Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melati Putri Dairly
"Media plays an important role in the creation phenomenon in society, one of which is the K-Beauty phenomenon. This study was conducted to determine the role of the media in the the spread of K-Beauty phenomenon in the beauty community in Indonesia. The data used is primary data in the form of accidental discoveries in the field in this case focusing on social media and secondary data through literature studies, which is then analyzed using two theories, namely media ecology theory and coordinated management of meaning theory which assisted by several concepts. The study found that social media play a role in infusing acts and actions, fixing perception, organizing experiences, and connecting the world through content of Korean Wave found on social media which ultimately forms a perception for the Indonesian beauty community to accept the entry of K-Beauty into Indonesia.

Media berperan penting dalam terciptanya sebuah fenomena di masyarakat, salah satunya adalah fenomena KBeauty. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran media dalam penyebaran fenomena K-Beauty di komunitas kecantikan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari penemuanpenemuan secara kebetulan pada media sosial dan data sekunder melalui studi literatur, yang kemudian dianalisis menggunakan dua teori yaitu teori ekologi media dan teori manajemen makna terkoordinasi yang dibantu oleh beberapa konsep. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bahwa media sosial berperan dalam menanamkan tindakan, memperbaiki persepsi, mengatur pengalaman, dan menghubungkan dunia melalui berbagai konten tentang Korean Wave yang akhirnya membentuk persepsi bagi komunitas kecantikan Indonesia untuk menerima masuknya K-Beauty ke Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Widyasari
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet dan media sosial yang sangat aktif di dunia. Penggunaan media sosial identik dengan golongan milenial dimana sebagian besar pengguna media sosial adalah anak muda. Usia pengguna internet dan media sosial tersebut sejalan dengan karakteristik demografi investor pasar modal mengalami pergeseran ke usia yang semakin muda. Hal ini menandakan bahwa generasi muda di Indonesia semakin melek investasi, sehingga media sosial banyak digunakan sebagai sarana untuk mencari informasi untuk pengambilan keputusan investasi. Selain itu, banyak bermunculan akun media sosial dengan konsep financial advisor yang kerap dijadikan acuan bagi investor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh informasi yang terdapat di media sosial terhadap niat berinvestasi (investment intention) pasar modal, khususnya di kalangan milenial. Data penelitian dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada responden.

Indonesia is one of the countries with the most active internet and social media users in the world. The use of social media is very related to the millennial where most social media users are young people. The age of internet and social media users is in line with the demographic characteristics of capital market investors, which have shifted to a younger age. This indicates that the younger generation in Indonesia is increasingly literate with investment, so that social media is widely used to find information as a reference to investment decisions. In addition, there have been many social media accounts with the concept of financial advisors which are often used by the investors. This study aims to determine the effect of information on social media on investment intention in the Indonesian capital market, especially among millennials. The research data was collected by distributing questionnaires to respondents."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Nur Karensa
"Sharenting, atau pembagian konten anak di media sosial oleh orang tua, memunculkan pertanyaan tentang perlindungan hak privasi anak. Orang tua, sebagai pemegang kontrol media sosial, menentukan batas privasi anak. Penelitian ini mengeksplorasi literasi media sosial orang tua terhadap privasi anak di Instagram, dengan berfokus pada dimensi konten dan kompetensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma post-positivist. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan tiga orang tua yang secara rutin melakukan praktik sharenting di Instagram dan memiliki anak di bawah usia 7 tahun. Terdapat beragam dalam literasi media sosial orang tua mengenai privasi anak aktivitas sharenting di Instagram. Hal ini tampak dari keberagaman penggunaan media sosial dan pengaturan privasi pada akun Instagram mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa para informan menggunakan media sosial sebagai galeri digital, sumber hiburan dan inspirasi, serta tempat untuk membandingkan pola pengasuhan anak mereka dengan para influencer. Meskipun menyadari risiko privasi, mereka menetapkan batasan, seperti pengecualian bagian tubuh dan penghindaran mengunggah lokasi yang rutin dikunjungi, dan menghindari kesan berlebihan dalam unggahan konten anak.

