Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pocut Raysha Amyra Amuntaiarni
"Dengan menggunakan data dari IFLS 4 dan IFLS 5 dengan sampel Indonesia, penelitian ini mencoba untuk melihat hubungan antara transisi status pernikahan dan konservatisme terhadap pekerjaan perempuan di Indonesia, dan bagaimana hubungan tersebut bervariasi di berbagai sektor. Regresi multinomial logit mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh negatif dari transisi status pernikhan menjadi “menikah” bagi perempuan di sektor informal. Di antara konservatisme, konservatisme relijius meningkatkan kemungkinan perempuan untuk melakukan pekerjaan informal, dan menurunkan kemungkinan untuk bekerja di sektor formal. Tidak hanya itu, konservatisme pasangan juga secara signifikan menurunkan kemungkinan perempuan untuk bekerja di sektor formal.

Using data from IFLS 4 and IFLS 5 with Indonesia as the sample, this research attempts to examine the association between marital status transition and conservatism toward women’s employment in Indonesia, and how the association varies across different sectors. A multinomial logit regression reveals that there is a negative effect of marital gain for women in the informal sector. Among conservatism, religious conservatism did increase women’s informal work and decrease women’s employment in the formal sector. Not only that, but a spouse’s conservatism also significantly decreases the probability of women working in the formal sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalida
"Penelitian ini menganalisis pengaruh dari pernikahan anak pada wanita terhadap kemampuan negosiasi wanita tersebut dalam keluarga menggunakan data dari Indonesia Family Life Survey IFLS gelombang kelima. Proxi yang digunakan untuk kemampuan bernegosiasi adalah pengaruh wanita dalam pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak, transfer ke orangtua dan mertua, serta waktu sosialisasi suami dan diri sendiri.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menikah pada usia dewasa akan meningkatkan kemungkinan wanita tersebut memiliki kemampuan negosiasi dalam keluarga pada aspek pendidikan anak, kesehatan anak dan waktu yang dihabiskan suami untuk bersosialisasi di luar. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan pentingnya mengurangi pernikahan di bawah umur karena fenomena tersebut secara negatif mempengaruhi pemberdayaan wanita dari sisi kemampuan negosiasi dalam keluarga.Kata Kunci: wanita, pernikahan anak, agensi keluarga, kemampuan negosiasi.

This study analyses the impact of child marriage on womens socio economic bargaining power in the family using the fifth wave of Indonesia Family Life Survey. The proxies used for socioeconomic bargaining power are spending for childrens education and health, transfer to parents and parents in law, husbands socialising time and respondent rsquo s socialising time.
The findings show that marrying after reaching adulthood will increase the womens probability for bargaining power in their childrens education, childrens health and husbands socialising time. The implication of this study would address the importance of reducing the number of child marriage in Indonesia as it would affect womens empowerment represented by family socio economic agency in negative way.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzah Rana Fadhilah
"Pertanyaan mengenai bagaimana kualitas pendidikan dapat ditingkatkan berakar dari Fungsi Produksi Pendidikan yang menyatakan empat faktor yang mempengaruhi capaian pendidikan, yaitu kemampuan dasar anak, latar belakang keluarga, faktor teman sebaya, dan faktor sekolah. Studi ini mencoba menguji hubungan antara salah satu faktor latar belakang keluarga, status pernikahan orang tua, dengan performa pendidikan anak yang diukur dengan skor kognitif dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. Studi ini menemukan bahwa anak dengan orang tua yang berpisah secara signifikan memiliki performa pendidikan yang lebih rendah dibanding anak yang orang tuanya masih bersama. Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua yang berpisah perlu didukung dengan faktor lain untuk menutupi dampak negatif perpisahan orang tua pada performa pendidikannya.

