Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3861 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisya Salsabila
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pemahaman mengenai persetujuan seksual pada laki-laki dan perempuan dewasa muda Indonesia menggunakan metode penelitian kualitatif. Partisipan merupakan dewasa muda berusia 18 – 40 tahun yang pernah atau sedang menjalin hubungan romantis/seksual, serta pernah mendapat pendidikan seksual secara formal/informal. Enam partisipan yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan diwawancara, kemudian hasilnya dianalisis secara tematik. Hasil penelitian menemukan bahwa perjalanan memproses dan memahami persetujuan seksual dipengaruhi oleh beberapa hal: minimnya pendidikan seksual formal yang didapat ketika sekolah, sulitnya membuka pembicaraan mengenai seksualitas dengan orang tua, kesadaran diri setelah terpapar pengetahuan seksual yang bersumber dari internet, serta pengalaman yang didapat dari menjalin hubungan romantis atau seksual.

The study aims to observe how young Indonesian male and female adults comprehend sexual consent using qualitative research methods. Participants are young adults between 18 – 40 years old who have been or are in a romantic/sexual relationship and have received formal or informal sexual education. Six participants consisting of three men and women were interviewed, and the results were analyzed using thematic analysis. The results of the study found that the journey of processing and understanding the concept of sexual consent was influenced by several things: the lack of formal sexual education obtained at school, the difficulty of talking about sexuality with parents, self-awareness after being exposed to sexual knowledge from the internet, and their romantic or sexual relationship history."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Ery Pradhana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran Internet addiction pada dewasa muda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan theory based sampling. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang dengan kisaran usia antara 18-24 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara Hasil penelitian menunjukkan bahwa para partisipan memiliki pola penggunaan internet yang jauh lebih sering dan lama dari rata-rata pengguna internet lainnya. Dari sisi pengeluaran, uang yang mereka gunakan demi memenuhi kebutuhan mereka untuk berinternet juga cukup banyak. Namun pada akhirnya biasanya mereka menyiasatinya dengan mengambil paket-paket yang tersedia agar pengeluaran dapat berkurang. Para partisipan juga memiliki kesadaran penuh akan perilaku mereka. Namun mereka tidak memiliki kekuatan untuk dapat menahan keinginan mereka untuk berinternet. Mereka juga menyadari bahwa dengan berinternet secara berlebihan akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kehidupan mereka. Masalah dalam hubungan sosial dan juga akademis selalu dialami oleh partisipan. Hal ini disebabkan karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinternet dan memikirkan mengenainya daripada untuk aktivitas yang lain. Besarnya masalah yang dimiliki partisipan bervariasi sesuai dengan adiksi mereka dengan internet.
The purpose of this study is to achieve an understanding of internet addiction behaviors in young adults. This study uses qualitative method, using the theory based sampling method. The study collects its data through interviewing two participants aging between 18-24 years old. Study results shows that participants use the internet much longer and more frequently compared to the average internet user. They also spend an excessive amount of money to fulfill their internet needs. However, they usually take the available discount promotions to save money. Participants show full awareness about their behavior. However, they admit to having no ability to hold back their urge to use the internet. They also realize that their excessive use of the internet can result in negative outcomes in their lives. Both participants face problems in their social and academic lives. This is a result of excessive use and obsession of both participants towards the internet. The magnitudes of the problems vary depending on the seriousness of participant's addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Maria Cristissa Windanti
"Pasangan hubungan jarak jauh semakin umum di Indonesia yang mana memiliki keterbatasan dalam bertemu dan berinteraksi secara fisik. Keterbatasan tersebut berdampak pada aktivitas seksual yang biasa dilakukan bersama pasangan sehingga dapat berpengaruh pada menurunnya kepuasan seksual. Namun seiring berkembangnya teknologi, aktivitas seksual dapat dilakukan secara daring yang salah satunya adalah sexting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perilaku sexting terhadap kepuasan seksual pada dewasa muda berusia 20 – 30 tahun (M = 22.04, SD = 1.833) yang menjalani hubungan jarak jauh. Penelitian ini dilakukan pada 411 partisipan (93.2% perempuan, 6.8% laki-laki) yang berpacaran selama minimal enam bulan (M = 28.38, SD = 24.34), menjalani hubungan jarak jauh, melakukan aktivitas seksual dan sexting dengan pasangan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur perilaku sexting yang dikembangkan oleh Gordon-Messer et al. (2013) dan The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sexting berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan seksual (B = .219, t(411) = 5.905, p < .05) dengan rata-rata frekuensi menerima sext sebesar 10.06 (SD = 4.003) dan rata-rata frekuensi mengirimkan sext sebesar 10.61 (SD = 4.265) sepanjang menjalin hubungan pacaran dengan pasangan. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pasangan berpacaran jarak jauh untuk menjaga aspek seksual dalam hubungan dengan melakukan sexting.