The activity of parents sharing content about their children on social media, known as “sharenting,” raises new questions about how children's privacy rights are protected. Parents set and control the boundaries of their children’s privacy in social media. This research explores parents' social media literacy regarding child privacy on Instagram, focusing on content dimensions and competencies. The study adopts a qualitative approach and a post-positivist paradigm. Data collection is conducted through interviews with three parents regularly practicing sharenting on Instagram and having children under the age of 7. Parents have different levels of understanding about privacy when sharing information about their children on Instagram. The research found that parents use social media like a digital gallery, for fun and ideas, and to compare how they raise their kids with influencers. Even though they know about privacy risks, they set limits, like not showing certain body parts or revealing regular locations, to keep from sharing too much about their kids."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nehemia Putro Adi
"Skripsi ini merupakan studi replikasi yang bertujuan untuk memperkuat konsep komunikasi dalam kaitannya dengan kelelahan penggunaan media sosial. Studi ini berusaha untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor boredom proneness, kelebihan informasi, kelebihan komunikasi dan social media fatigue atau kelelahan penggunaan media sosial di Indonesia selama pandemi COVID-19. Hubungan antar variabel dibalut dengan kerangka S-S-O untuk memudahkan pemahaman korelasi antar faktor. Intensitas penggunaan media sosial dalam penelitian ini digunakan sebagai faktor yang memoderasi hubungan antara kelebihan informasi dan komunikasi dengan kelelahan penggunaan media sosial. Hasil penelitian terhadap 226 mahasiswa dari salah satu universitas di Jawa Barat mengungkapkan adanya hubungan positif antara boredom proneness, kelebihan informasi, dan kelebihan komunikasi terhadap kelelahan penggunan media sosial. Namun, intensitas penggunaan media sosial tidak memoderasi hubungan antara kelebihan informasi dan komunikasi dengan kelelahan penggunaan media sosial secara signifikan, dengan asumsi adanya perubahan perilaku pengguna media sosial selama pandemi COVID-19. Sehingga, perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk dapat lebih memahami alasan tidak signifikannya faktor intensitas penggunaan media sosial.

This study of replication aims to strengthen communication concept related to social media fatigue. Through this study, researcher analyzed correlations between the factors of boredom proneness, information overload, communication overload and social media fatigue amid COVID-19 pandemic. Stress-strain-outcome (S-S-O) framework was used for further understanding of the correlation between factors. In this study, social media use intensity moderated the relations between information and communication overload toward social media fatigue. The result of the study conducted to 226 participants from a university in West Java shows that there are positive correlation between boredom proneness, information overload, communication overload, and social media fatigue. However, social media use intensity does not significantly moderate the correlation between information overload, communication overload, and social media fatigue. The assumption is that there are behavioral changes of social media usage during COVID-19 pandemic. Thus, qualitative research is needed to further discuss the reason why the factor of social media use intensity is not significant."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrinda Putri Poempida
"Standar kecantikan adalah gagasan yang menyiratkan bagaimana perempuan seharusnya berpenampilan. Hal ini menjadi standar sosial sekaligus harapan terhadap perempuan, dan penampilan mereka. Di Indonesia, standar kecantikan berubah dari waktu ke waktu, bergantung pada banyak faktor kultural. Pada saat ini, media sosial berperan penting dalam banyaknya konstruksi opini publik, termasuk terhadap standar kecantikan wanita. Dalam beberapa tahun terakhir, inklusivitas telah menjadi tren dalam menentukan standar kecantikan di kalangan wanita Indonesia. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap pencangkupan inklusivitas dalam mendefinisikan standar kecantikan adalah postingan Instagram fenomenal Tara Basro yang menarik banyak sentimen campuran dari publik dan media. Fenomena yang berdampak sosial ini memiliki dampak terhadap konstruksi standar kecantikan wanita Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengkaji apakah ada peran dari media sosial, khususnya postingan Instagram Tara Basro, dalam melakukan konstruksi terhadap persepsi publik tentang standar kecantikan wanita Indonesia.

