Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191939 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faza Ghani Irham
"Pandemi Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19) di Indonesia menyebabkan pemerintah memberlakukan program pembatasan sosial yang menyebabkan penerapan kebijakan work from home (WFH) yang mengharuskan perusahaan untuk menggunakan aplikasi video conference guna menjaga keberlangsungan komunikasi antar pekerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi niat keberlanjutan penggunaan aplikasi video conference di lingkungan pekerjaan pasca pandemi. Penelitian ini terdiri dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk merancang model dan mengeksplorasi technology affordance aplikasi video conference. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data dari 457 responden yang diolah dengan metode PLS-SEM. Penelitian ini menggabungkan teori technology affordance, task-technology fit (TTF), dan expectation-confirmation model (ECM). Penulis menemukan empat technology affordance yaitu communication, sharing resource, collaborative working, dan social presence. Hasil dari penelitian ini adalah task characteristic dan technology affordance memiliki pengaruh positif pada TTF. TTF memiliki pengaruh positif terhadap continuance intention secara langsung dan tidak langsung melalui perceived usefulness, confirmation, dan satisfaction. Kemudian, semua hipotesis dalam ECM terbukti. Terakhir, penelitian ini juga membuktikan bahwa expected degree of working flexibility memiliki pengaruh positif pada continuance intention. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan fitur bagi penyedia aplikasi video conference dan menjadi acuan dalam memilih aplikasi video conference bagi perusahaan yang menggunakannya.

The Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19) pandemic in Indonesia caused theIndonesian government to impose a social restriction program that led to the implementation of work from home (WFH). This requires companies to use video conferencing applications to maintain communication. This study aims to explain the factors influencing post-pandemic continuance intention of video conference applications in the workplace. This study uses qualitative and quantitative approaches. Qualitative approach is used to build the research model and explore technology affordances of video conferencing applications. Quantitative approach was carried out using data from 457 respondents processed with the PLS-SEM method. This study combines technology affordance theory, task-technology fit (TTF), and expectation-confirmation model (ECM). Four technology affordances were found, namely communication, sharing resource, collaborative working, and social presence. The results of this study show that task characteristic and technology affordance improve perceived TTF. TTF improves continuance intention directly and indirectly through perceived usefulness, confirmation, and satisfaction. This study found that all hypotheses in ECM were proven. Finally, this study proves that the expected degree of working flexibility has a positive influence on continuance intention. This study hopefully can be a reference for application providers to decide features to develop and for companies that use them to decide which application to use"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Rahmajati
"Pandemi Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19), yang masuk ke Indonesia di tahun 2020, menyebabkan pemerintah Indonesia memberlakukan program pembatasan sosial yang menyebabkan penerapan kebijakan pelaksanaan pekerjaan perusahaan, yaitu menjadi bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Hal ini mengharuskan perusahaan untuk menggunakan aplikasi video conference guna menjaga keberlangsungan komunikasi antar pekerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi niat keberlanjutan penggunaan aplikasi video conference di lingkungan pekerjaan pasca pandemi. Penelitian ini menggunakan mix-method yang terdiri dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk merancang model dan mengeksplorasi technology affordance yang sesuai dengan aplikasi video conference. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode PLS-SEM. Data responden penelitian ini berjumlah 457 responden. Penelitian ini menggabungkan teori technology affordance, task-technology fit, dan expectation-confirmation model. Penulis menemukan technology affordance dari aplikasi video conference yaitu communication affordance, sharing resource affordance, collaborative working affordance, dan social presence affordance. Hasil dari penelitian ini adalah task characteristic dan technology affordance memiliki pengaruh positif pada perceived task-technology fit (TTF). Kemudian, TTF memiliki pengaruh positif terhadap continuance intention secara langsung dan tidak langsung melalui perceived usefulness, confirmation, dan satisfaction. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa semua post acceptance variable dalam ECM terbukti. Terakhir, penelitian ini juga membuktikan bahwa expected degree of working flexibility memiliki pengaruh positif pada continuance intention. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan fitur bagi penyedia aplikasi video conference dan menjadi acuan dalam memilih aplikasi video conference bagi perusahaan yang menggunakannya.

The Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19) pandemic, which entered Indonesia in 2020, caused the Indonesian government to impose a social restriction program that led to the implementation of a company policy implementation of work, namely to work from home (WFH). This requires companies to use video conferencing applications to maintain continuous communication between employees. This study aims to explain the factors that influence the post-pandemic continuance intention of video conference applications in the workplace. This study uses mix-method consisting of qualitative and quantitative approaches. A qualitative approach is used to build the research model and explore technology affordances of video conference applications. A quantitative approach is used to test the hypothesis using the PLS-SEM method. This study collected data from 457 employees in Indonesia. This study combines technology affordance theory, tasktechnology fit, and expectation-confirmation model. This study found 4 technology affordances of video conference applications, namely communication affordance, sharing resource affordance, collaborative working affordance, and social presence affordance. The results of this study show that task characteristic and technology affordance improve perceived task-technology fit (TTF). Then, TTF improves continuance intention directly and indirectly through perceived usefulness, confirmation, and satisfaction. This study also found that all post-acceptance variables in ECM were proven. Finally, this study proves that the expected degree of working flexibility has a positive influence on continuance intention. This study hopefully can be a reference for video conference application providers to decide which features to develop and for companies that use them to decide which application to use.

"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Chaerida
"Pandemi Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19), yang masuk ke Indonesia di tahun 2020, menyebabkan pemerintah Indonesia memberlakukan program pembatasan sosial yang menyebabkan penerapan kebijakan pelaksanaan pekerjaan perusahaan, yaitu menjadi bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Hal ini mengharuskan perusahaan untuk menggunakan aplikasi video conference guna menjaga keberlangsungan komunikasi antar pekerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi niat keberlanjutan penggunaan aplikasi video conference di lingkungan pekerjaan pasca pandemi. Penelitian ini menggunakan mix-method yang terdiri dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk merancang model dan mengeksplorasi technology affordance yang sesuai dengan aplikasi video conference. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode PLS-SEM. Data responden penelitian ini berjumlah 457 responden. Penelitian ini menggabungkan teori technology affordance, task-technology fit, dan expectation-confirmation model. Penulis menemukan technology affordance dari aplikasi video conference yaitu communication affordance, sharing resource affordance, collaborative working affordance, dan social presence affordance. Hasil dari penelitian ini adalah task characteristic dan technology affordance memiliki pengaruh positif pada perceived task-technology fit (TTF). Kemudian, TTF memiliki pengaruh positif terhadap continuance intention secara langsung dan tidak langsung melalui perceived usefulness, confirmation, dan satisfaction. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa semua post acceptance variable dalam ECM terbukti. Terakhir, penelitian ini juga membuktikan bahwa expected degree of working flexibility memiliki pengaruh positif pada continuance intention. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan fitur bagi penyedia aplikasi video conference dan menjadi acuan dalam memilih aplikasi video conference bagi perusahaan yang menggunakannya.

The Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19) pandemic, which entered Indonesia in 2020, caused the Indonesian government to impose a social restriction program that led to the implementation of a company policy implementation of work, namely to work from home (WFH). This requires companies to use video conferencing applications to maintain continuous communication between employees. This study aims to explain the factors that influence the post-pandemic continuance intention of video conference applications in the workplace. This study uses mix-method consisting of qualitative and quantitative approaches. A qualitative approach is used to build the research model and explore technology affordances of video conference applications. A quantitative approach is used to test the hypothesis using the PLS-SEM method. This study collected data from 457 employees in Indonesia. This study combines technology affordance theory, tasktechnology fit, and expectation-confirmation model. This study found 4 technology affordances of video conference applications, namely communication affordance, sharing resource affordance, collaborative working affordance, and social presence affordance. The results of this study show that task characteristic and technology affordance improve perceived task-technology fit (TTF). Then, TTF improves continuance intention directly and indirectly through perceived usefulness, confirmation, and satisfaction. This study also found that all post-acceptance variables in ECM were proven. Finally, this study proves that the expected degree of working flexibility has a positive influence on continuance intention. This study hopefully can be a reference for video conference application providers to decide which features to develop and for companies that use them to decide which application to use."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Hilmi Irfandi
"Perusahaan XYZ menerapkan Customer Life Cycle atau CLC yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan demi menjaga loyalitas pengguna. Tak hanya menjaga loyalitas, Perusahaan XYZ menerapkan CLC guna memperluas bisnis yang dijalani olehnya. Dengan bantuan teknologi, CLC dapat dengan mudah untuk dianalisis lebih mendalam. Teknologi yang digunakan berupa pembelajaran mesin. Pembelajaran mesin ini diimplementasikan untuk mendapatkan insight dari data yang dimiliki Perusahaan XYZ. Dalam mendapatkan insight tersebut, digunakan beberapa metode seperti Support Vector Machine, Logistic Regression, Gradient Boosting, Random Forest, Decision Tree, dan FPGrowth. Insight yang didapatkan selanjutnya ditampilkan dalam bentuk visualisasi data yang diaplikasikan ke dalam website. Terdapat tiga permasalahan berbeda yaitu prediksi pembeli potensial, prediksi produk yang akan dibeli, dan prediksi waktu pembelian berikutnya. Permasalahan pertama dapat diselesaikan dengan model Logistic Regression dengan f1-score sebesar 76.35%. Permasalahan kedua diselesaikan dengan model FP-Growth dengan nilai minimum support dan confidence sebesar 0.001. Untuk permasalahan ketiga dapat diselesaikan dengan model Decision Tree dengan nilai akurasi 78.76% dan f1-score sebesar 77.01%. Dilakukan pula pengujian terhadap response time serta SQL query yang digunakan pada setiap endpoint yang bekerja sebagai aktor untuk melakukan distribusi data kepada aplikasi frontend dan aktor untuk melakukan update database. Terakhir, dilakukan pula pengujian terhadap visualisasi data. Pengujian terhadap visualisasi data dilakukan secara kualitatif. Pengujian ini dilakukan dengan menerapkan beberapa tipe visualisasi data untuk tiap business question yang ada. Setelah itu, dilakukan perbandingan pada tiap tipe visualisasi data sehingga mendapatkan visualisasi data yang tepat untuk tiap business question yang ada.

XYZ Company implements customized Customer Life Cycle or CLC that fits with company’s needs in order to maintain user loyalty. Not only maintaining user loyalty, XYZ Company implements CLC in order to expand its business. With the help of technology, CLC can be easily analyzed with more depth. Technology that is being used within this research is machine learning. Machine learning is implemented to gain insights from data owned by Company XYZ. While obtaining insights, machine learning use several various methods such as Support Vector Machine, Logistic Regression, Gradient Boosting, Random Forests, and Decision Trees. The insights obtained from machine learning are displayed in the form of data visualization that is applied to website. Examination on the machine learning model was formed with different data balancing techniques. Examination using Undersampling balancing technique along with Decision Tree model gives the highest f1-score value at 88.70%. Examination were also conducted on the response time and SQL queries were also carried out for each endpoint that works as an actor to distribute data to frontend applications and actors to update the database. Finally, examination and comparison is conducted on data visualization using qualitative approach. Moreover, this examination is conducted by applying several types of data visualization for each existing business questions. At the end, comparisons were made for each type of data visualization to get the optimum visualization regarding each business question."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romauli, Irene Pixelyne
