Ditemukan 161117 dokumen yang sesuai dengan query
Azizah Salsabila Ande
"There is no way to talk about cultural products without mentioning their fans, with the development of the Internet into Web 2.0 this has changed the dynamic of fan’s consumption culture to participatory culture, making fans able to contribute to their idol’s success; a contribution further strengthened by social media because it allows an immediate and instantaneous connection between fans and their idols, specifically Harry Styles, a celebrity who has had unassailable success in his solo career as a musician, with the title of Variety’s Hitmaker of the Year in 2020. Using content and comparative analysis, this study explains how participatory culture works within a fandom and how social media has provided a realm that allows fans to express, contribute, and share in an artist’s success. This study ascertained that in line with participatory culture, fans has found new ways in creating and sharing content, one of which is fanfiction and with the presence of social something definitive to fan culture has broken through the general public because social media has allowed fans to connect and made room for things that might not have been possible if not for social media. Findings from this study were backed with theoretical findings from several scholars which provided empirical understanding on the topic.
Tidak ada cara untuk membicarakan produk budaya tanpa menyebut penggemarnya, dengan berkembangnya Internet menjadi Web 2.0 ini telah mengubah dinamika budaya konsumsi penggemar menjadi budaya partisipatif, membuat penggemar dapat berkontribusi untuk kesuksesan idola mereka; Kontribusi yang semakin diperkuat oleh media sosial karena memungkinkan hubungan langsung dan instan antara penggemar dan idola mereka, khususnya Harry Styles, seorang selebriti yang telah sukses dalam karir solonya sebagai musisi, dengan gelar dari Variety's Hitmaker of the Year in 2020. Dengan menggunakan analisis konten dan komparatif, penelitian ini menjelaskan bagaimana budaya partisipatif bekerja dalam sebuah fandom dan bagaimana media sosial telah menyediakan ranah yang memungkinkan penggemar untuk berekspresi, berkontribusi, dan berbagi dalam kesuksesan artis. Kajian ini memastikan bahwa sejalan dengan budaya partisipatif, penggemar telah menemukan cara baru dalam membuat dan berbagi konten, salah satunya adalah fanfiction dan dengan adanya sosial sesuatu yang definitif untuk budaya penggemar telah menembus masyarakat umum karena media sosial telah memungkinkan penggemar untuk terhubung dan memberi ruang untuk hal-hal yang mungkin tidak mungkin terjadi jika bukan karena media sosial. Temuan dari penelitian ini didukung dengan temuan teoritis dari beberapa sarjana yang memberikan pemahaman empiris tentang topik tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Sumbayak, Megahati Trinita
"Peran media sosial dalam Hallyu sangat menarik karena media sosial membuka akses kepada lebih banyak khalayak untuk memperoleh serta menikmati K-Pop. Akibat dari perkembangan teknologi dan media sosial, konsumen tidak lagi hanya menikmati konten tetapi juga menghasilkan produk. Jenkins menyebutnya dengan istilah budaya partisipatif. Pada makalah ini, penulis akan menganalisis salah satu fa ndom yang terkenal di Twitter yaitu ARMY. Tujuan dari makalah ini adalah hendak melihat bagaimana penerapan budaya partisipatif yang dilakukan oleh penggemar BTS, dilihat dari akun penggemar di media sosial Twitter. Akun penggemar yang dipilih adalah @choi_bts2 dan @almostdita. Penulis menemukan bahwa kedua akun tersebut menerapkan empat bentuk budaya partisipatif oleh Jenkins yaitu keanggotaan (affiliations), ekspresi (expressions), kolaborasi memecahkan masalah (collaborative problem solving), dan sirkulasi (circulations).
Kata Kunci: Hallyu, Budaya Partisipatif, Fandom, Twitter, BTS, ARMY.
The role of social media in Hallyu is very interesting because social media opens access to more audiences to get and enjoy K-Pop. As a result of the development of technology and social media, consumers no longer only enjoy content but also produce content. Jenkins calls it participatory culture. In this paper, the author will analyze one of the famous fandoms on Twitter, ARMY. The purpose of this paper is to see how the implementation of participatory culture is carried out by BTS fans, seen from fan accounts on Twitter. The selected fan accounts are @choi_bts2 and @almostdita. The author finds that both accounts apply four forms of participatory culture by Jenkins, namely affiliations, expressions, collaborative problem solving , and circulations. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Rayhan Ramayudanto
"While everyone can consider themselves as a fan, but not many fans has the effort to be a part of a fandom in which the franchise that already ended. Indo Harry Potter is a community based in Jakarta in which the member still actively participate and engage despite the fact that the Harry Potter franchise has been ended for nine years. This paper will attempt to understand the Indo Harry Potter community through the lens of participatory cultural. Through secondary research using data from research conducted by Ramayudanto, Soetomo, and Yudhistira in 2019, the research found Indo Harry Potter can be qualified as an example of participatory culture.
