Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133804 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simatupang, Dela Pranaya Wisesa
"Perawat adalah bagian penting dari tenaga kesehatan di Indonesia, terutama di masa pandemi COVID-19. Perawat diketahui sebagai populasi yang rentan terhadap masalah psikologis. Terutama perawat yang juga menjalani peran sebagai ibu yang memiliki anak kecil.. Sejauh observasi peneliti, masih sedikit studi di Indonesia yang menganalisis mengenai kondisi mental perawat perempuan yang memiliki anak berusia kanak-kanak awal. Penelitian ini menganalisis perbedaan mental well-being antara perawat yang memiliki anak pada tahap perkembangan kanak-kanak awal dan perawat yang memiliki anak pada tahap perkembangan kanak tengah dan remaja, serta menganalisis variabel demografis yang ada. Menggunakan studi populasi, 102 perawat dari salah satu rumah sakit di Tangerang Selatan, berusia 25-56 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan memiliki 1-4 anak, berusia 0-18 tahun. Mental well-being perawat diukur menggunakan Warwick Edinburgh Mental Well-Being Scale (WEMWBS). Terdapat perbedaan tingkat mental well-being yang signifikan antara perawat yang memiliki anak berusia lebih kecil atau sama dengan 6 tahun dan diatas 6 tahun. Studi ini juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan berdasarkan pengaturan tempat tinggal. Perawat yang memiliki anak berusia dini dan tinggal bersama anak mereka memiliki tingkat mental well-being paling rendah, dan perawat yang memiliki anak berusia kanak tengah dan tinggal bersama mereka memiliki mental well-being tertinggi.

Nurses are critical part of the health workers force in Indonesia, especially during COVID-19 pandemic. This issues coming on stronger for nurses who are also mothers with little children. According to child-rearing practices in Indonesia, mothers are responsible to take care of the children. There haven’t been much studies that analyse nurses with little children’s mental condition. This study highlights the difference of mental well-being between nurses who are mothers with early childhood aged children (0-6 years old) and non-early childhood children (older than 6 years old), also analysing demographic variables. Using population study, 102 nurses from a Hospital in South Tangerang, ranged 25-56 years old, participated in this study. The participants have a range of 1 to 4 children, aged from 0 to 18 years old. Nurses’ well-being was assessed using Warwick Edinburgh Mental Well-Being Scale. A significant difference of mental well-being was found between nurses with infant until early childhood aged, and non-early childhood aged children. Difference in mental well-being level between nurses who have early childhood aged children and nurses who have middle childhood aged children was found. In addition, this study reports a significant differences based on where the children live."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufa Azmi Madieni
"Penelitian bertujuan melihat ada tidaknya perbedaan parenting self-efficacy yang signifikan antara ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan bawah yang memiliki anak usia kanak-kanak madya, baik secara keseluruhan maupun per domain. Partisipan penelitian in berjumlah 81 orang, yang terdiri dari ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas (n= 40) dan ibu dengan status sosial ekonomi bawah (n= 41). Seluruh partisipan mengisi Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara parenting self-efficacy ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan bawah yang memiliki anak usia kanak-kanak madya (0.000 pada L.O.S 0.05). Ditinjau berdasarkan kelima domain parenting self-efficacy juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan bawah yang memiliki anak usia kanak-kanak madya. Domain tertinggi parenting self-efficacy, baik pada ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas dan ibu dengan status sosial ekonomi bawah adalah domain kesehatan. Sedangkan domain terendah pada pada ibu dengan status sosial ekonomi menengah ke atas adalah domain prestasi dan domain terendah pada pada ibu dengan status sosial ekonomi bawah adalah domain disiplin. Analisis tambahan menemukan hubungan yang signifikan antara parenting self-efficacy dan usia saat menikah, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, pekerjaan ayah dan pengeluaran keluarga per bulan.

