Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132246 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ermano Caerist
"Sejak masa pascaokupansi Amerika Serikat, perjodohan di Jepang telah mengalami proses globalisasi. Omiai, salah satu cara pencarian jodoh yang telah populer dari zaman Edo, juga berubah menjadi lebih modern akibat proses globalisasi tersebut. Meskipun begitu, menurut statistik dari Lembaga Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional Jepang, jumlah peminat omiai tetap mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Maka dari itu, penelitian ini akan membahas penyebab dari penurunan jumlah peminat omiai. Penelitian ini juga akan memaparkan proses globalisasi yang terjadi dalam pencarian jodoh di Jepang serta bentuk pencarian jodoh yang lebih ideal bagi kebanyakan orang Jepang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa globalisasi membuat cara-cara penjarian jodoh yang lain seperti kegiatan konkatsu dan dating app muncul dan berkembang di Jepang. Cara-cara tersebut menjadi lebih ideal bagi kebanyakan orang Jepang karena adanya sifat individualisme yang lebih kuat dalam masyarakat Jepang kini.

Since the postoccupation era of the US, matchmaking in Japan has undergone a process of globalization. Omiai, one of the ways to find a mate that has been popular since the Edo period, has also changed to become more modern due to the process of globalization. Even so, according to statistics from the National Population and Social Security Research Institute Japan, the number of interested people continues to decline from year to year. Therefore, this study will discuss the causes of the decline of people interested in omiai. This research will also explain the process of globalization that occurred in Japans matchmaking culture and the form of matchmaking that is more ideal for most Japanese people. The results of this study show that globalization makes other way of matchmaking such as konkatsu activities and dating apps exist and develop in Japan. These methods have become more ideal for most Japanese because of the stronger nature of individualism in Japanese society today."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Sintiawati
"Globalisasi yang terjadi karena adanya kemajuan teknologi seperti internet, telepon genggam, dan lain-lain menyebabkan dunia ini menjadi tanpa batas. Bukan hal yang tidak mungkin lagi untuk bisa berkomunikasi dengan mudah dengan orang yang berada di luar negara kita, atau pun membaca buku-buku asing yang tidak dijual di negeri kita, dengan adanya internet membuat segalanya menjadi mudah. Globalisasi ini juga dimanfaatkan Jepang untuk menyebarkan pengetahuan bahasa mereka pada negara lain, melalui komik. Dengan membaca manga atau komik Jepang, kita dapat memahami bahasa dan budaya masyarakat Jepang. Salah satu manga tersebut adalah Otoboke, dari komik ini terlihat gambaran kehidupan masyarakat Jepang melalui kumpulan cerita pendek empat panel di dalamnnya.

Globalization is happening because of the advances in technology such as the internet, mobile phones, and others caused the world to be without limit. That’s not a possible to be able to communicate easily with people outside our country, or even read foreign books that are not sold in our country, with the internet makes everything easier. Globalization is also used Japan to spread their knowledge of the language in other countries, through the comics. By reading manga (Japanese comics), we can understand the language and culture of the Japanese people. One of the manga is Otoboke, this visible image of the comic life of the Japanese people through the collection of short stories in four panels.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chintya Hanindhitakirana Wirawan
"J-pop dan K-pop merupakan dua budaya populer yang berkembang di era globalisasi. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis dinamika perkembangan J-pop dan K-pop di Jepang dan Korea Selatan di era globalisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis J-pop yang dapat menjadi inspirasi bagi Korea Selatan dalam membangun K-pop, menganalisis K-pop yang dapat menyaingi kepopuleran J-pop sebagai pendahulunya di tengah globalisasi, serta menganalisis upaya yang dilakukan pelaku industri musik J-pop dalam menyikapi pesatnya perkembangan industri musik K-pop di tengah globalisasi. Studi ini menggunakan teori globalisasi yang diungkapkan oleh Giddens (1990) dengan konsep modernitas refleksif. Studi ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh melalui sumber-sumber dari buku, jurnal, dan artikel dalam situs web. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam rentang waktu 1990 hingga 2022, J-pop dan K-pop saling menginspirasi untuk terus berkembang dan menciptakan konten yang menarik bagi penggemar mereka. Interaksi antara kedua budaya populer ini menciptakan hubungan saling menguntungkan antars Jepang dan Korea Selatan.

