 minutes. All specimens were immersed in lactic acid pH 5.5 for 24 hours and tested for final surface hardness values. Data obtained analyzed using Kruskal Wallis dan Mann Whittney.
Results: the test showed that the initial hardness of all specimens were 30,68, 0,03 and after treatment group A becomes 24,96, 0,07, group B becomes 27,9, 0,01 and group C becomes 26.5, 0,03. There was a decrease surface hardness of the resin modified glass ionomer cement before and after immersion at all groups. The initial hardness of all specimens were 30,68, 0,03 and after treatment group A becomes 24,96, 0,07, group B becomes 27,9, 0,01 and group C becomes 26.5, 0,03. The application of CPP ACP propolis to RMGIC caused.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Huda Fauzi Adzima
"Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang terjadi akibat demineralisasi enamel gigi oleh aktivitas bakteri kariogenik yang menghasilkan asam, khususnya Streptococcus mutans. Dalam penelitian ini permen karet digunakan sebagai sediaan dengan penambahan zat aktif kompleks CPP-ACP dan lilin propolis (0%,2%,4%,6%) dari Trigona sp untuk mencegah karies dan meremineralisasi permukaan gigi. Pembuatan komplek CPP-ACP (casein phosphopeptides-amorphous calcium phospate) sesuai dengan paten US 2005/0037948 dengan komposisi 5% b/b tiap formulasi permen karet. Lilin propolis yang digunakan merupakan produk samping pemurnian raw propolis Trigona sp yang tersusun atas komponen resin dan lilin. Walaupun kandungan senyawa flavonoid yang terkandung dalam lilin propolis lebih sedikit dibandingkan dengan porpolis murni, namun masih ampuh dalam menginhibisi bakteri S.mutans. Hasil pengujian in vitro permen karet uji menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 6% dan CPP-ACP mampu menginhibisi 80% aktivitas S.mutans dalam pembentukan biofilm plak gigi relatif terhadap kontrol negatif. Dan hasil pengujian kualitatif permukaan gigi menunjukkan CPP-ACP dalam permen karet uji mampu memicu terjadinya proses remineralisasi pada permukaan gigi yang telah mengalami demineralisasi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan SEM (2000x perbesaran).

Dental caries is tooth hard tissue disease caused by demineralization of tooth enamel from the activity of cariogenic bacteria that produce organic acid, especially of Streptococcus mutans. In this research gum used as preparations with the addition of CPP-ACP complex and the active ingredients of wax propolis (0%, 2%,4%,6%) from Trigona sp. for preventing caries and remineralization tooth enamel. The generation of CPP-ACP complex (Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium Phosphate) is in accordance with the patent US 2005/0037948 followed by the composition of 5% w/w of each gum formulation. Propolis wax that used is a by-product raw propolis purification Trigona sp. composed of resin and wax components. Although the content of flavonoid compound contained in propolis wax less than pure propolis, yet still powerful in bacteria inhibit especially S.mutans. The in vitro test showed that 6% of propolis wax and CPP-ACP in sugar-free chewing gum is able to prevent the formation of dental caries by inhibiting biofilm formation up to 80% more effective relative to the negative control. And tooth surface qualitative test results showed that the CPP-ACP in sugar-free chewing gum able to trigger the process of remineralization on tooth surfaces which have been demineralized before. Observation were carried out by using SEM (2000x magnification).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Almasyhur
"Latar Belakang: Kondisi kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari individu dan mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Usia 7-9 tahun merupakan masa yang krusial dalam pertumbuhan gigi karena gigi susu mulai rontok satu per satu dan gigi permanen pertama telah tumbuh. Pencegahan melalui pendidikan kesehatan perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya karies gigi. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media buku cerita dan powerpoint dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan menurunkan skor plak pada anak usia 7-9 tahun. Metode: Penelitian eksperimen semu dengan desain non-equivalent group pretest posttest design menggunakan convenience sampling sebagai metode pengambilan sampel. Subyek penelitian berasal dari 4 SD di Kecamatan Cipinang Besar Utara yang berjumlah 197 anak yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan pendidikan kesehatan gigi melalui media buku cerita dan powerpoint, sedangkan kelompok kontrol diberikan pendidikan melalui media powerpoint. media power point. Pendidikan kesehatan gigi diberikan seminggu sekali selama 4 minggu. Subyek diperiksa plakat awal dan akhir, pengisian angket pre-test dan post-test, pengisian angket evaluasi guru dan pengisian angket sosiodemografi oleh orang tua subjek. Hasil: Terdapat 138 subjek berusia 7-9 tahun yang diteliti dengan kelompok intervensi (n=70) dan kelompok kontrol (n=68). Ada 59 subjek yang dikeluarkan karena tidak memenuhi kriteria usia (n=7), tidak mengumpulkan informed consent (n=11), tidak berpartisipasi dalam semua kegiatan (n=41). Hasil uji wilcoxon pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan gigi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan (p=0,00). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan pengetahuan setelah pendidikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p>0,05). Hasil uji Wilcoxon pada kelompok intervensi menunjukkan perbedaan yang signifikan pada skor plak akhir (p = 0,02) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,994). Kesimpulan: Edukasi kesehatan gigi dan mulut melalui media buku cerita dan powerpoint serta melalui media powerpoint dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 7-9 tahun di Cipinang Besar Utara. Tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terjadi penurunan skor plak pada kelompok intervensi.
