Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Klaudia Nafiri
"Perusahaan rintisan memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri untuk mempertahankan perusahaan. Sudah banyak penelitian yang menguji hubungan antara tuntutan kerja dan burnout pada karyawan, namun belum ada yang menguji peran persepsi akan kesempatan melakukan kerja campuran sebagai kemungkinan moderator dari hubungan tersebut, khususnya dalam perusahaan rintisan. Karyawan perusahaan rintisan di Indonesia (N=151) diuji menggunakan versi bahasa Indonesia dari The Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ I), The Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), dan Perceived Opportunity for Blended Working Scale untuk melihat nilai tuntutan kerja, burnout, dan persepsi akan kesempatan melakukan kerja campuran secara berurutan. Simple moderation analysis digunakan untuk menguji peran moderasi persepsi akan kesempatan melakukan kerja campuran. Analisis statistik menunjukkan bahwa persepsi akan kesempatan melakukan kerja campuran tidak memoderasi hubungan tuntutan kerja dan burnout. Diskusi dan saran penelitian dibahas di bagian akhir makalah.

Startups have particular characteristics, challenges, and work resources to maintain the company is a new gateway for research on the employee well-being. There have been many studies that discuss the relationship between job demand and burnout on employees, but none have discussed the role of perceived opportunity for blended working as the possible moderator of that relationship. Employees of startups in Indonesia (N = 151) were assessed using the Indonesian version of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ I), The Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), and Perceived Opportunity For Blended Working to see the value of job demand, burnout and perceived opportunity for blended working, respectively. Simple moderation analysis was used to examine the moderating role of perceived opportunity for blended working. Statistical analysis shows that perceived opportunity for blended working do not moderate the relationship between job demand and burnout. Discussion and research suggestions are discussed at the end of the paper."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafyra Citra Anandi
"Pertumbuhan perusahaan rintisan di Indonesia memunculkan ketertarikan untuk bekerja di industri ini. Namun, kondisi kerja di perusahaan rintisan yang memiliki ritme cepat, tuntutan kerja yang tinggi, dan belum stabil menimbulkan konsekuensi seperti niat untuk berhenti kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran burnout pada hubungan ketidakamanan kerja dengan niat berhenti kerja pada karyawan perusahaan rintisan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan partisipan diminta untuk mengisi Job Insecurity Scale (JIS), Indonesian Quality of Worklife Questionnaire (IQWiQ) dan Turnover Intention Scale (TIS).
Pengambilan data dilakukan kepada 151 partisipan yang merupakan karyawan perusahaan rintisan yang telah bekerja selama enam bulan di perusahaan rintisan yang berusia di bawah lima tahun. Analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat efek tidak langsung yang signifikan (ab=0,17, p<0,05) dan efek langsung yang tidak signifikan (c′=0,13,𝑝>0,05), maka burnout dapat memberikan efek mediasi penuh pada hubungan ketidakamanan kerja dengan burnout pada karyawan perusahaan rintisan.

A growing number of startup companies in Indonesia have attracted people to work in this industry. However, the work environment (fast rhythm, high pressure, and unstable conditions) have created high consequences, namely turnover intention. This research aims to examine burnout as mediator on relationship between job insecurity and turnover intention among startup employees. This quantitative research has participants fulfil a questionnaire about Job Insecurity Scale (JIS), Indonesian Quality of Worklife Questionnaire (IQWiQ) and Turnover Intention Scale (TIS).
Data has been collected from 151 participants who have been working for 6 months in startup company which established within 5 years. Based on mediation analysis, the result show there are significant indirect effect of burnout (ab=0,17, p<0,05) and insignificant direct effect burnout (c=0,13, p>0,05) on the relationship of job insecurity and turnover intention. Therefore, burnout has full mediation effect on relationship between job insecurity and turnover intention among startup employee.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfia Putri Rizki
"Penelitian terdahulu menyarankan perlunya mendalami sumber daya personal
(personal resource) dalam mempelajari hubungan antara tuntutan pekerjaan dan
stres kerja. Berdasarkan saran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
menginvestigasi persepsi sisa waktu, salah satu sumber daya personal pekerja di
organisasi, sebagai moderator pada hubungan antara tuntutan pekerjaan dan stres
kerja. Penelitian ini menggunakan teori Conservation of Resources (COR theory)
sebagai kerangka teori untuk menjelaskan efek moderasi oleh persepsi sisa waktu.
Data diperoleh dengan menggunakan survei online pada pegawai negeri sipil dari
32 instansi pemerintahan di Indonesia (N=220). Data diolah dengan menggunakan
aplikasi PROCESS Hayes macro versi 3.3 di SPSS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persepsi sisa waktu memoderasi hubungan antara tuntutan pekerjaan dan
stres kerja, di mana hubungan tersebut menjadi positif dan meningkat ketika
persepsi sisa waktu rendah dibandingkan ketika persepsi sisa waktu tinggi.
Penelitian ini membuktikan bahwa persepsi sisa waktu dapat melemahkan
hubungan positif antara tuntutan pekerjaan dengan stres kerja. Implikasi teori dan
praktis akan dibahas lebih jauh pada tulisan ini