The question of how education quality can be improved rooted back to Education Production Function that stated four factors affecting academic achievement, which are children innate ability, family background, peer influence, and school inputs. This study attempts to examine the relation between one of family background characteristics, parental marital status, with children education performance which is proxied by cognitive score from Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. This study found that children with separated parents have significant lower education performance than those with intact parents. This finding suggests that children with separated parents need to be supported through other factors such as school inputs to offset the negative impact of parental separation on their education performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Jenny Rahayu Afsebel
"Di dalam budaya patriarki, marital rape adalah sebuah kejahatan yang pada umumnya rentan dialami oleh perempuan. Namun, perlindungan perempuan korban marital rape belum optimal dilaksanakan. Studi kualitatif ini bertujuan menemukan dan menganalisis transformasi nilai kesetaraan gender melalui kebijakan sosial yang dapat mendorong perlindungan bagi perempuan korban marital rape. Penelitian ini melibatkan 3 informan perempuan korban marital rape dan 20 narasumber terkait dari lembaga pemerintah (KemenPPA, Kepolisian, P2TP2A), lembaga layanan korban (Women Crisis Center), Komnas Perempuan, akademisi maupun pemuka agama (Islam, Kristen, Katolik, Buddha). Wawancara dilakukan secara daring dan tatap muka. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teori kriminologi feminis dan feminis radikal. Teori kriminologi feminis melihat marital rape sebagai kejahatan dan feminis radikal melihat patriarki sebagai penyebabnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk kebijakan sosial di level individual, interpersonal, organization, community, dan public policy yang beragam seperti transformasi bimbingan pranikah, regulasi, layanan pendampingan (psikologis, medis, ekonomi dan keterampilan bekerja). Dari beragam bentuk kebijakan sosial yang ditemukan, peneliti memprioritaskan terlaksananya transformasi layanan pendampingan korban yang sesuai dengan kebutuhan korban dan bimbingan pranikah di berbagai level kebijakan.

In a patriarchal culture, marital rape is a crime that is generally vulnerable to experience by women. However, protecting women victims of marital rape has not been optimally implemented. This qualitative study aims to find and analyze the transformation of the value of gender equality through social policies that can encourage protection for women victims of marital rape. This study involved three female informants who were victims of marital rape and 20 related sources from government institutions (KemenPPA, Police, P2TP2A), victim service institutions (Women Crisis Center), and Komnas Perempuan, academics and religious leaders (Islam, Christian, Catholic, Buddhist). Interviews were conducted online and face-to-face. The data collected were analyzed using feminist and radical feminist criminology theory. The feminist criminological theory sees marital rape as a crime, and radical feminists see patriarchy as the cause. The results of this study show that there are various forms of social policy at the individual, interpersonal, organizational, community, and public policy levels, such as the transformation of premarital guidance, regulation, and mentoring services (psychological, medical, economic and work skills). From the various forms of social policies found, the researchers prioritized the transformation of victim assistance services according to the needs of victims and premarital guidance at various policy levels."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agni Aflikhiya Sari
"Pandemi COVID-19 membawa berbagai dampak masalah psikologis kepada pasangan menikah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebosanan, religious coping, dan traits kepribadian dengan kepuasan perkawinan selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan terdiri dari 287 orang Indonesia berstatus menikah, terdiri dari 199 perempuan dan 88 laki-laki (usia 20-65 tahun). Pengukuran dilakukan dengan ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iranian Religious Coping (IRCOPE), dan IPIP-BFM-25 Indonesia. Data di analisis dengan Pearson’s correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara kebosanan dan kepuasan perkawinan, ada korelasi positif antara semua traits kepribadian (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) dan kepuasan perkawinan, dan tidak ada korelasi antara religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) dan kepuasan perkawinan. Implikasi praktis dari hasil penelitian adalah untuk memperhatikan pentingnya mengatasi kebosanan dan mengembangkan religious coping yang tepat agar dapat meningkatkan kepuasan perkawinan di masa pandemi dan selanjutnya.

COVID-19 pandemic cause psychological problems for marital couple. This study investigated the relationship between boredom, religious coping, and personality traits with marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Participants were 287 married individuals (20-65 years old), consisting 199 women and 88 men, living in Indonesia. Data were collected through online survey forms using ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iran Religiousitas Coping (IRCOPE), and Personality Traits (IPIP-BFM-25 Indonesia). The results showed a negative correlation between boredom and marital satisfaction and positive correlations between personality traits (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) and marital satisfaction. However, there was no significant correlation between religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) and marital satisfaction. The result showed the importance of overcoming boredom and develop the right religious coping to improve marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Putri Inayati
"Kemudahan berkomunikasi melalui media sosial dapat memberi keuntungan maupun menjadi tantangan bagi hubungan interpersonal, termasuk dalam hubungan pernikahan. Salah satu tantangan yang muncul yaitu perselingkuhan yang dilakukan secara daring atau online infidelity. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara resiliensi dan online infidelity dengan kepuasan pernikahan sebagai mediator. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yaitu Social Media Infidelity-Related Behaviors (SMIRB), Kansas Marital Satisfaction Scale (KMSS), dan versi singkat dari Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) yang diadministrasikan secara daring untuk mengukur variabel-variabel penelitian. Partisipan penelitian merupakan individu yang telah menikah selama lebih dari 3 tahun (N=264, mean usia=43,18, mean usia pernikahan=16,47). Hasil menunjukkan bahwa resiliensi dan kepuasan pernikahan memiliki pengaruh negatif yang signifikan tehadap online infidelity. Hasil juga menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan memediasi hubungan antara resilieni dan online infidelity.

