Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astari Puspita Sari
"Taekwondo merupakan salah satu representasi jenis cabang olah raga beladiri berasal dari Korea Selatan yang sudah dikenal dan tersebar di kalangan komunitas internasional. Seiring dengan perkembangan budaya popular Korea (Hallyu) yang di dalamnya meliputi film, drama TV, musik popular (K-pop), fashion, bahasa, dan makanan, hallyu memberi dampak positif terhadap popularitas beladiri Taekwondo sebagai bagian dari seni beladiri pertunjukan. Taekwondo tidak hanya dilihat sebagai jenis beladiri dan olahraga yang dipertandingkan, tetapi juga telah dijadikan sebagai seni pertunjukan da hiburan yang dapat dinikmati banyak orang. Seni pertunjukan Taekwondo ini dipopulerkan oleh salah satu tim Taekwondo di Korea yang bernama K-Tigers. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tim K-tigers mengkomodifikasikan seni beladiri Taekwondo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber data sekunder dan sumber-sumber daring (online) dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga hal komodifikasi budaya dalam seni beladiri Taekwondo yang dilakukan oleh tim K-Tigers antara lain (1) Taekwondo dance; (2) Taekwondo dijadikan sebagai seni pertunjukan `K- Tigers Live Show`; dan (3) modifikasi baju Taekwondo (dobok) yang digunakan sebagai kostum pertunjukan.

Taekwondo is a representation of a type of martial arts branch from South Korea well known and spread among international community. Along with teh development of Korean popular culture (Hallyu) which includes films, TV dramas, popular music (K-pop), fashion, language, and food, Hallyu TEMPhas a positive impact on teh popularity of Taekwondo martial arts as part of martial arts performance. Taekwondo is not only seen as a type of martial arts and sports dat are contested, but also been used as a performance and entertainment art can be enjoyed by many people. Taekwondo performance art was popularized by one of teh Taekwondo teams in Korea called K-Tigers. Based on teh description above, dis study aims to analyze how Taekwondo martial art commodified by K-Tigers team. dis research uses library research methods using secondary data and online sources with qualitative descriptive analysis. Teh results of dis study indicate dat there are three things of cultural commodification of Taekwondo martial art by K-Tigers team, including (1) Taekwondo dance; (2) Taekwondo become performance art called `K- Tigers Live Show`; and (3) modification of Taekwondo clothes (dobok) used as performance costumes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bhremaalya Enzovani Wiratno Putra
"Sejak tahun 1990-an, PT Freeport Indonesia mensponsori festival-festival besar yang bertujuan untuk merevitalisasi dan memberdayakan masyarakat Kamoro, penduduk asli Mimika, Papua Tengah. Festival-festival ini memberikan kesempatan kepada para pemahat Kamoro untuk menjual karya mereka dengan harga yang menguntungkan dan menampilkan budaya mereka kepada khalayak yang lebih luas. Inisiatif ini memicu terjadinya kebangkitan budaya Kamoro yang signifikan, khususnya di kalangan maramowe, sang pengukir Kamoro. Seiring berjalannya waktu, kebangkitan budaya ini berkembang menjadi misi preservasi, pemberdayaan, dan promosi budaya Kamoro yang kini dilakukan oleh Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe di bawah naungan PT Freeport Indonesia. Penelitian ini mengkaji proses kompleks yang terlibat dalam inisiatif-inisiatif ini, dengan fokus pada fenomena komodifikasi budaya dan rekacipta tradisi. Selain itu, tulisan ini juga memberikan wawasan mengenai perkembangan ini dari sudut pandang masyarakat Kamoro sendiri.