"Jumlah investor reksa dana di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Namun, jika dibandingkan dengan total populasi penduduk, jumlah tersebut masih terbilang sangat kecil. Digitalisasi industri investasi dalam bentuk aplikasi reksa dana diketahui dapat meningkatkan jumlah investor reksa dana di Indonesia. Namun, pengadopsian aplikasi reksa dana disebutkan sangat bergantung pada kemampuan aplikasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan investor. Untuk mengukur kemampuan tersebut, digunakan perspektif teori task-technology fit yang juga menjadi dasar tujuan penelitian ini, yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi intensi pengguna dalam menggunakan aplikasi investasi reksa dana. Penelitian dilakukan menggunakan metode covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) untuk mengolah data yang diperoleh dari survei daring yang diisi oleh 421 responden valid. Hasil analisis membuktikan bahwa task characteristic investor reksa dana adalah mengelola akun investasi, melakukan transaksi, dan memperoleh informasi. Sedangkan technology characteristic aplikasi reksa dana adalah bisa digunakan kapan saja dan di mana saja, aman, dan transparan. Hasil analisis juga membuktikan bahwa faktor task characteristic dan technology characteristic memengaruhi task-technology fit; faktor task-technology fit memengaruhi perceived ease of use dan perceived usefulness; faktor perceived risk memengaruhi perceived ease of use; faktor perceived ease of use memengaruhi perceived usefulness dan behavioural intention to use; dan faktor perceived usefulness memengaruhi behavioural intention to use. Penelitian ini diharapkan dapat mengisi kekosongan penelitian mengenai intrumen investasi reksa dana dari perspektif task-technology fit serta memberi implikasi praktikal bagi investor sebagai panduan dalam menganalisis aplikasi investasi reksa dana serta bagi pelaku industri reksa dana untuk mengembangkan aplikasi yang memenuhi kebutuhan investor reksa dana di Indonesia.

The number of mutual fund investors in Indonesia has increased significantly every year. However, when compared to the total population, this number is still very small. Digitalization of the investment industry in the form of mutual fund applications is known to increase the number of mutual fund investors in Indonesia. However, the adoption of the mutual fund application is said to be highly dependent on the ability of the application to meet the needs of investors. To measure this ability, the perspective of task-technology fit theory is used which is also the basis for the purpose of this study, namely to analyze the factors that influence user intentions in using mutual fund applications. The study was conducted using the covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) method to process data acquired from an online survey filled out by 421 valid respondents. The results of the analysis prove that the task characteristic of a mutual fund investor is to manage investment accounts, perform transactions, and obtain information. Meanwhile, the technology characteristic of the mutual fund application is that it can be used anytime and anywhere, is safe, and transparent. The results of the analysis also prove that the task characteristic and technology characteristic factors affect task-technology fit; task-technology fit factors affect perceived ease of use and perceived usefulness; perceived risk factors affect perceived ease of use; factors perceived ease of use affect perceived usefulness and behavioral intention to use; and perceived usefulness factors affect behavioral intention to use. This research is expected to fill the gaps in research on mutual fund investment instruments from a task-technology fit perspective as well as provide practical implications for investors as a guide in analyzing mutual fund applications as well as for mutual fund industry players to develop applications that meet the needs of mutual funds investors in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kepuasan pengguna dapat dijadikan parameter dalam mengukur usability selain efektifitas dan efisiensi. Penelitian ini menggunakan model penelitian dari green dan pearson berkaitan dengan kepuasan user. Tujuan penelitian ini untuk analisis usability pada aplikasi berbasis web dengan mengadopsi model penerimaan pengguna aplikasi. Penelitian ini dilakukan pada aplikasi i-SISKA milik PT. Telkom Yogyakarta jadi responden dalam penelitian ini adalah pengguna yang bekerja dengan i-SISKA. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah responden dalam penelitian ini ada 51 dan setelah sudah dilakukan penelitian terhadap objek dan uji statistik untuk menganalisis data menggunakan software PLS (Partial Least Square) yang merupakan metode analisis berbasis variance atau Component Based SEM. Pengaruh hubungan masing-masing variabel terhadap usability bernilai berbeda tetapi ada nilai yang tertinggi yaitu download delay terhadap usability yaitu 4,035480. Dari hasil penelitian usability dipengaruhi oleh ease of use, content, download delay dan customization sebesar 86,07% dan sisanya 13,93% dipengaruhi faktor lain."
