Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernalem Bangun
"Penelitian ini mengungkapkan tentang kebudayaan organisasi Museum Nusantara, salah sate museum pemerintah di Jakarta. Sebagai organisasi administratif birokratis, Museum Nusantara dalam melaksanakan kegiatannya memiliki aturan-aturan formal dan prosedur tertentu, yang harus dilaksanakan secara hirarki sesuai dengan struktur formal yang ada Tetapi dalam kenyataannya terdapat kegiatan dan aturan-aturan informal yang dilakukan dalam kelompok kelompok informal dalam setiap level, yang melekat dan mendampingi struktur formal yang ada. Hubungan-hubungan sosial informal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan museum secara formal.
Penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan-kegiatan nyata yang bersifat informal, yang dilakukan oieh orang-orang museum sebagai unsur paling dalam organisasi. Peneliti menemukan bahwa kelompok informal di Museum Nusantara dapat dibagi 2 (dua) berdasarkan akses dalam pengelolaan sumber daya yang ada di museum. Kelompok pertama adalah kelompok pengelola somber daya museum, yang mengembangkan sikap toleran kepada orangorang di luar kelompoknya, patuh terhadap aturan-aturan yang ditentukan oleh kelompoknya, menerima dengan penuh kepercayaan, membina dan mengekalkan hubungan di antara anggota kelompok. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum.
Ada 2 (dua) sikap yang berbeda dalam kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum ini. Sebagian besar mengembangkan sikap masa bodoh, mencari kegiatan lain, menguatkan hubungan antar anggota kelompok, dan berbagai kegiatan informal lainnya serta memanfaatkan fasilitas dan keunggulan sebagai pegawai negeri. Sedangkan sebagian kecil tetap menjalankan aturan-aturan yang ada semaksimal mungkin. Namun penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan orang-orang museum yang bersifat informal karena orang-orang yang mengikuti aturan yang ada tersebut hanya sedikit sekali, tidak berpengaruh terhadap kegiatan museum serta hanya akan bertahan sesaat saja sebelum mereka mengetahui seluk- beluk kegiatan museum secara seutuhnya.
Orang-orang museum yang tidak ikut dalam kelompok yang mengelola sumber daya museum cenderung bersikap masa bodoh terhadap apa yang terjadi di museum, namun mencari kegiatan lain. Kegiatan yang dilakukan tersebut tentunya menyita waktu dan pikiran. Ditambah pula dengan kerja sama dari anggota kelompok yang tidak memiliki akses dalam mengelola sumber daya di museum, secara tidak langsung sudah menomorduakan pekerjaan museum. Kerja sama ini dilakukan untuk menjaga agar mereka terlihat patuh, tidak ada kesan pelanggaran. Hal ini disebabkan karena patuh dan tidak banyak tanya adalah nilai yang dijunjung tinggi. Pandangan bahwa berbahaya / tidak aman jika banyak bertanya meliputi hampir semua orang-orang museum, juga ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri sangat besar. Keselamatan diri sendiri menjadi hal yang diutamakan. Kehidupan aman sangat dijunjung tinggi, termasuk kelompok pengelola sumber daya di museum.
Bagi orang-orang museum pengelola sumber daya di museum, sikap patuh dalam menjalankan aturan yang diberlakukan oleh kelompoknya serta menerima apa yang dilakukan tanpa harus tahu tentang proses pelaksanaannya merupakan hal yang sangat penting, demikian pula sikap toleransi dalam membina hubungan dengan anggota sesama kelompok. Sikap toleransi dengan membagi-bagi rejeki dilakukan agar terdapat rasa aman untuk melakukan kegiatan tersebut, bahkan sering disebut sebagai upaya untuk menutup mulut. Jika mereka tidak dapat membagi- bagi rejeki yang mereka peroleh secara langsung, mereka membiarkan orang lain untuk mencari rejeki dengan cara masing-masing. Sikap inilah yang dianggap dapat mengurangi resiko disorot dan diguncang orang lain. Ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri mendorong mereka untuk bersikap toleransi dan menerima apapun yang diperintahkan dan diminta oleh kelompoknya. Ini pulalah yang mendasari sikap mereka untuk menjaga dan menguatkan hubungan sesama anggota kelompok hari demi hari.
