Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Nur Fadiah
"Saat ini, banyak fashion brand yang menggunakan strategi fast fashion, di mana brand-brand tersebut merespons consumer demand melalui pergantian macam barang dagangan dengan cepat dan menjual produknya dengan harga yang terjangkau. Walau selama ini strategi fast fashion telah model ini telah membawa banyak keuntungan terhadap brand, meningkatnya minat konsumen pada keberlanjutan dapat mengganggu keamanan masa depan mereka.
Situasi ini telah mendorong perusahaan untuk mengakui pentingnya sustainability dan melibatkan aspek tersebut ke dalam strategi mereka. Namun, banyak fashion brand yang masih ragu untuk meninggalkan strategi fast fashion. Situasi ini disebabkan oleh kesulitan yang mereka alami dalam menjual produk sustainable. Hal ini dapat mengarah kepada pertanyaan penelitian: bagaimana sustainability mempengaruhi cara promosi dalam mempertahankan keunggulan kompetitif dalam industri fast fashion? Temuan dalam penelitian ini akan didasarkan pada Dynamic Capabilities dan Stakeholder-based Theory. Hasil dalam penelitian ini adalah co-creation dalam periklanan dan penggunaan konten interaktif di media sosial akan mengarahkan fashion brand kepada keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Today, many fashion brands utilize the fast fashion strategy, where they respond quickly to customers’ everchanging demands, frequently changing their merchandise assortments, and selling their products in affordable price. While this model has been beneficial, the increasing consumers’ interest in sustainability may disturb the security of their future. This situation has prompted companies to acknowledge its importance and incorporate it into their strategy. However, many fashion brands are still hesitating to leave their fast fashion way. The situation is caused by their struggle in selling sustainable product. This leads to the research question: how does sustainability influence promotion in sustaining competitive advantage within the fast fashion industry? The findings in this study will be based on Dynamic Capabilities and Stakeholder-based Theory. The result in this study is co-creation in advertising and the use of interactive content in social media would lead to sustained competitive advantage. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Venna Alya Ramadhanty
"Profil Perusahaan Minopelepon merupakan merek fashion lokal yang mengusung konsep sustainable yang berdiri sejak tahun 2020. Minopelepon menjual atasan, celana, dan outerwear dengan tiga jenis pola yang berbeda. Minopelepon menggunakan Acacia Wood Chip sebagai bahan dasar produk-produknya. Kegiatan pemasaran yang telah dilakukan Minopelepon sejauh ini adalah content marketing melalui media sosial Instagram. Analisis SWOT Strengths (Kekuatan) Menggunakan bahan yang ramah lingkungan (Acacia Wood Chip) dan berkualitas. Memiliki pola dan pemilihan warna yang unik dan bold dengan desain yang sederhana sehingga tetap cocok digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Memiliki nilai lebih dibandingkan kompetitor karena tidak hanya menggunakan bahan yang ramah lingkungan tetapi mengedepankan kesejahteraan pembuat produk, yaitu penjahit rumahan. Weaknesses (Kelemahan) Kegiatan pemasaran yang hanya terbatas pada satu media sosial saja, yaitu Instagram. Pilihan produk yang masih sedikit. Belum menetapkan positioning yang jelas. Belum menjadi top of mind dalam kategori sustainable fashion. Opportunities (Peluang) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk mulai peduli dengan lingkungan. Masyarakat Indonesia sudah mulai tertarik dengan sustainable fashion. Semakin berkembangnya media digital yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemasaran bagi merek fashion (baik dari segi promosi maupun penjualan produk). Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk mencari informasi dan membeli produk fashion secara online. Threats (Hambatan) Memiliki kompetitor yang sudah mengoptimalkan media digital untuk kegiatan pemasaran dan lebih dikenal oleh khalayak. Penempatan produk beberapa kompetitor sudah lebih luas. Rumusan Masalah Rendahnya brand awareness Minopelepon dan positioning yang belum jelas. Tujuan Menunjukkan nilai yang dibawa oleh Minopelepon kepada khalayak sasaran yang lebih luas. Meningkatkan brand awareness dari 26% menjadi 46% Khalayak Sasaran Demografis: Perempuan, usia 20-35 tahun, dan SES A-B Geografis: JABODETABEK, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali Psikografis: Memiliki minat dibidang fashion, lifestyle, tertarik untuk menjaga lingkungan, dan tertarik untuk menerapkan sustainable living. Positioning Minopelepon merupakan merek sustainable fashion yang unik dan berani, yang peduli dengan lingkungan dan orang dibalik pembuatan produknya. Strategi Big idea untuk perencanaan program pemasaran digital ini adalah “Be the Boldest Version of Yourself with Minopelepon”. Strategi program ini menggunakan kerangka kerja 5A yang terdiri dari lima tahapan nonlinear, yaitu aware, appeal, ask, act, dan advocate, melalui content marketing, social media advertising, influencer marketing, e-commerce, dan sales promotion. Periode Januari – Juni 2022 Anggaran Rp18.026.000 Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan: Kegiatan pemantauan dilakukan setiap hari selama program pemasaran digital berlangsung dengan metode observasi. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk memastikan program-program dilakukan sesuai dengan perencanaan yang disusun dan dilaksanakan sesuai linimasa. Output: Dapat mencapai jumlah pengikut pada masing-masing media promosi yang digunakan, engagement rate, impressions, reach pada iklan dan social media influencer, pengunjung profil, tag, dan penjualan sesuai angka yang telah ditetapkan. Alat pengukuran yang digunakan adalah dengan melihat Instagram Insights, TikTok Analytics, dan Shopee Dashboard. Outcome: Meningkatnya brand awareness Minopelepon, terbentuk pandangan khalayak yang positif terhadap Minopelepon dalam kategori sustainable fashion, dan khalayak sasaran tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan membeli produk Minopelepon.

Company Profile Minopelepon is a local fashion brand that carried a sustainable concept that was established in 2020. Minopelepon sells tops, pants, and outerwear with three different patterns. Minopelepon uses Acacia Wood Chip as the material for their products. Minopelepon has been doing content marketing through Instagram as their marketing activity. SWOT Analysis Strengths: Minopelepon uses eco-friendly (Acacia Wood Chip) and high-quality materials. The products have a unique and bold pattern and color, with a simple design. So, it is suitable for daily activities Minopelepon has more value than their competitors because they use eco-friendly materials and prioritize a better life for their product maker, which is the home tailor. Weaknesses: The marketing activity is limited to one social media, which is Instagram. The product selection is still limited. Minopelepon has not created a clear positioning yet Minopelepon is not yet the top of mind in the sustainable fashion category. Opportunities: People are more aware of the importance of taking care of the environment. Indonesian people are interested in sustainable fashion. The growth of digital media that can be used for marketing activities (for promotion or to sell the products). Indonesian people have a habit of seeking information and buying fashion products through online media. Weaknesses: Minopelepon has several competitors who have optimized digital media for marketing activities and are more well-known. The distribution of the products from several competitors is wider. Problem Statement Minopelepon has low brand awareness and unclear positioning. Objective • Show Minopelepon's value to broader target audiences. • Increase brand awareness from 26% to 46% Target Audience Demographic: Female, 20-35 years old, and SES A-B Geographic: JABODETABEK, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, and Bali Psychographic: Having an interest in fashion and lifestyle, interested in protecting the environment, and interested in implementing sustainable living. Positioning Minopelepon is a unique and bold sustainable fashion brand, which cares about the environment and the people behind the product. Strategy The big idea of the digital marketing program plan is "Be the Boldest Version of Yourself with Minopelepon." This program strategy uses the 5A framework, which consists of five nonlinear stages, namely aware, appeal, ask, act, and advocate, through content marketing, social media advertising, influencer marketing, e-commerce, and sales promotion. Period January - June 2022 Budgeting Rp18.026.000 Monitoring and Evaluation Monitoring: Monitoring is conducted regularly every day during the digital marketing program using the observation method. It is also to ensure that plans are going well according to the digital marketing plan and the timeline. Output: Able to reach the number of followers on each promotional media used, engagement rate, impressions, reach on advertisements and social media influencers, profile visitors, tags, and sales according to predetermined numbers. The measurement tools used are by looking at Instagram Insights, TikTok Analytics, and the Shopee Dashboard. Outcome: Increased brand awareness of Minopelepon, formed a positive view of Minopelepon in the sustainable fashion category, and the target audience is interested in knowing more and buying Minopelepon products."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Izzuddin
"Dalam beberapa tahun terakhir berbagai brand fashion mewah melakukan rebranding terhadap brand mereka demi memperluas target khalayak menuju konsumen yang lebih muda. Mereka melakukan perubahan yang sama terhadap logonya menjadi lebih sederhana dengan menggunakan tipografi sans-serif yang terlihat mirip satu sama lain. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang disebut sebagai blanding. Blanding disebut sebagai salah satu cara bagi brand-brand lama untuk melakukan digitalisasi dan menyesuaikan dengan pasar di era modern. Tulisan ini menganalisis bagaimana brand fashion mewah melakukan rebranding dan blanding serta bagaimana penyesuaian komunikasi pemasaran yang mereka lakukan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas melalui media online maupun offline setelahnya. Dalam pengaplikasiannya, tiga brand fashion mewah yang dibahas telah melakukan rebranding dan blanding serta komunikasi pemasaran melalui media sosial, cellebrity endorsement, kolaborasi dengan perusahaan lain, gamifikasi, serta penempatan editorial untuk menjangkau khalayak tersebut.