J-pop and K-pop are two popular cultures that developed in the globalization era. In this research, the author analyzes the dynamics of the development of J-pop and K-pop in Japan and South Korea in the globalization era. The purpose of this study is to analyze J-pop that can be an inspiration to South Korea in establishing K-pop, analyze K-pop that can challenge the popularity of J-pop as its predecessor in the midst of globalization, and analyze the efforts made by J-pop music industry players in responding to the rapid development of the K-pop music industry in the midst of globalization. This study uses the globalization theory expressed by Giddens (1990) using the concept of reflexive modernity. This study uses qualitative data obtained through sources from books, journals, and articles on websites. The results of this study show that from 1990 to 2022, J-pop and K-pop inspired each other to grow and create engaging content for their fans. The interaction between these two popular cultures created a mutually beneficial relationship between Japan and South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Setiowati
"Skripsi ini membahas dampak perubahan ideologi dan globalisasi di era Federasi Rusia terhadap perkembangan film animasi Cheburashka di Jepang. Skripsi ini menggunakan metode deskriptif-analistis dan dianalisis dengan teori globalisasi dan semiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan ideologi dan globalisasi yang terjadi di Era Federasi Rusia berdampak pada perkembangan film animasi Cheburashka yang diadaptasi di Jepang.

This thesis discussed the impact of changes in ideology and globalization in the Era of the Russian Federation on the expansion of animated film Cheburashka in Japan. This thesis uses descriptive-analytical method and analyzed by globalization and semiotic theory. The results shows that the change in ideology and globalization which occurred in the Era of the Russian Federation have an impact on the expansion of the animated film Cheburashka adapted in Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzana Fidya Rizky
"Era globalisasi merupakan proses menyatunya dunia melalui sistem-sistem atau kaidah-kaidah yang sama. Globalisasi terjadi dalam berbagai aspek kehidupan yang saling berintegrasi dalam prosesnya. Salah satu sistem yang mendunia adalah manajemen Jepang yang disebut kaizen. Dalam ranah manajemen, Istilah kaizen beserta konsep-konsepnya seperti 5S, Total Quality Control (Total Kontrol Kualitas), zero defects (Nihil Cacat), just in time (Tepat Waktu), Total Quality Manajemen (Total Manajemen Kualitas), suggestion system (Sistem Saran), dan lain-lainnya, menjadi populer sebagai kunci kesuksesan perusahaan dalam persaingan di era globalisasi yang ketat. Penerapan kaizen yang memiliki nilai-nilai kebudayaan Jepang tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh bermacam faktor-faktor pendukung.

Globalization era is the process of the world united by the same systems or ideologies. Globalization happened in various aspects of life, which is integrated in term of the process. One of the globalized systems is the Japanese management called kaizen. In the management context, kaizen and it concepts such as 5S, Total Quality Control, Zero Defects, Just in Time, Total Quality Management, Suggestion System, etc, is become popular as company’s key of success in the tight competition of globalization. The implementation of kaizen that has values of Japanese cultures must be has various supported factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Alfa R
"Sejak perkembangan zaman pada abad ke-21, ilmu Hubungan Internasional merupakan ilmu yang bersifat multidisiplin; terdapat berbagai isu 'non-tradisional' yang dapat dikaji dan mendapatkan ruang pembahasan. Salah satu di antaranya adalah praktik olahraga yang secara hakikatnya telah memiliki berbagai signifikansi, bahkan sejak awal narasi kemunculannya dalam tataran domestik. Sementara itu, kemunculan Olimpiade modern pada tahun 1896 dan Piala Dunia pada tahun 1930 merupakan tonggak terjadinya proses internasionalisasi olahraga. Semenjak kedua peristiwa tersebut, olahraga berkembang dengan pesat sebagai salah satu fenomena penting dalam globalisasi, terlebih dengan perkembangan media serta semakin beragamnya kepentingan aktor-aktor internasional. Berdasarkan narasi tersebut, Tugas Karya Akhir ini mencoba untuk mengkaji melalui pemetaan-pemetaan bagaimana olahraga mengalami transformasi beserta implikasinya selama proses globalisasi. Merujuk kepada pendekatan-pendekatan yang dipelajari, penulis akan membagi pemetaan tersebut ke dalam dua pembahasan : [1]. Pemetaan berdasarkan isu-isu ekonomi internasional, dan [2]. Pemetaan berdasarkan isu-isu kebudayaan dan identitas (masyarakat transnasional).

