Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rumaisha Nabilah
"COVID-19 menyebabkan berkurangnya interaksi individu yang dapat memunculkan kesepian. Dengan demikian, kesepian perlu diatasi dengan welas diri yang telah ditemukan pengaruhnya terhadap kesepian pada penelitian terdahulu. Namun, pengaruh welas diri terhadap kesepian perlu diuji kembali dengan mengontrol variabel gender karena terdapat penelitian serupa yang menemukan adanya kemungkinan bias gender dalam hasil yang ditemukan terkait pengaruh welas diri terhadap kesepian. Meta analisis juga menunjukkan adanya hubungan gender dengan welas diri maupun kesepian. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran welas diri terhadap kesepian setelah mengontrol variabel gender pada dewasa muda Indonesia pada masa pandemi COVID-19. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 474 partisipan dengan kriteria laki-laki atau wanita minimal berpendidikan lulusan SMA/sederajat berdomisili Indonesia dan berusia 20 hingga 40 tahun. Pengukuran kesepian dilakukan dengan alat ukur UCLA Loneliness Scale (version 3) oleh Russell (1996) dan pengukuran welas diri menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale (Neff, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa welas diri secara umum memengaruhi kesepian secara negatif dan signifikan (b = -10,104, SE = 0,638, p = 0,000). Pengaruh negatif dan signifikan welas diri terhadap kesepian berkontribusi sebesar 34,3% setelah mengontrol variabel gender. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa makin tinggi tingkat welas diri yang dimiliki individu, akan makin rendah tingkat kesepian pada individu tersebut. Dengan demikian, penyebaran informasi terkait welas diri masih perlu dilakukan sebagai salah satu upaya mengurangi tingkat kesepian.

COVID-19 causes reduction in individual interactions which can lead to the feelings of loneliness. Thus, loneliness needs to be overcomed by self-compassion which has been found to have an effect on loneliness in previous studies. However, the effect of self-compassion on loneliness needs to be re-examined with addition of control for the gender variable due to a possible gender bias in the results that have been found in similar studies regarding the effect of self-compassion on loneliness. Meta-analysis also shows a gender relationship with self-compassion and loneliness This study was conducted to examine the role of self-compassion on loneliness after controlling for gender variables in young Indonesian adults during the COVID-19 pandemic. This quantitative study involved 474 participants with the criteria of being male or female, at least having a high school graduate/equivalent, domiciled in Indonesia and aged 20-40 years. Loneliness was measured using the UCLA Loneliness Scale (version 3) by Russell (1996) and self-compassion was measured using the Self-Compassion Scale (Neff, 2003). The results showed that self-compassion generally negatively and significantly affected loneliness (b = -10.104, SE = 0.638, p = 0.000). The negative and significant effect of self-compassion on loneliness contributed 34.3% after controlling for the gender variable. Based on these results, it can be concluded that the higher the level of self-compassion an individual has, the lower the level of loneliness in that individual will be. Thus, the socialization of information related to self-compassion still needs to be done as an effort to reduce the level of loneliness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Yuthi Andrisha
"Periode stay-at-home dan terbatasnya interaksi yang dapat dilakukan akibat Pandemi COVID-19, membuat kelompok usia dewasa muda berisiko mengalami kesepian. Dalam keadaan seperti ini, peran keluarga menjadi sangat penting dalam membantu individu mengatasi rasa kesepiannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran keberfungsian keluarga sebagai prediktor dari kesepian pada dewasa muda di masa Pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pengambilan data dilakukan secara daring dengan menggunakan dua alat ukur, yaitu Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan UCLA Loneliness Scale Short Version (ULS-6) untuk mengukur kesepian. Partisipan penelitian ini adalah 488 dewasa muda terdiri dari perempuan dan laki-laki belum menikah dengan rentang usia 18-25 tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, ditemukan bahwa keberfungsian keluarga secara simultan dan signifikan dapat memprediksi kesepian pada dewasa muda di masa Pandemi COVID-19 (R2 = 0,203, p<0.05). Peneliti juga menemukan bahwa dimensi komunikasi, peran, dan keterlibatan afektif secara signifikan mampu memprediksi rasa kesepian pada dewasa muda. Hasil ini menandakan bahwa semakin baik keberfungsian keluarga maka semakin rendah tingkat kesepian yang dirasakan individu. Maka dari itu, keluarga dianjurkan untuk meningkatkan keberfungsian keluarganya dengan mengoptimalkan fungsi komunikasi, peran dan keterlibatan afektif untuk membantu dewasa muda dalam mengatasi rasa kesepian yang dirasakan selama Pandemi COVID-19.

