Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfa Rahmanissa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program peningkatan keterampilan dasar dukungan kemandirian pengasuh TPA anak usia 18-36 bulan. Program tersebut berupa pelatihan yang dilakukan pada kepada 29 pengasuh TPA di daerah Jakarta Selatan. Pelatihan pada penelitian ini menggunakan dasar experiential learning. Pemilihan subjek menggunakan teknik accidental sampling. Pelatihan ini dilakukan sebanyak 5 sesi dalam waktu 2 hari. Penelitian ini merupakan penelitian dengan one group pre-test post-test design, yakni hanya memiliki satu kelompok perlakukan tanpa kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan pada pretest dan post-test mengukur keterampilan dasar dukungan kemandirian yang mengadopsi dari 18 praktik dukungan kemandirian Côté-Lecaldare, Joussemet dan Dufour yang kemudian dirancang oleh peneliti. Hasil pre-test dan post-test 1 diuji dengan non prametric Wilcoxon Signed Rank menunjukkan level signifikansi p.value 0,000 (<0,05). Perilaku stabil hingga post-test 2, uji non parametric Wilcoxon Signed Rank pada pre-test dan post-test 2 menunjukkan level signifikansi p.value 0,000 (<0,05). Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dengan post-test 1 dan post-test 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program peningkatan keterampilan dasar dukungan kemandirian efektif dalam meningkatkan keterampilan dasar dukungan kemandirian pengasuh TPA terhadap anak usia toddler.

This study aims to look the effectiveness of autonomy support basic skills improvement program to daycare caregiver of children aged 18 - 36 months. This program was in the form of training conducted for 29 TPA caregivers in the South Jakarta area. Training in this study used the basis of experiential learning. Subject were selected using accidental sampling technique. This training was conducted in 5 sessions in 2 days. This study is a study with one group pre-test post-test design, which only has one treatment group without a control group. The research instrument used in the pretest and post-test measures the autonomy support basic skills adopted from 18 autonomy support practices Côté-Lecaldare , Joussemet dan Dufour which were then designed by the researcher. The results of pre-test and post-test 1 were tested with a non prametric Wilcoxon Signed Rank showing a significance level of p.value 0,000 (<0.05). Stable behavior until post-test 2, non-parametric Wilcoxon Signed Rank test on pre-test and post-test 2 showed a significance level of p.value 0,000 (<0.05). These results indicate that there are significant differences between the pre-test and post-test 1 and post-test 2. Thus it can be concluded that the autonomy support basic skills improvement program is effective in enhancing autonomy support basic skills of caregiver to toddler."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T54017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Multazam
"Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeteksi awal keterlambatan bahasa dan bicara menggunakan early language milestone scale 2 (ELMS2) pada anak usia 18-36 bulan dengan faktor yang memengaruhi dan hubungannya dengan riwayat lahir prematur. Jumlah subjek penelitian sebesar 96 subjek, dengan 48 subjek anak lahir prematur (kelompok studi) dan 48 subjek anak lahir cukup bulan (kelompok kontrol). Sebanyak 22 subjek (68,8%) anak dengan riwayat lahir prematur mengalami keterlambatan bahasa dan bicara dibandingkan anak cukup bulan, p = 0,017; OR 3,2 (1,3-7,9). Faktor riwayat perawatan NICU, p < 0,001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), riwayat kuning (jaundice), p = 0,046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), riwayat kelurga dengan gangguan bahasa dan bicara, p = 0,003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), jumlah screen time ³ 2 jam, p= 0, 030; OR 2.6 (1.0 – 6.5), status ekonomi, p= 0,017, dan pendidikan ibu, p<0,001 merupakan faktor yang memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara, sedangkan jumlah anak, p = 0,378 dan bilingualisme, p= 0,204, tidak memengaruhi kejadian keterlambatan bahasa dan bicara.