Study aims to investigate the difference of parenting self-efficacy between mothers of middle childhood children based on socioeconomic status, as a whole and each of its domain. Participants were 81 mothers of middle childhood children, that consisted of mothers with upper-middle socioeconomic status (n= 40) and mothers with low socioeconomic status (n= 41). All subjects completed Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). The results of this research revealed significant difference between groups (0.000 on L.O.S 0.05). Based on each domain also revealed significant difference between groups. The highest domain of parenting self-efficacy on each group was discipline. Meanwhile the lowest domain in upper-middle SES group was achievement and the lowest domain in lower SES group was discipline. Additional findings include significant correlation between parenting self-efficacy and the age of married, mother’s education, father’s education, father’s occupation, and family outcome per month."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozala Ria
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara family functioning dan psychological well-being ibu dari anak autis usia kanak-kanak menengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode lapor diri (self-report). Lima puluh satu orang ibu yang memiliki anak autis usia 6-12 tahun mengisi dengan lengkap kuesioner family functioning dan psychological well-being. Pengukuran family functioning dilakukan dengan menggunakan modifikasi alat ukur Family Assessment Device (FAD) yang dikembangkan Epstein, Bishop dan Levin (1976) dan untuk mengukur psychological well-being menggunakan modifikasi alat ukur Psychological Well-being Scale yang dikembangkan oleh Ryff (1989).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara family functioning dengan psychological well-being pada ibu dari anak autis (r = 0.756 ; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin efektif keberfungsian keluarga berdasarkan persepsi ibu, maka semakin tinggi psychological well-being individu, dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat King, King, Rosenbaun & Goffin (1999) bahwa family functioning sebagai salah satu faktor sosial-ekologis merupakan prediktor yang signifikan pada psychological well-being orang tua dengan anak autis.

This study discusses the relationship between family functioning and psychological well-being of mothers of autistic children in middle childhood. Fifty one mothers who have autistic children with age 6-12 years, complete the family functioning and psychological well-being questionnaires. Family functioning was measured by using a modification of the Family Assessment Device (FAD) instrument developed by Epstein, Bishop, and Levin (1976) and to measure the psychological well-being using a modified Psychological Well-being Scale developed by Ryff (1989).
The results of this study indicate there is a significant positive relationship between family functioning with psychological well-being of mothers of autistic children (r = 0756; p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Therefore, the more effective functioning of the family, the higher psychological well-being of individuals. This is in accordance with the opinion of King, King, Rosenbaun & Goffin (1999) that the family functioning as a social-ecological factors are significant predictors of psychological well-being of parents with autistic children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Adzhani Awanis Latief
"Meningkatnya jumlah ibu penderita HIV/AIDS di Indonesia membuat perlunya untuk mengetahui dinamika kehidupan mereka, terutama keyakinannya dalam melakukan parenting terhadap anak. Keyakinan dalam melakukan parenting ini disebut sebagai parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan parenting self-efficacy dan dukungan sosial pada ibu dengan HIV/AIDS yang memiliki anak usia kanak-kanak madya.
Pengukuran parenting self-efficacy dilakukan melalui alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), sedangkan dukungan sosial diukur melalui dua komponen—yaitu persepsi terhadap jumlah orang yang dapat diandalkan dan kepuasan akan dukungan yang ada—dalam alat ukur Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). Partisipan penelitian ini berjumlah 30 ibu yang terinfeksi HIV dan memiliki anak usia lima hingga dua belas tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting self-efficacy dengan persepsi jumlah dukungan sosial (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) dan juga kepuasan akan dukungan sosial (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy ibu, semakin tinggi pula dukungan sosial yang ibu persepsikan; begitu pula sebaliknya. Ditemukan pula bahwa domain parenting self-efficacy tertinggi adalah nurturance sedangkan yang terendah adalah disiplin. Analisis tambahan juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada parenting self-efficacy ibu dengan HIV/AIDS berdasarkan urutan kelahiran anak mereka yang berusia kanak-kanak madya.

Mothers living with HIV/AIDS are significantly increasing in Indonesia. By then, it's important to know further about their life, including their belief in parenting their children. The mother’s belief in parenting is called parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). This study examined the relationship between parenting self-efficacy and social support among HIV/AIDS mothers with middle childhood children.
Parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), while social support measured through it's two elements (the perception of available others to whom one can turn in times of need and the degree of satisfaction with the available support) in Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). The participants in this study were 30 mothers infected HIV with middle childhood children.
The result shows that there is a significant, positive relationship between parenting self-efficacy and both of the elements of social support, which are the perception of social support numbers (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) and the satisfaction of the support (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Those indicates that the higher mothers parenting self efficacy, the higher they perceive social support, and vice versa. This study also found that the highest domain in parenting self-efficacy is nurturance, while the lowest is discipline. Furthermore, this study found that there is a difference between mothers parenting self-efficacy based on their middle childhood child's ordinal position.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hanggoro Putro
"Penelitian skripsi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara father involvement dengan parenting self-efficacy pada ibu yang memiliki anak usia kanak-kanak madya. Pada penelitian ini, pengukuran father involvement menggunakan alat ukur Inventory of Father Involvement (IFI) yang disusun oleh Hawkins dkk (2002), sedangkan pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) yang disusun oleh Coleman & Karakker (2000). Partisipan dalam penelitian ini adalah 79 ibu yang memiliki anak usia 5 - 12 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara father involvement dengan parenting selfefficacy (r = + 0,431; n = 79; p < 0,01; one tail). Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi keterlibatan suami dalam proses parenting, maka semakin tinggi pula parenting self-efficacy ibu. Berdasarkan hasil tersebut keterlibatan ayah dalam proses parenting perlu ditingkatkan karena dapat meningkatkan keyakinan ibu akan kemampuannya untuk menjalankan peran sebagai orangtua bagi anak-anaknya.