In recent years, various luxury fashion brands have rebranded their brands in order to broaden their target audience towards younger consumers. They made the same logo changes to be simpler by using sans-serif typefaces that look similar to each other. This has become a phenomenon known as blanding. Blanding become a way for old brands to digitalize and adapt to the market in the modern era. This paper analyzes how luxury fashion brands carry out rebranding and blanding alongside how the adjustments made to their marketing communications are carried out to reach a wider audience through online and offline media afterwards. In its application, the three luxury fashion brands discussed have carried out rebranding and blanding as well as marketing communications through social media, celebrity endorsements, collaboration with other companies, gamification, and editorial placement to reach these audiences."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dhianya Nuasnigi Zen
"Majalah mode adalah aspek penting yang membuat pengaruh mode di dunia amat besar. Dalam proses produksi majalah mode glossy, editor membuat konten berharga dari berita mode dan iklan mode. Setelah sepenuhnya terkonsepkan, proses pembuatan majalah mode dilanjutkan ke tahap percetakan dan penerbitan. Keunggulan kompetitif masing-masing judul majalah kemudian diraih melalui jumlah pembaca yang terakumulasikan di industri majalah mode setelah masing-masing majalah diterbitkan. Menurut resource-based view, penerbit dan editor bisa menjadi sumber daya manusia keunggulan kompetitif bagi majalah mode apabila memenuhi kriteria tertentu. Selanjutnya, dengan memanipulasi sumber daya lainnya dan menjadikannya value-creating strategies untuk menghasilkan keunggulan kompetitif, sumber daya manusia majalah mode juga menampilkan dynamic capability dalam proses pembuatan majalah mode. Industri majalah mode memiliki ciri khas ‘multiple audience’, yang berarti pembaca bukanlah satu-satunya konsumen dari majalah mode tersebut. Condé Nast, penerbit majalah mode Vogue, adalah yang pertama untuk menyadari dan memanfaatkan hal ini. Pada awal abad ke-20, ia menyebrangi laut Atlantik dari Amerika ke Eropa dan mendirikan British Vogue dan Vogue Paris sambil mendirikan hubungan dengan sebuah sosok konsumen baru. Keberhasilan Vogue memelopori penerapan model bisnis baru di industry majalah mode. Pesaing dekat Nast, William Randolph Hearst, pun meniru terapan model bisnis tersebut dengan majalah modenya sendiri Harper’s Bazaar. Dengan jumlah pembaca lebih dari 24 juta di seluruh dunia di tahun 2019, Vogue masih menjadi pemimpin industry sementara Harper’s Bazaar berada di urutan kedua. Tesis ini menemuan bagaimana partisipasi konsumen memengaruhi proses produksi majalah mode glossy dalam menciptakan keunggulan kompetitif. Dengan demikian, tesis ini akan berkembang dari pertayaan:
bagaimana partisipasi konsumen memengaruhi proses produksi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di industri majalah mode?
Hasil tesis ini menunjukkan bahwa partisipasi konsumen dalam proses produksi majalah mode memang menghasilkan konten yang berharga dan menyukseskan proses percetakan dan penerbitan, sehingga menghasilkan jumlah pembaca yang tinggi dan setia. Akhirnya, keunggulan kompetitif akan tercapai saat editor dan penerbit majalah menjalankan peran mereka sebagai sumber daya manusia utama majalah mode.

