Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160009 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruth Theresia Virginia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi dukungan sosial dan status sosial-ekonomi terhadap kesiapan orang tua mengajar literasi saat PJJ. Seperti yang diketahui, akibat pandemi COVID-19 tanggung jawab orang tua lebih besar dibutuhkan karena harus mendampingi pembelajaran anak di rumah. Penelitian ini melibatkan 298 partisipan yaitu orang tua yang memiliki anak di kelas SD awal (kelas 1-3) dari wilayah JABODETABEK. Penelitian ini menggunakan alat ukur HBL-Teacher Readiness (Mansor et al, 2021) yang diadaptasi untuk mengetahui kesiapan orang tua mengajar literasi saat PJJ. Kedua, menggunakan alat ukur Interpersonal Support Evaluation List (Cohen et al, 1985) untuk mengukur dukungan sosial dan alat ukur Kuppuswamy Socio-economic Scale (Saleem, 2020) untuk mengukur status sosial-ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dan status sosial-ekonomi secara simultan berkontribusi terhadap kesiapan orang tua mengajar literasi anak SD awal saat PJJ (F = 33,362 > F Distribution, two tailed). Implikasi dalam penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat untuk orang tua, melainkan untuk pihak sekolah, keluarga, dan rekan kerja yang turut terlibat dalam membantu kesiapan orang tua.

The purpose of this study is to determine the role of social support and socioeconomic status in parents' readiness to teach literacy during PJJ. As is well known, the COVID-19 pandemic necessitates increased parental responsibility because they must accompany their children's learning at home. This study included 298 participants, all of whom were parents of children in the early elementary grades (grades 1-3) in the JABODETABEK area. This study employs the HBL-Teacher Readiness measuring instrument (Mansor et al, 2021), which was modified to assess parents' readiness to teach literacy during PJJ. Second, the Interpersonal Support Evaluation List (Cohen et al, 1985) was used to assess social support, and the Kuppuswamy Socio-economic Scale (Saleem, 2020) was used to assess socioeconomic status. A quantitative approach and multiple regression analysis are used in this study. The findings revealed that social support and socioeconomic status both contributed to parents' readiness to teach literacy to early elementary school children during PJJ (F = 33,362 > F Distribution, two tailed). The implications of this research are expected to be useful not only for parents, but also for schools, families, and coworkers who are involved in assisting parents in preparing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fitrianingrum Hariyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah dukungan sosial dan home literacy environment (HLE) memiliki kontribusi terhadap kesiapan orang tua mengajar literasi anak kelas satu hingga tiga SD saat PJJ. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Partisipan penelitian ini adalah 320 orang tua berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berdomisili di JABODETABEK. Pengambilan data dilakukan secara online melalui Google Form, mengunggah poster ke media sosial, menghubungi beberapa sekolah di JABODETABEK, menitipkan kuesioner kepada dosen pembimbing dan beberapa guru. Dukungan sosial diukur melalui Interpersonal Support Evaluation List (ISEL), HLE diukur melalui Literacy Environment Questionnaire (HLEQ) dan kesiapan orang tua diukur melalui HBL Teacher Readiness. Hasil uji multiple regression menunjukkan bahwa dukungan sosial dan HLE berkontribusi terhadap kesiapan orang tua mengajar literasi anak kelas satu hingga tiga SD selama PJJ. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengajar literasi, orang tua tidak hanya membutuhkan HLE melainkan juga bantuan dari pihak lain berupa dukungan sosial agar dapat meningkatkan kesiapan orang tua dalam mengajar literasi anak SD selama PJJ.

