Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frima Ulfa Agustina
"ABSTRAK
Sosialisasi keselamatan pasien telah dilakukan secara rutin oleh rumah sakit, namun pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap keselamatan perawat masih belum optimal.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keselamatan yang dimiliki oleh perawat.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan analitic-corelational dan pendekatan cross-sectional ini dilakukan pada 376 perawat yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kepuasan kerja, beban kerja, stress kerja, fungsi manajemen kepala ruangan, kondisi kerja, dan sikap keselamatan perawat. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen kepuasan kerja adalah 0,356-0,575 (Cronbach alpha's 0,724), beban kerja adalah 0,338-0,613 (Cronbach alpha's 0,736), stres kerja adalah 0,542-0,719 (Cronbach alpha's 0,756), fungsi manajemen kepala ruangan adalah 0,401-0,822 (Cronbach alpha's 0,760), kondisi kerja adalah 0,488-0,670 (Cronbach alpha's 0,767) dan sikap keselamatan adalah 0,300-0,827 (Cronbach's alpha 0,771) sehingga dikatakan valid dan reliabel.
Hasil: Rata-rata perawat berusia 37 tahun, berjenis kelamin perempuan, masa kerja 12 tahun, jenjang karir PK II, berpendidikan DIII Keperawatan, bekerja di Unit Perawatan Intensif, bekerja 40 jam per minggu, kepuasan kerja sebesar 75,14%, pernah mengikuti pelatihan keselamatan pasien sebanyak 59,0%, memiliki beban kerja sebesar 69,41%, stres kerja sebesar 57,30%, kondisi kerja sebesar 76,00%, sikap keselamatan sebesar 80,46%, ada hubungan antara umur (p=0,001), pengalaman kerja (p=0,001), kepuasan kerja (p=0,001), jenis kelamin (p=0,025), jenjang karir perawat klinik (p=0,001), pelatihan keselamatan pasien (p=0,032), beban kerja (p=0,001), stres kerja (p=0,009), fungsi manajemen kepala ruangan (p=0,001), dan kondisi kerja (p=0,001) dengan sikap keselamatan perawat. Faktor yang paling mempengaruhi sikap keselamatan adalah beban kerja (Original Sample=-0,776), yang berarti setiap peningkatan beban kerja akan menurunkan 0,776 sikap keselamatan perawat.
Kesimpulan: Ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pengalaman kerja, jenjang karir, kepuasan kerja, pelatihan keselamatan pasien, beban kerja, stres kerja, fungsi manajemen kepala ruangan, kondisi kerja dengan sikap keselamatan, dan faktor yang paling memengaruhi sikap keselamatan adalah beban kerja. Rekomendasi yang diberikan adalah rumah sakit harus memperhatikan kepuasan kerja, beban kerja, stres kerja, kondisi kerja perawat, dan mengoptimalkan peran dan fungsi kepala ruang untuk meningkatkan sikap keselamatan yang dimiliki perawat.

ABSTRACT
Patient safety socialization has been carried out routinely by the hospital, but the knowledge of nurses about patient safety which in turn will affect the safety attitude of nurses is still not optimal.
Objective: To identify and analyze the factors that influence the safety attitudes of nurses.
Methods: This quantitative research with an analytic-corelational design and cross-sectional approach was conducted on 376 nurses who were taken using purposive sampling method. The research instrument consisted of job satisfaction, workload, work stress, head nurses management function, working conditions, and nurses safety attitude. The results of the validity and reliability test of the job satisfaction instrument were 0.356-0.575 (Cronbach's alpha's 0.724), workload was 0.338-0.613 (Cronbach's alpha's 0.736), job stress was 0.542-0.719 (Cronbach's alpha's 0.756), head nurse's management function was 0.401-0.822 (Cronbach's alpha 0.760), working conditions are 0.488-0.670 (Cronbach's alpha's 0.767) and nurse' safety attitude is 0.300-0.827 (Cronbach's alpha 0.771), so it was valid and reliable.