The stay-at-home period and the limited interaction that is caused by the COVID-19 Pandemic, puts the young adult at risk of experiencing loneliness. In these conditions, the role of the family becomes more important in helping young adults to overcome their loneliness. The aim of this study was to examine the role of family functioning as the predictor of young adults’ loneliness during the COVID-19 pandemic. This study is a quantitative study. Data were collected online using two measuring tools, Family Assessment Device (FAD) to measure family functioning and UCLA Loneliness Scale Short Version (ULS-6) to measure loneliness. The participants of this study were 488 young adults consisting of unmarried women and men with an age range from 18-25. Based on the multiple regression analysis, it was found that family functioning simultaneously and significantly predicts young adults’ loneliness during the COVID-19 pandemic (R2 = 0,203, p<0.05). Researcher also found that the communication, role, and affective involvement dimensions were significant to predict young adults’ loneliness. These results indicate that the better the family functioning, the lower loneliness felt by the young adults. Therefore, families are encouraged to improve their family functioning by optimizing communication, roles, and affective involvement functions to help young adults overcome their loneliness during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan korelasi pada dimensi-dimensi loneliness yakni social loneliness, romantic emotional loneliness dan family emotional loneliness dengan penggunaan social network sites atau yang disingkat SNS seperti jumlah kepemilikan akun SNS, frekuensi penggunaan SNS serta durasi dalam mengakses SNS. Studi yang dilakukan merupakan studi kuantitatif. Partisipan merupakan dewasa muda, sejumlah 125 orang. Loneliness diukur dengan Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) versi yang telah diadaptasikan ke Bahasa Indonesia. Pengukuran penggunaan SNS diperoleh dari data penggunaan SNS seperti jumlah akun, frekuensi dan durasi penggunaan SNS yang dilaporkan oleh partisipan. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi-dimensi loneliness tersebut dengan jumlah kepemilikan akun SNS, frekuensi penggunaan SNS serta durasi dalam menggunakan SNS. Hubungan yang tidak signifikan ini dapat diartikan bahwa peningkatan pada social loneliness, romantic emotional loneliness, dan family emotional loneliness tidak diikuti dengan perubahan pada jumlah kepemilikan akun SNS, frekuensi penggunaan SNS serta durasi penggunaan SNS., This study was conducted to prove the correlational relationship between loneliness’s dimensions which are social loneliness, romantic emotional loneliness, and family emotional loneliness, and social network sites or SNS usage as in numbers of SNS account being used, SNS usage’s frequency and duration. This study uses a quantitative method. The participants were 125 people on their early adulthood. Social loneliness, romantic emotional loneliness and family emotional loneliness were measured using the Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) that was adapted to Bahasa Indonesia. SNS usage such as mentioned above were measured by usage self-report items within the questionnaire. The main result shows that there is no correlation relationship between the loneliness’s dimensions and the number of SNS accounts being used, the SNS usage’s frequency and duration. This indicates that increase within the social loneliness, romantic emotional loneliness and family emotional loneliness scores won’t be followed by changes of the number of SNS account being used nor the frequency and duration of the SNS usage. ]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaviani Indrasari Ranakusuma
"Studi ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh faktor individual dan faktor sosial terhadap rasa kesepian yang dialami oleh praremaja dan remaja korban peer victimization. Faktor individual terdiri dari set esteem dan temperamen. Empat faktor temperamen yang diukur dalam studi ini adalah surgency, effortful control, afliativeness dan negative affectivity. Faktor sosial terdiri dan penerimaan teman sebaya, kualitas persahabatan yang dimiliki, dan pola asuh orangtua. Subyek yang berpartisipasi dalam studi ini adalah murid kelas lima Sekolah Dasar dan kelas sembilan atau setara dengan kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, yang menurut penilaian kelompok sebayanya mengalami viktimisasi atau kekerasan di lingkungan sekolah.