The ease of communicating through social media can provide both benefits and challenges for interpersonal relationships, including marriage. One of these challenges is online infidelity. This study aimed to investigate the mediating role of marital satisfaction in the relationship between resilience and online infidelity. This study used Social Media Infidelity-Related Behaviors (SMIRB), Kansas Marital Satisfaction Scale (KMSS), and the 10-item version of Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) that administered through online questionnaireto measure the research variables. Participants of this study are individuals who are married for over than 3 years (N=264, mean age=43.18, mean years of marriage= 16.47). Result indicated that relisience and marital satisfaction have significant negative effects on online infidelity. Result also indicated that marital satisfaction has a mediating role in the relationship between resilience and online infidelity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Marliyani
"Pernikahan akan sukses ketika masing-masing pasangan merasakan kepuasan sehingga terhindar dari perceraian (Lucas dkk, 2008). Kepuasan pernikahan akan diperoleh dengan mengatasi stres. Stres eksternal adalah stres yang berasal dari luar hubungan yang dapat mempengaruhi hubungan romantis dan tingkat kepuasan pasangan, dan dapat diatasi dengan melakukan dyadic coping (Randall Bodenmann, 2009; 2017). Upaya lain dalam rangka memperoleh dan mempertahankan kepuasan pernikahan adalah dengan melakukan religious coping.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stres eksternal terhadap kepuasan pernikahan dengan mediasi dyadic coping dan moderator religious coping. Partisipan penelitian adalah individu dari pernikahan taaruf yang merupakan pasangan suami istri (N=130, 65 pasangan) dan non-taaruf (N=138, 69 pasangan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dyadic coping secara signifikan positif memediasi pengaruh stres eksternal terhadap kepuasan pernikahan pada kedua kelompok partisipan. Negatif religious coping memoderasi secara signifikan negatif hubungan dyadic coping dan kepuasan pernikahan pada kedua kelompok partisipan. Namun religious coping positif hanya memoderasi secara signifikan positif hubungan dyadic coping dan kepuasan pernikahan pada pasangan non-taaruf. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan jangkauan partisipan yang lebih luas untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam akan hubungan antar variabel penelitian.

Marriage will be successful when each partner feels satisfaction in order to avoid divorce (Lucas et al, 2008). Marital satisfaction will be obtained by overcoming stress. External stress is stress that originates from outside relationships that can spill into a romantic relationship and affect the partners level of satisfaction, and can be overcome by coping with dyadic coping (Randall Bodenmann, 2009; 2017). Another effort in order to achieve and maintain marital satisfaction is by religious coping.
The purpose of the study was to study the influence of external stress on marital satisfaction by mediating role of dyadic coping and religious coping as moderators. The participants of the study were individuals from taaruf (N = 130, 65 couples) and non-taaruf (N = 138, 69 couples) marriage.
The results showed that significant positive effect of dyadic coping which mediated external stress on marital satisfaction in both groups of participants. Religious coping has signifficant negative effect in marital satisfaction in both groups of participants. However, positive religious coping only has significant positive effect in moderates the relationship between dyadic coping and marital satisfaction in individuals from non-taaruf marriage. Further research need to be done in the future in order to gain a deeper understanding on the topic.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastin Melur Maharti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan pernikahan, komitmen beragama, dan komitmen pernikahan secara global dan menurut tipenya, komitmen personal, moral, dan struktural. Partisipan penelitian ini adalah berjumlah 315 orang, berusia 20 hingga 58 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kepuasan pernikahan dan komitmen pernikahan, komitmen beragama dan komitmen pernikahan, kepuasan pernikahan bersama dengan komitmen beragama dan komitmen pernikahan. Juga diketahui bahwa kepuasan pernikahan memiliki pengaruh terhadap komitmen personal dan komitmen moral. Sementara komitmen beragama memiliki pengaruh terhadap komitmen personal, komitmen moral, dan komitmen struktural.

