Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107632 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fara Nazhira
"Pasangan yang menikah antarbudaya rentan untuk mengalami konflik yang berasal dari perbedaan budaya. Konflik yang sering dan berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satunya penurunan tingkat kepuasan pernikahan. Common dyadic coping adalah upaya pasangan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi bersama-sama. Sebanyak 45 pasang suami dan istri (M usia pernikahan=19,44, SD=8,69) yang berasal dari suku yang berbeda dan berdomisili di Jabodetabek, Bandung, dan Pekanbaru diminta untuk menjawab item dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). Penelitian menggunakan Actor-Partner Interdependence Model dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan APIM_SEM. Hasil penelitian membuktikan bahwa skor Common Dyadic Coping memiliki interdependensi dengan skor Common Dyadic Coping pasangannya. Common Dyadic Coping yang dilaporkan oleh individu memengaruhi kepuasan pernikahan individu secara positif (p istri<0,001, p suami=0,025) namun tidak memengaruhi kepuasan pernikahan pasangannya
Couples that marry interculturally are prone to have conflicts that stemmed from their cultural differences. Frequent and long-lasting conflict may cause various negative effects, such as decreasing marital satisfaction. Common Dyadic Coping is a joint effort to solve their problems together. Forty-five pairs of husband and wife (M marriage duration=19,44, SD=8,69) that come from different ethnic groups and currently lives in Jabodetabek, Bandung, and Pekanbaru were asked to answer a series of items from Dyadic Coping Inventory (DCI) and Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). This study uses Actor-Partner Interdependence Model and the data that was collected is analyzed using APIM_SEM. The results shows that individual’s report of Common Dyadic Coping has interdependency with their partner’s Common Dyadic Coping. One’s report of Common Dyadic Coping has a positive effect on their own marital satisfaction (p wives<0,001, p husbands=0,025), but had no effect on their partner’s marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Y. Tunrisna
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dyadic coping stress communication, positive dyadic coping, dan negative dyadic coping terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan commuter marriage yang dual careers family. Sebanyak 33 pasangan suami istri 66 orang mengisi dua alat ukur yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Dyadic Coping Inventory DCI untuk mengukur dyadic coping yang digunakan pasangan dan Couple Satisfaction Index CSI yang mengukur kepuasan pernikahan. Pada penelitian ini, ditemukan terdapat pengaruh positive dyadic coping yang terdiri dari supportive, delegated, dan common dyadic coping GFI= 0.999 > 0.9; RMSEA= 0.03< 0.05; dan p-value 0.245>0.05 terhadap kepuasan pernikahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa positive dyadic coping suami tidak berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan dirinya sendiri, namun persepsi suami terhadap coping istri justru berkontribusi. Di sisi lain, seluruh aspek positive dyadic coping milik istri ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasaan pernikahannya sendiri actor effect dan juga kepuasaan pernikahan suami partner effect . Hasil penelitian lainnya, tidak ditemukan adanya pengaruh stress communication dan negative dyadic coping yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan.

This study aims to see the effect of dyadic coping stress communication, positive dyadic coping, and negative dyadic coping on marital satisfaction in couples commuter marriage that dual careers family. A total of 33 married couples 66 people filled the two measuring instruments used in this study, namely Dyadic Coping Inventory DCI to measure the dyadic coping used by couples and Couple Satisfaction Index CSI that measure marital satisfaction. In this study, there was found positive dyadic coping effect consisting of supportive, delegated, and common dyadic coping GFI 0.999 0.9, RMSEA 0.03 0.05 to marital satisfaction.
The results of this study indicated that husband's positive dyadic coping does not affect his own marital satisfaction, but the husband's perception of wife's coping actually contribute. On the other hand, all aspects of wife's positive dyadic coping are found to have a significant influence on her own marital satisfaction actor effect and also the marital satisfaction of husbands partner effect . Other research results, there was no significant effect of stress communication and negative dyadic coping on marital satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiki Hendraputra
"ABSTRAK
Pernikahan antarbudaya di Indonesia dinilai sebagai pernikahan yang cukup rentan konflik karena adanya perbedaan pandangan dan kebiasaan diantara individu yang menjalaninya. Perbedaan pandangan tersebut membuat tekanan dalam pernikahan yang dapat menurunkan kepuasan pernikahan. Tekanan pada pernikahan beda budaya tersebut dapat ditangani dengan melakukan pengorbanan terutama dengan approach motive. Approach motive dikaitkan dengan peningkatan kepuasan hubungan setiap hari dan dari waktu ke waktu. Sebanyak 45 pasang suami dan istri yang menikah beda suku selama minimal satu tahun berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi kuesioner luring mengenai motif berkorban dan kepuasan pernikahan. Melalui model APIM, hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan approach motive yang tinggi memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi pula (p suami .210, p istri >.001), namun tidak ditemukan adanya pengaruh dari pasangannya.