This study aims to detect early language and speech delays using the early language milestone scale 2 (ELMS2) in children aged 18-36 months with influencing factors and their relationship with a history of premature birth. The number of study subjects was 96 subjects, with 48 subjects born prematurely (study group) and 48 subjects born at term (control group). A total of 22 subjects (68.8%) of children with a history of preterm birth had language and speech delays compared to full-term children, p = 0.017; OR 3.2 (1.3-7.9). Factors such as history of NICU care, p < 0.001; OR 5.4 (2.0 - 14.5), history of jaundice, p = 0.046; OR 2.8 (0.9 - 7.7), family history of language and speech disorders, p = 0.003; OR 3.4 (2.5 - 4.6), screen time ≥ 2 hours, p = 0, 030; OR 2.6 (1.0 - 6. 5), economic status, p = 0.017, and maternal education, p < 0.001 were factors that influenced the incidence of language and speech delay, while the number of children, p = 0.378 and bilingualism, p = 0.204, did not influence the incidence of language and speech delay."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Betti Astriani
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas teknik Mediated
Learning Experience (MLE) dalam meningkatkan kualitas interaksi pengasuh
dengan anak usia 24 - 36 bulan saat kegiatan berpakaian melalui pelatihan yang
dilakukan. Penelitian ini menggunakan pretest and post-test design. Peneliti
melakukan dua kali pengambilan data terhadap subjek (pengasuh anak) pada saat
sebelum pelatihan dan setelah pelatihan dengan metode observasi. Pelatihan yang
dilakukan menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, brainstorming,
dan roleplay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik MLE efektif
meningkatkan kualitas interaksi pengasuh dengan anak usia 24 ? 36 bulan saat
kegiatan berpakaian. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed-Ranks Test menunjukkan
perbedaan yang signifikan dari skor hasil pretest dan post-test sebesar p = 0,039
(p<0,05).

Abstract
The objective of the research is to observe effectiveness of the Mediated Learning
Experience (MLE) technique in increasing interaction the caregiver with children
aged 24-36 months during dressed activity. The study employed pre-test and posttest
design. The data on the subject (i.e. caregiver) was taken twice, i.e. before
and after training by observation method. Training was conducted through
several methods comprising lecture, discussion, brainstorming and role play. The
findings indicated that MLE technique was effective in increasing quality of
interaction between caregiver and children aged 24 - 36 months during dressed
activity. Statistical Wilcoxon Signed-Ranks Test showed significant difference
from the pre-test and post-test scores by the value of p = 0,039 (p<0,05)."
2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rigen Herpramasanti
"ABSTRAK
Tujuan : Mengetahui angka kejadian keterlambatan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur, mengetahui adakah perbedaan rerata kemampuan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), dan melihat hubungannya dengan faktor-faktor ibu yaitu pendidikan ibu, ibu bekerja, jumlah anak dalam keluarga, riwayat pemberian ASI lebih dari 6 bulan, dan rentang waktu interaksi ibu dan anak.
Metode : Desain penelitian adalah potong lintang. Populasi terjangkau adalah anak riwayat lahir prematur yang terdata di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak tahun 2009 sampai dengan 2010 dan anak riwayat prematur yang terdata di Poli Rawat Jalan Divisi Pediari Departemen Rehabilitasi Medik. Cara pengambilan sampel dengan consecutif sampling. Penilaian kemampuan bahasa dan kognisi dengan menggunakan Capute Scale CAT/CLAMS.
Hasil : Angka kejadian keterlambatan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur usia 18-36 bulan adalah sebesar 25%. Terdapat kecenderungan nilai rerata kemampuan bahasa dan kognisi yang lebih rendah pada anak riwayat prematur BBSR dibandingkan BBLR, namun tidak signifikan (p>0,05). Faktor ibu yang memberikan hubungan yang bermakna adalah rentang waktu interaksi ibu dan anak, dimana didapatkan memiliki korelasi lemah terhadap kemampuan kognisi (r=0,275, p=0,04)
Kesimpulan : Kejadian keterlambatan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur usia 18-36 bulan cukup besar, sehingga memerlukan perhatian khusus. Ibu dengan anak riwayat prematur hendaknya meningkatkan rentang waktu interaksi dengan anaknya untuk meningkatkan kemampuan kognisi pada anak.

