Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Nur Hamidah
"Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di Indonesia, terlebih lagi saat memasuki musim penghujan. Anak-anak menyumbang kasus terbanyak pada kasus DHF di Indonesia. Efek dari virus penyebab DHF salah satunya adalah kebocoran plasma akibat penurunan kadar trombosit dalam tubuh penderita. Salah satu masalah keperawatan yang berkaitan erat dengan kebocoran plasma pada DHF adalah risiko hipovolemia. Karya ilmiah ini ditulis bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan masalah risiko hipovolemia pada anak dengan DHF. An. M (10 tahun) dengan dengan DHF mengalami demam tinggi dengan suhu 38,5oC, kondisi membran mukosa yang pucat serta kondisi bibir yang kering, tekanan darah 102/60 mmHg, frekuensi nadi 97 kali per menit, dan kekuatan nadi yang teraba agak lemah. Kadar trombosit saat dilakukan pemeriksaan pertama kali sebesar 81000/µl. Intervensi manajemen cairan diberikan selama 5 hari, pasien mengalami perbaikan status hidrasi yang terlihat dari kondisi membrane mukosa dan bibir menjadi lembab, tanda vital stabil, terjadi kenaikan trombosit dan peningkatan intake per oral pasien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk peningkatan kesadaran dalam melakukan pemantauan cairan yang akurat serta memahami kondisi klinis pasien dengan kekurangan cairan atau kelebihan cairan.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is the one of most common health problem in Indonesia, especially during the rainy season. Children are the largest contributor for dengue cases in Indonesia. One of the effects of the virus that causes DHF is plasma leakage due to the thrombocytopenia. Risk of hypovolemia is the one of common nursing problem that occur in patient with DHF. This scientific paper is written to analyzing nursing care for the risk of hypovolemia in children with DHF. Patient M (10 years old) has a high fever with a temperature of 38,5oC, has pale mucous membranes and dry lips, the blood pressure 102/60 mmHg, pulse rate 97 beats per minute with the poor beats of pulses. The platelet level was 81000/µl. The fluid management intervention was given for 5 days, the patient shows an improvement in hydration status as seen from the condition of mucous membranes and lips becoming moist, stable vital signs, an increase in platelets level and patient’s oral intake. The results that expected from this study are for to be a baseline for increasing awareness of conducting accurate fluid monitoring and understanding the clinical condition of patient with fluid deficiency or fluid overload"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Beby Tri Anisa
"Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Masalah keperawatan umum yang sering ditemui pada pasien DHF adalah defisiensi cairan dan elektrolit karena adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan kehilangan plasma melalui endotel. Intervensi keperawatan perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut dengan penerapan manajemen cairan yang dipandu oleh parameter seperti kadar hematokrit, haluaran urin, tekanan darah, frekuensi nadi, penurunan tekanan darah postural dan klinis pasien. Tujuan: Untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan dan mengetahui manfaat manajemen cairan pada anak dengan masalah DHF. Metode: Penerapan manajemen cairan diberikan kepada pasien anak usia sekolah. Penerapan dilakukan dengan melibatkan kedua orang tua pasien dengan memantau intake dan output pasien selama 24 jam menggunakan fluid chart. Hasil: Menunjukan adanya efektifitas terhadap pasien yang mengalami hipovolemia yang disertai perbaikan gejala yang meliputi intake cairan meningkat, nadi teraba kuat dan hemodinamik stabil. Saran: Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi rujukan bagi perawat untuk menerapkan manajemen cairan pada pasien anak DHF sebagai intervensi keperawatan non farmakologis untuk mengatasi masalah risiko hipovolemia.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus infection transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito. A common nursing issue encountered in DHF patients is fluid and electrolyte deficiency due to increased blood vessel permeability resulting in plasma loss through the endothelium. Nursing interventions are necessary to address this condition by implementing fluid management guided by parameters such as hematocrit levels, urine output, blood pressure, pulse rate, postural blood pressure drop, and clinical signs in patients. Objective: To provide an overview of nursing care and understand the benefits of fluid management in children with DHF (Dengue Hemorrhagic Fever). Method: Fluid management was applied to school-age pediatric patients involving both parents in monitoring the patient's intake and output over 24 hours using a fluid chart. Results: Demonstrated effectiveness in patients experiencing hypovolemia with symptom improvement including increased fluid intake, strong palpable pulse, and stable hemodynamics. Suggestions: The findings of this scientific paper are expected to serve as reference for nurses in implementating flud management in pediatric patients with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) as a non-pharmacological nursing interevention to address the risk of hypovolemia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Khairunnisa
"Demam berdarah dengue menyerang anak-anak daripada orang dewasa. Sistem kekebalan tubuh yang rentan beresiko terpapar suatu penyakit. Demam berdarah dengue menyebabkan peningkatan kapiler plasma sehingga seseorang mengalami hipovolemia. Asuhan keperawatan diperlukan dalam mengatasi hipovolemia dengan memberikan intervensi keperawatan manajemen hipovolemia dan pemantauan cairan menggunakan fluid chart. Fluid chart digunakan untuk memantau dan mencatat secara akurat intake dan output guna mencapai keseimbangan cairan tubuh. Klien usia 10 tahun mengalami kondisi demam tinggi 3 hari, keadaan lemas, mukosa kering, serta pemeriksaan laboratorium menunjukkan hematokrit menurun (39,2%) dan trombosit menurun (157 10 3 /μL). Pemeriksaan hemodinamik serta pemeriksaan darah perifer lengkap rutin setiap 24 jam untuk mengevaluasi kondisi pasien selama dilakukan perawatan. Kesimpulannya, penerapan fluid chart efektif membantu memonitor cairan masuk dan keluar pasien ditandai dengan balans cairan membaik, pemeriksaan darah perifer lengkap menunjukkan proses perbaikan, serta kondisi vital yang stabil.