ABSTRACT
Intercultural marriage in Indonesia is considered a marriage that is quite vulnerable to conflict because of differences in views and habits among individuals who live it. These different views make pressure in marriage that can reduce marital satisfaction. Conflicts and problems on intercultural marriage can be handled by making sacrifices, especially with approach motive. Approach motive is associated with increasing relationship satisfaction everyday and from time to time. 45 intercultural married couples from different ethnicities that have been married for at least one year participated in the study by filling in an offline questionnaire regarding the motives for sacrifice and marital satisfaction. Through the APIM model, the results showed that individuals with high approach motives had high marital satisfaction (p husband .210, wife >.001), but there was no significant effect found from their partners."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In a heterogenic country, such as Indonesia, an intercultural marriage is always possible. Many data reveal that intercultural marriages potentially are more troubled than marriages of the same culture. Leslie Baxter and Montgomery's theory (1998) on relational dialectics analyzed the strains that are conjoined in a romantic relationship."
384 WACA 8:27 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah Elkifahi
"Pasangan menikah beda agama ditemukan memiliki resiko tinggi untuk bercerai akibat faktor unik seperti tidak adanya penerimaan lingkungan sosial (orangtua. teman ataupun institusi agama) serta religiusitas atau perbedaan ritual/praktik agama. Padahal, dukungan dari lingkungan sosial dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pasangan.
Adanya penolakan orangtua membuat individu perlu mencari sumber dukungan lain
terutama dari pasangannya. Salah satu bentuk sumber dukungan dari pasangan adalah common dyadic coping, yaitu partisipasi kedua individu dalam menghadapi serta menyelesaikan suatu masalah atau tekanan dari luar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari common dyadic coping dalam mengurangi efek negatif penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan. Responden penelitian adalah enam puluh lima pasangan beda agama di seluruh Indonesia yang berasal dari komunitas beda agama dan telah berada dalam pernikahan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, dan Social Network Opinion Scale (Parent) yang telah diadaptasi. Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara penolakan orangtua dengan kepuasan pernikahan (r = - 0.25, p = 0.01, p<.05). Penelitian ini juga menemukan bahwa common dyadic coping melemahkan efek negatif dari penolakan orangtua terhadap kepuasan pernikahan (β = - 0.268, p = 0.00, p<.01). Common dyadic coping menjadi faktor penting yang perlu dimiliki oleh pasangan beda agama dalam menghadapi tekanan dari luar khususnya penolakan dari orangtua

Couples in interfaith marriage are found to have a high risk in divorce due to its unique factors such as disapproval from their social network (parents, friends, and religious institutions) and religiousity or difference in religious practices. Support from social network can actually improve one’s marital satisfaction. This lack of support from parents force individuals to seek other resources such as those from partners. One form of partner’s support is common dyadic coping, which is a participation of both partners
to manage external stress. The purpose of this study is to examine the role of common dyadic coping in weakening the negative effect of parental disapproval on marital satisfaction. Respondents were sixty five interfaith couples from all over Indonesia who are members of Interfaith Couples Community, and who currently holds marital status.
The measurements used in this study were Couple Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, and Social Network Opinion Scale (Parent) which was already adapted. The result from this research found that there is a significant negative correlation between parental disapproval and marital satisfaction (r = -0.25, p = 0.01, p<.05). This study also found that common dyadic coping significantly weakens the negative effect of parental disapproval towards marital satisfaction (β = -0.268, p = 0.00, p<.01). Thus, it is
concluded that common dyadic coping can be a crucial factor for couples to be able to cope better with external stress, especially in the context of parental disapproval.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Marliyani
"Pernikahan akan sukses ketika masing-masing pasangan merasakan kepuasan sehingga terhindar dari perceraian (Lucas dkk, 2008). Kepuasan pernikahan akan diperoleh dengan mengatasi stres. Stres eksternal adalah stres yang berasal dari luar hubungan yang dapat mempengaruhi hubungan romantis dan tingkat kepuasan pasangan, dan dapat diatasi dengan melakukan dyadic coping (Randall Bodenmann, 2009; 2017). Upaya lain dalam rangka memperoleh dan mempertahankan kepuasan pernikahan adalah dengan melakukan religious coping.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stres eksternal terhadap kepuasan pernikahan dengan mediasi dyadic coping dan moderator religious coping. Partisipan penelitian adalah individu dari pernikahan taaruf yang merupakan pasangan suami istri (N=130, 65 pasangan) dan non-taaruf (N=138, 69 pasangan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dyadic coping secara signifikan positif memediasi pengaruh stres eksternal terhadap kepuasan pernikahan pada kedua kelompok partisipan. Negatif religious coping memoderasi secara signifikan negatif hubungan dyadic coping dan kepuasan pernikahan pada kedua kelompok partisipan. Namun religious coping positif hanya memoderasi secara signifikan positif hubungan dyadic coping dan kepuasan pernikahan pada pasangan non-taaruf. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan jangkauan partisipan yang lebih luas untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam akan hubungan antar variabel penelitian.