Results: The average nurse is 37 years old, female, work period 12 years, career path PK II, Diploma in nursing, works in the Intensive Care Unit, works 40 hours per week, job satisfaction is 75.14%, has attended safety training patients is 59,0%, have a workload of 69.41%, work stress is 57.30%, work conditions are 76.00%, safety attitudes are 80.46%, relationships among age (p=0,001), work experience (p=0,001), job satisfaction (p=0,001), gender (p=0,025), clinical nuses career path (p=0,001), patient safety training (p=0,032), workload (p=0,001), work stress (p=0,009), head nurse's management function (p=0,001), and working conditions (p=0,001) with nurses' safety attitude. The factor that most influenced nurses' safety attitude was workload (Original Sample=-0,776), results showed that an increase in workload, 0.776 times will reduce the nurses' safety attitude.
Conclusion: There was a relationship between age, gender, work experience, clinical nuses career path, job satisfaction, patient safety training, workload, work stress, head nurse's management function, and working conditions with nurses' safety attitude. The hospital need to pay attention for nurses' job satisfaction, work load, work stress, working conditions, and had to optimizing the head nurse's management function to improve nurses' safety attitudes."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sri Mulyana
"Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, dan seterusnya. Sejak dideklarasikannya pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit X pada tahun 2009 hingga tahun 2011, tercatat Insiden Keselamatan Pasien (IKP) sebanyak 171 kasus, dimana IKP paling banyak yaitu sekitar 60% terjadi di pelayanan rawat inap. Melalui penelitian ini, dianalisis penyebab terjadinya IKP di ruang perawatan Rumah Sakit X. Studi dilakukan terhadap 100 perawat pelaksana dengan menggunakan desain cross sectional untuk melihat bentuk hubungan antara variabel individu, kompleksitas pengobatan, kerjama, gangguan/ interupsi, komunikasi, Standar Prosedur Operasional, dan kenyamanan tempat kerja terhadap kejadian IKP.
Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik individu, yang terdiri dari usia, masa kerja, dan kompetensi; dan variabel kerja sama yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian IKP dengan nilai P value masing-masing sebesar 0.028, 0.010, 0.028, dan 0.012. Dengan kata lain variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian IKP adalah variabel karakteristik individu sehingga hasil studi ini bisa menjadi pertimbangan bagi Bagian SDM, Komite Keperawatan dan Bagian Keperawatan Rumah Sakit X dalam melakukan seleksi dan pengembangan SDM Keperawatan dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien.

Patient safety is a system to make patient care become safer. The systems include risk assessment, identifying and managing the risks associated with patient, and so on. Since the patient safety program has been declared in "X" Hospital in 2009 until 2011, there are 171 cases recorded as a number of the patient safety incident (PSI), most cases about 60% occur in inpatient unit. Through this study, determinants of PSI in inpatient unit X Hospital are analyzed. Study is applied to 100 nursing staffs by cross sectional study design in order to observe the correlation between variable of individual characteristic, medication complexity, teamwork, interruption, communication, standard of procedure operational, and work place comfortable to PSI.
Result shows that there is a significant correlation between variable of individual characteristic (include age, working time, and levels of competence) and teamwork to PSI, with the P value: 0.028, 0.010, 0.028, and 0.012. In other word, the most significant variable to PSI is individual characteristic variable so it could be a consideration to recruit and do improvement based on patient safety by Human Resources, Nursing Committee and Nursing Unit of X Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Sari Kusumawati
"Budaya keselamatan memiliki peran penting dalam mewujudkan pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien. Masih ditemui masalah terkait budaya keselamatan pasien dan sikap pelaporan insiden keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien dapat berhubungan dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan budaya keselamatan pasien dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien. Penelitian Cross Sectional menggunakan cluster sampling ini dilakukan dengan pengisian kuesioner yang melibatkan 400 perawat di tiga rumah sakit umum daerah di tiga kabupaten Derah Istimewa Yogyakarta.
Hasil didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara budaya keselamatan pasien dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien p=0,005 . Hasil regresi linear menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi sikap pelaporan secara berurutan yaitu jabatan, budaya keselamatan pasien, level kompetensi, masa kerja, dan usia perawat R2=0,892.