Previous studies suggested to examine personal resources in the relationship
between job demand and job stress. This study aims to investigate the moderating
effect of perceived remaining time in the organization on the relationship between
job demand and job stress. Drawing on the Conservation of Resources (COR)
theory to explain the moderation effect, it is argued that the relationship between
job demand and job stress is weakened by perceived remaining time. Data were
collected using online survey on public sector employees from thirty-two
government institutions in Indonesia (N = 220). Data were analyzed using Hayes’
PROCESS macro version 3.3 on SPSS software. Results showed that perceived
remaining time moderated the relationship between job demand and job stress, such
that the relationship was positive and higher when perceived remaining time was
low than when perceived remaining time was high. In other words, perceived
remaining time dampens the positive relation between job demand and job stress.
Theoretical and practical implications are further discussed
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Asiva Suri
"Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja Indonesia mencapai 48,65% pada tahun 2022, menunjukkan peningkatan selama satu dekade terakhir. Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja, terutama ibu yang bekerja, menimbulkan tantangan baru, seperti jam kerja yang panjang, karena mereka bertanggung jawab mengurus pekerjaan rumah tangga dan kantor yang membuat mereka berisiko mengalami burnout. Oleh karena itu, penelitian ini menyelidiki peran moderasi dukungan sosial dalam hubungan antara tuntutan kuantitatif dan burnout pada Ibu bekerja. Penelitian menggunakan sampel sebanyak 148 partisipan di Indonesia dengan karakteristik karyawan wanita yang sudah atau pernah menikah, berusia 21-55 tahun, memiliki anak dan bekerja minimal enam bulan di perusahaan tersebut. Penelitian ini menggunakan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) sebagai alat ukur burnout, Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) sebagai alat ukur dukungan tempat kerja dan tuntutan tenaga kerja kuantitatif, dan Family Support Scale sebagai alat ukur dukungan keluarga. Analisis data dengan menggunakan macro process Hayes model 1 regresi moderasi pada program SPSS menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga memiliki efek moderasi terhadap hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan ketidakterlibatan, sedangkan dukungan sosial tempat kerja memiliki efek moderasi terhadap hubungan antara tuntutan kerja kuantitatif dan kelelahan pada Ibu bekerja hybrid atau WFH. Ibu hybrid/WFH memiliki risiko kelelahan yang lebih rendah saat mendapatkan dukungan sosial tempat kerja yang lebih tinggi, dan Ibu hybrid/WFH memiliki risiko ketidakterlibatan yang lebih rendah saat mendapatkan dukungan sosial keluarga yang lebih tinggi . Oleh karena itu, penting untuk mendapat dukungan dari tempat kerja, baik dari atasan dan rekan kerja maupun dari keluarga dan kerabat dekat.

