Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138144 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Aulia Primandhita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah intellectual humility dapat memprediksi efektivitas guru sekolah menengah di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 263 guru sekolah menengah (M-usia = 41.75 tahun, M-pengalaman mengajar = 14.97 tahun). Penelitian ini menggunakan Intellectual Humility Scale (Porter & Schumann, 2018) untuk mengukur intellectual humility dan Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell & Christofidou, 2002) untuk mengukur efektivitas guru. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan mengontrol variabel pengalaman mengajar. Hasil analisis menunjukkan bahwa intellectual humility secara signifikan dapat memprediksi efektivitas guru. Intellectual humility ditemukan memiliki effect size medium terhadap efektivitas guru. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa intellectual humility merupakan karakteristik yang penting untuk dimiliki oleh guru. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan program untuk mengembangkan karakteristik intellectual humility pada guru. Selain itu, hasil penelitian juga mengimplikasikan bahwa terdapat faktor- faktor lain yang berperan dalam efektivitas guru. Hal tersebut sebaiknya dipertimbangkan oleh penelitian selanjutnya mengenai efektivitas guru.

The purpose of this study was to investigate the role of intellectual humility in predicting teacher effectiveness among secondary school teachers in Indonesia. A total of 263 secondary school teachers (M-age = 41.75 years, M-teaching experience = 14.97 years) participated in this study. The Intellectual Humility Scale (Porter & Schumann, 2018) and the Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell, & Christofidou, 2002) were used to measure intellectual humility and teacher effectiveness, respectively. A multiple linear regression analysis was conducted to test the study’s hypothesis while controlling for teaching experience. The result of the analysis shows that intellectual humility significantly predicts and has a medium effect on teacher effectiveness. The result of this study implies that intellectual humility is an important characteristic to be possessed by teachers and schools should consider providing programs that are aimed to cultivate intellectual humility in teachers. Additionally, it is implied that other factors also play a role in teacher effectiveness and should be taken into consideration by future research on this topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Eka Pratiwi
"ABSTRAK
Sistem pendidikan dan sekolah memiliki kontribusi besar untuk mendorong toleransi beragama siswa. Salah satu cara termudah untuk mendorong toleransi beragama adalah dengan memberikan pengetahuan yang cukup mengenai kepercayaan dan keragaman. Di Indonesia, nilai keragaman dan toleransi diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Idealnya, semakin baik nilai PKn seorang siswa, semakin baik pula probabilitas siswa menunjukkan toleransi beragama. Namun, ketika menyangkut sikap, pengaruh lingkungan dan nilai-nilai yang dianut subjek juga patut dipertimbangkan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bukti-bukti tentang bagaimana sikap yang ditanamkan di rumah dan sekolah berkontribusi pada sikap siswa. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya intellectual humility sebagai virtue untuk mendorong sikap positif seperti toleransi beragama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar peran nilai PKn, toleransi beragama orang tua, toleransi beragama guru, dan intellectual humility dalam memprediksi toleransi beragama siswa. Penelitian ini dilakukan pada 182 partisipan siswa SMA, 182 orang tua siswa, dan 62 guru. Penelitian ini menggunakan alat ukur Toleransi Beragama untuk mengukur variabel sikap toleransi beragama siswa, orang tua, dan guru, serta menggunakan alat ukur Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) untuk mengukur variabel IH. Pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan metode convenience sampling. Data dianalisis menggunakan multiple regression analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel secara bersama-sama dapat memprediksi toleransi beragama siswa SMA (F(4, 177) = 15,05, p < 0,000), R2 = 0,254. Namun, ketika dilakukan regresi parsial, hanya toleransi agama orang tua dan intellectual humility yang signifikan memprediksi toleransi beragama sampel. Ini menyiratkan bahwa sikap orang tua lebih berperan daripada kontribusi sekolah. Namun, fakta bahwa intellectual humility berkontribusi secara signifikan dapat dianggap sebagai peluang bagi sekolah atau institusi pendidikan lainnya untuk menerapkan virtue ini ke dalam sistem. Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi sekolah atau lembaga pendidikan untuk mendorong siswa agar memiliki virtue dan sikap positif, terutama intellectual humility dan toleransi beragama. Keterbatasan yang ditemukan dari penelitian ini adalah adanya penolakan yang terjadi terkait pengukuran toleransi beragama yang disebabkan oleh karakteristik budaya partisipan.