This study aims to see whether social support and home literacy environment (HLE) have a contribution to the readiness of parents to teach literacy for children in grades one to three of an elementary school during online learning. This research is non-experimental research with a quantitative approach. The participants of this study were 320 parents, male and female, domiciled in JABODETABEK. Data collection was carried out online via Google Form, uploading posters to social media, contacting several schools in JABODETABEK, entrusting questionnaires to supervisors and several teachers. Social support was measured through the Interpersonal Support Evaluation List (ISEL), HLE was measured through the Literacy Environment Questionnaire (HLEQ) and parental readiness was measured through the HBL Teacher Readiness. The results of the multiple regression test show that social support and HLE contribute to the readiness of parents to teach literacy for children in grades one to three of an elementary school during online learning. This shows that to teach literacy, parents need not only HLE but also assistance from other parties in the form of social support in order to increase the readiness of parents in teaching literacy to elementary school children during online learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Lestyaningsih
"Tesis ini membahas tentang kesiapan sebuah puskesmas kecamatan di wilayah DKI Jakarta yang akan dialih fungsi menjadi rumah sakit kelas D untuk memenuhi kebutuhan ruang rawat inap kelas tiga yang kerap kali tidak dapat dipenuhi oleh rumah sakit yang ada di DKI Jakarta, terutama setelah diberlakukannya Kartu Jakarta Sehat (KJS) sejak November 2011 yang dilanjutkan dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan nasional (JKN) sejak Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan cara kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, dimana penelitian primer yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode cross sectional dan dilengkapi penelitian kualitatif untuk menunjang hasil penelitian kuantutatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa puskesmas kecamatan Kramat Jati belum siap untuk menjadi Rumah sakit umum kelas D berdaarkan dua instrumen penelitian yang didapat dari standar nasional (Permenkes 56/20140 dan standar internasional (standar akreditasi JCI 2011), maka diperlukan waktu dan strategi tertentu guna mewujudkan puskesmas kecamatan Kramat jati menjadi rumah sakit kelas D.

This focus of this study is about the preparedness of a district health centers in Jakarta which will converted into a hospital function class D to meet the needs of inpatient ward three classes which often can not be met by existing hospital in Jakarta, especially after the enactment of Healthy Jakarta Card (KJS) since November 2011, followed by the enactment of national Health Insurance (JKN) since January 2014. the study was conducted by means of a combination of quantitative and qualitative research, which is the primary research conducted quantitative research with cross sectional descriptive and qualitative research comes to support research kuantutatif.
The results showed that Kramat Jati district health center is not ready to be a general hospital grade D yet, by two research instruments that were obtained from the national standard (Permenkes 56/20140 and international standards (JCI accreditation standards, 2011), it takes time and a certain strategy in order to make a change Kramat Jati district helath center in to general hospital grade D."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Dwi Fathan
"Latar Belakang Kesiapan bersekolah merupakan hal yang sangat penting karena berpengaruh positif terhadap kemampuan anak untuk lulus dari sekolah dasar. Salah satu faktor yang memengaruhi kesiapan bersekolah adalah Screen Time. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara Screen Time dan kesiapan bersekolah menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara peningkatan Screen Time dan kesiapan bersekolah anak. Akan tetapi, penelitian-penelitian sebelumnya belum pernah diadakan di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini betujuan untuk menentukan hubungan antara Screen Time dan kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah. Metode Desain penelitian cross-sectional digunakan pada anak usia prasekolah di TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap untuk mencari hubungan antara kedua variable. Penelitian dilakukan dengan membandingkan jumlah Screen Time subjek per hari menggunakan kuesioner SmallQ (Surveillance of digital media habits in early childhood questionnaire) dengan hasil pemeriksaan kesiapan bersekolah anak menggunakan kuesioner Brigance Early Childhood Screens III untuk anak 3-5 tahun. Hasil Dari 69 subjek pada penelitian ini, 16 subjek berusia empat tahun (23,18%) dan 53 subjek berusia lima tahun (76,81%) yang mana 33 orang subjek berkelamin laki-laki (47,82%) dan orang subjek 36 berkelamin perempuan (52,17%) yang mayoritas di antaranya memiliki orang tua dengan pendidikan terakhir SMA (50,84%) dan S1 (30,5%). Pengukuran menggunakan instrumen menunjukkan bahwa 37 dari 69 subjek memiliki Screen Time yang lebih (53,62%) dan 19 dari 69 subjek belum siap bersekolah (27,53%). Hasil analisis antara Screen Time terhadap kesiapan bersekolah tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistic (p=0,328). Kesimpulan Screen Time tidak berhubungan langsung dengan kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah karena masih terdapat banyak faktor lainnya yang turut berperan dalam kesiapan bersekolah.