Dengue hemorrhagic fever attacks children more than adults. A vulnerable immune system is at risk of exposure to disease. Dengue hemorrhagic fever causes an increase in plasma capillaries so that a person experiences hypovolemia. Nursing care is needed to treat hypovolemia by providing nursing interventions to manage hypovolemia and monitor fluids using a fluid chart. Fluid charts are used to accurately monitor and record intake and output to achieve body fluid balance. A 10 year old client experienced a high fever for 3 days, weakness, dry mucosa, and laboratory examination showed decreased hematocrit (39.2%) and decreased platelets (157 103/μL). Hemodynamic examination and routine complete peripheral blood examination every 24 hours to evaluate the patient's condition during treatment. In conclusion, the application of a fluid chart is ef ective in helping monitor the patient's incoming and outgoing fluids as indicated by improved fluid balance, complete peripheral blood examination showing the improvement process, and stable vital conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sahwa Kusnana
"Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah masalah kesehatan serius di wilayah tropis seperti Indonesia. Gejalanya bervariasi dari ringan hingga parah, dengan potensi fatal bagi penderitanya, terutama anak-anak. Diagnosa dini dan penanganan yang tepat menjadi krusial dalam mengurangi risiko komplikasi dan kematian. Studi kasus di RSUI Depok menemukan bahwa lebih dari 8 kasus DHF pada anak dalam periode 1-20 April 2024. Fase demam adalah tahap awal penyakit yang penting untuk dikenali, dengan peningkatan suhu tubuh menjadi indikator penting. Komplikasi seperti penumpukan cairan dan perdarahan membutuhkan penanganan yang cermat. Tepid Water Sponge (TWS) adalah salah satu pendekatan non-farmakologis untuk menurunkan suhu tubuh yang efektif, dengan memperluas pembuluh darah perifer dan memfasilitasi transfer panas dari tubuh. Studi kasus ini bertujuan untuk mengimplementasikan penggunaan TWS dalam menurunkan suhu tubuh pasien DHF di RSUI, dengan harapan dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang efektif.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) or Demam Berdarah Dengue (DBD) is a serious health issue in tropical regions such as Indonesia. Symptoms vary from mild to severe, with the potential for fatality, especially among children. Early diagnosis and proper management are crucial in reducing the risk of complications and death. A case study at RSUI Depok found more than 8 cases of DHF in children during the period of April 1-20, 2024. The fever phase is an important initial stage of the disease to be recognized, with an increase in body temperature being a significant indicator. Complications such as fluid accumulation and bleeding require careful management. Tepid Water Sponge (TWS) is one of the non-pharmacological approaches to effectively reduce body temperature by dilating peripheral blood vessels and facilitating heat transfer from the body. This case study aims to implement the use of TWS in lowering the body temperature of DHF patients at RSUI, with the hope of improving effective nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Restika Hapsari
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti). Klien anak dengan DBD dan PDP COVID 19 harus mendapat perawatan isolasi di RS sehingga dampak psikologis yang sering terjadi pada anak adalah cemas terhadap terapi dan perawatan di rumah sakit. Laporan kasus ini menjabarkan hasil analisis asuhan keperawatan anak yang menjalani perawatan isoalasi mengalami kecemasan saat tindakan keperawatan dengan menggunakan penerapan teknik story telling. Asuhan keperawatan yang diberikan sudah disesuaikan dengan asuhan keperawatan kesehatan anak adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan pengumpulan hasil dari pemeriksaan diagnostik. Sementara pengukuran evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time)  selama 3 hari perawatan dimana klien tampak tenang dan kooperatif dengan perawat menghampirinya dan saat akan di periksa. Sebagai kesimpulan masalah keperawatan anak diperlukan rancangan tindakan keperawatan yang terintegrasi secara holistik yang meliputi bio-psiko-sosial-spiritual untuk mengatasi cemas klien.


Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute infection caused by arbovirus (arthopodborn virus) which is transmitted through the bite of aedes mosquitoes (Aedes albopictus and Aedes aegypti). Clients of children with DHF and PDP COVID 19 must receive isolation treatment at the hospital so that the psychological impact that often occurs in children is anxiety about therapy and hospital care. This case study describes the results of the analysis of nursing care for children who experience anxiety during nursing action by using the application of story telling techniques that undergo isolation care. The nursing care provided has been adjusted to the health care care of the child is an interview, observation and physical examination, study documentation and collection of results from diagnostic examinations. While the evaluation measurements were carried out using the SMART method (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time) for 3 days of treatment where the client appeared unafraid and fussy with the nurse approaching him and when he would be examined. To conclude the problem of child nursing requires a holistic integrated nursing action plan that includes bio-psycho-social-spiritual to overcome client anxiety.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Herya Kusmawati
"Demam merupakan respon tubuh terhadap adanya infeksi. Anak dengan demam dapat mengalami gangguan fisiologis, gelisah, dehidrasi, dan ketidaknyamanan. Penanganan demam dilakukan dengan menurunkan suhu tubuh secara perlahan dan memberikan kenyamanan pada anak. Salah satu penanganan demam nonfarmakologi berupa tepid water sponge yang menjadi rekomendasi jika dipadukan dengan terapi farmakologi. Pendekatan keperawatan untuk memberikan kenyamanan pada pasien didasarkan pada teori Comfort Kolcaba yang meliputi aspek kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Asuhan keperawatan menggunakan teori Comfort Kolcaba dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan demam.

Fever is the body's response to infection. Children with fever may experience physiological disorders, anxiety, dehydration, and discomfort. Handling fever is done by slowly lowering the body temperature and provide comfort to the child. One of non pharmacological treatment to fever is tepid water sponge that recommended when it combined with pharmacological therapy. The nursing approach to comforting patient is based on Kolcaba Comfort theory which includes aspects of physical comfort, psychospiritual, sociocultural, and environment. Kolcaba comfort theory can be used as a reference in the provision of nursing care in children with fever.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Unang Wirastri
"Demam merupakan gejala yang sering dialami anak dengan penyakit infeksi. Kondisi demam tinggi berdampak merugikan anak. Demam tinggi membuat anak tidak nyaman, serta meningkatkan kebutuhan kalori dan cairan. Teori Comfort dari Kolcaba memberikan arahan dalam pemenuhan rasa nyaman pada pasien. Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak demam dengan mengaplikasikan teori comfort Kolcaba yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan kenyamanan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan tahapan comfort yaitu pengkajian (kenyamanan fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural), merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan intervensi (berdasarkan standar comfort, coaching, dan comfort food for the soul), implementasi, dan evaluasi. Teori comfort Kolcaba dapat diterapkan dalam asuhan anak demam. Dukungan dan keterlibatan dari orangtua juga sangat penting dalam perawatan anak, sehingga terlihat bahwa ke empat aspek kenyamanan harus saling mendukung untuk pencapaian kenyamanan secara holistik.