ABSTRACT
The education and school system have a major contribution to encourage religious tolerance of students. One of the easiest ways to encourage religious tolerance is to provide sufficient information regarding beliefs and diversity. In Indonesia, the value of diversity and tolerance is well introduced in civic education. Ideally, the better the subject's performance score, the better the probability of students showing religious tolerance. However, in terms of attitudes, the influence of the community and the virtues of the subjects are also worth considering. Previous research has shown numerous evidence of how shared attitudes at home and school contributes to student attitudes. Recent research also shows the significance of intellectual humility as a virtue to promote positive attitudes such as religious tolerance. This study aims to see how much civic education performance, parents' religious tolerance, teachers' religious tolerance, and intellectual humility can predict students' religious tolerance. This research was conducted on 182 participants of high school students, 182 parents, and 62 teachers. This study uses the Religious Tolerance measurement to measure the variable of religious tolerance of students, parents, and teachers, wereas using the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) to measure the IH variable. Sampling method used by this study was convenience sampling. Data were analyzed using multiple regression analysis. The results of this study indicate that all variables together can predict the religious tolerance of high school students (F (4, 177) = 15.05, p <0.000), R2 = 0.254. Interestingly, the partial regression analysis shows that only parents' religious tolerance and intellectual humility can significantly predict the sample's religious tolerance. This implies that parents' attitudes matter more than school contributions. However, the fact that intellectual humility contributes significantly can be seen as the opportunity for schools to implement the virtue into their systems. This study provides some implications for schools or educational institutions about virtue and positive attitude encouragement, especially regarding intellectual humility and religious tolerance. A few limitations found in this study is including the refusal that occurs related to the measurement of religious tolerance caused by the cultural characteristics of the participants."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisya Nilam Sari
"Subjective Well-Being (SWB) remaja relatif menurun selama pandemi dan salah satu faktor yang dapat menjadi buffer adalah strength dan virtue dalam diri seseorang. Salah satu virtue tersebut adalah Intellectual Humility (IH) yang relatif memiliki hubungan positif dengan SWB secara umum. Penelitian ini meneliti hubungan IH dengan SWB sekolah (SWBS) yang merupakan salah satu domain khusus dari SWB pada remaja. Partisipan penelitian berjumlah 166 remaja awal umur 12-15 tahun yang merupakan siswa/i SMP Negeri. Alat ukur yang digunakan adalah CIHS (Krumrei-Mancuso & Rouse, 2016) dan BASWBSS (Tian et al., 2014) untuk mengukur kedua variabel. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel IH dengan SWBS, tetapi ada hubungan antara beberapa dimensi dalam IH (Openness to Revise One's Viewpoint dan Lack of Intellectual Overconfidenc) dengan SWBS beserta komponen kognitif di dalamnya. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perbaikan dalam metodologi dan prosedur pegambilan data, serta saran praktis bagaimana menanamkan IH pada siswa/i di sekolah sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka yang telah melalui pembelajaran akademik di era pandemi.