Introduction School readiness is very important due to its positive influence on the ability of children to graduate from elementary school. One of the factors that affect school readiness is screen time. Previous studies that correlate screen time and school readiness show an association between the two of them. However, there have yet to be any studies on the same topic in Indonesia. Therefore, this study aims to determine the relation between screen time and school readiness in preschool-aged children. Method A cross-sectional research design was used for preschool children at TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap to find the relationship between the two variables. The research was conducted by comparing the number of subjects' screen time per day using the SmallQ questionnaire (Surveillance of digital media habits in early childhood questionnaire) with the results of children's school readiness examination using the Brigance Early Childhood Screens III questionnaire for children with the age of 3-5 years old. Results The 69 subjects in this study consisted of 16 subjects aged four years (23.18%) and 53 subjects aged five years (76.81%) of which 33 subjects were male (47.82%) and 36 subjects were male. women (52.17%) the majority of whom have parents with a high school education (50.84%) and bachelor's degree (30.5%). By using the instruments, it was found that 37 of 69 subjects had more screen time (53.62%) and 19 of 69 subjects were not ready for school (27.53%). The results of the analysis between Screen Time and school readiness did not show a statistically significant relationship (p=0.328). Conclusion Screen time is not directly related to school readiness in preschool children because there are many other factors that play a role in school readiness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriastuti Kusumawardhani
"ABSTRAK
penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor persepsi risiko dan preferensi orang tua yang memilih sekolah dasar (SD) untuk anak mereka. penelitian ini bertujuan untuk melihat signifikansi hubungan antara faktor persepsi risiko keuangan, persepsi risiko fisik, persepsi risiko psikologis dan persepsi risiko sumber daya ( yang teridentifikasi), dengan preferensi orang tua dalam memilih SD. pendekata inimenggunakan pendekatan kuantitatif. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi risikokeuangan orang tua dengan preferensi terhadap sarana-prasaran sekolah dan antar persepsi risiko keuangan orang tua dengan persepsi terhadap biaya pendidikan.

ABSTRACT
this study attempts to identify factors of risk perception and preferences of parents who choose primary school (SD) for their children. This study aims to see the significance of the relationship between financial risk perception factors, physical risk perception, psychological risk perception and resource risk perception (identified), with parents' preference in choosing elementary school. This approach uses a quantitative approach. The results of this study indicate that there is a significant relationship between perceptions of parents' financial risk with preferences for school facilities and between financial risk perceptions of parents with perceptions of education costs."
[, ], 2010
T38514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Yovita Ersalina
"Peningkatan angkatan kerja dan terbatasnya lapangan pekerjaan menyebabkan persaingan ketat bagi lulusan baru. Persiapan yang baik dan kemampuan adaptabilitas tinggi, termasuk ketangguhan belajar, sangat penting untuk menghadapi tantangan ini dan memenuhi kebutuhan pasar kerja. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan ketangguhan belajar dengan kesiapan kerja pada lulusan baru dengan menggunakan metode korelasi. Partisipan penelitian merupakan mahasiswa diploma maupun sarjana yang pernah mengikuti magang, merupakan lulusan baru selama tiga tahun terakhir berusia 21-25 tahun, dan berkewarganegaraan Indonesia. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Learning Agility Scale (LAS) untuk ketangguhan belajar dan Work Readiness Scale (WRS) untuk kesiapan kerja. Data diambil secara daring menggunakan kuesioner melalui Google Form. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketangguhan belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja. Hubungan tergolong memiliki effect size besar yang berarti ketangguhan belajar berhubungan kuat dengan kesiapan kerja. Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa ketangguhan belajar berkorelasi positif dengan kesiapan kerja, di mana semakin tinggi tingkat ketangguhan belajar, semakin tinggi kesiapan kerja. Sebaliknya, individu dengan tingkat ketangguhan belajar yang rendah cenderung memiliki kesiapan kerja yang rendah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian dasar yang membahas mengenai ketangguhan belajar dan kesiapan kerja pada lulusan baru yang dapat dikembangkan lebih lanjut nantinya.