Long-distance relationship couples are increasingly common in Indonesia and which has limitations in meeting and interacting physically. This limitation has an impact on sexual activity that is usually done with a partner so it can affect the decrease in sexual satisfaction. However, as technology develops, sexual activity can be carried out online, one of which is sexting. This study aims to see the effect of sexting behavior on sexual satisfaction among young adults who establish long-distance relationships. This research was conducted on 411 participants (93.2% female, 6.8% male) who had been dating for at least six months (M = 28.38, SD = 24.34), establish long distance relationship, had sexual activity and sexting with partner, which were obtained by convenience sampling. The measurement tool used in this research is the sexting behavior measurement tool developed by Gordon-Messer et al. (2013) and The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX). The results showed that sexting had a positive and significant effect on sexual satisfaction (B = .219, t(411) = 5.905, p < .05) with average frequency of receiving sext is 10.06 (SD = 4.003) and average frequency of sending sext is 10.61 (SD = 4.265) during the dating relationship. The result of this study can be a reference for long-distance dating couples to maintain sexual aspects in their relationship by doing sexting"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darell Hanriza Putra
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara perilaku objektifikasi seksual interpersonal dengan sikap mengenai persetujuan seksual pada dewasa muda pengguna aplikasi kencan daring di Indonesia, serta apakah terdapat perbedaan dalam skor rata-rata kedua variabel antara partisipan laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional Pearson Product-Moment Correlation dan komparatif menggunakan Independent Samples t-test, dengan menggunakan alat ukur adaptasi Sexual Consent Attitude Scale dan Interpersonal Sexual Objectification Scale – Perpetration Version dengan jumlah total 330 sampel. Hasil analisis utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku objektifikasi seksual interpersonal, baik secara keseluruhan maupun masing-masing dimensinya (body comments, body gazes, dan unwanted explicit sexual advances), dengan masing-masing dimensi dari sikap mengenai persetujuan seksual (hubungan negatif pada asking for consent first is important dan hubungan positif pada commitment reduces asking for consent). Selain itu, hasil penelitian ini juga mennjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan dalam objektifikasi seksual interpersonal maupun sikap mengenai persetujuan seksual antara partisipan laki-laki dan perempuan. Penelitian ini berimplikasi terhadap program psikoedukasi mengenai persetujuan seksual dan/atau upaya prevensi kekerasan seksual.