Analisa dengan menggunakan ree-resi memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh kedua faktor individual dan sosial pada praremaja dan remaja korban viktimisasi. Self-esteem yang termasuk faktor individual merupakan satu-satunya variabel yang mempengaruhi rasa kesepian pada praremaja. Analisa lebih lanjut pada kelompok praremaja memperlihatkan peran self-esteem sebagai mediator antara dua faktor dari temperamen yaitu of ortful control dan aitiativeness dengan rasa kesepian. Tidak terlihatnya pengaruh pola asuh orangtua terhadap rasa kesepian diuraikan berdasarkan sudut pandang statitistik pada bagian diskusi. Sumbangan variabel yang minimal (9%) terhadap variabilitas rasa kesepian pada praremaja mengindikasikan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi rasa kesepian pada kelompok yang tidak diperhitungkan dalam studi.
Pada remaja korban viktirnisasi, surgency pada temperamen yang merupakan faktor individual, serta pain asuh yang welas asih (nurturing), dan kualitas persahabatan yang merupakan faktor sosial mempengaruhi secara negatif rasa kesepian. Dapat dikatakan remaja dengan faktor surgency yang tinggi, memiliki hubungan persahabatan yang memuaskan dirinya, serta memiliki orangtua yang welas asih, melaporkan rasa kesepian yang rendah walaupun is mengalami viktimisasi oleh kelompok sebayanya. Kualitas persahabatan yang memuaskan dimiliki oleh remaja yang memiliki negative affectivity yang rendah serta memiliki orangtua yang tidak punitif dalam berinteraksi dengan anak.
Walaupun terdapat perbedaan pengaruh faktor individual dan faktor sosial terhadap rasa kesepian antara kelompok remaja dan praremaja korban viktimisasi, namun analisa yang dilakukan secara bersamaan terhadap kedua kelompok ini memperlihatkan bahwa rasa kesepian hanya dialami oleh mereka yang merasakan dirinya sebagai korban (self-report victimization). Penilaian kelompok sebaya bahwa individu menjadi korban viktimisasi tidak mempengaruhi timbulnya rasa kesepian pada kedua kelompok
Hasil yang diperoleh dart studi ini mengindikasikan bahwa diperlukan programprogram pendidikan dan pelatihan untuk orangtua danl atau pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (parenting skill) dan kesadaran (awareness) pentingnya pengaruh pola pengasuhan yang welas asih dari orangtua kepada anak terhadap kesejahteraan mental (psychological well-being) remaja yang akan menginjak masa dewasa. Dengan dukungan yang diperoleh dart orangtua dan sahabat, remaja tidak mengalami kesepian walaupun is mengalami viktimisasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Ishfahanie
"Penutupan institusi pendidikan sebagai salah satu langkah penerapan kebijakan pembataan sosial berskala besar, menyebabkan mahasiswa berisiko mengalami kesepian. Kesepian yang terjadi pada mahasiswa dapat berdampak pada kesehatan mental mahasiswa, salah satunya berisiko mengalami psychological distress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian selama pandemi Covid-19 dengan psychological distress pada mahasiswa. Penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif-korelasi dan teknik potong lintang melibatkan 591 mahasiswa, didapatkan melalui teknik virtual network sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji kai kuadrat didapatkan ada hubungan antara kesepian selama pandemi Covid-19 dengan psychological distress (p=0,000). Penelitian ini membantu pelayanan, penelitian, dan pendidikan keperawatan terkait kesepian dan psychological distress. Peningkatan concern dan awareness perawat terhadap fenomena kesepian dan stresor lainnya yang dapat mengancam kesejahteraan psikologis mahasiswa direkomendasikan.