Since the beginning of the 21th Century, international relations is a multidisciplinary field of study; as there are various 'non-traditional' issues to be discussed and learned. Among those is a practice of sport which its significance can be traced even since its emergence as a domestic phenomenon. The emergence of Modern Olympics in 1896 and Football World Cup in 1930 is a momentum in the process of internationalization of sport. Since then, sport has developed as a major phenomenon in the process of globalization, especially with the development of the media sector and the diversifying interests of international actors. Based on these narratives, this final paper aims to explore and depict how sport undergo the process of transformation and its implications within the process of globalization. There are two approaches of mapping that will be used : [1]. Its economic significance and [2]. Its social and cultural significance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gisa Alvira Putri
"ABSTRAK
Makanan tradisional Jepang dalam bahasa Jepang adalah Washoku. Washoku memiliki berbagai macam varian, salah satunya adalah agemono. Agemono merupakan teknik memasak dengan cara digoreng dan memiliki 4 macam varian yang akan dibahas dalam jurnal ini, yaitu Suage; makanan ini digoreng dengan tidak menggunakan apa-apa, biasanya sayuran, Katsu; makanan yang digoreng menggunakan tepung roti dan diadaptasi dari Eropa, Karaage; merupakan daging ayam berbalut tepung kemudian digoreng, dan yang paling terkenal adalah tempura; merupakan gorengan yang berbalut tepung, isinya dapat berupa seafood ataupun sayuran. Tempura pula diketahui makanan yang dimasak dengan cara digoreng pertama yang ada di Jepang dan pertama kali masuk ke Jepang dari pengaruh bangsa Portugis pada pertengahan abad 16 ke 17. Munculnya teknik menggoreng dipercaya diawali dari Mesir, namun ada pula yang mengatakan bahwa teknik memasak tersebut berawal dari Roma. Pada jurnal disimpulkan bahwa masuknya teknik menggoreng ini berkaitan dengan globalisasi dan akulturasi, karena teknik tersebut merupakan pengaruh dari budaya luar dan Jepang kemudian mengadopsi teknik menggoreng ini sehingga menciptakan sebuah budaya masak khas Jepang.