This research is conducted to see whether there is a relationship between interpersonal sexual objectification and sexual consent attitude and in young adult dating app users in Indonesia, and whether there are differences in both variable mean scores between male and female participants. This study uses correlational quantitative method using Pearson Product-Moment Correlation and comparative method using Independent Samples t-test, using the adapted version of Sexual Consent Attitude Scale and Interpersonal Sexual Objectification Scale – Perpetration Version with a total of 330 samples. Results of this research showed that there is a significant relationship between interpersonal sexual objectification, both with the total score and scores within each dimension (body comments, body gazes, and unwanted explicit sexual advances) and each dimension of sexual consent attitude (negative relationship on asking for consent first is important, and positive relationship on commitment to reduce asking for consent). Besides that, results of this study also showed that there is a significant mean difference on both interpersonal sexual objectification and sexual consent attitude between male and female participants. This research has an implication towards psychoeducational programs about sexual consent and/or to prevent sexual violence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Sekarsari Salsabil
"Perubahan iklim semakin diakui menghadirkan berbagai ancaman bagi kesehatan manusia, termasuk kesehatan mental seperti memengaruhi kondisi psikologis manusia dari berbagai aspek mulai dari rasa stres, duka, hingga masalah perilaku dan emosional lainnya yang disebut sebagai eco-anxiety. Perbedaan usia telah diketahui memengaruhi tingkat eco-anxiety yang berbeda pula. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat eco-anxiety antara usia dewasa muda dan dewasa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan between-subjects design. Pengukuran eco-anxiety menggunakan alat ukur oleh Hogg et al. (2021) yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Jumlah partisipan sebanyak 245, merupakan WNI dengan usia 19-65 tahun. Dalam mengambil sampel, peneliti menggunakan metode pengambilan data non-probability sampling dengan teknik pengambilan data convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat eco-anxiety antara dewasa muda dan dewasa tengah dengan nilai signifikan (t (245) = 0.177, p < 0,01). Kesimpulannya, perbedaan usia seperti antara dewasa muda dan dewasa tengah memiliki tingkat eco-anxiety yang berbeda pula. Dengan begitu para pekerja di bidang pemasaran dapat menggunakan penelitian ini sebagai referensi dalam menentukan target penjualan dan dapat menjadi pertimbangan untuk mempromosikan produk yang ramah lingkungan.

Climate change is increasingly recognized as presenting various threats to human health, including mental health such as affecting human psychological conditions from various aspects ranging from stress, grief, to other behavioural and emotional problems known as eco-anxiety. Age differences have been known to affect different levels of eco-anxiety. Thus, this study aims to see the difference in the level of eco-anxiety between young adults and middle adults. This research is a non-experimental study with a between- subjects design. Measurement of eco-anxiety using a measuring instrument by Hogg et al. (2021) which has been adapted into Bahasa. The number of participants are 245 Indonesian citizens aged 19-65 years. In taking samples, researchers used non-probability sampling data collection methods with convenience sampling data collection techniques. The results showed that there was a significant difference in the level of eco-anxiety between young adults and middle adults with a significant value (t (245) = 0.177, p < 0.01). In conclusion, age differences such as between young adults and middle adults have different levels of eco anxiety. That way workers in the marketing field can use this research as a reference in determining sales targets and can be a consideration for promoting environmentally friendly products."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliana Salsabila
"ABSTRACT
Dewasa muda dihadapkan pada berbagai tuntutan, seperti memilih teman hidup, belajar hidup bersama pasangan dengan membentuk sebuah keluarga, dan mengelola rumah tangga. Ketiadaan hubungan romantis atau tidak terbentuknya hubungan intim dengan orang lain dapat menjadi salah satu faktor penyebab utama berkembangnya rasa kesepian yang dirasakan seseorang. Selain itu, kecenderungan seseorang untuk mengalami kesepian sangat dipengaruhi oleh hubungan masa lalunya dengan orang tua. Pengasuhan yang diberikan orang tua dan pengalaman mengenai kualitas hubungan interpersonal
yang didapat individu selama masa kecil sangat mempengaruhi pembentukan rasa kesepian pada individu di masa dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara tipe attachment saat dewasa dan dimensi kesepian pekerja dewasa muda yang tidak menjalin hubungan romantis. Variabel attachment diukur menggunakan Adult Attachment Scale (AAS) dan variabel kesepian diukur menggunakan Social Emotional and Loneliness Scale. Terdapat 323 partisipan dalam penelitan ini dengan kriteria, yaitu berusia 20-40 tahun, tidak sedang menjalin hubungan romantis, dan bekerja di DKI Jakarta. Hasil analisis statistik one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan pada ketiga dimensi kesepian, yaitu kesepian sosial, keluarga dan romantis antara kelompok tipe attachment secure, anxiety, dan avoidance. Hal ini berarti tipe attachment yang dimiliki individu dapat mempengaruhi dimensi kesepian yang ia miliki di masa dewasa.