Subjective Well-Being (SWB) of adolescence has relatively decreased during the pandemic and one of the factors that can be a buffer towards it is the strength and virtues possessed by individuals. One of these virtues is Intellectual Humility (IH) which relatively has a positive relationship with SWB in general. This study examines the relationship between IH and SWB in school (SWBS) which is a special domain for adolescents’ well-being. The participants of this study were 166 teenagers aged 12-15 years old who were students of a Public Junior High School. The CIHS (Krumrei-Mancuso & Rouse, 2016) and BASWBSS (Tian et al., 2014) were used as measuring tools in this study. The result of this study showed that there was no significant relationship between IH and SWBS, but there was a relationship between several dimensions in IH (Openness to Revise One's Viewpoint and Lack of Intellectual Overconfidence) with SWBS and its cognitive component. Suggestions for future research are improvements in methodology and data collection procedures, as well as practical suggestions on how to instill IH in students at school as an effort to improve the welfare of students who had gone through academic learning in the pandemic era."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Arifianti
"Intellectual Humility (IH) merupakan suatu sifat kebajikan yang baru-baru ini dikembangkan dalam bidang ilmu psikologi dan dipercaya dapat membantu para siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) mengelola dirinya saat bertemu dengan
perbedaan berpendapat. Dewasa ini, alat ukur The Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) telah teruji secara komprehensif mampu mengukur konsep IH
yang terdiri atas empat aspek yang berbeda, yaitu; Independence of Intellect and Ego (IIO), Openness to Revising One’s Viewpoint (OROV), Respect for Others’
Viewpoints (ROV), Lack of Intellectual Overconfidence (LIO). Tujuan dari penelitian
ini adalah mengadaptasi alat ukur CIHS ke dalam versi bahasa Indonesia pada siswa
SLTA di Indonesia. Metode penelitian kuantitatif dilakukan dalam beberapa tahap
berdasarkan pedoman adaptasi alat ukur dari International Test Commission (ITC).
Penelitian ini melibatkan 411 partisipan berusia 14-19 tahun (M = 16.10) dipilih
melalui convenience sampling. Prosedur pengujian reliabilitas dan validitas melalui
internal consistency dan confirmatory factor analysis (CFA) telah dilakukan. Hasil
perhitungan reliabilitas menunjukkan alat ukur CIHS versi Bahasa Indonesia tidak
memiliki item-item dengan nilai konsistensi internal yang tinggi, baik secara
keseluruhan maupun pada dua aspek yang termasuk di dalamnya. Sementara itu, hasil
uji validitas dengan menggunakan CFA menunjukkan model good fit, dengan
memenuhi 2 dari 3 kriteria yang berlaku. Pengembangan alat ukur ini masih
diperlukan terutama dalam meningkatkan nilai reliabilitasnya. Meskipun demikian,
alat ukur CIHS versi Bahasa Indonesia valid dalam mengukur konstruk Intellectual
Humility. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian adaptasi alat
ukur, pengembangan konstruk Intellectual Humility di kemudian hari, serta
pengembangan lebih jauh dari penelitian ini dapat membantu guru dan para psikolog
sekolah dalam proses asemen pengukuran Intellectual Humility untuk pengembangan karakter siswa SLTA di Indonesia.

Intellectual Humility (IH) is a virtue that was recently developed in the field of
psychology and is trusted to be able to help high school students manage themselves
when facing disagreements. Currently, The Comprehensive Intellectual Humility
Scale (CIHS) has been tested comprehensively to be able to measure the IH which
consists of four different aspects, namely; Independence of Intellect and Ego (IIO),
Openness to Revise Someone's Point of View (OROV), Respect for Other
Perspectives (ROV), Lack of Too Intellectual Trust (LIO). The purpose of this study
was to adapt the CIHS into an Indonesian version for secondary school students in
Indonesia. The quantitative research method was carried out in several stages based
on the guidelines for adapting measuring instruments from the International Test
Commission (ITC). This study involved 411 participants aged 14-19 years (M = 16.10)
who were selected by convenience sampling. The procedure for testing the reliability
and validity through internal consistency and confirmatory factor analysis (CFA) was
carried out. The results of reliability calculations show that the Indonesian version of
the CIHS does not have items with high internal consistency, both as an overall score
and on the two aspects included in it. Other than that, the results of the validity test
using the CFA showed a good fit, by meeting 2 of the 3 criterions. The development
of this measurement is still needed, especially in increasing its reliability score.