ABSTRACT
The aim: To knew the prevalence of language and cognition problem in preterm children, to knew the difference in language and cognition acquitition between preterm children with low birth weight (LBW) and very low birth weight (VLBW), and to knew relationship with maternal factors are maternal education, working mother, number of chlidren, breast feeding for 6 months, dan length time of mother children interaction.
Methods: Study design was crosssectional. The population was preterm infant registered in Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak 2009 until 2010 and preterm children registered in Poli Rawat Jalan Divisi Pediari Departemen Rehabilitasi Medik. Cara pengambilan sampel dengan consecutif sampling. The tools used to measure language and cognition acquisition were Capute Scale CAT/CLAMS.
Results: The prevalence of language and cognition problem in premature children was 25%. There is a trend that language and cognition acquisition lower in premature children with VLBW than LBW, but not significant (p>0,05). Maternal factor that gave significant relationship only the length time of mother children interaction, with gave weak correlation with cognition acquisition (r=0,275, p=0,04)
Conclussion: The prevalence of language and cognition problem in preterm children was high, so should be gave close attention. Mother of preterm children shoould be increase the length time of interaction with her child to increase the child’s cognition"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ], 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiani Dwi Wulandari
"Selama ini para ibu seringkali kurang menggunakan waktu kebersamaan untuk mendengarkan pengalaman dan kebutuhan anak. Mendengar aktif merupakan hal yang perlu para ibu lakukan sebagai dasar untuk membangun komunikasi dan kedekatan dengan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan tentang teknik mendengar aktif dapat meningkatkan kemampuan mendengar aktif para ibu dari keluarga militer yang memiliki anak usia 4-6 tahun. Kemampuan mendengar aktif ibu dibandingkan pada saat sebelum dan setelah diberikan materi pelatihan. Program pelatihan ini mengacu pada Program Effectiveness Training dengan menggunakan desain one group before and after design. Kegiatan pelatihan diikuti oleh enam ibu dari keluarga militer yang berdomisili di Cijantung Jakarta Timur selama tiga hari. Alat ukur yang digunakan untuk menguji efektivitas program pelatihan adalah dengan kuesioner tentang teknik parafrase dan behavioral checklist tentang teknik mendengar aktif untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menggunakan teknik mendengar aktif. Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon didapatkan peningkatan yang signifikan pada pengetahuan teknik mendengar aktif sebesar 0,026 dengan menggunakan kuesioner dan sebesar 0,027 dengan menggunakan behavioral checklist p

Nowadays mother often spending less time together to listen their child experiences and needs. Active listening is an essential skill for a mother in order to establish a good communication and relationship with their children. This study aims to find out whether an active listening training program would improve mother rsquo s knowledge in active listening to children aged 4 6 years. Mother rsquo s level of active listening skills were measured and compared before and after the training. This training refers to Program Effectiveness Training and using one group before and after design method. These training activities were performed within three days to subject mothers in military families who lived in Cijantung ndash East Jakarta Area. A list of multiple choice questionnaire about technique of paraphrasing and a behavioral checklist were used as an instrument to measure their knowledge about active listening techniques. The final results assessed by using wilcoxon test found a significant differences to their knowledge in active listening with children aged 4 6 years. Sig test z 0,026 by using questionnaire and sig test z 0,027 by using behavioral checklist p 0.05 . "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elien Wihestin
"Latar Belakang : Kemampuan berbahasa merupakan salah satu indikator perkembangan anak karena melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan lingkungan disekitar anak. Penilaian kemampuan bahasa anak sangat penting pada periode 2-4 tahun karena terjadi peningkatan jumlah dan kompleksitas dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penilaian dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh orang tua. Keterbatasan tenaga kesehatan di daerah rural menyebabkan penilaian berbasis orang tua sangat penting sehingga dibutuhkan instrumen yang sesuai dengan budaya, bahasa dan lingkungan anak. Tujuan penelitian adalah mengetahui akurasi instrumen penilaian kemampuan bahasa berbasis orang tua pada anak usia 18-36 bulan didaerah rural.
Metode : Subjek penelitian diambil dari anak usia 18 - 36 bulan dan orang tua/pelaku rawat peserta posyandu di desa Sukarapih, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi. Orang tua/pelaku rawat harus mampu membaca dan mengerti bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa anak dinilai dengan skala REEL (Receptive Expressive Emergent Language) modifikasi oleh orang tua dan skala ELM (Early Language Milestone) oleh peneliti. Hasil penilaian skala REEL dibandingkan dengan skala ELM melalui uji diagnostik untuk mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifitas, nilai prediksi positif dan negatif serta likelihood ratio (LR).
Hasil : Jumlah subjek terdiri dari 100 anak dan 100 orang tua/pelaku rawat yang diambil dari empat posyandu. Skala REEL mempunyai nilai sensitivitas 72,73 %, spesifisitas 98,87 %, nilai prediksi positif 88,89%, nilai prediksi negatif 96,70%, LR positif 64,73 dan LR negatif 0,28.
Kesimpulan : Skala REEL dapat dipakai dalam menilai gangguan perkembangan bahasa pada anak usia 18-36 bulan di daerah rural dengan menggunakan kalimat yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Background : Language skill is one of the indicator of a child's development because it involves cognitive ability, sensory motor, the psychological, emotional and environment around children. Assessment of a child's language skill at the age of 2-4 years is very important due to an increase in the number and complexity in the development of speech and language. Assessment can be done by health professionals as well as by parents. Limitations of available health workers in rural areas increases the need for a parental-based assessment tool that is applicable with the culture, language and environment of the children. The research objective was to determine the accuracy of the parental-based language assessment instrument on children aged 18-36 months in rural areas.
Methods : The subjects were children aged 18-36 months and their parents / caregivers who were participants of Sukarapih neighborhood health center in the village, District Tambelang, Bekasi Regency. Parents / caregivers should be able to read and understand Bahasa Indonesia. The children's language development was assessed using the modified REEL (receptive Expressive Emergent Language) scale by their parents and the ELM (Early Language Milestone) scale by the researcher. The REEL-scale assessment results was compared with ELM scale through a diagnostic test for sensitivity and specificity, positive and negative predictive values as well as likelihood ratio (LR).
Results : The subjects consisted of 100 children and 100 parents / caregivers taken from four neighborhood health center. The REEL scale has 72.73% sensitivity, 98.87% specificity, 88.89% positive predictive value, 96.70% negative predictive value, 64.73 positive LR and of 0.28 negative LR.
Conclusion : The REEL Scale can be used to assess language development disorders in children aged 18-36 months in rural areas by using simplified and easy to understand sentences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Widiana Satya P.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program pembacaan buku cerita dalam meningkatkan kemampuan empati anak usia 6 - 7 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Empathy Continuum Scoring System. Desain penelitian menggunakan one group pre-test-post-test design. Metode pembacaan buku cerita yang digunakan adalah dialogic reading, yaitu metode pembacaan yang menggunakan tanya jawab antara pembaca dan anak, dan menggunakan 4 macam buku cerita bergambar.
Pembacaan dilakukan selama 4 hari dengan waktu pembacaan dari pukul 08.00 hingga pukul 10.00. Jumlah subyek penelitian adalah 24 anak PAUD Melati Kelurahan Sunter Jaya yang berusia 6 - 7 tahun. Analisis data menggunakan uji beda Wilcoxon signed-rank test yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara skor kemampuan empati anak pada sebelum dan sesudah pembacaan. Bagi penelitian berikutnya, disarankan adanya program yang mendorong anak menunjukkan kemampuan empatinya dalam kehidupan sehari-hari.