Marriage will be successful when each partner feels satisfaction in order to avoid divorce (Lucas et al, 2008). Marital satisfaction will be obtained by overcoming stress. External stress is stress that originates from outside relationships that can spill into a romantic relationship and affect the partners level of satisfaction, and can be overcome by coping with dyadic coping (Randall Bodenmann, 2009; 2017). Another effort in order to achieve and maintain marital satisfaction is by religious coping.
The purpose of the study was to study the influence of external stress on marital satisfaction by mediating role of dyadic coping and religious coping as moderators. The participants of the study were individuals from taaruf (N = 130, 65 couples) and non-taaruf (N = 138, 69 couples) marriage.
The results showed that significant positive effect of dyadic coping which mediated external stress on marital satisfaction in both groups of participants. Religious coping has signifficant negative effect in marital satisfaction in both groups of participants. However, positive religious coping only has significant positive effect in moderates the relationship between dyadic coping and marital satisfaction in individuals from non-taaruf marriage. Further research need to be done in the future in order to gain a deeper understanding on the topic.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainan Indallah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang pengaruh tempat tinggal terhadap perubahan dominasi
suami Korea pada perkawinan antarbangsa Korea ? Indonesia di Jakarta.Tujuan dari
penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan secara sistematik dan ilmiah pengaruh
tempat tinggal terhadap dominasi suami pada perkawinan yang dilakukan oleh pria
Korea dengan wanita Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil dari
penelitian ini adalah tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap perubahan dominasi
suami Korea pada perkawinan antarbangsa Korea ? Indonesia di Jakarta

Abstract
The focus of this study is about influence of domicile to Korean husband domination in
intercultural marriage between Korean and Indonesian in Jakarta. The purpose of this
study is to know how the change of Korean husband domination in intercultural marriage
in Jakarta . This research is qualitative descriptive. The result of this study is the domicile
has an influence to Korean husband domination in intercultural marriage between Korean
? Indonesian in Jakarta."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43133
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Klarinthia Ratri
"Temuan sebelumnya menemukan hasil yang konsisten mengenai hubungan positif antara religiusitas dan kepuasan pernikahan (Ahmadi & Hossein-abadi, 2009). Namun, perkawinan beda agama diharapkan bisa mengubah jalannya hubungan ini. Masing-masing tingkat religiusitas menghasilkan konflik, bertindak sebagai penekan untuk pernikahan. Karena itu, ini Penelitian dilakukan untuk menguji ulang hubungan antara religiusitas dan perkawinan kepuasan, dan untuk menguji peran Copic Dukungan Dyadic sebagai strategi pasangan dalam menghadapi tantangan dalam pernikahan antaragama (moderator). Kuisioner diberikan kepada 65 peserta dalam pernikahan beda agama dengan usia berkisar 26-64 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan Indeks Kepuasan Pasangan, Inventarisasi Coping Dyadic, dan Kuisioner Skala Sentralitas Religiusitas. Analisis data dilakukan dengan pearson korelasi, analisis regresi, dan Annova satu arah dalam SPSSS versi 23.
Hasil tidak menunjukkan hubungan antara religiusitas dan kepuasan pernikahan (r = -0,154, p> 0,05), a hubungan positif yang signifikan antara coping diad yang mendukung dan perkawinan kepuasan (r = 0,601, p <0,05), dan tidak ada efek moderasi dari coping diad suportif religiusitas dan kepuasan pernikahan (β = 0,056; p> 0,05). Kesimpulannya, mendukung mengatasi diad terbukti mampu melemahkan, tetapi tidak memoderasi hubungan antara religiusitas dan kepuasan pernikahan pada individu dalam pernikahan beda agama.