000 JEI 4:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Bahasa Mandarin memiliki ciri khas dalam pelafalan, intonasi nada, dan goresan tulisan yang bervariasi. Para siswa membutuhkan sebuah aplikasi multimedia pembelajaran melalui perpaduan video, audio, teks, gambar dan animasi untuk memperoleh kemudahan dalam mempelajarinya. Penelitian ini menekankan pembahasan mengenai penguasaan pinyin dalam penulisan dan pelafalan yang benar berdasarkan kategori-kategori dan soal-soal latihan dalam bentuk permainan (game). Pembuatan aplikasi pembelajaran menggunakan metode prototipe. Aplikasi ini membantu para siswa yang ingin mempelajari bahasa Mandarin tingkat dasar secara mandiri, maupun individu yang belum pernah belajar bahasa Mandarin. Memiliki panduan dalam menulis huruf dan konten audionya, mampu menampilkan sekaligus huruf Han singkat (jiantizi) dan huruf Han lengkap (fantizi) sehingga dapat mempelajari perbedaan kedua jenis huruf tersebut dalam waktu yang bersamaan. Aplikasi ini juga memiliki fasilitas kamus Indonesia Mandarin. Analisis hasil dari aplikasi pembelajaran bahasa Mandarin memperlihatkan bahwa dalam melakukan penelusuran untuk setiap kosa kata dan kategori scene sudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna"
000 JEI 4:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkembangan teknologi mobile saat ini begitu cepat. Kita dapat lihat pada perkembangan teknologi hadphone, dimana handphone saat ini tidak hanya digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi saja melainkan sebagai media pembelajaran. Handphone saat ini dapat digunakan sebagai alat pembelajaran bagi anak usia dini khususnya anak TK. Penelitian ini akan merancang sebuah aplikasi pembelajaran pengenalan binatang berbasis mobile, yang menampilkan kumpulan jenis-jenis binatang yang ada di sekitar alam ini, disertai dengan gambar untuk memberikan informasi dari masing - masing jenis binatang dan contoh dari suara yang dihasilkan dari binatang tersebut. Aplikasi ini dirancang menggunakan bahasa pemograman Java dengan editor Eclipse dan hanya bisa berjalan pada sistem operasi android maksimal dengan operation system support versi 4.1 (Jelly Bean). Aplikasi yang dibuat berjenis client server, dimana aplikasi server berbasis web dan aplikasi client berbasis android dan terkoneksi menggunakan teknologi web service (Json). Aplikasi ini diperuntukkan untuk anak-anak sehingga membutuhkan bimbingan guru atau orangtua yang difasilitasi ponsel berbasis android."