Kesimpulan adalah bahwa budaya keselamatan pasien memiliki peran penting terkait sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien, upaya untuk memperkuat budaya keselamatan pasien dapat memperbaiki sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien.
Rekomendasi yang diberikan yaitu perbaikan pengaturan staf di rumah sakit, penyelenggaraan pelatihan atau diskusi rutin sebagai tindak lanjut dari pelaporan insiden, menghilangkan budaya menyalahkan terkait pelaporan insiden, memberikan apresiasi kepada perawat yang bersedia melaporkan insiden, menumbuhkan budaya saling mendukung antar perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien.

Safety culture has important role in realizing a safe nursing service for patients. Problems related to patient safety culture and patient safety incident reporting are still encountered. The safety culture of the patient may relate to the nurse 39 s attitude in incident reporting. This study aims to determine the relationship of patient safety culture with the attitude of the nurses in reporting patient 39 s safety incidents. Cross sectional study using cluster sampling was conducted by filling a questionnaire involving 400 nurses at three regional public hospitals in three districts in the province of Yogyakarta special region.
The result shows that there is a significant correlation between patient safety culture and nurse attitude in reporting patient 39 s safety incident p 0,005 . Linier regression result shows consecutively that their position, patient safety culture, level of competence, year of service and age affect their attitude in reporting an accident R2 0,892.
The conclusion is that the patient safety culture has an important role in the nurse 39 s attitude in reporting the patient 39 s safety incident, efforts to strengthen the patient 39 s safety culture could improve the nurse 39 s attitude in reporting the patient 39 s safety incident.
Recommendations include improvements in hospital staffing, regular training or regular discussions as a follow up to incident reporting, eliminating a culture of incident reporting error, giving appreciation to nurses willing to report incidents, fostering a mutually supportive culture among nurses in reporting patient safety incidents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmi Galleryzki
"Keselamatan pasien merupakan prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, terutama pada masa pandemi Corona virus disease 19 (Covid-19) ini. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi pencapaian Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) oleh perawat di rumah sakit rujukan Covid-19 pada masa pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian analitik dan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 268 perawat yang bekerja di tiga rumah sakit di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan status pernikahan (p=0,03), budaya keselamatan (p<0,001), dan fungsi manajemen (p<0,001) dengan implementasi SKP. Sementara, faktor usia, masa kerja, jenis kelamin, pendidikan, jenjang karir, unit kerja, tipe rumah sakit, pelatihan keselamatan, stres kerja tidak berhubungan dengan implementasi pencapaian SKP (p>0,05). Hasil analisis menggunakan Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) juga mendapatkan budaya keselamatan aspek perbaikan organisasi merupakan variabel yang paling berhubungan secara signifikan dengan implementasi pencapaian SKP. Rekomendasi dari hasii penelitian ini yaitu meningkatkan budaya keselamatan dalam meningkatkan kualitas implementasi enam sasaran keselamatan pasien.