The aim of the present study was to know the effectiveness of storybook reading on increasing children's empathy, aged six to seven years. The instrument in the study was based on Empathy Continuum Scoring System. The study was conducted in one group pre-test-post-test study with twenty-four preschool children at PAUD Melati Kelurahan Sunter Jaya, aged six to seven years. The method was using a dialogic reading, reading method that including two-way asking question between reader and children, with four different storybooks.
The reading was done in four days. The reading time was started on eight until ten o'clock in the morning. Based on the Wilcoxon signed-rank test the significance was at the P<0.05 level for all findings. These results indicated that there was an increasing level of children's empathy skill after the reading. For further study is necessary to develop program to encourage children to show empathy in their daily activities.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30725
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Yulia Latifa
"Skripsi ini membahas mengenai pelaksanaan pembentukan keterampilan sosial pada anak usia dini serta manfaat yang dihasilkan dari proses pelaksanaan keterampilan sosial yang dilaksanakan oleh Himawari Daycare. Tujuannya adalah mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pembentukan keterampilan sosial di Himawari Daycare serta manfaat dari keterampilan sosial tersebut dalam perkembangan anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 6 informan yang terdiri dari kepala sekolah, staff pengajar, dan juga orang tua yang anaknya dititipkan di Himawari Daycare. Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilangsungkan pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2021. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pelaksanaan keterampilan sosial yang dilakukan Himawari daycare dalam membentuk karakter anak adalah mengajarkan interaksi anak usia dini dalam suatu kelompok yang dilakukan dengan melakukan pendekatan pada anak dan melatih kepercayaan diri anak. Selanjutnya menciptakan lingkungan yang kondusif dengan cara mengajarkan sopan santun pada anak, melatih kemandirian anak, dan mengajarkan disiplin pada anak. Pemberian reward berupa pujian dan pemberian sticker dilakukan agar anak termotivasi dalam melaksanakan kegiatan di Himawari daycare. Dalam memberikan pengajaran untuk membentuk keterampilan sosial bagi anak usia dini, terdapat manfaat bagi anak yaitu anak menjadi disiplin dan mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain, dan peka terhadap orang lain.