The increase in the workforce and the limited job opportunities create intense competition for new graduates. Good preparation and high adaptability, including learning agility, are crucial to facing these challenges and meeting labor market demands. Therefore, this study aims to examine the relationship between learning agility and work readiness in new graduates using a correlation method. The participants of the study are diploma and bachelor's degree students who have interned, are new graduates from the last three years, aged 21-25 years, and are Indonesian citizens. The measurement tools used in this study are the Learning Agility Scale (LAS) for learning agility and the Work Readiness Scale (WRS) for work readiness. Data were collected online using a questionnaire via Google Form. The results showed that learning agility has a positive and significant relationship with work readiness. The relationship has a large effect size, indicating a strong correlation between learning agility and work readiness. The findings support the hypothesis that learning agility positively correlates with work readiness; the higher the level of learning agility, the higher the work readiness. Conversely, individuals with low levels of learning agility tend to have low work readiness. This study is expected to serve as a foundational study discussing learning agility and work readiness among new graduates that can be further developed in the future."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Wahyu Dwi Prastya
"Usia prasekolah merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan anak. Keterlambatan perkembangan umumnya terjadi pada masa prasekolah dan dialami oleh 10-15% anak prasekolah. Gangguan perkembangan pada anak prasekolah membuat anak memiliki performa lebih rendah dari temannya yang dapat memengaruhi kesiapan bersekolah. Penelitian kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah masih terbatas di Indonesia. Pola asuh orang tua dapat memengaruhi kesiapan bersekolah. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Data kesiapan bersekolah diperoleh melalui kuesioner BRIGANCE Early Childhood Screens III dan pola asuh orang tua melalui kuesioner Parenting Styles and Dimension Questionnaire (PSDQ). Penelitian dilaksanakan di TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap, Jakarta. Penelitian ini melibatkan 18 anak (23,7%) berusia 4 tahun dan 58 anak (76,3%) berusia 5 tahun dengan mayoritas anak perempuan. Hasil skrining menunjukkan bahwa 20 anak (26,3%) tidak siap masuk sekolah. Rerata usia ibu yaitu  34,92 tahun dan rerata usia ayah 37,48 tahun. Pola asuh orang tua yang umum diterapkan adalah otoritatif (86,8%), diikuti permisif (11,8%), dan otoriter (1,3%). Temuan menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pola asuh dan kesiapan bersekolah (p<0,001). Pola asuh permisif lebih umum pada anak laki-laki, sedangkan anak perempuan lebih sering dididik dengan pola asuh otoritatif. Pola asuh otoriter ditemukan pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih rendah. Terdapat hubungan signifikan antara pola asuh dan kesiapan bersekolah. Anak yang dididik dengan pola asuh otoritatif memiliki tingkat kesiapan sekolah yang lebih tinggi.

Preschool age is a critical period in child development. Developmental delays generally occur during the preschool period and are experienced by 10-15% of preschool children. Developmental disorders in preschool children make them perform lower than their peers, which can affect their readiness for school. Research in school readiness in preschool children is still limited in Indonesia. Parenting styles can affect school readiness. This study used a cross-sectional design. School readiness data was collected through the BRIGANCE Early Childhood Screens III questionnaire and parenting styles data was collected through the Parenting Styles and Dimension Questionnaire (PSDQ) at TK Negeri Menteng 01 and TK Negeri Cilacap, Jakarta. This study involved 18 children (23,7%) aged 4 years  and 58 children (76,3%) aged 5 years with a dominance of girls. Screening results showed that 20 children (26,3%) were not ready for school. The most common parenting style was authoritative (86.8%), followed by permissive (11.8%), and authoritarian (1.3%). The findings showed a significant association between parenting styles and school readiness (p<0.001). Permissive parenting style is more common in boys, while girls are more often educated with a authoritative parenting style. Authoritarian parenting style was found in families with lower socioeconomic conditions. There is a significant relationship between parenting styles and school readiness. Children who are raised with a democratic parenting style have a higher level of school readiness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Puspaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara Work Locus of Control (Work LoC) dan kesiapan kerja (Work Readiness) pada lulusan baru. Hipotesis utama penelitian ini adalah adanya hubungan positif signifikan antara internal Work LoC dan kesiapan kerja. Metode korelasi digunakan dalam penelitian ini, dengan melibatkan 302 partisipan WNI berusia 21–25 tahun yang merupakan lulusan baru dengan pengalaman magang. Instrumen yang digunakan adalah Work Locus of Control Scale (WLCS) untuk mengukur Work LoC dan Work Readiness Scale (WRS) untuk mengukur kesiapan kerja. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara orientasi internal Work LoC dan tingkat kesiapan kerja yang lebih tinggi. Temuan ini mendukung hipotesis awal dengan effect size besar, yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara internal Work LoC dan kesiapan kerja. Kesimpulannya, lulusan baru yang merasa memiliki kendali atas hasil di tempat kerja (orientasi internal Work LoC) cenderung lebih mampu mengembangkan atribut-atribut yang membuat mereka siap dan sukses dalam karier mereka. Institusi pendidikan dan organisasi disarankan untuk mengembangkan program yang meningkatkan internal Work LoC guna menunjang kesiapan kerja lulusan baru.