Patient safety is a top priority in healthcare services, especially during the Coronavirus disease 19 (Covid-19) pandemic. The purpose of the study was to analyze the factors related to the implementation of the Patient Safety Goals (SKP) by nurses at the Covid-19 referral hospital during the pandemic. The study used a quantitative approach with an analytical research design and a cross-sectional design. The sample is 268 nurses who work in three hospitals in East Java. The results showed that there was a significant relationship between marital status (p=0.03), safety culture (p<0.001), and management function (p<0.001) with the implementation of SKP. Meanwhile, age, working period, gender, education, career path, work unit, type of hospital, safety training, work stress were not related to the implementation of SKP achievement (p>0.05). The analysis results using the Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) also found that safety culture in the aspect of organizational improvement is the variable that is most significantly related to the implementation of SKP achievement. Recommendations from the results of this study are to improve safety culture in improving the quality of implementation of the six patient safety goals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naadiyah Zakiyyah
"Masalah sikap perawat yang negatif dalam melaporkan insiden berdampak pada rendahnya angka insiden yang dilaporkan (underreporting). Pelaporan insiden bermanfaat sebagai pembelajaran untuk mencegah terulangnya kejadian serupa sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien. Efikasi diri merupakan faktor yang mendorong perawat untuk bersikap positif terhadap pelaporan insiden. Efikasi merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengatasi suatu tugas tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan efikasi diri dan sikap perawat dalam melaporkan insiden keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian cross-sectional ini melibatkan 117 perawat yang dipilih secara probability sampling. Penelitian menggunakan kuesioner Reporting of Clinical Adverse Events (RoCAES) dan kuesioner General Self Efficacy (GSE). Hasil didapatkan adanya hubungan yang kuat antara efikasi diri perawat dan sikap perawat dalam melaporkan insiden keselamatan pasien (p= 0,001). Efikasi diri yang tinggi meningkatkan sikap perawat terhadap pelaporan insiden. Rekomendasi bagi pihak rumah sakit untuk menetapkan prosedur yang jelas terkait jenis insiden yang harus dilaporkan, menciptakan iklim tidak menyalahkan dan memalukan, dan meningkatkan potensi efikasi diri perawat dengan rutin mengadakan pelatihan dan berbagi ilmu serta pengalaman dalam melaporkan insiden.

Nurses' negative attitudes in reporting patient safety incidents has an impact on the low number of reported incidents (underreporting). Reporting incidents is beneficial and can be a lesson to prevent the recurrence of similar incidents so it’s improve patient safety. Self-efficacy is a factor that encourages nurses to have a positive attitude towards reporting incidents. Efficacy is an individual's belief in their ability to overcome a particular task. This research aims to identify the relationship between self-efficacy and nurses' attitudes in reporting patient safety incidents in hospitals. This cross-sectional study involved 117 nurses selected using probability sampling. The study used the Reporting of Clinical Adverse Events (RoCAES) questionnaire and the General Self Efficacy (GSE) questionnaire. The results shows that there is a strong relationship between nurse’s self-efficacy and nurses' attitudes in reporting patient safety incidents (p= 0.001). High self-efficacy improves nurses' attitudes towards reporting incidents. Recommendations for hospitals to establish clear procedures regarding the types of incidents that must be reported, create a climate of no blame and shame, and promote nurses' self-efficacy by regularly holding training and sharing knowledge and experience in reporting patient safety incidents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidarta Sagita
"Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien oleh dokter dan Komite Mutu Keselamatan Pasien Manajemen Risiko KMKPMR di RS Permata Depok tahun2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien di RS Permata Depok tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah kualitatif menggunakan case study dengan metode wawancara mendalam, telaah data sekunder dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja, pengetahuan tentang pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien, kerja rangkap, komunikasi,pengambilan keputusan dan penghargaan berhubungan dengan faktor pencatatan insiden keselamatan pasien oleh dokter, sedangkan pengalaman kerja, komunikasidan penghargaan berhubungan dengan faktor pelaporan insiden keselamatan pasienoleh KMKPMR.

The aim of this research is to identify the supporting and inhibiting factors relating to the recording and reporting the incidence of patients safety at Permata Depok Hospital in 2017. Type of research is qualitative using case studies with in depthinterview, secondary data review and document review.
The results of this studyare work experience, knowledge, work load, communication, decision making andreward related to the factors of recording the incidence of patients safety by the doctors, while work experience, communication and reward are related the factorsof reporting the incidence of patient rsquo s safety by The Hospital Committee of Patient Safety.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidarta Sagita
"Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien oleh dokter dan Komite Mutu Keselamatan Pasien Manajemen Risiko (KMKPMR) di RS Permata Depok tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien di RS Permata Depok tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah kualitatif menggunakan case study dengan metode wawancara mendalam, telaah data sekunder dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja, pengetahuan tentang pencatatan pelaporan insiden keselamatan pasien, kerja rangkap, komunikasi, pengambilan keputusan dan penghargaan berhubungan dengan faktor pencatatan insiden keselamatan pasien oleh dokter, sedangkan pengalaman kerja, komunikasi dan penghargaan berhubungan dengan faktor pelaporan insiden keselamatan pasien oleh KMKPMR.