ABSTRACT
Young adults are faced with various demands, such as choosing a life partner, learning to live with a partner by forming a family, and managing a household. The absence of a romantic relationship or the formation of an intimate relationship with another person can be one of the main factors causing the development of loneliness felt by someone. In addition, a persons tendency to experience loneliness is greatly influenced by his past relationships with parents. Parental care and experience regarding the quality of interpersonal relationships
what an individual gets during childhood greatly influences the formation of loneliness in individuals in adulthood. Therefore, this study aims to determine the differences between attachment types as adults and the lonely dimensions of young adult workers who do not have romantic relationships. Attachment variable is measured
using the Adult Attachment Scale (AAS) and the loneliness variable was measured using the Social Emotional and Loneliness Scale. There were 323 participants in this study with the criteria, namely aged 20-40 years, not currently in a romantic relationship, and working in DKI Jakarta. One-way ANOVA statistical analysis results show that there are significant score differences in the three dimensions of loneliness, namely social, family and romantic loneliness between groups of attachment types secure, anxiety, and avoidance. This means that the type of attachment that an individual has can affect the dimension of loneliness he has in adulthood.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Mas Melati
"Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mayoritas pelaku kasus bunuh diri di Indonesia berasal dari masa dewasa muda (Republika Online, 11 Mei 2004). Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang untuk mencoba bunuh diri dan salah satunya adalah ketiadaan makna hidup. Salah satu komponen dalam mencapai hidup yang bermakna adalah dengan menentukan tujuan-tujuan hidup (Duvall and Miller, 1985). Penelitian ini dikhususkan pada dewasa muda karena penentuan tujuan hidup sendiri merupakan salah satu tugas perkembangan yang khusus dalam tahap dewasa muda.
Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini, karena penelitian ini bertujuan untuk mendalami makna hidup setelah percobaan bunuh diri yang gagal. Makna hidup bersifat unik dan individual dimana makna hidup dapat berbeda dari satu individu dengan individu lainnya (Frankl, 2004). Data diperoleh melalui wawancara yang dilakukan pada tiga orang subyek dewasa muda yang pernah melakukan percobaan bunuh diri di masa perkembangan mereka saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subyek mengembangkan makna hidup setelah mereka gagal mencoba bunuh diri.

Amounts of suicide cases in Indonesia increase every year. Most people who have committed suicide in Indonesia were young adults (Republika Online, May 11th , 2004). There are many kinds of factors that cause individuals to attempt suicide, including the absence of meaning of life. Meaningful life itself can be achieved by setting goals in life. This research is focused in young adults because one of many developmental tasks in their developmental stage is to set goals in life (Duvall and Miller, 1985).