Keberadaan kelornpok-kelompok informal di Museum Nusantara yang didasarkan pada akses pengelolaan sumber-sumber daya di museum seperti telah disebutkan di atas, mempengaruhi pembuatan rencana kerja dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, mempengaruhi oraag-orang yang ditunjuk sebagai pelaksananya sekaligus ini mempengaruhi pula dalam pembinaan orang-orang museum yang akhirnya menciptakan perilaku yang telah disebutkan di atas. Inilah budaya orang-orang museum yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan dan ketermanfaatan Museum Nusantara khususnya dan museum-museum pemerintah di Indonesia umumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan upaya menjelaskan tingkah laku bermasalah pada siswa SMA dan STM dengan menggunakan kerangka pemikiran Fishbein dan Ajzen sebagai dasar untuk menerangkan masalah yang disoroti. Selain itu, juga untuk mengetahui bagaimana penerapan teori yang mereka kemukakan pada lapangan tingkah laku yang belum banyak diteliti. Teori Reasoned Action, (dikembangkan oleh Fishbein ) sebagai teori yang berakar pada Teori Sikap, memfokuskan perhatian pada belief, sikap dan tingkah laku dalam upayanya menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, determinan langsung dari tingkah laku overt individu adalah intensinya ( I ) untuk menampilkan tingkah laku tersebut. Intensi seseorang dapat diprediksi melalui 2 hal utama, yaitu Sikapnya terhadap hal tersebut dan Norma Subyektif yang ia miliki. Sikap seseorang dapat dilihat melalui belief ( b ) yang ia miliki dihubungkan dengan evaluasinya terhadap belief tersebut ( e ); sedangkan Norma Subyektifnya terbentuk melalui persepsi subyek tentang harapan orang lain yang ia anggap penting ( Normative belief -- NB ) dihubungkan dengan bagaimana keinginan dia untuk memenuhi harapan orang lain tersebut (Motivasi to Comply - MC ). Teori yang dikembangkan pada tahun 1975 ini dianggap dapat memberikan semangat baru pada bidang penelitian tentang sikap, setelah mengalami masa lesu di sekitar tahun 1970. Pada tahun 1988 Ajzen mengemukakan teori Planned Behavior, yang merupakan pengembangan dari teori Reasoned Action, dimana ia menambahkan aspek Perceived Behavioral Control Belief ( PBCB ), yaitu belief individu mengenai sejauh mana ia mempersepsikan akan dapat mengontrol dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Belief ini selalu dikaitkan dengan situasi atau kondisi tertentu, dalam masalah diatas adalah kondisi kondisi apa saja yang mereka persepsikan dapat mendorong atau menghambat keterlibatan mereka dalam perkelahian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) bagaimana intensi terlibat perkelahian pada siswa SMA dan STM yang diteliti , 2) bagaimana peranan faktor sikap, Norma subyektif dan PBC Belief terhadap intensi, faktor mana yang lebih berperan pada kelompok yang diteliti, serta 3} bagaimana pula gambaran Belief, Evaluasi Belief, Significant Others serta Motivation to Comply mereka.
Responden penelitian adalah 315 siswa dari sekolah yang dalam laporan POLDA Metro Jaya tercatat sebagai sering berkelahi, paling sedikit 3x dalam periode '89 - '91. Sekolah yang dituju dipilih secara sangat purposif, sedangkan kelas yang dijadikan responden adalah kelas 1 dan 2 yang didalamnya ada siswa bermasalah maupun yang berprestasi. Responden seluruhnya pria, dan meliputi 26 kelas dari 3 STM dan 3 SMA di Jakarta. Pengelompokan responden kedalam 4 kelompok penelitian dilakukan berdasarkan 'peer rating' terhadap tingkat agresifitas teman sekelasnya. Instrumen yang diberikan ada 2 macam, yaitu alat A yang mengukur intensi terlibat perkelahian, dan alat B yaitu alat yang disusun untuk mengukur intensi untuk tidak berkelahi. Dalam pengolahan selanjutnya data dari alat B tidak dianalisa, karena ternyata alat A dapat mengukur intensi secara lebih tajam.
Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah : Intensi seluruh kelompok adalah rendah. Antara Kelompok Tidak Agresif dengan Kelompok Agresif Sedang dan Kelompok Sangat Agresif, intensinya tidak berbeda signifikan, tetapi dengan kelompok Ditahan, intensinya berbeda signifikan.
Ketajaman Peramalan intensi maupun hubungan (multipel korelasi) dengan menggunakan 3 prediktor (S, SN, PBC belief) ternyata lebih tinggi daripada dengan 2 faktor saja (S dan SN).