Background: The condition of dental and oral health is an integral part of the individual and affects overall well-being. The age of 7-9 years is a crucial period in the growth of teeth because the baby teeth begin to fall out one by one and the first permanent teeth have grown. Prevention through health education needs to be done to avoid dental caries. Objective: To determine the effectiveness of using storybooks and powerpoint media in increasing oral health knowledge and reducing plaque scores in children aged 7-9 years. Methods: Quasi-experimental research with non-equivalent group pretest posttest design using convenience sampling as the sampling method. The research subjects came from 4 elementary schools in Cipinang Besar Utara District, totaling 197 children who were divided into two groups, namely the intervention group who were given dental health education through storybooks and powerpoint media, while the control group was given education through powerpoint media. powerpoint media. Dental health education is given once a week for 4 weeks. Subjects were checked for initial and final plaques, filling out pre-test and post-test questionnaires, filling out teacher evaluation questionnaires and filling out sociodemographic questionnaires by subject's parents. Results: There were 138 subjects aged 7-9 years studied with the intervention group (n=70) and the control group (n=68). There were 59 subjects who were excluded because they did not meet the age criteria (n=7), did not collect informed consent (n=11), did not participate in all activities (n=41). Wilcoxon test results in each group before and after dental health education showed an increase in knowledge (p = 0.00). The results of the Mann Whitney test showed that there was no significant difference between the increase in knowledge after education in the intervention group and the control group (p>0.05). The results of the Wilcoxon test in the intervention group showed a significant difference in the final plaque score (p = 0.02) while in the control group there was no significant difference (p = 0.994). Conclusion: Dental and oral health education through storybooks and powerpoint media as well as through powerpoint media can increase dental and oral health knowledge in children aged 7-9 years in Cipinang Besar Utara. There was no significant difference in the increase in knowledge of oral and dental health between the intervention group and the control group. There was a decrease in plaque scores in the intervention group."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Amalina
"ABSTRAK
Latar belakang: Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut dengan insidens terbesar oleh karena itu dilakukan penelitian pencegahan karies.
Tujuan : Menganalisis efektifitas gel kompleks CPP-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorph Calcium Phosphate) + EEP terhadap remineralisasi email.
Metode: Spesimen email terdemineralisasi diberi perlakuan gel kompleks CPP-ACP + EEP konsentrasi 2, 4, dan 6%. Selanjutnya diuji kekerasan mikro menggunakan vickers microhardness tester, uji struktur mikro dan konsentrasi kalsium dan fosfor permukaan email menggunakan SEM+EDX.
Hasil dan Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan dan tidak terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan. Gel kompleks CPP-ACP +EEP tidak dapat meningkatkan remineralisasi email.

ABSTRACT
Background : Dental caries is the highest incidence oral disease the world, in order to reduce it we must focus in prevention activity research.
Aim: To analyze the effectivity of CPP-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorph Calcium Phosphate) Complex + Ethanolic Propolis Extract Gel to Enamel Remineralization.