Fever is a symptom that is often experienced by children with infectious diseases. High fever condition adversely affects the child. High fever makes the child uncomfortable, and increase calorie and fluid needs. Comfort Theory of Kolcaba provides direction in compliance with comfort to the patient. This paper aims to provide an overview of nursing care in febrile children with comfort Kolcaba apply theory that focuses on meeting the needs of comfort. Nursing care is done by stages comfort assessment (physical comfort, psychospiritual, environmental and sociocultural), formulate nursing diagnoses, interventions set (based on standard comfort, coaching, and comfort food for the soul), implementation, and evaluation. Kolcaba comfort theory can be applied in the care of the child's fever. Support and involvement of parents is also very important in the care of children, so it appears that all four aspects must be mutually supportive comfort for the achievement of holistic comfort.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ellgi Safirda
"Penuaan mempengaruhi perubahan tubuh termasuk sistem muskuloskeletal. Penurunan yang terjadi dikarenakan berkurangnya massa otot, kekakuan jaringan penghubung, dan penurunan kepadatan tulang mengakibatkan kelambanan bergerak,gangguan keseimbangan, dan koordinasi gerak sehingga mudah jatuh. Jatuh berdampak secara fisik maupun psikis lansia. Sebagai intervensi risiko jatuh, latihan keseimbangan dapat dijadikan referensi latihan bagi lansia. Latihan keseimbangan meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan untuk mencegah tubuh jatuh. Latihan keseimbangan dilakukan setiap hari (11 pertemuan) dengan durasi 10 - 15 menit perhari. Sebelum latihan penulis malakukan skreaning MMSE, dilanjutkan dengan instrument skrining jatuh (MFS, BBT, dan TUG). Saat latihan peneliti akan melakukan pengukuran tanda vital sebelum dan sesudah latihan, pengkajian TUG, dan melakukan gerakan latihan keseimbangan. Latihan keseimbangan yang dilakukan rutin signifikan terhadap keseimbangan postural terlihat dari adanya perubahan dalam stepping, gaya berjalan mulai membaik, postur tubuh saat berjalan mulai tegak, peningkatan nilai BBT dari skor 46 menjadi 50, dan penurunan waktu TUG dari 14 detik menjadi rata – rata waktu 12,5 detik selama intervensi. Pelaksanaan intervensi memerlukan seorang pendamping yang bertugas mengawasi dan menjaga lansia agar tidak jatuh, sekaligus menciptakan perasaan aman bagi lansia saat latihan. Sangat disayangkan intervensi ini sulit dilakukan secara berkelanjutan dikarenakan kekurangan sumber daya serta petugas sosial dan perawat panti memiliki tugas dan kewajiban lainnya yang perlu dilakukan sehingga untuk melakukan intervensi latihan keseimbangan akan sulit terlaksana. Untuk itu saya menyarankan bagi mahasiswa yang berpraktik di panti untuk melanjutkan intervensi ini sebagai intervensi pencegahan risiko jatuh pada lansia yang terdapat di panti.

Aging affects changes in the body including the musculoskeletal system. The decrease that occurs due to reduced muscle mass, stiffness of connective tissue, and decreased bone density results in sluggishness of movement, balance disorders, and coordination of motion so that it is easy to fall. Falls have a physical and psychological impact on the elderly. As a fall risk intervention, balance exercises can be used as an exercise reference for the elderly. Balance exercises improve muscle strength and balance to prevent the body from falling. Balance exercises are carried out every day (11 meetings) with a duration of 10-15 minutes per day. Before the exercise, the author conducted MMSE screening, followed by fall screening instruments (MFS, BBT, and TUG). During exercise, researchers will measure vital signs before and after exercise, assess TUG, and perform balance exercise movements. Balance exercises performed routinely are significant for postural balance as seen from changes in stepping, gait begins to improve, posture when walking begins to straighten, increases BBT scores from 46 to 50, and decreases TUG time from 14 seconds to an average time of 12. ,5 seconds during the intervention. Implementation of the intervention requires a companion who is in charge of supervising and keeping the elderly from falling, while creating a feeling of security for the elderly during exercise. It is unfortunate that this intervention is difficult to carry out in a sustainable manner due to lack of resources and social workers and nursing home nurses have other duties and obligations that need to be carried out so that it will be difficult to carry out balance training interventions. For that I suggest for students who practice in nursing homes to continue this intervention as an intervention to prevent the risk of falling for the elderly who are in nursing homes"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Ayu Pramesty
"ABSTRAK
Bronkopneumonia atau bisa disebut sebagai bronchial pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi paru yang biasanya menyerang bronkus, bronkiolus dan sekitar alveolus. Seorang anak yang menderita penyakit ini akan menunjukan manifestasi klinik seperti demam tinggi (>38℃), batuk, takipneu, adanya retraksi dada, pernafasan cuping hidung, dan ditemukan suara paru yang abnormal. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak Bronkopenumonia yang mengalami demam. Demam adalah suatu kondisi di mana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal yang disertai peningkatan set point di hipotalamus. Anak yang mengalami demam membutuhkan intervensi yang efektif untuk menurunkan suhu tubuhnya. Aplikasi Tepid Water Sponge yang dikombinasikan dengan pemberian antipiretik merupakan salah satu intervensi yang efektif untuk menurunkan demam. Tepid Water Sponge bekerja dengan menstimulus hipotalamus untuk menurunkan set point dan merangsang vasodilatasi pembuluh darah perifer dengan cara konduksi dan evaporasi. Penulis menggunakan thermometer digital, air hangat dengan suhu 37-40 ̊C dalam aplikasi Tepid Water Sponge pada pasien berusia 3 tahun 8 bulan. Masalah keperawatan hipertermia dapat teratasi yang dibuktikan dengan adanya penurunan suhu tubuh 38,5 ̊C menjadi berada pada rentang normal. Rekomendasi hasil praktik keperawatan ini adalah bahwa intervensi Tepid Water Sponge dikombinasikan dengan antipiretik lebih efektif dalam menurunkan demam pada anak jika dibandingkan dengan intervensi kompres hangat di dahi yang dikombinasikan dengan antipiretik.