This research was conducted to determine the relationship between father involvement and parenting self-efficacy among mothers of middle childhood. Father involvement was measured by Inventory of Father Involvement (IFI) (Hawkins et.al, 2002), parenting self-efficacy was measured by Self -Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) (Coleman & Karakker, 2000). Participants in this study were 79 mothers of children aged 5 - 12 years.
The results of this study indicate that there is a significant positive relationship between father involvement and parenting self-efficacy (r = + 0,431; n = 79; p < 0,01; one tail). From these results it can be said that the higher the father’s involvement in the parenting process, the higher the mother's parenting self-efficacy. Based on these results the involvement of fathers in the parenting process needs to be improved because the mother will have increased confidence in their ability to perform the role of a parent for their children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Mayangsari
"Parenting Self-Efficacy didefinisikan sebagai persepsi mengenai kemampuan yang dimiliki orang tua untuk dapat secara positif mempengaruhi tumbuh kembang anak (Coleman & Karakker, 2000). Penting bagi orang tua untuk memiliki Parenting Self-Efficacy yang tinggi, karena tingginya Parenting Self-Efficacy dikaitkan dengan kualitas parenting yang baik. Pada proses parenting anak adopsi, terdapat tantangan yang berbeda dari proses pengasuhan anak nonadopsi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai Parenting Self-Efficacy pada ibu yang memiliki anak adopsi usia anak-anak madya serta melihat pada domain manakah terdapat Parenting Self-Efficacy terendah dan tertinggi. Pegumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner SEPTI (Self-Efficacy Parenting Task Index) yang ditujukan kepada ibu yang memiliki anak adopsi usia 5-12 tahun. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar subyek memiliki parenting self-efficacy yang rendah pada domain disiplin dan memiliki parenting self-efficacy yang tinggi pada domain kesehatan.

Parenting self-efficacy is defined as parent?s perception of their ability to positively influence the behavior and development of their children (Coleman & karraker, 2000). It is important to have high parenting self-efficacy for parents. Because High of parenting self efficacy can affect the quality of parenting. There are different strain in the proccess parenting of adopted children than nonadopted children. The study was conducted to gain the description about parenting self efficacy in adoptive mother with middle aged children and want to know which domain have a highest and lowest parenting self efficacy. The design quantitative study was used in this study and using SEPTI (Self Efficacy Parenting Task Index) quetioner developed by Coleman and Karraker to 25 mothers who have adopted middle aged children. The result showes that the dicipline get the lowest skor and the healthy domain get the highest score."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Rusdian
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara psychological well-being dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak disabilitas intelektual usia kanak-kanak (4-11 tahun). Partisipan penelitian berjumlah 44 orang tua yang rentang usianya dewasa muda hingga dewasa menengah, yang memiliki anak disabilitas intelektual ringan, sedang, atau Sindroma Down. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well-being dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak disabilitas intelektual usia kanak-kanak (r = 0.665, p < 0.01). Analisis lebih mendalam menemukan bahwa dimensi personal growth dari psychological well-being memiliki sumbangan yang signifikan terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan. Selain itu, psychological well-being memberikan sumbangan paling besar terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di rumah.

This study discusses the relationship between psychological well-being and parent involvement in education of intellectual disability children in childhood (4-11 years old). Participants were 44 parents that ranged from young adulthood until middle adulthood, which has mild intellectual disability children, moderate, or Down syndrome. The study was a correlational study using a quantitative approach.
The results showed a significant relationship between psychological well-being and parent involvement in intellectual disability children's education (r = 0.665, p <0.01). Further analysis found that the personal growth dimension of psychological well-being has a significant contribution towards parent involvement in education. In addition, psychological well-being provide the greatest contribution of parent involvement in children's education at home.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Rusdian
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara psychological well-being dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak disabilitas intelektual usia kanak-kanak (4-11 tahun). Partisipan penelitian berjumlah 44 orang tua yang rentang usianya dewasa muda hingga dewasa menengah, yang memiliki anak disabilitas intelektual ringan, sedang, atau Sindroma Down. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well-being dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak disabilitas intelektual usia kanak-kanak (r = 0.665, p < 0.01). Analisis lebih mendalam menemukan bahwa dimensi personal growth dari psychological well-being memiliki sumbangan yang signifikan terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan. Selain itu, psychological well-being memberikan sumbangan paling besar terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di rumah.