ABSTRACT
Japanese traditional food is widely known as Washoku. Washoku comprises of many variants, one of which is called agemono. Agemono is cuisine created by four different techniques which will be explained in this journal. The techniques are as follow Suage a fried dish that does not require any type of utensil, mainly for cooking vegetable, Katsu a fried cuisine with bread crumbs adapted from Europe, Karaage a fried chicken wrapped in flour, one of the prominent of Karaage is the tempura deep fried seafood or vegetable, covered with bread crumbs. Tempura is also known as the first fried food in Japan, influenced by Portuguese that entered in the mid 16th and 17th centuries. It was believed the technique to fry food as a method of cooking originated in Egypt, though some also believed it may have stared in Rome. This journal concluded that frying techniques are related to globalization and acculturation, this is deducted by the adoption of foreign culture in Japanese rsquo s rsquo cooking technique which created a particular cooking Japanese cooking style."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rifaldi Akbar
"ABSTRAK
Nasionalisme merupakan imaji tentang kesamaan. Nasionalisme tidaklah natural, nasionalisme adalah hasil pendisiplinan dan rutinitas. Seiring dengan modernitas, pergerakan orang ke berbagai wilayah di dunia menjadi pengalaman global baru dengan berkembangnya ide paspor, kewarganegaraan, dan warna-warni kebudayaan negara-bangsa. Di ruang diaspora, media memiliki peran penting dalam mentransmisikan imaji mengenai kesamaan sebagai satu kelompok. Media menciptakan ruang yang seolah-olah mendekatkan Pemuda Pelajar Diaspora Indonesia (PPDI) yang terdeteritrorialisasi dengan kampung halaman. Di Thailand, media membuat mereka merasa sebagai satu kelompok yang sama meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang etnik. Di dalam keseharian, mereka membentuk imaji nasionalisme akibat tiga sebab. Pertama, edukasi massa sebagai perpanjangan tangan modernitas yang menciptakan memori tradisi dan ide kebudayaan nasional. Kedua, alienasi identitas etnik sebagai konsekuensi globalisasi dan modernitas yang mengaburkan atribut etnik dalam relasi sosial di ruang diaspora. Ketiga, globalisasi media yang menciptakan sirkuit kesamaan simbol nasional dalam ruang media diaspora. Ketiga instrumen itu hidup di dalam keseharian PPDI. Media membangun nasionalisme PPDI dan mereka menggunakannya sebagai cara untuk melanggengkan relasi sosial sebagai masyarakat modern di ruang diaspora.

ABSTRACT
Nationalism is an imagination of similarities. Nationalism is not natural, nationalism is the result of disciplinary process and routine. Along with modernity, the movement of people to various regions in the world becomes a new global experience along with the development of the idea of​​passports, citizenship, and the culture of nation-states. In the diaspora space, the media has an important role in transmitting images of similarity as a group. The media creates a space that brings the Youth Indonesian Diaspora Student (PPDI) which is deterritorialized seems closer to their homeland. In Thailand, the media make them feel like a group even though they come from various ethnic backgrounds. Daily, they form the imagination of nationalism due to three reasons. First, mass education as an extension of modernity that creates memories of national cultural traditions and ideas of national culture. Second, alienation of ethnic identity as a consequence of globalization and modernity which obscures ethnic attributes in social relations in the diaspora space. Third, media globalization creates a circuit of similarities of national symbols in the diaspora media space. These three instruments live daily with PPDI. The media builds PPDI nationalism and they use it as a way to maintain social relations as a modern society in the diaspora space."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Hananel
"Gastrodiplomasi merupakan diplomasi publik yang menggunakan makanan atau budaya kuliner dengan tujuan menyampaikan pesan tertentu, serta menjadi sarana dan upaya suatu negara dalam meningkatkan brand image dengan nilai-nilai kebudayaan suatu negara untuk memproyeksikan persepsi masyarakat internasional dalam ajang mempromosikan negaranya melalui budaya kuliner. Jepang menjadi salah satu negara yang berdiplomasi menggunakan makanan untuk sarana diplomasinya dengan tujuan menyebarluaskan budaya sekaligus sebagai sarana promosi di dunia internasional. Salah satunya adalah makanan tradisional Jepang yang disebut dengan washoku. Washoku mempunyai ciri khusus dalam kuliner Jepang yaitu selalu mengutamakan musim, bahan, keseimbangan, dan keestetisan dalam sajian makanannya. Washoku sendiri ditetapkan sebagai “Intangible Cultural Heritage list”. Untuk mewujudkan hal ini salah satu implementasi program gastrodiplomasi Jepang diwujudkan melalui program Japan Restaurant Overseas (JRO). Program ini dilakukan untuk menyebarkan restoran Jepang dan membuat budaya masakan Jepang dapat dinikmati dan dikenal oleh seluruh orang di dunia. Penelitian ini akan membahas terkait gastrodiplomasi Jepang di Indonesia melalui program Japan Restaurant Overseas serta untuk mengetahui cara Jepang berdiplomasi menggunakan gastrodiplomasi di Indonesia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu cara atau proses ilmiah untuk mendapatkan suatu data dengan tujuan dan kegunaan dengan pendekatan dan prosedur penelitian deskriptif berupa kata-kata tertulis daripada angka-angka. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada dasarnya Japan Restaurant Overseas menjadi alat gastrodiplomasi Jepang yang bertujuan untuk mengubah opini publik asing termasuk masyarakat Indonesia tentang Jepang. Namun, di sisi lain, Jepang juga menerapkan budaya washoku dalam praktik gastrodiplomasi Jepang melalui Japan Restaurant Overseas.