ABSTRACT
Bronchopneumonia or can be referred to as bronchial pneumonia is an inflammation of the lungs which usually attacks the bronchi, bronchioles and around the alveoli. A child suffering from this disease will show clinical manifestations such as high fever (> 38 ℃), cough, tachypnea, chest retraction, nasal flaring, and abnormal lung sounds. This paper aims to describe nursing care in children who have Bronkopneumonia with fever experience. Fever is an increase body temperature above in normal range, which are caused by several etiologies that can increase temperature setting point in hypothalamus. Children with fever need an effective nursing intervention to decrease body temperature. The application of tepid water sponge combined with antipyretic is effective intervention to decrease fever. This intervenstion stimulates the hyppotlamus to decrease setting point and stimulates vasodilation peripheral blood vessel through conduction and evaporation. The author used digital thermometer, warm water with temperature 37-40 ̊C in the application of tepid water sponge for a 3,8 years old child. The problem of hyperthermia can be slved through this intervention, which was proved by body temperature decrease from 38,5 ̊C to normal temperature. The recommendation of this nursing practice is that, the intervention tepid water sponge combined with antypiretic is more effective than warm compress on the forehead with antypiretic to decrease fever in children.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahma Firdhania
"Perkembangan populasi lansia yang tinggal di institusi perawatan jangka panjang seperti panti yang berada di perkotaan cenderung menimbulkan masalah kesehatan akibat gaya hidup yang tidak sehat, salah satu masalah yang sering muncul adalah hipertensi atau masalah kardiovaskuler. Hipertensi merupakan suatu keadaan yaitu tingginya atau meningkatnya tekanan darah akibat kondisi pembuluh darah yang secara persisten mengalami kenaikan tekanan, dimana pada orang dewasa atau lansia yaitu saat tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan hasil intervensi terapi imajinasi terbimbing yang dilakukan pada lansia dengan masalah risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler. Intervensi terapi imajinasi terbimbing dilakukan selama 5 minggu dalam durasi 30 menit. Hasil intervensi menunjukkan terjadi penurunan pada tekanan darah sistolik sebanyak 5-15 mmHg dan diastolik sebanyak 3-10 mmHg, serta penurunan 3 poin pada tingkat stres. Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi imajinasi terbimbing merupakan intervensi yang efektif, aplikatif, berbiaya efisien, dan aman yang dapat digunakan dalam mengontrol tekanan darah dan menurunkan tingkat stres pada lansia dengan risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler. Penulis menyarankan untuk pengaplikasian terapi imajinasi terbimbing dalam mengoptimalkan perawatan lansia dengan hipertensi di institusi perawatan jangka panjang.

The development of elderly populations living in long-term care institutions such as urban homes tend to cause health problems due to unhealthy lifestyles, one of the most common problems of hypertension or cardiovascular problems. Hypertension is a condition that is high or increased blood pressure due to the condition of blood vessels that persistently increased pressure, which in adults or elderly when blood pressure is more than 140/90 mmHg. This case study aims to illustrate the outcomes of guided imagery therapy interventions performed on the elderly with the risk of impaired cardiovascular function. Guided imagery therapy interventions were performed for 5 weeks in 30-minute duration. The results of the intervention showed a decrease in systolic blood pressure as much as 5-15 mmHg and diastolic as much as 3-10 mmHg, as well as a 3-point drop in stress levels. This suggests that guided imagery therapy is an effective, applicative, cost efficient, and safe intervention that can be used in controlling blood pressure and lowering stress level in the elderly with the risk of impaired cardiovascular function. The authors suggest for the application of guided imagery therapy in optimizing elderly care with hypertension in long-term care institutions. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>