Fashion magazines are a salient tool of the influence that fashion embodies in the world. In the production process of glossy fashion magazines, editors create valuable content from fashion news and fashion advertisements. After fully concepted, the magazines go into printing and publication. Competitive advantage is then achieved with the number of readership in the industry, after the magazines are published. According to the resource-based view, publishers and editors can be the source of competitive advantage to fashion magazines if they fulfill certain criteria. Furthermore, by manipulating resources into value-creating strategies to produce competitive advantage, dynamic capability is also displayed by the key resources of the magazines. The fashion magazine industry is characterized by its ‘multiple audience’ property, meaning that the readers are not the only consumers of the magazines. Condé Nast, the publisher of Vogue magazine, was the first to realize and capitalize off the new consumer. In the early 20th century, he crossed the Atlantic from America to Europe and established British Vogue and Vogue Paris while befriending the new consumer. The success of Vogue pioneered the implementation of a new business model in the industry, as Nast’s close competitor William Randolph Hearst followed with his title Harper’s Bazaar. With a readership of over 24 million in 2019, Vogue still leads the industry while Harper’s Bazaar follows in second. This paper finds how consumer participation influences the production process of glossy fashion magazines in creating competitive advantage. In doing so, this paper will expand from the research question:
how does consumer participation influence the production process to gain competitive advantage in the fashion magazine industry?
The results show that involving consumers in the production process does result in valuable content and successful printing and publication, hence yielding a strong readership. Ultimately, competitive advantage will be achieved as editors and publishers execute their role as key resources for the magazines.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Eka Prasetya Efrianie
"Jember Fashion Carnaval (JFC) dengan perpaduan karnaval dan fashion pertama di Indonesia mengangkat nama Kabupaten Jember hingga kancah internasional sebagai Kota Karnaval. Sebelumnya Kabupaten Jember terkenal sebagai Kota Tembakau dan Santri. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan brand Kota Karnaval yang diusung Jember di tengah keberadaan dua brand lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan mengkaji pengaruh yang ditimbulkan oleh JFC. Pengaruh tersebut terdiri atas pengaruh yang tak berwujud, yaitu posisi place branding JFC dalam persepsi masyarakat Jember (brand equity) dan yang berwujud, yaitu kinerja Kabupaten Jember akibat pengaruh JFC. Persepsi masyarakat dibandingkan berdasarkan wilayah tempat tinggalnya di Wilayah Kota Administratif maupun Pembantu Bupati Jember dengan metode deskriptif komparatif. Di samping itu kinerja Kabupaten Jember mengkaji perubahan bentuk pemukiman akibat pengaruh JFC, baik hanya ketika event tersebut digelar maupun tidak (temporal dan permanen). Hal ini diteliti menggunakan metode analisis deskriptif guna mendapatkan wilayah kota karnaval temporal dan permanen. Hasil penelitian didapatkan persepsi yang beragam dari tiap tingkatan brand equity atas dasar kemudahan akses dalam menyaksikan karnaval dan dasar persepsi masyarakat atas hiburannya masing-masing. Selain itu wilayah kota karnaval keduanya mencakup Wilayah Kota Administratif maupun Pembantu Bupati Jember, dengan kota karnaval temporal yang mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan yang permanen.

First in Indonesia with composite between carnival and fashion, Jember Fashion Carnaval (JFC) made Jember Regency known as International Carnival City. Jember has been knows as City of Tobacco and Santri (strict adherent of Islam). The objective of the study is to witness that the brand as the Carnival City will bring Jember in between of the other brands. It’s done with perform effects of the JFC, includes the intangible effect (brand equity study in Jember sociality) and the tangible matters (dimension of city performance due to the JFC). Public perception was examined by comparative descriptive analysis method, which compares peoples’ perception is base on the area where he lives, the City Administrative Region and Sub-District Regent of Jember. Performance Carnival City that examines brand-influenced form of settlement Carnival City, studied both when the event was held or not (temporal and permanent) using descriptive analysis method to obtain the temporary and permanent area of Carnival City. The results of this study found that the perceptions of each level brand equity are different due to the ease in watching the carnival and public perception base of entertainment respectively. Besides, the Carnival City areas cover City Administrative Region and Sub-District Regent of Jember, where the temporary one has a wider area than the permanent one.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Syifa Hakeki
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi brand avoidance behaviour pada pembelian sustainable fashion product oleh Generasi Z di Jabodetabek. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pria dan wanita dengan rentang usia 18-26 tahun, berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan pernah bertransaksi atau melakukan pembelian fashion product. Terdapat sebanyak 236 responden terkumpul yang menggunakan metode purposive sampling. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Partial Least Square - Structural Equation Method (PLS-SEM). Penelitian ini menemukan bahwa sustainable fashion avoidance intention yang dipengaruhi oleh ketidakcocokan ideologis (ideological incompatibility), ekspektasi yang tidak terpenuhi (unmet expectation), dan materialisme (materialism), secara positif dan signifikan mempengaruhi sustainable fashion avoidance behaviour oleh Generasi Z di Jabodetabek.