This study aims to explore the relationship between Work Locus of Control (Work LoC) and work readiness. The primary hypothesis of this research is the existence of a significant positive relationship between internal Work LoC and work readiness. A correlational method was employed involving 302 Indonesian participants aged 21–25 years who were recent graduates with internship experience. The instruments used were the Work Locus of Control Scale (WLCS) to measure Work LoC and the Work Readiness Scale (WRS) to measure work readiness. Questionnaires were distributed online. The results indicate a significant positive relationship between internal Work LoC and higher levels of work readiness. These findings support the initial hypothesis with a large effect size, indicating a strong relationship between internal Work LoC and work readiness. In conclusion, graduates who feel in control of outcomes in the workplace (internal Work LoC) tend to develop attributes that make them more prepared and successful in their careers. Educational institutions and organizations are encouraged to develop programs that enhance internal Work LoC to support the work readiness of new graduates."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nabilla Aini Zahra
"Wabah mpox (monkeypox) dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Virus ini dapat menyebar kepada siapa saja, salah satunya anak-anak sebagai kelompok rentan. Mempertimbangkan peran penting orang tua dalam pencegahan infeksi mpox pada anak, peneliti menilai pengetahuan dan persepsi orang tua terhadap kejadian mpox pada anak di DKI Jakarta. Penelitian cross-sectional berbasis kuesioner ini dilakukan pada 18 Maret hingga 14 April 2023. Sebanyak 442 orang tua di DKI Jakarta terlibat dalam penelitian ini melalui teknik convenience sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 442 orang tua hanya 8,1% yang memiliki pengetahuan baik dan 66,7% dari mereka memiliki pengetahuan yang kurang. Namun sebaliknya, mayoritas orang tua di DKI Jakarta memiliki persepsi positif terhadap kesadaran, tindakan pencegahan, dan rekomendasi terhadap penyakit mpox. Temuan ini menyoroti kebutuhan terhadap pendidikan publik terkait wabah mpox. Meningkatkan pengetahuan tentang mpox akan menjadi kunci untuk meningkatkan kapasitas orang tua dalam menanggapi dan mencegah penularan virus mpox pada anak.

The outbreak of mpox (monkeypox) has been declared a public health emergency of international concern. This virus can spread to anyone, one of which is children as a vulnerable group. Considering the important role of parents in the prevention of mpox in children, the researchers sought to assess parents' knowledge and perceptions of the incidence of mpox in children in DKI Jakarta. This questionnaire-based cross-sectional study was conducted from March 18 to April 14, 2023. A total of 442 parents in DKI Jakarta were involved in this study by convenience sampling. The results of the univariate analysis showed that of the 442 parents, only 8.1% had good knowledge and 66.7% of them had less knowledge toward mpox in children. However, parents in DKI Jakarta have a positive perception of awareness, preventive measures, and recommendations against mpox. The findings highlighted the need for public education related to the mpox outbreak. Increasing knowledge about mpox will be the key to improving the capacity of parents to respond to and prevent transmission of the mpox virus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>