Previous findings found consistent results regarding a positive relationship between religiosity and marital satisfaction (Ahmadi & Hossein-abadi, 2009). However, interfaith marriages are expected to change the course of this relationship. Each level of religiosity produces conflict, acts as a suppressor for marriage. Therefore, this study was conducted to reexamine the relationship between religiosity and marital satisfaction, and to examine the role of Copic Dyadic Support as a couple's strategy in facing challenges in interfaith marriages (moderators). The questionnaire was given to 65 participants in interfaith marriages with ages ranging from 26-64 years. Data were collected using the Pair Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, and the Religiosity Central Scale Questionnaire. Data analysis was performed with Pearson correlation, regression analysis, and one-way Annova in SPSSS version 23.
The results did not show a relationship between religiosity and marital satisfaction (r = -0.154, p> 0.05), a significant positive relationship between coping dyads support and marriage satisfaction (r = 0.601, p <0.05), and there was no moderating effect of coping with supportive religiosity and marital satisfaction (β = 0.056; p> 0.05). In conclusion, supporting overcoming dyads can weaken, but not moderate the relationship between religiosity and marriage satisfaction for individuals in interfaith marriages.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Naila Azmiya Bariadi
"Tingginya tingkat perceraian di Indonesia pada tahun 2019 didominasi oleh pasangan dengan rentang usia pernikahan satu sampai lima tahun menandakan bahwa periode awal pernikahan merupakan masa yang rentan bagi pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek moderasi dari common dyadic coping dalam hubungan antara stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun. Partisipan terdiri dari 128 orang (43 laki-laki dan 85 perempuan), berstatus menikah, dan minimal berusia 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple dan Dyadic Coping Inventory. Hasil penelitian mendukung hipotesis dengan menujukkan adanya korelasi antara stres eksternal dan stres internal (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed) serta ditemukannya efek moderasi dari common dyadic coping pada hubungan stres eksternal dan stes internal (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan psikoedukasi mengenai proses penyesuaian dan strategi coping pada pasangan yang akan atau baru menikah.

High divorce rate in Indonesia was dominated by couples with 1-5 years of marriage. This finding indicated that early period of marriage is a vulnerable period for both couples. This study aimed to examine the moderating effects of common dyadic coping in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage. Participants consisted of 128 people (43 men and 85 women), is married, and at least 20 years old. The measuring instruments used are Multidimensional Stress Questionnaire for Couple and Dyadic Coping Inventory. Research result support hypothesis by showing a correlation between external stress and internal stress (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed and also found that there is moderating effect of common dyadic coping on the relationship between external stress and internal stress (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). The result of this study can be used as reference for psychological education regarding the adjustment process and coping strategies for couples who about to get married or are newly married."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaquilla Adynta Maulana
"Perkawinan beda budaya merupakan perkawinan yang cenderung menguntungkan,
karena perbedaan antara suami dan istri dapat menumbuhkan komitmen, penerimaan,
dan mutual understanding yang kemudian dapat menghasilkan kepuasan perkawinan.
Namun, wabah virus COVID-19 menghadirkan ancaman terhadap kepuasan
perkawinan. Situasi pandemik yang menakutkan dan tidak menentu mungkin
menimbulkan konflik dalam perkawinan, yang dapat diatasi jika pasangan memiliki trait
kepribadian agreeableness. Selain itu, motif berkorban mendekat juga ditemukan
berdampak positif bagi kepuasan perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
peran dari agreeableness dan motif berkorban mendekat terhadap kepuasan perkawinan
beda budaya di masa pandemik. Penelitian ini dilakukan terhadap 151 partisipan perkawinan beda budaya. Agreeableness diukur menggunakan instrumen Big Five Inventory-10 (BFI-10; Rammstedt & John, 2007), motif berkorban mendekat diukur menggunakan Motives of Sacrifice (MoS; Impett, Gable, & Peplau, 2005), dan kepuasan perkawinan diukur menggunakan Couple Satisfaction Index (CSI; Funk & Rogge, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa agreeableness dan motif berkorban mendekat secara simultan memprediksi kepuasan perkawinan dengan hubungan linear yang positif dan signifikan, namun kontribusi motif berkorban mendekat lebih besar daripada kontribusi agreeableness

Cross-cultur marriage is a marriage that tend to be profitable, because the cultural
difference between husband and wife can foster commitment, acceptance, and mutual
understanding which in turn can result in marital satisfaction. However, the COVID-19
virus outbreak presents a threat to marital satisfaction. The current pandemic situation
that is frightening and uncertain may lead to conflict in the marriage, which can be
resolved if the couple shows agreeableness personality trait. In addition, the approach
motives of sacrifice has also shown positive impacts on marital satisfaction. This study
aims to see the role of agreeableness and approach motives of sacrifice on marital
satisfaction of cross-cultural couples during the pandemic. This study was conducted on
151 participants of cross-cultural marriage. Agreeableness was measured using the Big
Five Inventory-10 (BFI-10; Rammstedt & John, 2007), approach motives of sacrifice
was measured using Motives of Sacrifice (MoS; Impett, Gable, & Peplau, 2005), and
marital satisfaction was measured using the Couple Satisfaction Index. (CSI; Funk &
Rogge, 2007). The results showed that agreeableness and approach motives of sacrifice
simultaneously predicted marital satisfaction with a positive and significant linear
correlation, however, the contribution of approach motives of sacrifice is bigger than the
contribution of agreeableness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>