However, the Indonesian version of the CIHS is valid in measuring the construct of
intellectual humility. The results of this study can be used as a reference for measuring instrument adaptation research, the development of the intellectual humility construct in the future, and further development of this study can assist
teachers and school psychologists in the process of measuring Intellectual Humility for building characters of secondary school students in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gigih Prayitno
"Pendidikan merupakan salah satu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia. Pendidikan yang dimaksud dalam ketentuan tersebut adalah pendidikan yang berusaha untuk membentuk manusia seutuhnya yang berkemampuan serta berwatak unggul. Namun pada kenyataan saat ini, kondisi siswa sebagai subjek pendidikan masih belum dapat dikatakan sesuai dengan amanat konstitusi tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui berbagai fenomena yang menunjukkan perilaku menyimpang oleh siswa seperti ujaran kebencian, cyberbullyingserta intoleransi. Di sisi lain, psikologi sebagai salah satu ilmu yang melakukan studi empiris terhadap pendidikan, memiliki sebuah konsep yaitu intellectual humility yang menurut berbagai studi terbukti dapat mencegah berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha melihat bagaimana gambaran intellectual humility khususnya pada siswa SMA di Jakarta. Hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan (N=116) menunjukkan bahwa tingkat intellectual humility pada siswa SMA di Jakarta cenderung tinggi serta dominan tinggi pada dimensi Respect of Other’s Viewpoints (ROV) dan Lack of Intellectual Overconfidence (LIO). Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa tidak terdapat  perbedaan yang signifikan antara tingkat intellectual humility pada siswa laki-laki dan perempuan, serta terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat intellectual humility pada siswa yang berasal dari sekolah negeri dengan siswa yang berasal dari sekolah swasta.

Education is one of the fundamental things in human life. The education referred to in these provisions is education that seeks to develop a person with desired abilities and characteristics. However, in these days, the condition of students as subjects of the education itself cannot be said to be ideal with the constitutional mandate. This can be seen through various phenomena that show deviant behavior by students such as hate speech, cyberbullying and religious intolerance. On the other hand, psychology as a science that conducts empirical studies on education has a concept, namely intellectual humility, which according to various studies has been proven to be able to prevent various deviant behaviors carried out by these students. Therefore, this study seeks to see how intellectual humility is described, especially among high school students in Jakarta. The results of research conducted on participants (N=116) showed that the level of intellectual humility among high school students in Jakarta tends to be high and dominantly high on the Respect of Other's Viewpoints (ROV) and Lack of Intellectual Overconfidence (LIO) dimension. In addition, the study also found that there was no significant difference between the level of intellectual humility in male and female students, and there was a significant difference between the level of intellectual humility between the students of public schools and the students of private schools."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliva Zennedya Kurnia
"Kegiatan membaca, terutama genre fiksi, ditemukan dapat meningkatkan empati tanpa interaksi langsung. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk menguji kembali hubungan membaca dengan empati dan menguji efek mediasi intellectual humility dalam hubungan tersebut sebagai karakteristik individu yang mengindikasikan kesediaan untuk menerima pandangan yang berbeda. Penelitian ini juga menguji peran faktor gender, IPK, dan preferensi genre bagi empati. Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Indonesia (N=163, M usia=20,4, SD=1,42) mengisi kuesioner tentang membaca, empati, dan intellectual humility secara daring. Analisis mediasi menunjukkan bahwa total effect membaca terhadap empati tidak signifikan (β=0,011, t=0,079, p=0,937), namun indirect effect-nya signifikan dengan mediasi intellectual humility (β=0,113, t=2,337, p=0,019). Sub-skala respect for others’ viewpoints dari intellectual humility juga memediasi hubungan antara apresiasi membaca dan dua sub-skala empati, yaitu perspective taking (β=0,025, t=2,880, p=0,004) dan empathic concern (β=0,031, t=2,620, p=0,009). Analisis independent sample t-test dan regresi linier sederhana menemukan bahwa gender (t(161)=2,26, p=0,025, d=0,355) dan IPK (β=3,44, R²=0,05, F(1, 161)=8,46, p=0,004) memprediksi empati secara signifikan, namun analisis one-way ANOVA menunjukkan bahwa preferensi genre tidak berhubungan secara signifikan dengan empati (F(2, 105)=0,313, p=0,732). Implikasi dari penelitian ini menyangsikan signifikansi genre dan mengangkat potensi intellectual humility sebagai faktor pendukung perkembangan empati melalui kegiatan membaca.