Since the 1990s, PT Freeport Indonesia has sponsored major festivals aimed at revitalizing and empowering the Kamoro people, the indigenous people of Mimika, Central Papua. These festivals give Kamoro carvers the opportunity to sell their work at profitable prices and showcase their culture to a wider audience. This initiative sparked a significant cultural revival, especially among Maramowe, the Kamoro carvers. Over time, this cultural revival developed into a mission to preserve, empower and promote Kamoro culture which is now carried out by the Maramowe Weaiku Kamorowe Foundation under the auspices of PT Freeport Indonesia. This research examines the complex processes involved in these initiatives, focusing on the phenomena of cultural commodification and the reinvention of tradition. In addition, this paper also provides insight into these developments from the perspective of the Kamoro people themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Allya Shafira
"K-POP merupakan salah satu media yang efektif dalam menjalankan diplomasi budaya Korea Selatan dengan negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir, beberapa e-commerce indonesia menghadirkan acara yang menampilkan para artis K-POP, sehingga masyarakat indonesia semakin akrab dengan hal-hal yang berkaitan dengan K-POP dan Korean Wave. Penelitian ini menjelaskan peran e-commerce Indonesia dalam memperluas keefektifan diplomasi budaya Korea Selatan di Indonesia. Dengan memfokuskan pada kehadiran para artis K-POP di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran E-commerce, khususnya Shopee Indonesia dan Tokopedia, dalam diplomasi budaya Korea Selatan di Indonesia. Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif-analisis. Penelitian ini menemukan bahwa E-commerce Indonesia berkontribusi penting dalam pembentukan persepsi positif masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan dengan memfasilitasi kegiatan diplomasi budaya dan mengemasnya dalam kegiatan yang dapat menghibur masyarakat Indonesia. Ditemukan juga bahwa tingkat penggunaan media sosial di Indonesia memiliki pengaruh dalam memicu fenomena keterlibatan e-commerce Indonesia dalam pelaksanaan diplomasi budaya Korea Selatan di indonesia.

K-POP is one of the leading media used by the South Korean government to implement cultural diplomacy with countries in the world, including Indonesia. In the last 5 years, several Indonesian e-commerce companies have presented events featuring K-POP artists, which made K-Pop and Korean Wave became increasingly familiar to the Indonesian public. This study aims to explain the role of Indonesian e-commerce in enhancing the effectiveness of South Korean cultural diplomacy in Indonesia. By focusing on the presence of K-POP artists in events held by Shopee Indonesia and Tokopedia, this research aims to analyze their role in South Korean cultural diplomacy in Indonesia. The research method applied is descriptive-analysis. The findings show that Indonesian e-commerce have made significant contributions to the Indonesian public's positive perceptions of South Korea by facilitating cultural diplomacy activities and packaging them in activities that Indonesian people would find entertaining. Statistics on social media usage in Indonesia also have an influence on the phenomenon of Indonesian e-commerce involvement in the implementation of South Korean cultural diplomacy in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Binar Candra Auni
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas K-pop sebagai budaya populer Korea Selatan. K-pop telah menjadi salah satu produk budaya populer yang dinikmati banyak orang di seluruh dunia. Munculnya K-pop sebagai musik populer perlu dikaji dari perkembangan budaya yang dipengaruhi oleh perubahan sosial, politik, dan ekonomi di Korea Selatan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis K-pop dikaitkan dengan perjalanan perkembangan budaya di Korea Selatan. Penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan diakronis dalam penelitian. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa munculnya K-pop dipengaruhi oleh budaya asing, yaitu budaya populer Amerika yang masuk pada tahun 1950-an. Budaya populer Amerika tersebar di Korea Selatan melalui konser pop di markas militer Amerika Serikat 8th Army, hiburan di klub, dan saluran komunikasi American Forces Korean Network. Perkembangan ekonomi dan teknologi, kebijakan terkait budaya, dan globalisasi pun menjadi faktor penting yang membentuk K-pop saat ini. Hingga kini, pengaruh budaya populer Amerika pada K-pop dapat dilihat melalui judul maupun lirik lagu yang mengandung unsur Bahasa Inggris.