000 JEI 4:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Albarrozi. MS
"Keberhasilan sebuah sistem MOOCs dinilai berdasarkan dari jumlah pengguna yang menggunakan sistem secara terus menerus. Beberapa penelitian sebelumnya mencoba menggunakan Task-Technology Fit dan tren Gamification sebagai faktor yang memengaruhi penggunaan aplikasi MOOCs. Namun, belum ada penelitian yang mengkombinasikan keduanya untuk memprediksi niat untuk terus menggunakan MOOCs. Sekolahpintar adalah sebuah platform e-learning yang termasuk dalam kategori MOOCs yang diluncurkan pada tahun 2015. Pada awal peluncurannya, sekolahpintar memiliki target untuk mendapatkan 2000 pengguna aktif dalam kurun waktu dua tahun. Berdasarkan data laporan pengguna aktif, jumlah pengguna belum mencapai target dan mengalami penurunan. Penyebabnya adalah rendahnya retensi dari pengguna. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat memengaruhi niat pengguna untuk terus menggunakan aplikasi Sekolahpintar menggunakan Expectation-Confirmation Model dengan penambahan variabel Task-Technology Fit (TTF) dan Gamification. Metode pengumpulan data yang dilakukan menggunakan kuesioner, 257 data yang didapatkan melalui kuesioner diolah menggunakan SEM-PLS.Hasil uji hipotesis memperlihatkan bahwa Task Characteristic dan Technology Characteristic melalui Task-Technology Fit berpengaruh terhadap Perceived Usefulness. Sistem Gamification seperti Point Rewarding dan Feedback Giving berpengaruh terhadap Satisfaction dan Perceived Enjoyment. Kemudian Perceived Usefulness, Satisfaction, dan Perceived Enjoyment secara bersamaan memengaruhi Continuance to Use.

The success of MOOCs platform can be measured by the number of users that use it continuously. Previous research has already identified that Task-Technology Fit and trend gamification as an antecedent of MOOCs platform. However, there is no evidence of how both can influence user retention together. Sekolahpintar is a MOOCs platform which was launched in 2015. Sekolahpintar targeted to have 2000 active user within two years. Based on the user report, the number of active users in sekolahpintar has not reached the target and is decreasing. The main cause is the low user retention. The purpose of this research is to examine the factors influencing continuance to use at Sekolahpintar by applying Expected-Confirmation Model integrating with Task-Technology Fit and Gamification. Data collection methods were conducted through questionnaires, 257 data obtained through questionnaires was analyzed using SEM-PLS. Hypothesis test result showing that Task Characteristic and Technology Characterisitc facilitates with Task-Technology Fit influence Perceived Usefulness. Gamification system such as Point Rewarding and Feedback Giving have a significant effect on Satisfaction and Perceived Enjoyment. This research also shows the significant effect of Perceived Usefulness, Satisfaction, and Perceived Enjoyment on Continuance to Use."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Total Quality Management (TQM) menjadi relevan karena wujud pendidikan tinggi sebagai sebuah perangkat yang didasarkan pada penciptaan dan penyebaran pengetahuan dan pemahaman memang disinyalir mengalami kemerosotan mutu. Perbaikan mutu merupakan salah satu komitmen pemerintah di sektor pendidikan. Sistem akreditasi program studi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan sistim pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang memfokuskan pada pengawasan fungsional, terasa kurang tepat untuk dijadikan jaminan bahwa perguruan tinggi sudah memberikan pendidikan yang bermutu bagi mahasiswanya. Total Quality Management (TQM) didefinisikan sebagai konsep perbaikan yang dilakukan secara terus menerus, yang melibatkan semua karyawan di setiap level organisasi, untuk mencapai kualitas yang ‘exellent’ dalam semua aspek organisasi melalui proses manajemen. Dalam rangka usaha perbaikan mutu, evaluasi program yang dilakukan sudah mencakup evaluasi terhadap tujuan-tujuan dari universitas atau tridarma perguruan tinggi. Akan tetapi, sampai sejauh ini, belum bisa disimpulkan bagaimana pencapaian mutu suatu universitas atau mutu sistim pendidikan tinggi secara keseluruhan. Hal ini diduga antara lain karena praktek-praktek TQM yang ada saat ini belum dikembangkan dengan optimal. Alasan lainnya adalah karena prinsip-prinsip TQM yang lain, yaitu penilaian tentang pencapaian mutu tidak dilakukan. Untuk itu diperlukan kajian ulang sasaran-sasaran mutu universitas, komitmen yang kuat tentang pencapaian mutu dalam renstra setiap universitas dan diselenggarakan quality audit secara rutin untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu."
000 JEI 4:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>