Reading, especially fiction, has been associated with increased empathy without the need for direct interpersonal interaction. This study aimed to re-examine the relationship between reading and empathy and investigate the mediating effect of intellectual humility as a characteristic that indicates a willingness to accept others’ perspectives. It also sought to test the roles of gender, GPA, and genre preference in empathy. Undergraduate students from various Indonesian educational institutions (N=163, M age=20.4, SD=1.42) filled out online questionnaires on reading, empathy, and intellectual humility. Mediation analysis results showed an insignificant total effect of reading on empathy (β=.011, t=.079, p=.937), but its indirect effect mediated by intellectual humility was significant (β=.113, t=2.337, p=.019). Respect for others’ viewpoints, a sub-scale of intellectual humility, also mediates the relationship between reading appreciation and two sub-scales of empathy: perspective taking (β=.025, t=2.880, p=.004) and empathic concern (β=.031, t=2.620, p=0.009). Independent sample t-test and simple linear regression analyses showed that gender (t(161)=2.26, p=.025, d=.355) and GPA (β=3.44, R²=.05, F(1, 161)=8.46, p=.004) significantly predict empathy, but a one-way ANOVA analysis showed an insignificant relationship between genre preference and empathy (F(2, 105)=.313, p=.732). These results question the significance of genre and highlight intellectual humility’s potential in developing empathy through reading."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maharany
"Perubahan metode pembelajaran secara intens di sekolah selama masa Pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersediri bagi guru untuk mengajar murid secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dimensi persepsi dukungan sosial dapat memprediksi efektivitas guru, serta ingin mengetahui dimensi persepsi dukungan sosial manakah yang memiliki kontribusi paling besar dalam memprediksi efektivitas guru. Partisipan penelitian ini adalah 257 guru SMP/MTS berusia 22-60 tahun, pernah mengajar secara PTM setelah pandemi COVID-19, dan mengajar pada jenjang SMP/MTS di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Banten. Penelitian ini menggunakan Revised-Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Oktarina et al., 2021) dan Teacher Effectiveness Scale (Primandhita, 2020). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa keempat dimensi persepsi dukungan sosial secara signifikan dan positif berperan dalam memprediksi efektivitas guru (p<0.05). Rekan kerja, kepala sekolah, dan keluarga menjadi sumber persepsi dukungan sosial yang memiliki kontribusi terbesar dalam memprediksi efektivitas guru. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa guru perlu memiliki persepsi dukungan sosial dari orang sekitar untuk meningkatkan efektivitas guru. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pihak sekolah serta pihak terkait lainnya untuk menyelenggarakan sebuah program pelatihan dan kolaborasi untuk menciptakan lingkungan pekerjaan yang aman sehingga efektivitas guru pun dapat meningkat.

Intense changes in learning methods in schools during the COVID-19 pandemic became a challenge for teachers to teach students effectively. This study aims to determine whether the dimensions of perceived social support can predict teacher effectiveness and to find out which perceived social support dimension has the greatest contribution in predicting teacher effectiveness. The participants in this study were 257 SMP/MTs teachers aged 22-60 years, who had taught face-to-face learning after the COVID-19 pandemic, and taught at the SMP/MTs level in the Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Banten areas. This study uses the Revised-Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Oktarina et al., 2021) and the Teacher Effectiveness Scale (Primandhita, 2020). The results of the regression analysis showed that the four perceived social support dimensions significantly and positively played a role in predicting teacher effectiveness (p<0.05). Colleagues, school principals, and families are the perceived social support sources that have the greatest contribution to predicting teacher effectiveness. The research results imply that teachers need perceived social support from those around them to increase teacher effectiveness. This can be a consideration for schools and other related parties to organize a training and collaboration program to create a safe work environment so that teacher effectiveness can increase."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pruedence Zuleyka
"Pendidikan tinggi memiliki sistem, tututan akademik, serta cara belajar dan berpikir yang berbeda dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Hal ini membuat mahasiswa harus mengembangkan sifat yang sesuai untuk dapat membantu mereka dalam menjalani pendidikan serta memperoleh performa akademik yang baik di perguruan tinggi. Salah satu virtue yang dikatakan dapat membantu mahasiswa untuk berperforma dengan baik adalah intellectual humility. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana arah hubungan antara intellectual humility dan performa akademik pada mahasiswa sarjana di Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 80 mahasiswa dari Universitas Indonesia, dengan menggunakan alat ukur Comprehensive Intellectual Humility Scale untuk mengukur intellectual humility dan IPK untuk mengukur performa akademik. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara intellectual humility dan performa akademik mahasiswa (r (80) = 0,189, p<0.05, one tailed) dengan effect size sebesar 0,030, yang mengindikasikan bahwa korelasi antara intellectual humility dan performa akademik tergolong lemah.