Pada Kelompok Agresif (Total) maupun Agresif sedang, peran Norma Subyektif lebih besar daripada Sikap dan PBC Belief; tetapi pada Kelompok Sangat Agresif maupun Kelompok Ditahan, peran sikap yang lebih besar.
Belief yang dimiliki responden mengenai terlibat perkelahian adalah: membela nama sekolah, solider terhadap teman, menambah pengalaman dan memperluas.pergaulan. Normative Belief mereka adalah orang tua, guru dan teman sebaya. Sedangkan PBC Belief mereka adalah ingat akan orang tua, jarak lawan jauh, kehadiran polisi dan masa ujian/ulangan.
Disarankan untuk mencoba mengembangkan dan menggunakan instrumen lain untuk memancing intensi responden, juga untuk melihat kemungkinan lain dari penerapan teori ini pada berbagai lapangan tingkah laku yang secara sosial kurang diterima."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ais Irmawati
"Tujuan dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh sosialisasi keluarga, sosialisasi sekolah, dan sosialisasi peergroup (teman sebaya) terhadap perilaku budi pekerti anak. Serta agen sosialisasi mana yang memegang peranan paling penting dalam mempengaruhi perilaku budi pekerti anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang besifat deskriptif, dengan metode studi kasus. Adapun cara pengumpulan datanya, terlebih dahulu dilakukan Focus Group Discussion, yang hasilnya kemudian dianalisa secara kualitatif, selain juga dijadikan kuesioner untuk data kuantitatif. Data kuesioner tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan korelasi dan regresi ganda.
Kerangka pemikiran teori yang dipergunakan adalah: dalam setiap tahap perkembangan manusia, sebagai makhluk sosial, yang selalu mendapat sosialisasi, baik primer maupun sekunder. Setiap orang, dalam hal ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas III SMPN 123 Jakarta, akan mendapat pengaruh perilaku budi pekertinya dan orang lain. Namun, menurut Getting dan Donnermeyer, sumber sosialisasi sekunder hanya dapat bekerja melalui dampak dari sosialisasi primer.
Hasil studi ini mendapatkan kesimpulan bahwa variabel sosialisasi keluarga, sosialisasi sekolah, dan sosialisasi peergroup (teman sebaya) mempunyai pengaruh terhadap perilaku budi pekerti anak sebesar 0,388, atau 15 %. Artinya, terdapat 85 % perilaku budi pekerti dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain yang dimaksud berdasarkan hasil focus group discussion adalah media massa, dalam hal ini televisi.
Dan hasil analisa penelitian, penulis menyarankan 1) kepada para orang tua hendaklah mendidik putra-putrinya dengan pola asuh authoritative, yaitu pola asuh yang bersifat mencintai, mengontrol, komunikatif dan mempunyai tuntutan perilaku yang matang terhadap anak-anaknya.2) kepada guru, hendaklah dapat menjadi seorang guru, yang dapat digugu (dipatuhi) dan ditiru, sehingga siwa dapat melakukan imitasi terhadap perilaku guru di sekolahnya. 3) kepada badan sensor, hendaklah melakukan tugas sensor dengan baik, baik untuk produksi nasional, maupun asing. 4) kepada masyarakat luas, hendaklah selalu berperilaku budi pekerti yang baik, sehingga semua orang akan terbiasa melihat pola perilaku yang baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cece Permadi
"Pertumbuhan ekonomi dan kelestarian fungsi lingkungan merupakan kebutuhan yang dapat dicapai dengan menerapkan kaidah﷓kaidah keserasian dalam pembangunan yang berkelanjutan. Lingkungan hidup tidak selalu baik, apabila tidak ada pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan penduduk sering kali menimbulkan kerusakan lingkungan hidup yang parah. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi tidak akan berkelanjutan, jika lingkungan hidup diabaikan. Pala hidup masyarakat yang tidak dilandasi pemahaman lingkungan akan semakin memperburuk pola penataan lingkungan hidup yang tertib dan sehat. Begitu pula. kondisi sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi tingkah laku penduduk di dalam mengelola lingkungan hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah 1). Terungkapnya kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Kebon Bawang, 2). Terungkapnya persepsi masyarakat tentang keadaan wilayah yang mereka tempati, 3). Terungkapnya perilaku masyarakat di dalam mengelola lingkungan dimana mereka tinggal. Sedangkan masalahnya adalah: "Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat di Kelurahan Kebon Bawang di dalam mengelola lingkungan hidupnya dan seberapa jauh kondisi social ekonomi masyarakat mempengaruhi alas an betah/tidaknya penduduk tinggal di wilayah tersebut ?".