Women's participation in the Indonesian labor market reached 48.65% by 2022, indicating an increase over the last decade. Women's participation in the labor market, especially working mothers, raises new challenges, such as long working hours, as they are responsible for caring for household and office work that puts them at risk of burnout. Therefore, the study investigates the role of moderation of social support in the relationship between quantitative demands and burnout among working mothers. The study used a sample of 148 participants in Indonesia with the characteristics of married women employees aged 21-55 who had children and worked at least six months at the company. The work background and company background are not limited to the participant sample. This study used the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) as a burnout measurement tool, the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) as a workplace support and quantitative labor demands measuring tool, and the Family Support Scale as a family support measure. Data analysis using the macro process Hayes model 1 moderation regression in the SPSS program showed that family social support has a moderating effect on the relationship between quantitative demands and disengagement, while workplace social support had a moderate impact on the relationship between quantitative demands and exhaustion on hybrid or WFH mothers. Hybrid/WFH mothers have a lower risk of exhaustion when obtaining higher workplace social support, and hybrid /WFH mothers have a smaller risk of disengagement when getting higher family social support. Therefore, it is important to get support from the workplace, both from your superior and colleagues as well as from family and close relatives."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Naufal Darydzaky
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat secara spesifik hubungan antara jenis-jenis tuntutan kerja (quantitative job-demand,cognitive demand, &emotional demand) dengan burnout serta melihat jenis tuntutan kerja mana yang paling dirasanakan tenaga kesehatan. Penelitian dilakukan kepada 317 tenaga kesehatan (Perawat 75%, 77.3% Perempuan, rentang usia berkisar dari 20-65 tahun) Menggunakan alat ukur Oldenburg burnout inventoryuntuk mengukur burnout, dan bagian dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire-II untuk mengukur tuntutan kerja. Pengambilan data dilakukan secara daring dan menggunakan teknik convenient sampling dan dilakukan selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara quantitative demand dan burnout (r = .46, p < .01), lalu terdapat hubungan positif yang signifikan antara cognitive demand dan burnout (r = .31, p < .01) dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara emotional demand dan burnout (r = .37, p < .01). Tuntutan kerja dengan jenis emotional demand yang tinggi dirasakan oleh 84% tenaga kesehatan, diikuti dengan cognitive demand yang tinggi dirasakan oleh 64% tenaga kesehatan, dan quantitative job demand yang tinggi dirasakan oleh 30% tenaga kesehatan.

This study aim to analyze the specific relationship between various type of job-demand (quantitative job-demand, cognitive demand, & emotional demand) with burnout and seek which type that healthcare workers experienced the most. The study was conducted on 317 healthcare workers (75% nurse, 77.3% female, age range 20-65 years) using the Oldenburg Burnout Inventory to measure burnout, and several part of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire-II to measure job-demand. The data were collected using online questionnaire, we also used convenient sampling method, the data collection we’re took seven days. We founded that quantitative job-demand corelates with burnout (r = .46, p <.01), cognitive demand also corelates with burnout (r = .31, p <.01) and emotional demand also corelates with burnout (r = .37, p <.01). The majority of healthcare workers experienced that emotional demand are the worse. We also founded that 84% of healthcare workers felt high emotional demand, 64% of healthcare workers felt a high cognitive demand, and 30% of healthcare workers felt high quantitative job demand."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Ribka Uli Feodora
"Pada masa pandemi Covid-19, kurir diduga rentan mengalami burnout. Berdasarkan teori Job Demands-Resources (JD-R), burnout disebabkan oleh berbagai macam tuntutan kerja, salah satunya tuntutan kerja emosional. Sebaliknya, modal psikologis dapat menurunkan tingkat burnout. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tuntutan kerja emosional dan burnout, serta hubungan antara modal psikologis dan burnout pada kurir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe korelasional. Pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sampling pada 251 partisipan kurir yang memiliki rentang usia 18-55 tahun dengan kriteria waktu bekerja minimal satu tahun dan pernah melayani pelanggan dengan sistem COD. Adapun, alat ukur yang digunakan bagian IQWiQ untuk mengukur burnout, bagian COPSOQ-II untuk mengukur tuntutan kerja emosional, dan PCQ-12 untuk mengukur modal psikologis. Hasil analisis Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa tuntutan kerja emosional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. Selain itu, ditemukan pula bahwa modal psikologis memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Dengan demikian, temuan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan jasa pengiriman untuk memberikan coaching dan dukungan sosial serta membantu kurir untuk mengembangkan modal psikologisnya secara mandiri.