Meskipun setiap orang dapat menganggap diri mereka sebagai penggemar, tetapi tidak banyak penggemar yang berusaha untuk menjadi bagian dari fandom di mana waralaba tersebut telah berakhir. Indo Harry Potter adalah komunitas yang berbasis di Jakarta di mana anggotanya masih aktif berpartisipasi dan terlibat meskipun waralaba Harry Potter telah berakhir selama sembilan tahun. Tulisan ini akan mencoba untuk memahami komunitas Indo Harry Potter melalui lensa budaya partisipatif. Melalui penelitian sekunder menggunakan data dari riset yang sudah dilakukan oleh Ramayudanto, Soetomo, dan Yudhistira pada tahun 2019, penelitian ini menemukan bahwa budaya partisipatif dapat ditemukan pada komunitas di Indo Harry Potter."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhamad Bayu Cahya
"Tesis ini membahas tentang motif yang mempengaruhi khalayak untuk berpartisipasi dalam internet meme yang beredar pada sosial media Path. Teori utama yang digunakan yaitu
Uses and Gratifications terkait motif dan konsep
Participatory Culture. Teori Uses and Gratifications dipilih karena merupakan teori yang seringkali digunakan untuk media atau konten baru dari sudut pandang khalayak serta konsep
Participatory Culture ini muncul dan berkembang pada era digital saat ini Penelitian ini menggunakan paradigm positivistik dengan pendekatan kuantitatif bersifat eksplanatif dan metodologi yang digunakan melalui survey. Penelitian ini menyimpulkan bahwa motif
Entertainment dan
Self-expression mempengaruhi khalayak untuk ikut berpartisipasi dalam internet meme di media sosial path, sedangkan motif socializing and community building tidak memiliki pengaruh namun tetap berhubungan. Sementara satu lagi yaitu motive informativeness ditemukan tidak berpengaruh dan tidak berhubungan dengan partisipasi internet meme.
This Thesis discusses about motives that influence audience to participate in internet meme social media Path. This study employ motives from Uses and Gratifications theory as a main theory, also concept about Participatory Culture. Uses and Gratifications theory have been selected because this theory been often to explain about new media and new kind of content from audience point of view also the concept of Participatory Culture have been emerge and thrive in this digital era. This research uses positivistic paradigm with quantitative explanatory approach and using survey as a research method. The conclusion for this research is shows that some motive Entertainment and Self-expression influence audience to participate in internet meme social media path. Meanwhile Socializing and Community Building motive doesn’t have a significant influence to internet meme participation but both of them still have a connection. The another one Informativeness motive doesn’t have any connection nor influence to internet meme participation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Wahyu Aji
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi pemerintahan yang dilakukan dengan menggunakan media sosial secara aktif. Menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus, penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran secara mendalam tentang bagaimana pemanfaataan media sosial dapat mendukung kinerja birokrasi di institusi pemerintahan. Komunikasi pemerintahan yang akan dilihat adalah dari sisi: internal dan eksternal. Dari hasil penelitian diketahui bahwa media sosial yang dimanfaatkan secara aktif untuk kepentingan komunikasi pemerintahan mampu mendorong terjadinya komunikasi partipatif baik secara internal di organisasi pemerintahan maupun eksternal dengan masyarakat.
This research aims to determine governmental communication that uses social media actively. Using qualitative research approach with case study strategy, this research seeks to obtain in-depth overview of how the use of social media can support the performance of the bureaucracy in government institutions. Governmental communication that will be discussed are from the side of: internal and external. The survey results revealed that social media is used actively for the benefit of government communications were able to encourage communication in the organization both internally and externally with the public."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44389
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Etik Pristiyani
"
ABSTRAKPenelitian ini menjelaskan pengaruh media sosial Instagram, VK, dan Twitter terhadap popularitas MBAND sebagai boyband pendatang baru Rusia. Penelitian ini menggunakan teori media baru dan metode etnografi media virtual. Dari hasil analisis diketahui bahwa media sosial memiliki pengaruh besar terhadap popularitas MBAND sebagai boyband pendatang baru Rusia dalam memenangkan penghargaan-penghargaan. Media sosial dapat menyatukan masyarakat, menciptakan rasa saling memiliki, dan berinteraksi. Media sosial digunakan MBAND untuk berinteraksi dan memberikan kabar tebaru mereka kepada para penggemar.