This thesis discusses the implementation of the formation of social skills in early childhood and the benefits resulting from the process of implementing social skills carried out by Himawari Daycare. The aim is to describe how the implementation of the formation of social skills in Himawari Daycare and the benefits of these social skills in child development. This study uses descriptive qualitative research methods with data collection methods through interviews. In-depth interviews were conducted with 6 informants consisting of the principal, teaching staff, and parents whose children were entrusted to Himawari Daycare. The data collection process in this study was carried out from July to August 2021. The results of this study are the implementation of social skills carried out by Himawari Daycare in shaping children’s character is to teach early childhood interactions in a group which is carried out by approaching children and practicing trust. Child self. Furthermore, creating a conducive environment by teaching manners to children, training children’s independence, and teaching discipline to children. Giving rewards in the form of praise and giving stickers is done so that children are motivated in carrying out activities at Himawari daycare. In providing teaching to form social skills for early childhood, there are benefits for children, namely children become disciplined and independent, easy to interact with others, and sensitive to others"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadijah Rahadianti Octaviani
"Pengasuh kurang lebih bersama dengan anak selama 10 jam dalam satu hari sehingga sosoknya menjadi sangat berpengaruh bagi perkembangan anak. Anak membutuhkan pengasuh yang responsif dan berpikir cepat dalam melihat suatu masalah yang umum muncul pada anak usia dini. Seringkali pengasuh menemui kendala dalam menghadapi anak usia dini, salah satunya dalam mengatasi masalah ketidakpatuhan yang umum meningkat pada usia 2-3 tahun. Untuk membantu para pengasuh menghadapi masalah tersebut maka dibutuhkan pelatihan. Dalam penelitian ini, akan dibahas bagaimana efektivitas pelatihan yang diadaptasi dari Treatment Package for Child Non Compliance (TPCN) dengan subjek 6 pengasuh usia 18-35 tahun yang mengasuh anak usia 2-3 tahun. TPCN merupakan pelatihan yang melibatkan tiga strategi, antara lain effective instruction delivery (EID), contingent praise (CP) dan time-in (TI). Dari hasil observasi dan evaluasi dengan wilcoxon test sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan pengasuh dalam berinteraksi dengan anak usia 2-3 tahun ketika menghadapi masalah ketidakpatuhan.

A nanny usually spends times with children for 10 hours per day, therefore they have a huge influence in the development of the child. Children need a nanny who is responsive and quick thinking in seeing any kind of problems that commonly occur in early childhood. However, they often encounter obstacles especially when facing the noncompliance problem, a problem that normally emerges in child aged 2-3 years old. To help them face this problem, they need training. This study will discuss the effectiveness of a training that is adapted from Treatment Package for Child Non Compliance (TPCN) which involves 6 nannies from age 18-35 who care for children aged 2-3 years old. This training involves three strategies: effective instruction delivery (EID), contingent praise (CP), and time-in (TI). The result from the observation and evaluation by Wilcoxon test before and after the training, showed that there was an increased caregiver skill in interacting with children aged 2-3 years when facing with the non-compliance issues.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T45254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Wulandari
"

Berdasarkan Riset Kesehatan 2013 dan 2018, anak usia 12-23 bulan memiliki prevalensi pneumonia tertinggi diantara usia balita lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan di Pulau Jawa. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain potong lintang dengan menggunakan sampel berjumlah 2.695 anak. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan sebesar 5,5%. Imunisasi campak berhubungan dengan kejadian pneumonia secara signifikan (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). Penelitian ini mendukung pentingnya pemberian imunisasi campak untuk mencegah pneumonia. Intervensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu meningkatkan cakupan imunisasi campak melalui kampanye imunisasi campak.

 

 


According to Riskesdas 2013 and 2018, the highest prevalence of pneumonia in children under five are the children aged 12-23 months. This study aims to identify the prevalence and factors associated with pneumonia among children aged 12-23 months in Jawa Island. The study design used for this study is cross sectional with total sample of 2.695 children. Bivariate analysis is performed to identify factors associated with pneumonia. The results show the prevalence of pneumonia among children aged 12-23 months is 5,5%. Measles immunization is significantly associated with pneumonia (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). This study supports the importance of measles vaccination to prevent pneumonia. Intervention that can be implemented by the government is increasing measles immunization coverage through measles vaccination campaigns.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>