The aim of this research is to identify the supporting and inhibiting factors relating to the recording and reporting the incidence of patient's safety at Permata Depok Hospital in 2017. Type of research is qualitative using case studies with in-depth interview, secondary data review and document review.
The results of this study are work experience, knowledge, work load, communication, decision making and reward related to the factors of recording the incidence of patient's safety by the doctors, while work experience, communication and reward are related the factors of reporting the incidence of patient's safety by The Hospital Committee of Patient Safety.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ali
"ABSTRAK
Kolaborasi merupakan hubungan rekanan sejati, semua pihak menghargai kekuasaan pihak lain, mengenal, menerima lingkup kegiatan, melindungi, tujuan diketahui bersama. Penelitian bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan kolaborasi perawat dengan dokter di Rumah Sakit Pusat Kepolisian RS. Sukanto Jakarta. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, jumlah sample 104. Sampel penelitian adalah random sampling perawat yang bekerja di ruang rawat inap, instrumennya kuesioner. Hasil penelitian terdapat hubungan kontrol kekuasaan dengan kolaborasi p value 0,001, tujuan bersama p value 0,006, proses p value 0,000. Hasil Multivariat : faktor paling berpengaruh terhadap kolaborasi perawat dengan dokter adalah proses. Saran : manajemen melibatkan perawat dalam proses, tujuan bersama, berbagi kontrol kekuasaan disetiap kebijakan organisasi.

Abstract
Collaboration respresents a real partnership, all respect the authority of each party, recognize, accept the scope of activities, preserve, and the goal is known together. The purpose of this research was to find out factors that influence nurse-doctor collaboration at Sukanto Police Central Hospital Jakarta. This research design was descriptive correlation with cross sectional approach, involving 104 samples. Research samples were the total population of nurses working at impatient unit. This study used questionnaire as the instrument. Result of this study showed a correlation between power control and collaboration (p value 0,001), conmon goal (p value 0,006), and process (p value 0,000). Conclusion the most influential factor to nurse-doctor collaboration is the process. Suggestion management engage nurses in process, common goal, sharing power control in every organizational policy."
2010
T29412
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Panji Asmoro
"Pendahuluan: Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang menjamin pasien aman dari insiden. Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan wajib menerapkan sasaran keselamatan pasien (SKP). Dibutuhkan instrumen yang bersifat proaktif mencegah insiden. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen faktor prediktor kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP di rumah sakit. Metode: Tahap 1 merupakan pengembangan item instrumen dengan 3 fase: wawancara, expert judgement, dan uji keterbacaan. Tahap 2 yakni uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan pendekatan cross sectional menggunakan dua analisis data, yakni Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan regresi linier berganda. Partisipan dalam fase wawancara menggunakan perawat pelaksana dan perawat manajer. Uji validitas dan reliabilitas instrumen melibatkan perawat pelaksana dengan jumlah sampel 100 responden. Variabel dependen yakni kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP di rumah sakit. Hasil: Sebanyak 16 faktor dan 63 item dihasilkan dari tahap 1 penelitian. Uji CFA menyebutkan bahwa seluruh faktor, termasuk variabel kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP dinyatakan valid dan reliabel dengan model yang dinyatakan dalam rentang good fit hingga perfect fit. Hasil analisis regresi linier pada uji t menyimpulkan bahwa hanya delapan faktor yang memiliki pengaruh terhadap kepatuhan, antara lain: sarana prasarana, kesadaran diri, niat, professional habit, komitmen, imbalan, kepemimpinan, serta tuntutan dan reputasi rumah sakit. Pada uji f menyimpulkan bahwa semua faktor tersebut menghasilkan 51,1% potensial memengaruhi kepatuhan perawat. Saran: Manajer keperawatan rumah sakit direkomendasikan untuk menggunakan instrumen ini untuk memperkuat sistem pencegahan insiden oleh perawat pelaksana.