Beauty standard is a notion which imply how female, in particular, should look like. It became social standard as well as expectation toward female, and their appearance. In Indonesia, beauty standard has changed overtime, depending on multiple cultural factors. Nowadays, Social Media plays important role on construction various of public opinion toward many social issues, including female beauty standard. In addition, inclusivity has become a trend on defining beauty standard among Indonesian female in the past few years. One of the most recent influential aspects that promotes inclusivity in defining beauty standard is Tara Basro’s phenomenal Instagram post which drew plenty of mixed sentiment from both the public and media. This social phenomenon has its own impact toward the construction of Indonesian female beauty standard. Therefore, this study is to assess whether or not there is an impact of social media, especially Tara Basro’s Instagram post, in the construction of public perception toward Indonesian female beauty standard."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Aulia Ibrahim
"Penelitian ini mengeksplorasi cara pengetahuan diciptakan melalui penggunaan media sosial oleh Unit Hubungan Masyarakat di Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara, dengan fokus pada Instagram, Website, dan Youtube, yang  semuanya diunduh pada bulan Mei 2023. Meskipun Sekolah Kajian Stratejik dan Global telah menggunakan media sosial sebagai saluran penting untuk menyebarluaskan informasi, terutama hasil dari seminar dan kuliah umum, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan di unit tersebut belum sepenuhnya memahami bagaimana media sosial berperan dalam proses penciptaan pengetahuan.

This research examines the mechanism of knowledge generation via social media platforms by the Public Relations Unit of Universitas Indonesia's School of Strategic and Global Studies. Information was gathered through observations and interviews, primarily focusing on Instagram, Website, and Youtube, which were all accessed in May 2023. While the School of Strategic and Global Studies has relied on social media as a significant avenue for spreading information, particularly findings from seminars and public lectures, the study's findings suggest that the individuals within the unit lack comprehensive understanding of the role social media serves in the process of knowledge creation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Raymond Adikarta
"Dalam era modern ini membawa banyak perubahan yang signifikan dalam hal life style. Manusia modern berpikir tentang seberapa penting status itu. Indikator untuk mengukur seberapa tinggi status adalah dengan melihat atribut fashion mereka pakai. Fashion memberikan kepercayaan diri yang lebih kepada seseorang dan termasuk dalam salah satu dari kategori produk mewah. Salah satu dari merk mewah adalah produk fashion yang sedang digandrungi adalah produk sepatu Nike. Merk mewah adalah produk yang mahal, eksklusif, prestisius dan memberikan emotional value dalam customer experience. Banyak produk mewah telah memakai strategi sosial media dan terbukti berhasil. Oleh karena itu, Nike React Element 87 akan mencoba strategi ini lewat User Generated Content (UGC) memakai media Youtube. Indikator untuk mengukur Youtube Vlogger yang tepat adalah berdasarkan jumlah subscribers atau viewers. Penelitian ini akan mencoba membantu marketing dari sepatu Nike untuk menemukan Vlogger yang tepat untuk memasarkan Nike React Element 87. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa Boim Lenno memiliki Physical Attractiveness, Social Attractiveness dan Attitude Homophily yang mampu menghasilkan Para Social Interaction dengan penontonnya sehingga membentuk Brand Value, Brand Luxury dan Brand Imagery Fit, namun hanya Brand Value saja yang berpengaruh positif terhadap Purchase Intention dari Nike React Element 87.