ABSTRACT
This paper study about K-pop as popular culture in South Korea. K-pop has become a product of popular culture consumed by people around the world. The emerge of K-pop as popular music need to be investigated from the perspective of social, political, and economic changes in South Korea. This paper means to analyze K-pop in correlation with the cultural development in South Korea. Researcher uses the descriptive qualitative method and diachronic approach in the analysis process. The finding shows that K-pop is influenced by foreign culture, which is American popular culture that gain entrée in 1950s. The American popular culture disseminated in South Korea through pop concerts in the US 8th Army military base, performances in US nightclubs, and a US radio station, American Forces Korean Network. The technology and economy, cultural policy, and globalization become the important factors that shaped K-pop today. Until this day, the influence of American popular culture in K-pop reflected through the use of English in song titles and lyrics."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rostineu
"Studi ini menganalisis peran organisasi perempuan Kristen yang dikenal sebagai Korea- YWCA (Young Women Christian Association), dalam demokratisasi bagi kaum buruh perempuan di kawasan industri kota Seoul, Republik Korea, tahun 1961 hingga 1987. Korea-YWCA adalah organisasi perempuan Kristen pertama yang dibentuk di Korea tahun 1922 pada masa kolonial Jepang (1910-1945). Melalui peristiwa demo buruh perempuan yang terjadi di kota Seoul tahun 1975, penelitian ini menganalisis peran organisasi Korea-YWCA dalam menghidupkan kembali semangat demokrasi dan sumbangsihnya dalam meruntuhkan kediktatoran pemerintah. Dengan menerapkan pendekatan strukturis dari Lloyd dan sumber arsip dari Republik Korea, penelitian ini menekankan dinamika peran Korea-YWCA dalam penegakan demokrasi yang terjadi sepanjang rentan waktu yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara konseptual, gagasan penegakan demokrasi oleh Korea-YWCA di periode 1961 hingga 1979 berakar dari reformasi politik nasional Korea di akhir abad ke-19 yang berhasil mencetak perempuan modern Korea, yang disebut sinyeoseong.Gerakan kemerdekaan rakyat Korea yang disebut Samil Undong, yang meletus di masa kolonisasi Jepang (1910-1945), menjadi titik tolak Korea-YWCA sebagai organisasi berbasis ajaran Kristen yang bersifat politis sehingga peran Korea-YWCA dalam demokratisasi pun sudah terlihat sejak dibentuk di tahun 1922. Peran Korea- YWCA dalam demokratisasi di tahun 1961 hingga 1987 berhasil mempresentasikan peran agency bernama Park Esterd dalam bentuk perluasan sektor kerja bagi kaum buruh perempuan Korea. Adapun peran Korea YWCA dalam demokratisasi pada periode ini bersumber dari gagasan Park Esterd yang diakui telah menghadirkanminjujueui room (ruang demokrasi) yang sangat menekankan kebebasan. Gagasan demokratis dari Park Esterd menjadi fondasi dalam transformasi pada kaum perempuan Korea yang dapat dijelaskan alasannya sebagai berikut. Bahwa, ajaran agama Kristen bagi masyarakat Korea tidak hanya dipandang sebagai agama baru, tetapi juga sebagai ideologi yang dipupuk dalam wadah organisasi sehingga melahirkan perempuan modern. Selain itu, terkait dengan demokratisasi, di bawah kepemimpinan Park Esterd, peran Korea-YWCA dapat sekaligus mengungkap semangat Puritanisme Amerika yang membentuk karakter kaum Kristen Korea yang menekankan nilai-nilai toleransi, tekun, dan rajin sehingga mengantarkan Republik Korea menjadi negara yang maju.