Introduction: Patient safety is a system that ensures patients are safe from incidents. Nurses, as part of the health service system, are obliged to implement patient safety targets (SKP). We need instruments that are proactive in preventing incidents. This research aims to develop an instrument for predicting factors of nurse compliance when implementing SKP in hospitals. Method: Stage 1 is the development of instrument items with 3 phases: interview, expert judgment, and readability test. Stage 2 is testing the validity and reliability of the instrument with a cross-sectional approach using two data analyses, namely confirmatory factor analysis (CFA) and multiple linear regression. Participants in the interview phase were nurse practitioners and nurse managers. Testing the validity and reliability of the instrument involved implementing nurses with a sample size of 100 respondents. The dependent variable is nurses' compliance with implementing SKP in hospitals. Results: A total of 16 factors and 63 items were generated from phase 1 of the research. The CFA test states that all factors, including the nurse compliance variable in implementing SKP, are declared valid and reliable with the model stated in the range of good fit to perfect fit. The results of the linear regression analysis on the t test concluded that only eight factors had an influence on compliance, including: infrastructure, self-awareness, intention, professional habit, commitment, rewards, leadership, as well as hospital demands and reputation. The f test concluded that all these factors produced 51.1% of the potential to influence nurse compliance. Suggestion: Hospital nursing managers are recommended to use this instrument to strengthen the incident prevention system by implementing nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indiarta Solihin
"Salah satu risiko keselamatan dan kesehatan perawat di Rumah sakit adalah needle stick and sharp injuries (NSSI) yang dapat menimbulkan cedera, penyakit bahkan kematian akibat infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya. Kejadian dan pelaporan NSSI di RSKO pada perawat belum terdata dengan baik. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross sectional, meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan NSSI.
Pada penelitian kuantitatif, pengambilan data dilakukan pada 76 responden di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap Bidadari/HCU, Instalasi Rawat Jalan dan Rehabilitasi/Detok. Hasil penelitian menunjukan dalam 1 tahun terakhir, sebanyak 40 orang (52,6 persen) mengalami NSSI, penyebab tersering NSSI adalah pecahan vial/ampul 32,5 persen dan 32,5 persen mengalami NSSI saat mematahkan ampul/vial.
Tidak ada hubungan bermakna antara faktor predisposisi dan faktor pemungkin dengan NSSI. Ada hubungan bermakna antara faktor penguat yaitu faktor punishment dengan NSSI dengan nilai p 0.042. Pada penelitian kualitatif diketahui Pelatihan merupakan faktor predisposisi/individu yang paling penting terkait NSSI, Ketersediaan APD adalah faktor pemungkin/sarana paling penting yang harus disediakan RS untuk mencegah NSSI. Adanya SOP merupakan faktor penguat yang penting untuk pencegahan NSSI. Untuk mencegah NSSI perlu pelatihan berkala, ketersediaan APD dan sosialisasi SOP.

One of the risks to the nurses' safety and health in the hospital is the needle stick and sharp injuries (NSSI) that can cause injury, disease and even death from blood-borne infections or other body fluids. The incident and reporting of NSSI in RSKO on the nurse has not been properly recorded. This research is quantitative and qualitative research with cross sectional design, researching factors related to NSSI.
In quantitative research, data collection was done on 76 respondents in Emergency Installation, Installation Bidadari / HCU, Outpatient Installation and Rehabilitation / Detok. The results showed in the last 1 year, as many as 40 people (52.6 percent) experienced NSSI, the most common cause NSSI fraction vial / ampoule 32.5 percent and 32.5 percent experienced NSSI when break ampoules / vials.
There was no significant association between predisposing factors and enabling factors with NSSI. There is significant relation between amplifier factor that is punishment factor with NSSI with p value 0.042. In qualitative research, it is known that Training is the most important predisposing factor / individual related to NSSI. The availability of PPE is the most important factor to be provided by RS to prevent NSSI. The existence of SOP is an important reinforcing factor for NSSI prevention. To prevent NSSI need to regular training and availability of PPE and socialization of SOP.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>