ABSTRACTThis study describes the influence of social media Instagram, VK, and Twitter on popularity of MBAND as a new comer Russian boyband. This study uses new media theory and virtual media ethnography method in collecting, classifying, and analysing data. The findings of this study showed the power of social media has give a huge impact to MBAND’s popularity as they receive a newcomer award in Rusia. Social media can integrate society, create sense of belonging and interactions. MBAND has been used social media to interact and give their new update to fans."
Depok: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, ], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Aulia Mearlysha Aninda Rahmatyana
"The phenomenon of the Hallyu wave or South Korean pop culture has emerged globally since the late 1990s. Back then, fans used to consume the product given by the producer. As time evolves, nowadays, K-pop fans do not only consume the products provided by the producer. Instead, fans can actively interact, participate and become the producer within the K-pop fandom with the existence of participatory culture. However, the visual content created by fans on social media often contains imaginary content that might cause fanatic and delusional behavior towards the K-pop idols. Therefore, this paper aims to understand the concept of Suler’s online disinhibition (2004) theory, explaining how visual content enables fanatic and delusional behavior of Indonesian K-pop fans in cyberspace through dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, and minimization of status and authority. This study uses qualitative methods, observation on social media, and secondary data collection that will be used to analyze the fanatic and delusional behavior of K-pop fans in Indonesia using the online disinhibition theory through the imaginary and fictive visual content they created in social media.
Fenomena gelombang Hallyu atau budaya pop Korea Selatan telah muncul secara global sejak akhir 1990-an. Saat itu, penggemar hanya terbiasa untuk mengkonsumsi produk yang diberikan oleh produsen. Seiring berkembangnya zaman, kini para penggemar K-pop tidak hanya mengkonsumsi produk-produk yang disediakan oleh produsennya saja. Sebaliknya, penggemar dapat secara aktif berinteraksi, berpartisipasi, dan menjadi produser dalam fandom K-pop dengan adanya Participatory Culture. Namun, konten audio-visual yang dibuat oleh penggemar di media sosial seringkali mengandung konten imajinasi yang dapat menyebabkan perilaku fanatic dan delusional terhadap idola K-pop. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memahami konsep teori Online Disinhibition Suler (2004), yang menjelaskan bagaimana konten audio-visual memungkinkan terjadinya perilaku delusi dan fanatik penggemar K-pop Indonesia di dunia maya, melalui dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, dan minimization of status and authority. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, observasi di media sosial, dan pengumpulan data sekunder yang akan digunakan untuk menganalisis perilaku fanatic dan delusi penggemar K-pop di Indonesia dengan menggunakan teori Online Disinhibition, melalui konten visual imajinasi dan fiktif yang mereka buat di sosial media. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Aulia Mearlysha Aninda Rahmatyana
"Fenomena gelombang Hallyu atau budaya pop Korea Selatan telah muncul secara global sejak akhir 1990-an. Saat itu, penggemar hanya terbiasa untuk mengkonsumsi produk yang diberikan oleh produsen. Seiring berkembangnya zaman, kini para penggemar K-pop tidak hanya mengkonsumsi produk-produk yang disediakan oleh produsennya saja. Sebaliknya, penggemar dapat secara aktif berinteraksi, berpartisipasi, dan menjadi produser dalam fandom K-pop dengan adanya Participatory Culture. Namun, konten audio-visual yang dibuat oleh penggemar di media sosial seringkali mengandung konten imajinasi yang dapat menyebabkan perilaku fanatic dan delusional terhadap idola K-pop. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk memahami konsep teori Online Disinhibition Suler (2004), yang menjelaskan bagaimana konten audio-visual memungkinkan terjadinya perilaku delusi dan fanatik penggemar K-pop Indonesia di dunia maya, melalui dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, dan minimization of status and authority. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, observasi di media sosial, dan pengumpulan data sekunder yang akan digunakan untuk menganalisis perilaku fanatic dan delusi penggemar K-pop di Indonesia dengan menggunakan teori Online Disinhibition, melalui konten visual imajinasi dan fiktif yang mereka buat di sosial media.