During the Covid-19 pandemic, couriers were presumed to be susceptible to burnout. According to the Job Demands-Resources (JD-R) theory, burnout is caused by various job demands, including emotional job demands. In contrast, psychological capital can reduce burnout levels. This study aims to examine the relationship between emotional job demands and burnout, as well as the relationship between psychological capital and burnout among couriers. This research was quantitative research with a correlational design. The convenience sampling method was used to collect data from 251 couriers as participants aged 18 to 55, with experience servicing clients using the COD system and working for at least a year. Meanwhile, the measurement tools used were part of IQWiQ to measure burnout, part of the COPSOQ-II to measure emotional job demands, and PCQ- 12 to measure psychological capital. Pearson's Correlation analysis results showed that emotional job demands have a significant positive relationship with burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. On the other hand, a significant negative relationship was discovered between psychological capital and burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Thus, these findings are expected to be used as evaluation materials for delivery companies to provide coaching and social support and help couriers develop psychological capital independently."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya Tazkiadini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah trait mindfulness dapat memoderatori hubungan antara stres kerja dan kualitas tidur. Partisipan penelitian ini adalah karyawan startup dengan kelompok usia milenial yang bekerja di Jabodetabek. Jumlah partisipan perempuan sebanyak 93 orang dan jumlah partisipan laki-laki sebanyak 63 orang (N=150). Instrumen dalam penelitian ini adalah Pittsburgh’s Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur, Job Stress Survey (JSS) untuk mengukur stres kerja, dan Mindful Attention and Awareness Scale (MAAS) untuk mengukur trait mindfulness. Hasil penelitian menemukan bahwa model statistik signifikan (p< .05) dengan 17,80% varians skor kualitas tidur dapat dijelaskan oleh stres kerja dan trait mindfulness. Stres kerja (β=0,1099, t=2,5174, p<0,05) dan trait mindfulness (β=-0,0614, t=-3,2453, p<0,05) secara signifikan mempengaruhi kualitas tidur. Akan tetapi, trait mindfulness tidak ditemukan memoderasi kualitas tidur (β=-0,0036, t= -1,2363, p>0,05). Penelitian ini tidak membuktikan bahwa trait mindfulness dapat memberikan efek memoderasi hubungan antara stres kerja dan kualitas tidur
The purpose of this study was to find out whether trait mindfulness moderates the relationship between job stress and sleep quality. Participant in this study were startup employee in millenial age which located in Jabodetabek. There are 93 female participants and 63 male participants (N=150) in total. Instruments used in this study were Pittsburgh’s Sleep Quality Index (PSQI) for measuring sleep quality, Job Stress Survey (JSS) for measuring job stress, and Mindful Attention and Awareness Scale (MAAS) for measuring trait mindfulness. The result of this research found that statistic significant model (p< .05) with 17,80% variance of sleep quality was eplained by job stress and trait mindfulness. Job stress (β=0,1099, t=2,5174, p<0,05) and trait mindfulness (β=-0,0614, t=-3,2453, p<0,05) were significant predictors for sleep quality. However, trait mindfulness did not significantly moderates the relationship between job stress and sleep quality (β=-0,0036, t= -1,2363, p>0,05). This research did not proven the moderation effect of trait mindfulness in relationship between job stress and sleep quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Ismail
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah job insecurity berhubungan dengan komitmen perubahan dan dimensi komitmen perubahan pada karyawan perusahaan rintisan berbasis digital. Partisipan penelitian meliputi 112 karyawan yang bekerja pada perusahaan rintisan (startup) berbasis digital (web, aplikasi, dll) yang berasal dari Indonesia dan sudah berdiri antara satu hingga lima tahun. Komitmen perubahan diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi berdasarkan Commitment to Change Inventory. Job insecurity diukur dengan menggunakan adaptasi Job Insecurity Scale. Hasil perhitungan Pearson correlation menunjukkan bahwa job insecurity tidak berhubungan signifikan terhadap komitmen perubahan (r= -0,02, p>0,05) dan komitmen perubahan normatif (r= -0,09, p>0,05). Selain itu job insecurity ditemukan berhubungan negatif signifikan dengan komitmen perubahan afektif (r= -0,29, p<0,01) dan positif signifikan dengan komitmen perubahan kontinuans (r= 0,29, p<0,01). Hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan rintisan berbasis digital untuk memerhatikan job insecurity sebagai faktor yang berkaitan dengan komitmen perubahan afektif dan kontinuans.