This study analyzes the role of the Christian women's organization known as Korea- YWCA (Young Women Christian Association) in the democratization for women workers in the industrial area of Seoul, Republic of Korea from 1961 to 1987. Korea- YWCA is the first Christian women's organization to be formed in Korea since 1922 during the Japanese colonial period (1910-1945). Through the events of the women's labor demonstrations that took place Seoul in 1975, this study analyzes the role of the Korea-YWCA organization in reviving the spirit of the democratization and its contribution to overthrowing the government dictatorship. Applying a structurist approach from Lloyd's and archival sources from the Republic of Korea, this study emphasizes the dynamics of the Korea-YWCA influence in social change that occurs over a defined period of time. The results showed that conceptually the idea of upholding democracy by the Korea-YWCA in the period 1961 to 1979 was rooted in the Korean national political reforms in the late 19th century which succeeded in producing modern Korean women called sinyeoseong. The Korean people's independence movement called Samil Undong which occured during the Japanese colonization (1910- 1945) became the starting point for Korea-YWCA as a political organization based on Christian teachings so that the roke of Korea-YWCA in democratization has been seen since its formation in 1922. The role of Korea-YWCA in democratization from 1961 to 1987 succeeded in presenting the role of an agency named Park Esterd in the form of expanding the employment sector for Koren women workers. The Korea YWCA’s role in democratization in the period stemmed from the idea of Park Esterd who has acknowledged to have presented the minjujuei room (democracy room) which strongly emphasized freedom. Park Estherd’s democratic ideas became the foundation for the transformation of Korean women, which can be explained as follows. Whereas, the teachings of Christianity for the Korean people are not seen as a new religion, but also as an ideology that is fostered in organization so as to give birth to modern women. In addition, with regard to democratization, under the leadership of Park Esterd, the role of Korea-YWCA can simultaneously reveal the spirit of American Puritanism that shapes the character of Korea Christians who emphasize the values of tolerance, perseverance, and diligence so as to lead the Republic of Korea to become a developed country."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudhia Rizki Alifa
"ABSTRAK
Korea Selatan merupakan salah satu contoh negara yang telah sukses membangun citra nasional positif secara global dengan penyebaran budaya populer melalui hallyu. Namun, kepopuleran hallyu tidak memberikan pengaruh yang signifikan akan ketertarikan minat warga asing terhadap makanan Korea atau hansik. Pada tahun 2009, pemerintah Korea Selatan pun meluncurkan program Global Hansik sebagai strategi untuk mempopulerkan hansik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memaparkan strategi diplomasi budaya Korea Selatan di Indonesia melalui global hansik. Penelitian ini merupakan studi literatur dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Korea Selatan menjalankan empat strategi untuk meningkatkan citra nasionalnya di Indonesia melalui global hansik, yaitu: (1) penyelenggaraan festival makanan Korea secara rutin, (2) pembuatan drama mini bertemakan makanan yang diperankan oleh orang Indonesia dan artis Korea, (3) bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia, dan (4) penerbitan buku panduan restoran Korea di Jakarta.

ABSTRACT
South Korea is one example of a country that has successfully built a positive national image globally with the spread of popular culture through hallyu. However, the popularity of hallyu did not give a significant influence on the interest of foreigners to Korean food or hansik. In 2009, the South Korean government launched the Global Hansik] program as a strategy to popularize hansik worldwide, including in Indonesia. The purpose of this research is to identify and explain South Koreas cultural diplomacy through global hansik towards enhancing its national image in Indonesia. This research is a literature study with qualitative descriptive analysis method. The results of this study shows that the South Korean government runs four strategies to enhance the national image of Korea in Indonesia through global hansik, namely: (1) regularly holding Korean food festivals), (2) making food-themed mini drama played by Indonesians and Korean actors, (3) working with Indonesian Ulema Council, and (4) publishing Korean restaurant guidebooks in Jakarta.