This research is aimed to discover the interrelation between marital satisfaction, religious commitment and marital commitment globally and based on its types, personal, moral, and structural. The sampling of the research is 315 persons, with age 20 until 58 years old. The result of the research shows there is a significant correlation between marital satisfaction and marital commitment, religious commitment and marital commitment, marital satisfaction together with religious commitment and marital commitment. It is also discovers that marital commitment influences personal commitment and moral commitment, while religious commitment influences personal commitment, moral commitment, and structural commitment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Rizqiana
"Satu tahun pernikahan merupakan masa penyesuaian yang dicirikan dengan adanya perasaan romansa yang kuat dan konflik yang tidak terlalu kompleks sehingga pernikahan akan cenderung stabil. Berbanding terbalik dengan masa setelah satu tahun yang menunjukan kerentanan pasangan mengalami perceraian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kepuasan pernikahan yang diukur menggunakan Couple Satisfaction Index dengan sikap terhadap perselingkuhan yang diukur menggunakan Attitudes Toward Infidelity Scale. Terdapat 457 partisipan yang diperoleh melalui convenience sampling dengan cara menyebarkan poster penelitian melalui media sosial. Karakteristik partisipan dalam penelitian ini yaitu individu dengan usia pernikahan minimal satu tahun dan tingkat pendidikan minimal SMA. Hasil penelitian terhadap hubungan kedua variabel penelitian setelah mengontrol gender, pendapatan keluarga, dan kondisi tinggal menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dengan sikap terhadap perselingkuhan. Semakin individu merasa puas dengan pernikahannya, semakin mereka tidak menyetujui adanya perselingkuhan

The first year of marriage is a period of adjustment characterized by a strong feeling of romance and less complex conflicts so that the marriage will tend to be stable. It is inversely proportional to the period after first year which show the vulnerability of the couple to divorce. This is a correlational study that aims to see the relationship between marital satisfaction which measured by Couple Satisfaction Index and attitude towards infidelity which measured by Attitudes Toward Infidelity Scale. There were 457 participants obtained through convenience sampling by distributing research posters through social media. The characteristics of the participants in this study were individuals who are married at least one year and a minimum high school education level. The result of the study on the relationship between the two research variables after controlling for gender, family income, and living condition shows that there is a significant negative relationship between marital satisfaction and attitude towards infidelity. The more individuals feel satisfied with their marriage, the more they disapprove of the existence of infidelity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Amelia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan korelasi antara sikap mengenai perkawinan dengan kualitas perkawinan orang tua pada kaum muda. Studi-studi terdahulu yang membahas sikap mengenai perkawinan menemukan korelasi yang signifikan, tetapi hanya berfokus satu aspek dalam perkawinan orang tua (seperti kebahagiaan atau konflik) yang dapat memengaruhi sikap tersebut. Dengan demikian, penelitian ini hendak mengembangkan studi sebelumnya dengan menggunakan konsep kualitas perkawinan orang tua yang mencakup beberapa aspek, yaitu happiness, interaction, conflict, dan divorce proneness. Sikap mengenai perkawinan juga dianalisis, serta dilihat korelasi antara sikap tersebut dengan kualitas perkawinan orang tua berdasarkan jenis kelamin. Penelitian terdahulu menemukan kecenderungan perempuan untuk menyikapi perkawinan secara lebih positif. Namun, jika dikaitkan dengan perkawinan orang tua, sikap mengenai perkawinan pada laki-laki cenderung lebih positif yang mengindikasikan bahwa laki-laki tidak terlalu terpengaruh sikapnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara daring pada kaum muda berstatus belum menikah yang berusia 18-30 tahun, di area Jabodetabek. Selain itu, dilakukan wawancara mendalam kepada lima responden yang dipilih berdasarkan positif atau negatifnya sikap mengenai perkawinan dan tinggi atau rendahnya kualitas perkawinan orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas perkawinan orang tua dan sikap kaum muda mengenai perkawinan dengan arah korelasi yang positif, tetapi dengan kekuatan korelasi yang lemah. Kemudian, ditemukan bahwa korelasi positif antara kualitas perkawinan orang tua dan sikap mengenai perkawinan lebih signifikan pada perempuan.

This research aimed to explain the correlation between parental marital quality and marital attitudes among youth. Previous studies on marital attitudes found significant correlation, yet only focused on one aspect of parents’ marriage which could affect the marital attitudes, such as happiness or interparental conflict. Thus, this study took a step further by using parental marital quality concept which encompasses multiple aspects, namely happiness, interaction, conflict, and divorce proneness. The marital attitudes and its correlation to parental marital quality were also analyzed by gender. Earlier studies found that females tend to have a more positive outlook on marriage than males. However, if marital attitudes are linked with parents’ marriage, males tend to have a more positive marital attitude, indicating that males are barely affected by it. This study used a quantitative approach through an online survey to youth aged 18-30, not yet married, and were living in Jabodetabek area. Furthermore, in-depth interviews were conducted with five respondents who were selected based on their positive or negative marital attitudes and the degree of their parental marital quality. This study found a positive correlation between parents’ marital quality and marital attitude amongst youth, but the strength of correlation between the two variables was weak. However, this study showed that the correlation between the two variables was more significant among women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>