In this modern era right now brings a significant changing on life style. The modern people think of how important that the status is. Indicator to measure how high people status is by looking at the attribute they wear, called fashion. Fashion brings confident to somebody. One of the fashion icon that became trend nowadays is Nike product. Luxury brand is high quality product and also service that expensive, exclusive, presticious, authenthic, offering high level of emotional value through consumer experience. Based on several of luxury brand above that has already done with social media marketing strategy, Nike React Element 87, will try this strategy. Through social media, consumers can easily and quickly access User Generated Content (UGC) that contain review and information related to the product. The indicator to measure in choosing the right vlogger based on total subscribers or viewers. So, this paper made to help marketer of Nike shoes to select the right Vlogger for Nike React Element 87. As the result, Boim Lenno has physical attractiveness, social attractiveness and attitude homophily that can produce Para Social Interaction with the viewers so can shape Brand Value, Brand Luxury and Brand Imagery Fit, but the interesting thing is only Brand Value that has pisitive effect to Putchase Intention of Nike React Element 87."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Astutiningrum
"Fokus penelitian ini membahas tentang dinamika interaksi para aktor kebijakan di media sosial dalam proses Revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi. Peneliti menggunakan teori tentang jejaring kebijakan, media sosial, dan siklus kebijakan publik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian post positivis dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menujukkan jika terjadi dinamika interaksi aktor kebijakan di media sosial pada tahapan proses agenda setting dan pengambilan keputuan terkait Revisi UU KPK. Pada tahapan agenda setting, para aktor kebijakan menggunakan media sosial untuk saling menyampaikan argumentasi mereka di ruang publik. Adu argumentasi di media sosial ini memiliki peran penting untuk mempengaruhi proses pembentukan opini publik pada tahapan agenda setting. Sementara itu pada tahapan pengambilan keputusan, para aktor kebijakan berusaha menyakinkan masyarakat bahwa sikap atau pandangan mereka terkait revisi UU KPK, merupakan pandangan yang benar. Sehingga dinamika interaksi aktor kebijakan di media sosial ini berperan untuk mempengaruhi aktor kebijakan pemerintah state actor untuk mengambil suatu keputusan.

The focus of this study is to describe the interaction between policy actor in social media in the process of revision of Corruption Eradiction Commission Laws at The House of Representative. The method of this research is using post positivis with type of descriptive research. The results of this study indicate that there is the dynamics of interaction between policy actors, in social media at the phases of the agenda setting and decision making process. At the agenda setting stage, policy actors use social media to share their arguments in the public sphere. This argumentation in social media has an important role to influence the process of forming public opinion on the agenda setting stage. Meanwhile, at the stage of decision making, the policy actors tried to convince the public that their views about the revision of the Corruption Eradication Commission Law are the right views. "
2018
T51328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Nabila Prihapsari
"Praktik catfishing identik dengan penipuan yang dilakukan di media sosial oleh seseorang dengan tujuan untuk menjalin hubungan asmara dengan korbannya. Namun pada kenyataannya, catfishing tidak selalu didasari oleh tujuan untuk menipu. Banyak dari perempuan kerap kali menjadi pelaku catfishing dengan maksud untuk menampilkan presentasi terbaik dari dirinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang melibatkan perempuan dewasa muda pengguna media sosial yang menggunakan make-up, filter, dan editing app dengan wawancara mendalam secara hybrid dan juga kajian pustaka. Presentasi diri yang terbaik ini ternyata menampilkan penampilan fisik yang berbeda dengan penampilan dirinya yang sebenarnya. Usaha-usaha yang perempuan lakukan untuk selalu tampil cantik di media sosial tidak luput dari adanya tuntutan dari lingkungan sosial dan masyarakat. Apalagi jika sudah dihadapkan dengan masalah hubungan asmara, perempuan mau tidak mau harus mengikuti standar laki-laki untuk menjadi cantik sesuai ekspektasi dan kemauan mereka. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktik catfishing yang dilakukan para perempuan di media sosial didasari oleh rasa rendahnya harga diri mereka dan citra tubuh yang negatif. Mereka menggunakan berbagai tools seperti make-up, filter, maupun editing app untuk melakukan praktik catfishing tersebut.