Methods: CPP-ACP Complex + EPE with concentration 2, 4 and 6% gel were given to demineralyzed enamel slabs. The enamel surface microhardness were examined using vickers microhardness tester, enamel microstructure and calcium fosfor concentration were evaluated using SEM+EDX.
Result and Summary: No significant difference between groups and no significant difference before and after gel application.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Sulistyani
"Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005, menunjukkan bahwa 62,4% penduduk Indonesia mengalami gangguan aktivitas selama 3,86 hari dalam satu tahun, akibat karies gigi. Karies gigi adalah penyakit jaringan keras yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara proses demineralisasi di dalam rongga mulut. Berdasarkan permasalahan yang terjadi setiap tahun tersebut, penulis membuat sebuah produk yang dapat mencegah demineralisasi gigi yang merupakan faktor utama terjadinya karies gigi. Di era perkembangan teknologi medis yang semakin pesat, pencegahan suatu penyakit menjadi prioritas dibandingkan mengobati. Berdasarkan fakta tersebut, penulis membuat desain produk efektif dengan menggabungkan manfaat dari CPP-ACP dan propolis dalam bentuk gel (tooth gel). Dalam penelitian ini, penulis memilih jenis propolis yaitu Extract Ethanol Propolis (EEP) agar dapat berikatan dengan gel berbasis fase air. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi EEP. Konsentrasi EEP divariasikan menjadi 4 jenis konsentrasi yaitu 0%, 2%, 4% dan 6%. Efektivitas gel dilihat dengan melakukan beberapa pengujian seperti uji organoleptik, stabilitas pH, solubilitas tooth gel, antibakteri dan pemindaian Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil uji secara kualitatif yaitu seluruh variasi tooth gel memiliki warna dan tekstur . Selanjutnya, solubilitas tooth gel dengan konsentrasi 2% EEP dan CPP-ACP tidak menghasilkan endapan sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi zat aktif dan gel bersifat stabil. Tooth gel CPP-ACP dan EEP berada dalam pH 7 sesuai dengan pH rongga mulut. Berdasarkan hasil pengujian in vitro, tooth gel dengan konsentrasi CPP-ACP dan EEP pada konsentrasi 6% terbukti paling baik menginhibisi aktivitas Streptococcus mutans, yaitu mencapai 73,7% lebih efektif relatif terhadap kontrol negatif. Namun, tooth gel yang mengandung CPP-ACP dan 2% EEP memiliki barisan pola prisma yang baik, halus dan rata saat diidentifikasi SEM, yang secara kualitatif terbukti dapat mencegah demineralisasi gigi walaupun hasil inhibisi bakteri S. mutanS tidak sebaik 6% EEP.

Nasional Sosial Ekonomi Survey (SUSENAS) in 2005, shows that 62.4% Indonesiana population experience trouble for 3,86 days per year, due to dental caries. Dental caries is a hard tissue disease caused by imbalance between demineralization and remineralization process in oral cavity. Based on the problem that happens every year, the authors make a product that can prevent tooth demineralization which is a major factor in dental caries. In the era of the development of medical technologies, prevention is better than healing. In this study, the writer chooses kind of propolis such as Extract Ethanol Propolis (EEP) so it can bind with the gel base in water phase. Based on this fact, the author wants to make an effective product design by combining CPP-ACP and EEP in the form of gel (tooth gel). Gel CPP-ACP will be in a condition of pH 7. Independent variabel in this study is the EEP concentration. There will be four variations of concentrations such as 0%, 2%, 4% and 6%. Efectiviy of tooth gel is analysed by using some analysis such as organoleptic, pH stability, tooth gel solubility, antimicrobial and Scanning Electron Microscopy (SEM). The qualitative test result show that entire tooth gel variations have good texture and color as the expectation of this study. Furthermore, the solubility of tooth gel with a combination of CPP-ACP and EEP 2% do not produce sediment so the stability is accepted. The result of in vitro test of tooth gel showed that the concentration of CPP-ACP and EEP 6% prove their capabilities to inhibit S. mutans, which reached 73.7% more effective relative to negative control. Tooth gel containing CPP-ACP and EEP 2% has a good prism pattern and uniform pores that is smooth when identified by SEM, which qualitatively proved that the prevention of demineralization on dentin is good although the result of inhibition of S. mutans is not as good as 6% EEP."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>