This study aims to determine the factors that influence brand avoidance behavior in the purchase of sustainable fashion products by Generation Z in Jabodetabek. The samples used in this study were men and women with an age range of 18-26 years, domiciled in the areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi and had transacted or purchased fashion products. There were 236 respondents collected using a purposive sampling method. Then processed and analyzed using Partial Least Square - Structural Equation Method (PLS-SEM). This study found that sustainable fashion avoidance intention, which is influenced by ideological incompatibility, unmet expectations, and materialism, positively and significantly influences sustainable fashion avoidance behavior by Generation Z in Jabodetabek."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fathimah Waqaarah
"Beberapa tahun terakhir ini industri fashion mengalami perkembangan pesat yang menyebabkan persaingan antara merek semakin ketat. Untuk menyiasati ketatnya persaingan dalam industri fashion, merek perlu menerapkan strategi tertentu. Co-branding merupakan strategi permasaran berbasis kolaboratif yang banyak digunakan oleh merek. UNIQLO merupakan salah satu merek yang berhasil dalam menerapkan strategi co-branding dengan menyasar komunitas manga dan anime. Dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif, jurnal ini menganalisis strtaegi co-branding yang telah diterapkan oleh UNIQLO dengan karakter manga dan anime terhadap spill offers effect, penurunan risiko saat peluncuran produk baru, dan peningkatan pendapatan merek.

In recent years, the fashion industry has been rapidly growing, which has led to tighter competition between brands. To address the tight competition in the fashion industry, brands need to use particular strategies. Co-branding is a collaborative-based marketing strategy that many brands use. UNIQLO is one brand that has successfully implemented a co-branding strategy by targeting the manga and anime community. Using a qualitative content analysis method, this journal analyzes the co-branding strategy that UNIQLO has implemented with manga and anime characters toward the spill offers effect, decreased risk during the launch of new products, and increased brand revenue."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Intan Larasati
"Industri luxury fashion rental (LFR) yang tengah berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan kesempatan bagi para penggunanya untuk mengakses produk-produk mewah tanpa harus membelinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi yang mendorong intensi pengguna untuk terus melakukan partisipasi pada LFR dengan menggunakan self-determination theory. Studi ini juga berusaha mengungkap perceived usefulness dan enjoyment memediasi participation continuance intention konsumen LFR. Structural equation modelling partial-least square (SEM-PLS) digunakan untuk menganalisis 313 data yang terkumpul melalui online survey dalam penelitian ini. Temuan penelitian menunjukkan perceived usefulness, uniqueness, enjoyment dan sense of belonging secara positif mempengaruhi participation continuance intention. Temuan lainnya yaitu perceived usefulness secara positif memediasi dari economic benefit dan convenience terhadap participation continuance intention serta enjoyment secara positif memediasi dari sustainability dan trust terhadap participation continuance intention. Penelitian ini memberikan implikasi teoritis dan praktis serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Luxury fashion rental (LFR), a growing trend in today’s society, has provided consumers an opportunity to focus on using the products without the burden of ownership. This study aims to identify the motivations that motivate consumer to continue participating in LFR by using self-determination theory. This study also seeks to unravel the mediating role of perceived usefulness and enjoyment of participating in mediating LFR consumer continuance intentions. The data was collected from 313 respondents in Indonesia using an online survey and analyzed using partial-least square structural equation model (SEM-PLS). The research findings show that perceived usefulness, enjoyment, uniqueness and sense of belonging positively affect participation continuance intention. Another finding is that perceived usefulness positively influence the mediation of economic benefit and convenience on participation continuance intention. Enjoyment positively influence the mediation of sustainability and trust on participation continuance intention To conclude, theoretical and practical implications are discussed, as well as recommendations for future research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pratamawardani S.