The closure of educational institutions as one of the steps in implementing large-scale social restriction puts college students at risk of experiencing loneliness. Loneliness can dangerously affects students’ mental health, one of negative mental health risk caused by loneliness is psychological distress. This study aims to determine the relationship of loneliness during Covid-19 pandemic and psychological distress in college students. Quantitative research with descriptive-correlation design and cross-sectional technique involving 591 students, obtained through virtual network sampling technique. The result of the bivariate analysis with the Chi-square test found a relationship between loneliness during Covid-19 pandemic and psychological distress (p=0,000). This research supports the development of nursing services, research, and education related to loneliness and psychological distress. It is recommended to increase nurses’ concern and awareness of the phenomenon of loneliness and other stressors that can affect students’ psychological well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Magiana Ignasia
"Tingkat dukungan sosial yang dirasakan tinggi telah terbukti berkontribusi melawan perasaan kesepian rendah yang dialami individu. Penelitian ini ingin melihat perbedaan pengaruh sumber dukungan sosial yang dirasakan pada kemunculan rasa kesepian pada mahasiswa luar negeri tahun pertama di Universitas Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini adalah 169 mahasiswa asing tahun pertama di Universitas Indonesia yang berasal dari luar Jabodetabek tidak pernah bermigrasi sebelumnya, dan saat ini tinggal sendiri. Hasil analisis statistik menggunakan Analisis Regresi Berganda Linier menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang simultan dari 18,8% dari pengukuran tiga sumber dukungan sosial yang dipersepsikan, yaitu keluarga, teman, dan orang penting lainnya, melawan kesepian. Selain itu, ditemukan Selain itu, dukungan sosial dianggap dari teman-teman sebagai penyumbang terbesar tinggi badan menuju kesepian (β = -0.352, p = 0.040) ketika berinteraksi dengan dukungan sosial dari keluarga dan orang penting lainnya. Sumber dukungan sosial yang dirasakan teman tampaknya paling berpengaruh terhadap tingkat kesepian siswa migran dalam penelitian ini, R2 = 0,069, F (1,167) = 12,368, p <0,05. Saran untuk penelitian ini adalah dapat menambahkan laporan diri di akhir kuesioner untuk mengetahui formulirnya dukungan yang diberikan oleh masing-masing sumber secara khusus.

High levels of perceived social support have been shown to contribute to low feelings of loneliness experienced by individuals. This study wants to see the difference in the influence of the perceived sources of social support on the emergence of loneliness among first-year foreign students at the University of Indonesia. Participants in this study were 169 first-year foreign students at the University of Indonesia who came from outside Jabodetabek who had never migrated before, and currently live alone. The results of statistical analysis using Linear Multiple Regression Analysis show that there is a simultaneous effect of 18.8% of the measurement of three perceived sources of social support, namely family, friends, and significant others, against loneliness. In addition, it was found that social support was considered from friends as the biggest contributor to height towards loneliness (β = -0.352, p = 0.040) when interacting with social support from family and significant others. The source of social support felt by friends seemed to have the most influence on the level of loneliness of migrant students in this study, R2 = 0.069, F (1.167) = 12.368, p <0.05. Suggestions for this research is able to add self-report at the end of the questionnaire to find out the form of support provided by each source specifically."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Vitria Ningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja di DKI Jakarta. Sebanyak 701 responden yang merupakan remaja SMA di DKI Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah dipilih berdasarkan multistage random sampling. Dalam melihat kedua hubungan varibel tersebut, digunakan alat ukur Sense of Community Index SCI-2 yang terdiri dari 24 item dan de Jong Loneliness Scale yang terdiri dari 6 item. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja SMA di DKI Jakarta. Hubungan antara keduanya menunjukkan arah yang negatif, dimana semakin tinggi skor sense of community di sekolah diikuti dengan rendahnya skor kesepian pada remaja.

This study was conducted to examine the relationship of sense of community in schools and loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. A total of 701 respondents who are high school teenagers in DKI Jakarta partitioned in this study and selected through multistage random sampling technique. Sense of community was measured by The Sense of Community Index 2 SCI 2 consists of 24 items and loneliness was measured by de Jong Loneliness Scale consisting of 6 items. The results of this study indicate a significant relationship between the sense of community in school with loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. The relationship between the two variables shows negative direction, where the higher the score of the sense of community in school followed by the low score of loneliness in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Athika Rani
"Remaja dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian psikologis dengan baik agar dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi. Namun demikian, banyak remaja mengalami perasaan kesepian yang dapat berdampak negatif pada penyesuaian psikologisnya. Salah satu faktor protektif yang dapat melindungi remaja dari masalah penyesuaian psikologis adalah resiliensi yang terdiri dari resource dan vulnerability index. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran resiliensi sebagai moderator dalam hubungan antara loneliness dan penyesuaian psikologis remaja. Metode penelitin ini adalah kuantitatif dan cross-sectional. Terdapat 377 partisipan remaja berusia 12-18 tahun dalam penelitian ini. Loneliness diukur menggunakan instrumen de Jong Gierveld Loneliness Scale, resiliensi diukur dengan instrumen Resilience Scale for Children and Adolescent, dan penyesuaian psikologis diukur menggunakan instrumen Brief Adjustment Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resource index dari resiliensi secara signifikan berperan sebagai moderator yang melemahkan hubungan antara loneliness dan penyesuaian psikologis remaja. Hasil ini juga berimplikasi pada pentingnya intervensi yang dapat meningkatkan resiliensi yaitu resource index guna meningkatkan kesehatan mental remaja secara umum.