Catfishing is a term used to describe online fraud that is done with the intention of developing a romantic relationship with the victim. In reality, catfishing does not necessarily have a deceptive motive. In an endeavor to present the best possible version of themselves, many women turn to catfishing. This study uses a qualitative method involving young adult women who present themselves in social media using make-up, filters, and editing apps. This research was conducted in a hybrid in-depth interview method and also literature review. However, their finest social media self-presentation ended up displaying a distinct physical appearance from his true appearance. They carry out the catfishing activity using a variety of technologies, including makeup, filters, and editing software. This study demonstrates that women's use of catfishing on social media is motivated by their low self-esteem and unfavorable perceptions of their bodies. The pressures of the social environment and society push women to always look beautiful on social media. Women invariably have to adhere to male standards in order to be beautiful in accordance with their expectations and desires, particularly if they are experiencing issues in their personal relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Aulia Taqwa
"Revolusi di era digital yang didukung dengan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, membuat manusia dapat dengan mudah saling terhubung dan berinteraksi satu sama lain. Kehadiran internet dan media sosial menjadi salah satu media yang paling cepat dan mudah digunakan dalam berkomunikasi secara luas. Media sosial kini tidak hanya digunakan untuk sekedar berkomunikasi secara interaktif saja, namun juga dapat digunakan sebagai sarana untuk tujuan keagamaan seperti berdakwah. Praktik dakwah berubah dari bentuk konvensional bergeser ke dalam bentuk digital. Aktivitas berdakwah pada dunia maya ini tak luput dari aplikasi media sosial TikTok yang dalam beberapa tahun belakangan melesat menjadi platform yang sangat populer di dunia. TikTok yang didukung oleh berbagai influencer dan non-influencer, menghadirkan sarana alternatif edukasi yang menarik dan menyenangkan bagi seluruh audiens. Partisipasi aktif di dalam komunitas TikTok itu sendiri menimbulkan terbentuknya personal branding dari para kreator konten kepada audiens. Penelitian ini berfokus pada pembentukan personal branding dari tiga pendakwah siber di Indonesia, yaitu Husain Basyaiban, Risyad Baya’sud dan Umar Kilwo. Peneliti menggunakan kriteria authentic personal branding oleh Rampersad (2008) untuk menganalisis pembentukan personal branding melalui media sosial TikTok. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivis, pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan metode penelitian studi kasus. Data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga narasumber telah membangun personal branding yang kuat di TikTok, hal ini dikarenakan mereka telah memenuhi 11 karakteristik authentic personal branding, serta konten-konten dan pesan-pesan yang dibagikan sudah sesuai dengan ambisi pribadi masing-masing para pendakwah siber. Personal branding yang otentik, kuat, dan positif akan tertanam di benak audiens sehingga menimbulkan kepercayaan kepada para pelaku personal branding. Hal ini juga membuat lebih banyak audiens yang tertarik dengan diri para pendakwah siber dan semakin banyak pula audiens baru yang akan mengikuti mereka.

The revolution in the digital era, which is supported by current technological developments, allows humans to easily connect and interact with each other. The presence of the internet and social media is one of the fastest and easiest media to use in communicating widely. Social media is now not only used to communicate interactively, but can also be used as a means for religious purposes such as preaching. Da'wah practices change from conventional to digital forms. This preaching activity in cyberspace is not spared from the social media application TikTok, which in recent years has shot to become a very popular platform in the world. TikTok, which is supported by various influencers and non-influencers, presents alternative educational tools that are interesting and fun for all audiences. Active participation in the TikTok community itself results in the formation of personal branding from content creators to the audience. This research focuses on the formation of the personal branding of three cyber preachers in Indonesia: Husain Basyaiban, Risyad Baya'sud and Umar Kilwo. Researcher used the criteria of authentic personal branding by Rampersad (2008) to analyze the formation of personal branding through social media TikTok. This study uses a post-positivist paradigm, a descriptive qualitative approach and a case study research method. Data obtained from the results of in-depth interviews and document studies. The results of the study show that the three informants have built strong personal branding on TikTok, this is because they have fulfilled 11 characteristics of authentic personal branding, and the content and messages shared are in accordance with the personal ambitions of each cyber preacher. Authentic, strong and positive personal branding will be embedded in the minds of the audience so as to generate trust in personal branding actors. This also makes more audiences interested in cyber preachers and more and more new audiences will follow them."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>