"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salmaliza Rahma Aisyah
"Penyalahgunaan kuasa di tempat kerja Korea Selatan menjadi masalah sosial yang terus menjadi perhatian masyarakat. Untuk menanggulangi hal tersebut, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea Selatan melakukan survei tentang penyalahgunaan kuasa di tempat kerja (2017). Dengan menggunakan data dari survei tersebut, penelitian ini berupaya melihat bagaimana respon pekerja terhadap kasus penyalahgunaan kuasa di tempat kerja di Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami respon pekerja tentang penyalahgunaan kuasa yang dialami atau dilihat di tempat kerja. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan konsep budaya hirarki Korea Selatan dan konsep kuasa Michel Foucault. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya hirarki dan peran micro pouvoirs memiliki peran besar dalam hubungan antara pekerja dan perusahaan yang menegaskan bahwa kuasa tidak selalu bersifat sentralistik serta menyebabkan (i) perlawanan tidak selalu menjadi respon seseorang terhadap praktik kuasa; (ii) budaya hirarki menjadi faktor pekerja tidak melakukan perlawanan ketika dihadapi dengan penyalahgunaan kuasa.

Power abuse in South Korean workplace has become a social problem that continues to be another public concern. National Human Rights Commission of Korea conducted a research on power abuse at workplaces in South Korea to find the best countermeasures for this problem (2017). Using data from this research, this study seeks to see how workers respond to cases of power abuse in South Korean workplaces to understand the perspectives of workers about power abuse experienced or seen in the workplace. Author used descriptive-qualitative research method with the concept of hierarchical culture and Michel Foucault`s concept of power to conduct this research. The results revealed that the hieararchical culture and micro pouvoirs play a big role in the relationshop between workers and companies which emphasized that power is not always centralistic and causes (i) resistance to not always become the response to the practice of power; (ii) hierarchical culture is a factor that restraints worker from resisting power abuse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fairuz Julia Elfitri
"Bedah kosmetik estetika merupakan fenomena sosial dan gaya hidup yang sudah tidak asing lagi dilakukan di Korea Selatan. Berdasarkan data statistik The International Society of Plastic Surgery (ISAPS) tahun 2015, sebanyak 1.156.234 tindakan bedah kosmetik estetika dilakukan di Korea. Bedah kosmetik estetika yang dilakukan untuk kepuasan diri memiliki persamaan dengan nilai budaya chemyeon. Budaya chemyeon yang merupakan bagian dari nilai Konfusianisme memiliki dua unsur dasar, yaitu kebutuhan untuk pemenuhan diri dan kebutuhan untuk pencapaian sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku bedah kosmetik estetika di Korea dan kaitannya dengan nilai-nilai budaya chemyeon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui analisis dengan berdasarkan sumber data sekunder seperti buku, jurnal penelitian, dan sumber daring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unsur dasar dan nilai-nilai budaya chemyeon terdapat dalam perilaku bedah kosmetik estetika di Korea. Melalui bedah kosmetik estetika, masyarakat dapat menunjukkan kemampuan individu serta menjaga kehormatan dan martabatnya dalam lingkungan sosial. Keinginan masyarakat Korea untuk menjaga chemyeon mendorong individu untuk melakukan bedah kosmetik estetika.

Cosmetic surgery is a social and lifestyle phenomenon that is already familiar in South Korea. Based on the statistical data of The International Society of Plastic Surgery (ISAPS) in 2015, a total of 1,156,234 aesthetic cosmetic surgical measures were performed in Korea. Cosmetic surgery done to self-satisfaction has similarities to the value of chemyeon culture. The chemyeon culture that is part of Confucian value has two basic elements, the need for self-fulfillment and the need for social achievement. The purpose of this research is to analyse cosmetic surgery behaviour in Korea and its relation to chemyeon cultural values. This research uses qualitative methods of descriptive through analysis based on secondary data sources such as books, research journals, and online sources. The results of this study show that the basic elements and values of chemyeon culture are reflected in the conduct of cosmetic surgery in Korea. Through cosmetic surgery, the public can demonstrate individual ability, maintain honor and dignity in the social environment. Korean People's desire to maintain honor (chemyeon) encourages individuals to do cosmetic surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Saraswati Dwiwinata
"[ABSTRAK
Fenomena “Korean Wave” yang dibantu oleh praktek PR pemerintah merubah
persepsi khalayak akan Korea sebagai negara dan tempat wisata. Dengan
pendekatan kualitatif dan paradigm constructivism, studi ini memberikan
gambaran peran budaya populer Korea Selatan/ hallyu (terutama drama televisi)
dalam citra negara. E-ELM menunjukkan bahwa narasi dan karakter pada drama
sebagai bentuk Entertainment Education dapat membentuk citra negara Korea
Selatan. Hallyu juga menghasilkan star system yang memperkuat persuasi
pemerintah dalam menciptakan understanding, trust, dan favorable image.