"Dengan semakin banyaknya bahan pakaian yang tampaknya tidak dapat didaur ulang, fashion berkelanjutan adalah solusinya. Daur ulang itu penting karena berkaitan dengan keselamatan lingkungan. Hal ini juga penting untuk diketahui oleh masyarakat, dan untuk itu diperlukan sebuah platform untuk menyampaikan pentingnya fashion yang berkelanjutan, seperti Instagram. Platform dianggap sebagai alat komunikasi dan pemasaran yang efektif untuk menyebarkan pesan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis akun Instagram @Sejauh_Mata_Memandang sebagai clothing line brand lokal yang menerapkan social marketing dan bagaimana berhasil memperkenalkan gaya hidup fashion yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini, strategi 'Honeycomb of Social Media dipilih untuk menilai konten, dan menggunakan pendekatan kualitatif dalam metode analisis konten, penelitian ini mengumpulkan data yang akan diambil dari fitur Instagram akun posting, 'Instastory' dan 'Feeds'. Kemudian ditemukan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa akun Instagram @Sejauh_Mata_Memanda memanfaatkan pemasaran sosial untuk meningkatkan kesadaran akan kampanye dan merek mereka. Alhasil, kami meminta mereka untuk mempengaruhi mereka agar membeli ide gaya hidup berkelanjutan mereka dan juga membeli lini pakaian dan tekstil mereka untuk berpartisipasi dalam gaya hidup berkelanjutan, memaksimalkan pemanfaatan fitur yang telah disediakan Instagram. 

With the increasing number of clothing materials that appear unable to be recycled, sustainable fashion is the solution. Recycling is important as it engages with the safety of the environment. It is also important for people to be aware of, and by doing so, a platform is needed to convey the importance of sustainable fashion, such as Instagram. A platform is considered an effective communication and marketing tool to spread a message. Thus, this study aims to examine and analyze the @Sejauh_Mata_Memandang Instagram account as a local brand clothing line that applies social marketing and how it successfully introduces a sustainable fashion lifestyle. In this study, the ‘Honeycomb of Social Media strategy is chosen to assess the content, and using the qualitative approach in content analysis methods, this study collects the data which will be retrieved from the account’s Instagram feature of posts, ‘Instastory’ and ‘Feeds’. It then found that this study shows that the Instagram account @Sejauh Mata Memandang utilized social marketing to raise awareness of their campaign and brand. As a result, we have them order to influence them to buy their sustainable fashion lifestyle idea and buy their clothing line and textiles to participate in a sustainable fashion lifestyle, maximizing the utilization of the feature Instagram has provided. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Larastika Rahmadanty Budiani
"Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam pengambilan data membuat perusahaan harus mampu mengambil informasi dari sekumpulan data pelanggannya. Hal ini berjalan paralel dengan peningkatan persaingan dalam industri mode muslim di Tanah Air. Pelaku usaha dalam industri mode muslim harus memiliki strategi dan cara yang tepat untuk dapat terus memimpin pasar. Perpaduan antara ilmu pemasaran dengan data mining penting dilakukan agar dapat menerjemahkan data pelanggan menjadi informasi berguna bagi perusahaan. Penelitian dilakukan pada salah satu perusahaan yang bergerak di bidang mode muslim. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan segmen pasar potensial dan menjadikannya target perusahaan dalam melakukan aktivitas pemasaran. Segmen yang terbentuk berasal dari variabel Length, Recency, Freuency, dan Monetary (LRFM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasterisasi dengan algoritme k-means untuk mendapatkan segmentasi pelanggan dan indeks validasi Davies Boulldin untuk menentukan jumlah k terbaik. Setelah terbentuk klaster, analisis masing-masing klaster akan dilakukan untuk menemukan target klaster pelanggan yang potensial. Hasil dari penelitian terbentuk lima klaster dan terpilih dua klaster pelanggan yang akan dijadikan target utama aktivitas pemasaran perusahaan

The increasing use of technology in the big data world is enabling companies to use consumers' information, which leads to increased competition in the modest fashion industry in Indonesia. Modest fashion business brands need the correct strategy in order to gain the market. The combination of marketing and data mining is translating consumers' data into marketing strategies. This research is being done at a modest fashion company in Indonesia to explore the market segment and target the segment to determine the marketing strategy then. The segmentation is based on Length, Recency, Frequency, and Monetary (LFRM) variable. It is using the k-means algorithm to segment consumers and Davies Bouldin validation index to determine the best k value. Once the cluster is formed, the analysis will be done to find potential customer segments to be the foundation of the marketing strategy. The potential segment is not limited to one segment. The main target of company’s marketing activities are the chosen potential segment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>