The phenomenon of the Hallyu wave or South Korean pop culture has emerged globally since the late 1990s. Back then, fans used to consume the product given by the producer. As time evolves, nowadays, K-pop fans do not only consume the products provided by the producer. Instead, fans can actively interact, participate and become the producer within the K-pop fandom with the existence of participatory culture. However, the visual content created by fans on social media often contains imaginary content that might cause fanatic and delusional behavior towards the K-pop idols. Therefore, this paper aims to understand the concept of Suler’s online disinhibition (2004) theory, explaining how visual content enables fanatic and delusional behavior of Indonesian K-pop fans in cyberspace through dissociative anonymity, invisibility, solipsistic introjection, and minimization of status and authority. This study uses qualitative methods, observation on social media, and secondary data collection that will be used to analyze the fanatic and delusional behavior of K-pop fans in Indonesia using the online disinhibition theory through the imaginary and fictive visual content they created in social media. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Imam Maliki
"Perkembangan internet di Indonesia telah mencapai 400 persen sejak tahun 2000 (kominfo.go.id, 2012) sejalan dengan itu, mendorong pertumbuhan penggunaan media sosial. Pengguna facebook yang mencapai 39 juta anggota (socialbakers.com, 2012) dan pengguna twitter hampir mencapai 30 juta anggota (semiocast.com, 2012). Penggunaan media sosial sebagai sarana kampanye politik pada PILKADA DKI Jakarta 2012 marak digunakan. Pasangan Cagub-Cawagub berasumsi bahwa kampanye di media sosial dapat meningkatkan perolehan suara, sementara dari hasil observasi yang dilakukan penulis urutan kepopuleran pasangan Cagub-Cawagub tidak sesuai dengan urutan hasil perolehan suara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kampanye politik di media sosial berpengaruh terhadap opini yang terbentuk pada PILKADA DKI Jakarta. Data di ambil dari pengguna media sosial dengan proses sampling sebanyak 278 pengguna. Perkiraan tingkat kesalahan pengambilan sample sebesar 6%. Teknik pengolahan data menggunakan SPSS 17 sebagai alat bantu mengolah data. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: No Show, On Lookers, New Comers, Cliquers, Mix-n-Minglers, Sparks, Kampanye Bersih, Kampanye Hitam, Kampanye Negatif.
Internet growth in Indonesia has reached 400 percent since 2000 (kominfo.go.id, 2012) along with it encourage the growth of social media usage. Facebook users has reached 39 million members (socialbakers.com, 2012) and twitter users approximately 30 million members (semiocast.com, 2012). Using of social media for political campaigns in Jakarta ELECTION 2012 rapidly adopted. Couple Cagub-Cawagub assume that campaigns in social media can be increase the number of votes meanwhile base on the observation that already taken, popularity of Cagub-Cawagub does not comply with the order of voting results. This research aimed to determine whether political campaigns in social media and its effect to opinion that making: case study Jakarta Election 2012. Data taken from social media users with the process of sampling as much as 278 users. Estimated sampling error rate in 6%. Data processing techniques using SPSS 17 as a tool for data processing. The variables used in this study are: No Show, On Lookers, New comers, Cliquers, Mix-n-Minglers, Sparks, Clean Campaign, Black Campaign, Negative Campaign."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fanny Puspa Mayangsari Syaferial
"Penelitian ini menginvestigasi penerapan metode sonic branding dalam kampanye Partai Amanat Nasional (PAN) melalui jingle "PAN PAN PAN terdePAN” dalam konteks kampanye di media sosial TikTok. Sonic branding merupakan strategi komunikasi yang memanfaatkan elemen suara untuk membangun kesadaran brand dan ikatan emosional dengan audiens. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini menganalisis karakteristik jingle “PAN PAN PAN terdePAN” berdasarkan lima elemen jingle, yakni memorability, likability, meaningfulness, transferability, dan protectability sebagai strategi kampanye public relations. Hasil temuan menunjukkan bahwa jingle ini berhasil menciptakan pengalaman sonik yang mudah dikenali dan diingat dengan atmosfer positif. Berdasarkan hasil temuan jingle ini berhasil meningkatkan exposure Partai PAN secara signifikan. Namun, dalam konteks kampanye public relations masih perlu dilakukan analisis lebih dalam terkait dengan efek pada tahapan afektif dan konatif.
This study examines the implementation of sonic branding in Partai Amanat Nasional (PAN) political campaigns through the “PAN PAN PAN terdePAN” jingle within Tiktok social media campaigns. Sonic branding is a communication strategy that employs sound elements to build brand awareness and emotional connection with the audiences. Using a qualitative approach, this study analyzes the characteristics of the “PAN PAN PAN terdePAN” jingle based on five elements: memorability, likability, meaningfulness, transferability, and protectability serving as a tool for implementing public relations campaigns. The findings indicate that the jingle effectively creates a memorable and recognizable sonic experience with a positive atmosphere. Based on the results, the jingle significantly increases the exposure of the PAN party. However, additional analysis is required concerning the impact on emotional and behavioral stages within the scope of public relations campaigns."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library