Qualitative approach is used because the purpose of this research is to understand meaning of life after failed suicide attempts. Meaning of life is unique and varies in each individual (Frankl, 2004). The data is collected from three respondents by using interview method. All of the three respondents are young adults and have attempted suicide in their recent developmental stage. The result of this research shows that all of the three respondents have developed meaning of life after their attempted suicide."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Maharani Octavia
"Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental dengan kasus yang paling banyak muncul pada individu dewasa muda. Di masa ini individu harus melewati banyak tuntutan perkembangan yang dapat memberikan tekanan dan distress psikologis. Childhood maltreatment yang dapat muncul dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, pengabaian fisik, dan pengabaian emosional sebelumnya telah terbukti dapat menjadi faktor risiko dari depresi yang dialami oleh individu dewasa muda. Pada penelitian ini, penulis bertujuan untuk menguji kemampuan childhood maltreatment dalam memprediksi kemunculan depresi pada individu dewasa muda. Penulis mendapatkan 192 partisipan yang berusia 18–25 tahun yang tersebar di 19 provinsi yang ada di Indonesia. Depresi diukur menggunakan The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) dan childhood maltreatment diukur menggunakan Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa childhood maltreatment berperan secara signifikan terhadap kemunculan depresi pada individu dewasa muda (R² = 0,382, F(1, 190) = 117,616, p < 0,05). Penulis melakukan diskusi dan memberikan saran pada bagian akhir skripsi.

Depression is one of the most prevalent mental health disorders affecting young adults. During this stage, individuals must navigate numerous developmental demands that can lead to psychological pressure and distress. Childhood maltreatment, which manifest as physical abuse, sexual abuse, emotional abuse, physical neglect, and emotional neglect, has been established as a risk factor for depression experienced by young adults. The current study aims to assess the predictive ability of childhood maltreatment regarding the presence of depression in young adults. The study included 192 participants aged 18–25 years, distributed across 19 provinces in Indonesia. Depression was measured using The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), while childhood maltreatment was assessed using the Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF). The results of linear regression analysis indicate that childhood maltreatment significantly contributes to depression in young adults (R² = 0.382, F(1, 190) = 117.616, p < 0.05). The author concludes with discussions and provides suggestions at the end of the thesis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviana Tirtasari
"Hipertensi hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang besar di Indonesia, dimana sebesar 34,1% penduduk Indonesia usia >18 tahun menderita hipertensi. Saat ini mulai terjadi pergeseran populasi pada penderita hipertensi yang mulai sering ditemukan pada usia dewasa muda (18-34 tahun). Dimana wanita Indonesia memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi daripada pria (36,9%: 31,3%). Provinsi jawa barat yang mayoritas penduduknya merupakan suku Sunda, yang selama ini dikenal dengan kebiasaan hidup mereka yang sehat ternyata menempati peringkat kedua tertinggi untuk prevalensi hipertensi di Indonesia. Selain masalah hipertensi, nampaknya obesitas juga mengalami peningkatan prevalensi yang cukup signifikan di Indonesia dari yang sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 14,8% menjadi 21.8% pada tahun 2018 (Batlibankes, 2013; Batlibangkes, 2018). Hal ini yang melatar belakangi dilakukannya penelitian tentang obesitas dan hipertensi pada wanita usia dewasa muda, suku Sunda. Penelitian ini memakai desain cross sectional dengan memakai data sekunder , yaitu: IFLS (Indonesian Family Life Survey) -5. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua wanita yang berusia 18-34 tahun bersuku Sunda yang menjadi responden dalam IFLS-5. Sehingga didapatkan sampel dalam penelitian ini sebesar 780 responden. Dalam penelitian ini didapatkan prevalensi hipertensi pada wanita usia dewasa suku Sunda adalah sebesar 11,79% sedangkan prevalensi obesitasnya adalah 41,03%. Serta terdapat hubungan antara obesitas dengan hipertensi sebesar 2,8 (95% CI, 1,8-4,3) setelah dikontrol dengan variabel usia.