ABSTRACT
The worldwide “Korean Wave” phenomena fuelled by PR practices by the
government has changed people’s perceptions of and intention to visit South
Korea. Using qualitative approach and constructivism paradigm, the purpose of
this paper is to picture the role of Korean popular culture/ hallyu (especially TV
drama) in the country image. Applying E-ELM, this study found that narratives
and character in TV drama, as a form of Entertainment Education, affect viewer’s
drama preferences and curiosity regarding South Korea. Hallyu also creates star
system, which helps government’s effort of persuading worldwide viewers to gain
understanding, trust, and favorable image., The worldwide “Korean Wave” phenomena fuelled by PR practices by the
government has changed people’s perceptions of and intention to visit South
Korea. Using qualitative approach and constructivism paradigm, the purpose of
this paper is to picture the role of Korean popular culture/ hallyu (especially TV
drama) in the country image. Applying E-ELM, this study found that narratives
and character in TV drama, as a form of Entertainment Education, affect viewer’s
drama preferences and curiosity regarding South Korea. Hallyu also creates star
system, which helps government’s effort of persuading worldwide viewers to gain
understanding, trust, and favorable image.]"
Depok: [Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2015
S62030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ficita Verdiana
"ABSTRAK
Beberapa tahun terakhir budaya popular Korea (hallyu) berkembang dengan sangat pesat di Indonesia. Segala aspek yang dibawa hallyu cukup bisa diterima di Indonesia, seperti musik, film, busana, makanan, hingga wisata. Hal ini terlihat dari jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea Selatan. Hal ini tidak luput dari peran media massa yang mempromosikan citra kebudayaan Korea Selatan dalam bentuk tulisan atau artikelnya. Dengan adanya promosi mediamassa, wisatawan dapat dengan mudahmemperkirakanlokasi tujuan wisata yang akan dikunjungi. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menganalisis citra kebudayaan Korea mempengaruhi kunjungan turis Indonesia ke Korea dalam media massa Indonesia dan untuk mengetahui peran institusi wisata Korea dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Korea. Metode yang digunakan adalah metode penelitan kualitatif, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, jurnal, dan internet. Hasil temuan dari penelitian ini adalah secara tidak langsung media massa memiliki peran sebagai agen promosi wisata dalam peningkatan jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea Selatan dan usahapromosi institusi wisata Korea Selatan dalam mendukung peningkatan jumlah wisatawan ke Korea.

ABSTRACT
In the past few years, the developing of hallyu in Indonesia are raising rapidly. The aspects that hallyu brought are quite acceptable in Indonesia, such as music, film, fashion, food, and tourism. We can see it from the graphic about tourists from Indonesia that visited South Korea are increased a lot. This could be a role of media that showed South Korea cultural imagery in the form of writings. With the presence of media, tourists can easily imagine the tourist location that is described in the articles. The purpose of writing this journal is to see how the cultural image of Korea affects Indonesian tourist to visit Korea that shown in Indonesian media and to find out the role of the Korean tourist institutions to help the increasing visits of tourists to Korea. Method used in the writing of this paper is the qualitative with collecting the data from books, journals, and internet. The findings of this study indicate that the media has a role as an agent for the promotion of tourism to increase the visits of tourist from Indonesia to South Korea and there is some work done by Korean tourism institution to supports it."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>