Higher education has different systems, academic demands, and ways of learning and thinking from previous levels of education. College students have to develop appropriate viertues to be able to help them to obtain good academic performance. One of the virtues that is said to be able to help students to perform well is intellectual humility. This study aims to see the direction of relationship between intellectual humility and academic performance in undergraduate students of Universitas Indonesia. This research was conducted on 80 students from Universitas Indonesia, using the Comprehensive Intellectual Humility Scale to measure intellectual humility and GPA to measure academic performance. The results of the Pearson correlation analysis showed that there was a significant positive relationship between intellectual humility and student academic performance (r (80) = 0.189, p<0.05, one tailed) with an effect size of 0.030, which indicates that the correlation between intellectual humility and academic performance is relatively weak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardine Az-Zhahrani Athaya Putri
"Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat.

Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Syahid Izharuddin
"ABSTRAK
Selama bertahun-tahun, toleransi beragama di antara kelompok agama telah menjadi masalah sosiopolitik kritis di Indonesia dan di seluruh dunia. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang menyelidiki mekanisme psikologis yang mungkin mendasari munculnya toleransi pada orang beragama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah peran kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif dalam memprediksi hubungan antara religiusitas dan toleransi beragama tergantung pada tingkat agresivitas. Kami menggunakan analisis mediasi atas data religiusitas, kerendahan hati intelektual, fleksibilitas kognitif, dan agresivitas dari 226 mahasiswa Muslim Indonesia untuk menguji prediksi kami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif secara signifikan memediasi pengaruh religiusitas dalam meningkatkan toleransi beragama. Seperti yang diperkirakan, kerendahan hati intelektual adalah mediator yang lebih kuat pada orang-orang beragama yang memiliki tingkat agresivitas yang tinggi, sedangkan fleksibilitas kognitif adalah mediator yang lebih kuat pada orang-orang beragama dengan tingkat agresivitas yang rendah. Oleh karena itu, tingkat agresivitas orang beragama menentukan apakah kerendahan hati intelektual atau fleksibilitas kognitif akan menjadi faktor yang efektif dalam meningkatkan toleransi beragama. Temuan kami menunjukkan pentingnya mengembangkan kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif untuk mempromosikan perilaku toleran di antara umat beragama.

ABSTRACT
Over the years, religious tolerance between religious groups has become a critical sociopolitical problem in Indonesia and throughout the world. To date, there has been no study that has investigated psychological mechanism which might underlie the emergence of tolerance in religious people. The purpose of this study is to investigate whether the roles of intellectual humility and cognitive flexibility in predicting the relationship between religiosity and religious tolerance are dependent on the levels of aggressiveness. We employed mediation analyses over data of religiosity, intellectual humility, cognitive flexibility, and aggressiveness from 226 Indonesian-Moslem students to test our predictions. The results showed that intellectual humility and cognitive flexibility significantly mediated the influence of religiosity in increasing religious tolerance. As predicted, intellectual humility is a stronger mediator in religious people who possess high level of aggressiveness, while cognitive flexibility is a stronger mediator in religious people with low level of aggressiveness. Hence, the level of aggressiveness of a religious person determines whether intellectual humility or cognitive flexibility would be an effective factor in increasing his/her religious tolerance. Our findings suggest the importance of developing intellectual humility and cognitive flexibility to promote tolerant behavior among religious people."
2019
T55223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>