Hypertension is still a major health problem in Indonesia, where 34.1% of Indonesia's population over 18 years suffer from hypertension. Currently there is a population shift in hypertensive patients who begin to be found frequently in young adults (18-34 years). Where Indonesian women have a higher prevalence of hypertension than men (36.9%: 31.3%). West Java province, which is predominantly Sundanese and has been known for their healthy living habits turned out to be the second highest in the prevalence of hypertension in Indonesia. In addition to hypertension problems, obesity also seems to experience a significant increase in prevalence in Indonesia from the previous year of 14.8% to 21.8% in 2018 (Batlibankes, 2013; Batlibangkes, 2018). This is the background study of obesity and hypertension in young adult Sundanese women. This study uses a cross sectional design using secondary data, namely: IFLS (Indonesian Family Life Survey) -5. The samples taken in this study were all Sundanese women aged 18-34 years who were respondents in IFLS-5. So that the sample in this study was 780 respondents. In this study the prevalence of hypertension in adult Sundanese women was 11.79% while the prevalence of obesity was 41.03%. And there is a relationship between obesity and hypertension of 2.8 (95% CI, 1.8-4.3) after being controlled by age variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cintia Berliana
"Di zaman ini, salah satu jenis aplikasi smartphone yang banyak digandrungi oleh kalangan dewasa muda adalah jenis aplikasi kencan daring (online dating apps). Pada penelitian sebelumnya di luar negeri ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara menggunakan aplikasi kencan dan perilaku seksual berisiko. Namun, di Indonesia sendiri sejauh ini belum ditemukan penelitian serupa yang mendalam. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu tentang gambaran penggunaan aplikasi kencan daring di smartphone pada dewasa muda di kota besar di Indonesia dan apakah penggunanya melakukan perilaku seksual yang berisiko dengan sesama pengguna. Penelitian ini menggunakan mixed-methods antara penelitian kuantitatif deskriptif (populasi: masyarakat Indonesia di kota besar) dengan jumlah 633 responden pengguna aplikasi kencan dalam kuesioner survei dan penelitian kualitatif melalui wawancara terfokus terhadap 6 partisipan. Partisipan wawancara merupakan dewasa muda pengguna aplikasi kencan dan telah melakukan hubungan seksual dengan pasangan dari aplikasi kencan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi dewasa muda, penggunaan aplikasi kencan selain sebagai sarana mencari teman atau pasangan, juga dianggap sebagai sarana menyalurkan hasrat seksual. Semua partisipan cenderung sadar akan konsekuensi penggunaan aplikasi kencan dan konsekuensi perilaku seksual berisiko yang dihadapi secara umum. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa partisipan masih lebih memilih untuk melakukan hubungan seksual yang cukup berisiko dengan pasangan dari aplikasi kencan. Temuan lain dalam penelitian ini adalah adanya kemungkinan besar bagi perempuan pengguna aplikasi kencan untuk menjadi korban kejahatan seksual. Namun, pengguna aplikasi kencan baik laki-laki maupun perempuan, tetap merasakan dampak yang positif dalam penggunaan aplikasi kencan secara umum dan mereka cenderung menyikapi konsekuensi yang dihadapi dengan tenang dan santai.

In this day and age, one type of smartphone application that is loved by young adults, is online dating apps. In previous studies abroad, it was found that there is a strong relationship between using dating applications and risky sexual behavior. However, in Indonesia alone, so far no in-depth similar studies has been found. Therefore, this study aims to find out about depiction of the use of online dating applications on smartphones between young adults in large cities in Indonesia and whether the users are engaging in risky sexual behavior with fellow users. This research uses mixed-methods between quantitative descriptive research (population: Indonesians in large cities) with a total of 633 survey respondents consists of dating applications users and qualitative research through focused interviews with 6 participants. Interview participants are young adult users of dating applications and have had sexual encounters with partners from dating applications.
The results showed that for young adults, the use of dating applications other than as a mean of finding friends or partners, was also considered as a mean of channeling their sexual desires. All participants tend to be aware of the consequences of using dating applications and the consequences of risky sexual behavior that are generally faced. However, it can be said that dating apps users still prefer to have quite risky sexual encounters with partner from a dating application. Another finding in this study is that there is a high possibility for women using dating applications to become victims of sexual crimes. However, users of dating applications, both men and women, still feel a positive impact in the use of dating applications in general and they tend to address the consequences faced calmly and relaxed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>