This study aimed to see whether job insecurity was related to commitment to change and commitment to change dimensions in digital-based startup company employees. Study participants was comprised of 112 employees who worked in a digital-based startup company (web, application, etc.) that originated from Indonesia and was established between one to five years. Commitment to change was measured using questionnaire adapted based on Commitment to Change Inventory. Job insecurity was measured using the adaptation of Job Insecurity Scale). Pearson Correlation calculation results showed that job insecurity were not significantly related to commitment to change (r= -0,02, p>0,05) and normative commitment to change (r = -0,09, p> 0,05). Furthermore, job insecurity was found significantly negatively related with affective commitment to change (r = -0,29, p <0,01) and significantly positive with continuance commitment to change (r = 0,29, p <0,01). The results of the study could give digital-based startups consideration to give attention to job insecurity as one of the factors that related to affective and continuance commitment to change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Don Ozzy Rihhandini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan moderasi dimensi job crafting (peningkatan sumberdaya struktural pekerjaan, peningkatan sumberdaya sosial pekerjaan, dan peningkatan tantangan pekerjaan) pada pengaruh antara persepsi beban kerja rendah terhadap kebosanan kerja, terutama pada karyawan generasi milenial. Sebagai salah satu generasi yang berada pada usia produktif, generasi milenial memiliki karakteristik lebih mudah mengalami kebosanan kerja sehingga perlu dieksplorasi lebih lanjut. Selain itu kondisi kemajuan teknologi dan informasi semakin mempermudah pekerjaan karyawan dan dapat mengakibatkan rendahnya beban kerja yang dimiliki oleh karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur beban kerja rendah (Naude Underload Work Scale) pada dimensi persepsi beban kerja rendah, kebosanan kerja (Dutch Boredom Scale) dan Dutch Job Crafting Scale. Penelitian ini melibatkan 327 karyawan generasi milenial pada rentang usia 23-40 tahun. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi dan uji moderasi Model 1 PROCESS Hayes. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat peranan moderasi peningkatan tantangan pekerjaan pada pengaruh antara persepsi beban kerja rendah dan kebosanan kerja.

This study aims to explore the moderation role of job crafting dimensions (increasing structural job resources, increasing social job resources, and increasing challenging job demands) on the effect of perception of underload work on job boredom, especially among millennial employee. As a part of productive age, millennial employee has the characteristics of experiencing boredom at work more easily. Therefore, it is necessary to explored further especially with advances in technology nowadays that make the work easier and can result in a low workload for employee. This research was quantitative research using underload work scale (Naude Underload Work Scale) on perception of underload work dimension, boredom at work scale (Dutch Boredom Scale) and Dutch Job Crafting Scale. This research involved 327 millennial employees aged 23-40.  The analysis used in this study was correlation test and moderation test of Model 1 PROCESS Hayes. The results of the research found that there was a moderating role of increasing challenging job demands on the effect between perceptions of underload work and job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Salma Hanifaa
"Perkembangan teknologi secara cepat pada saat ini, memunculkan banyak perusahaan startup di Indonesia. Budaya kerja pada perusahaan startup dapat menyebabkan karyawan mengalami stres kerja. Ketika karyawan mengalami stres kerja dapat berdampak pada kualitas tidur yang dialaminya. Salah satu hal yang dapat membantu menjaga dampak stres kerja terhadap kualitas tidur adalah kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan kualitas tidur, dan peran kontrol diri sebagai moderator pada karyawan perusahaan startup di Jabodetabek. Partisipan penelitian ini berjumlah 150 karyawan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Job Stres Survey (JSS), dan Self Control Scale (SCS). Berdasarkan analisis statistik moderasi, hasil penelitian menemukan bahwa model statistik signifikan (p<.05) dengan 16.18% skor kualitas tidur dijelaskan oleh stres kerja dan kontrol diri. Stres kerja (β=.1691, t(146)=4.4491, p<.05) dan kontrol diri (β=-.0633, t(146)=-2.6081, p<.05) berhubungan dengan kualitas tidur karyawan secara signifikan. Hasil analisis moderator menunjukkan, kontrol diri tidak ditemukan memoderatori hubungan stres kerja dengan kualitas tidur karyawan (β=.0047, t(146)=1.1392, p>.05). Hasil temuan dari penelitian menjelaskan kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh stres kerja dan kontrol diri.

The rapid development of technology at this time, gave rise to many startup companies in Indonesia. Work culture at startup companies can cause employees to experience work stress. When employees experience job stress can have an impact on the quality of sleep they experience. One of the things that can help maintain the impact of job stress on sleep quality is self control. This study aims to determine the relationship between job stress and sleep quality, and the role of self-control as a moderator in startup company employees in Jabodetabek. The number of participants in this research was 150 employees. Measuring instruments used in this study were the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Job Stress Survey (JSS), and Self Control Scale (SCS). The results found that the statistically significant model (p <.05) with 16.18% sleep quality score was explained by job stress and self control. Job stress (β=.1691,t(146)=4.4491, p<.05) and self-control (β=-.0633,t(146)=-2.6081,p<.05) correlate significantly with employee sleep quality. The results of the moderator's analysis showed that self control was not found to moderate the relationship of job stress with the sleep quality of employees (β=.0047,t(146)=1.1392,p<.05). The findings of the study explain the quality of sleep can be influenced by work stress and self control.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>