Gastrodiplomacy is public diplomacy that uses food or culinary culture with the aim of conveying certain messages, as well as being a means and effort of a country in enhancing a country's brand image with cultural values to project the perceptions of the international community in the arena of promoting their country through culinary culture. Japan is one of the diplomatic countries using food as a means of diplomacy with the aim of spreading culture as well as a means of promotion in the international world. One of them is a traditional Japanese food called washoku. Washoku has a special characteristic in Japanese cuisine, namely always prioritizing season, ingredients, balance, and aesthetics in its food preparation. Washoku itself is designated as an “Intangible Cultural Heritage list”. To realize this, one of the implementations of the Japanese gastrodiplomacy program is realized through the Japan Restaurant Overseas (JRO) program. This program is carried out to spread Japanese restaurants and make the culture of Japanese cuisine can be enjoyed and known by all people in the world. This research will discuss Japanese gastrodiplomacy in Indonesia through the Japan Restaurant Overseas program and find out how Japan uses gastrodiplomacy in Indonesia. The data analysis method used in this study is a qualitative descriptive method, namely a scientific way or process to obtain data with a purpose and use with descriptive research approaches and procedures in the form of written words rather than numbers. The results of this study indicate that basically Japan Restaurant Overseas is a Japanese gastrodiplomacy tool that aims to change foreign public opinion, including Indonesian people, about Japan. However, on the other hand, Japan has also implemented washoku culture in Japanese gastrodiplomacy practices through Japan Restaurant Overseas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Kurniawan Hutomo
"Fenomena global yaitu globalisasi menurut mantan kepala IMF (International Monetary Fund) Stanley Fischer sebagai perkembangan proses ketergantungan ekonomi antar negara, dimana proses tersebut sudah mempengaruhi Australia dan Negara-negara lain. Seperti definisinya, makalah ini akan membahas tentang aspek ekonomi dari globalisasi di Australia.
Makalah ini akan membahas bagaimana globalisasi dimulai dari Australia serta efeknya pada Australia. Untuk mengetahui apa saja efek tersebut, kita harus mulai dari mengetahui momen-momen penting sepanjang sejarah Australia yang disebabkan oleh globalisasi. Australia sangatlah terkoneksi dengan Negara lain dalam bidang ekonomi melalui transaksi jasanya (transaksi jasa merupakan 80% dari total GDP Australia1) dan perdagangan komoditas seperti batu bara (dimana Australia memiliki competitive advantage2).
Australia merupakan salah satu negara yang paling global, dibuktikan dengan sebuah riset dari Ernst and Young pada tahun 2013 dimana Australia merupakan negara dengan urutan ke 24 paling terglobalisasi pada tahun 20123.

The global phenomenon that is globalization is defined by former IMF (International Monetary Fund) chief Stanley Fischer as the ongoing process of greater economic interdependence among countries, and it has affected Australia and other countries. As the definition stated, this essay will discuss the economic aspect of globalization focusing on Australia.
The essay will discuss how globalization started in Australia as well as the effects of globalization in Australia. To know the effects of globalization in Australia, we need to take a look on how globalization started in Australia and note the important events along the way up until today that is caused by globalization.
Australia is highly engaged with the world in terms of economy through majorly services (services provide 80% of Australia‟s GDP) and commodity trading such as coal (where Australia has a competitive advantage). Australia is highly globalized with recent research from Ernst and Young in 2013 stating that Australia is the 24th most globalized nation in 2012.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>