This study discusses the relationship between psychological well-being and parent involvement in education of intellectual disability children in childhood (4-11 years old). Participants were 44 parents that ranged from young adulthood until middle adulthood, which has mild intellectual disability children, moderate, or Down syndrome. The study was a correlational study using a quantitative approach. The results showed a significant relationship between psychological well-being and parent involvement in intellectual disability children's education (r = 0.665, p <0.01). Further analysis found that the personal growth dimension of psychological well-being has a significant contribution towards parent involvement in education. In addition, psychological well-being provide the greatest contribution of parent involvement in children's education at home."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Suci Wardani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting self-efficacy dan parental coping pada ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya. Pengukuran parenting self-efficacy menggunakan adaptasi alat ukur Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000) dan pengukuran parental coping menggunakan alat ukur Coping Health Inventories for Parents (McCubbin, 1983). Partisipan pada penelitian ini adalah 31 orang ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting self-efficacy dan parental coping pada ibu yang memiliki anak penderita kanker usia kanak-kanak madya (r = 0.482, p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy yang dimiliki oleh ibu maka usaha parental coping yang dilakukan juga akan semakin tinggi. Selain itu, hasil tambahan penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada parenting self-efficacy dan parental coping ibu yang memiliki anak penderita kanker yang menjalani rawat inap dan rawat jalan.

This research was conducted to find the correlation between parenting self-efficacy and parental coping among mothers of middle childhood with cancer. Parenting self-efficacy was measured using an adaptation instrument named Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000) and parental coping was measured using an adaptation instrument named Coping Health Inventories for Parents (McCubbin, 1983). The participants of this research are 31 mothers who have middle childhood with cancer. The main results of this research show that parenting self-efficacy has a significant positively correlation with parental coping (r = 0.482, p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher mothers parenting self-efficacy, the higher parental coping effort. Furthermore, the additional results of this research have also found that there is a significant difference in parenting self-efficacy and parental coping among mothers of children with cancer who is hospitalized and as an outpatient."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Quamila
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja yang memiliki anak usia kanak-kanak madya serta mendapatkan gambaran deskriptif tentang parenting self-efficacy dan dukungan sosial yang dimiliki ibu bekerja yang memiliki anak usia kanak-kanak madya. Pengukuran dukungan sosial menggunakan alat ukur Social Provisions Scale (Cutrona & Troutman, 1987) dan pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). Partisipan berjumlah 60 orang ibu bekerja yang memiliki karakteristik memiliki jam kerja lebih dari 40 jam per minggu dan memiliki anak usia kanak-kanak madya.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja yang memiliki anak usia kanak-kanak madya (r = 0.482; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi dukungan sosial yang dirasakan seseorang, maka semakin tinggi parenting selfefficacy yang dimilikinya. Dimensi parenting self-efficacy terendah pada ibu bekerja dengan anak usia kanak-kanak madya adalah dimensi disiplin dan dimensi tertinggi adalah dimensi kesehatan. Dimensi dukungan sosial terendah yang pada ibu bekerja dengan anak usia kanak-kanak madya adalah dimensi emosional, dan dimensi tertinggi adalah dimensi informasional. Berdasarkan hasil tersebut, dukungan sosial bagi ibu yang bekerja perlu terus dikembangkan agar dapat memiliki parenting self-efficacy yang tinggi.

This research was conducted to find the correlation between social support and parenting self-efficacy among working mothers of middle childhood children and how are the conditions of parenting self-efficacy and social support among working mothers of middle childhood children. Social support was measured using a modification instrument from Social Provisions Scale (Cutrona & Troutman, 1986) and parenting self-efficacy was measured using an adapted instrument named Self-Efficay for Parenting Tasks Index (Coleman & Karraker, 2000). The participants of this research are 60 working mothers who have middle childhood children.
The main results of this research show that social support positively correlated significantly with parenting self-efficacy (r = 0.482; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher social support felt by one, the higher parenting self-efficacy one has. Furthermore, discipline found as the lowest domain and health found as the highest domain of parenting self-efficacy. Emotional support found as the lowest and informational support found as the highest social support felt by working mothers. Based on these results, social support to working mothers needs to be developed so that working mothers can have higher parenting self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>