Adolescent are required to have a positive psychological adjustments in order to adapt to the various changes that occur in their life. However, many adolescents experience feelings of loneliness which can have a negative impact on their psychological adjustment. One of the protective factors that can protect adolescents from psychological adjustment problems is resilience which consists of resource and vulnerability indexes. This study aims to determine the role of resiliency as a moderator in the relationship between loneliness and adolescent psychological adjustment. This research method is quantitative and cross-sectional. There were 377 youth participants aged 12-18 years in this study. Loneliness was measured using the de Jong Gierveld Loneliness Scale instrument, resilience was measured with the Resilience Scale for Children and Adolescents instrument, and psychological adjustment was measured using the Brief Adjustment Scale instrument. The results showed that the resource index of resilience significantly acts as a moderator that weakens the relationship between loneliness and adolescent psychological adjustment. These results also have implications for the interventions that can increase resiliency, importanly, the resource index to improve adolescent mental health in general."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfita Virgiana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya. Alat ukur yang digunakan adalah Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif dan Father Invlovement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku oleh Finley dan Schwartz 2004 , sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesepian adalah Revised-UCLA Loneliness Scale oleh Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Sampel pada penelitian ini berjumlah 429 remaja madya berusia 14 hingga 18 tahun yang tinggal di daerah Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya.

The main purpose of this study is to find out the correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence. Nurturant Fathering Scale is used to measure father involvement in affective domain dan Father Involvement Scale is used to measure father involvement in behavior domain by Finley and Schwartz 2004 . Loneliness is measured using Revised UCLA Loneliness Scale by Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Total sample in this study is 429 middle adolescents who lived in Jabodetabek. The result of this study using Pearson Product Moment showed that there was correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Dewina
"Kesepian merupakan salah satu gangguan psikososial yang disebabkan oleh isolasi sosial dan emosional. Pandemi COVID-19 memberikan dampak berupa isolasi sosial akibat dari pembatasan sosial. Lansia termasuk dalam kelompok rentan terdampak COVID-19. Selama masa pandemi COVID-19 lansia mengalami pembatasan interaksi sosial sehingga berdampak mengalami kesepian. Kesepian dapat diatasi oleh beberapa faktor diantaranya dengan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesepian dengan dukungan sosial pada lansia di Pelayanan Kesehatan Sosial di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 95 lansia (> 60 tahun), dikumpulan dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah The University of California Los Angeles Loneliness Scale version 3 dan Social Support Quistionaire. Hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05). Sehingga, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kesepian dengan dukungan sosial pada lansia. Dukungan sosial dapat dtingkatkan selama masa transisi dan atau sudah mulai selesainya PPKM untuk mnegurangi risiko kesepian pada lansia.

Loneliness is one of the psychosocial disorders caused by social and emotional isolation. The COVID-19 pandemic has had an impact in the form of social isolation due to social distancing. The elderly are among the vulnerable groups affected by COVID-19. During the COVID-19 pandemic, the elderly experienced restrictions on social interactions, which resulted in experiencing loneliness. Loneliness can be overcome by several factors including social support. This study aims to identify the relationship between loneliness and social support in the elderly at the Social Health Service in Jakarta. This study uses quantitative methods with cross-sectional design. The number of respondents to this study was 95 elderly (> 60 years), collected using purposive sampling techniques. The instruments used are The University of California Los Angeles Loneliness Scale version 3 and Social Support Quistionaire. The results of the study obtained a p value of 0.000 (p<0.05). Thus, it can be concluded that there is a relationship between loneliness and social support in the elderly. Social support can be increased during the transition period and or the completion of PPKM to reduce the risk of loneliness in the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>