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1). Diduga ada hubungan antara tingkat pendidikan seseorang dengan persepsinya tentang dimana mereka tinggal. Selanjutnya persepsi tersebut diduga akan mempengaruhi perilakunya di dalam mengelola lingkungan. 2). Bila perilaku penduduk di dalam mengelola lingkungan hidup baik, maka penduduk akan menyatakan rasa kepuasannya terhadap keadaan dimana mereka tinggal. 3). Diduga ada hubungan antara alasan betah/tidaknya seseorang dengan kondisi sosial ekonomi (kualitas pemukiman, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan status tempat tinggal).
Berdasarkan hasil survei dan analisis data, maka ada beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dan ringkasan dari penelitian ini, yaitu: Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa antara persepsi penduduk tentang lingkungan dimana mereka tinggal adalah independen. Hal ini berarti bahwa persepsi yang dikemukakan penduduk karena perbedaan tingkat pendidikan tidak selalu menunjukkan adanya hubungan.
Sebagian besar penduduk (74,6 %) di Kelurahan Kebon Bawang berpartisipasi aktif di dalam mengelola lingkungan hidupnya. Baik yang dilakukan perseorangan maupun usaha bersama yang dibina melalui organisasi yang ada (formal dan informal). Partisipasi ini tidak lepas dari pada kesadaran dan persepsi sebagian besar penduduknya (61,2 %) akan pentingnya usaha penertiban kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Perilaku masyarakat di Kelurahan Kebon Bawang di dalam mengelola lingkungan hidup cukup baik, sehingga memberikan rasa kepuasan bagi sebagian besar penduduknya (96,7 %) betah tinggal di wilayahnya. Alasan betah yang dikemukakan sebagian besar, penduduk (32 %) karena tidak ada tempat tinggal lain. Kemudian karena tetangga menyenangkan (24 %) dan karena dekat tempat pekerjaan (21 %).
Dari hasil pengujian staitstik dapat diketahui bahwa hubungan antara alasan betahnya seseorang dengan kualitas pemukiman, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan mata pencaharian adalah independen. Kecuali status tempat tinggal (dependen). Hal ini berarti bahwa alasan betah yang dikemukakan karena perbedaan kondisi sosial ekonomi tersebut tidak selalu menunjukkan adanya hubungan. Dengan kata lain kondisi sosial ekonomi penduduk tidak begitu berpengaruh terhadap alasan betahnya seseorang."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tono Setiadi
"ABSTRAK
Suatu rancangan rumah yang baik dapat memberikan Penampilan Bangunan (Building Performance) yang memenuhi kebutuhan kepuasan penghuni dalam penggunaan rumah itu sehari-hari. Dari ketiga aspek (aspek Teknikal, Fungsional, dan Perilaku) yang menentukan kualitas Penampilan Bangunan, aspek Perilaku (behavioral) sering kali kurang mendapat perhatian para arsitek dalam proses perancangan. Hal demikian diperkirakan terjadi pula pada unit rumah massal di lingkungan perumahan Real Estate yang dalam proses perancangan prototipe unitnya tidak dapat melibatkan partisipasi calon penghuni. Dengan kondisi proses seperti itu, memang patut dipertanyakan apakah karya arsitek tersebut benar-benar telah dapat memenuhi kebutuhan kesejahteraan sosiologikal dan psikologikal penghuni dari aspek Perilaku atau aspek lain-lain yang terkait. Pertanyaan yang sama pantas dilontarkan kepada para penghuni yang mendiami unit-unit rumah di lingkungan perumahan Bintaro Jaya. Penghuni dari golongan masyarakat berpenghasilan menengah ini dijadikan obyek penelitian karena memiliki beberapa kekhususan. Kelompok ini di Jakarta berjumlah cukup besar dan merupakan golongan profesional atau golongan tenaga terdidik yang potensial bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Dari segi reliabilitas penelitian, golongan ini dapat diandalkan karena kemampuan mereka dalam memberikan pendapat atau opini yang obyektif dan netral. Dengan pertimbangan demikian, diharapkan hasil evaluasi Penampilan Bangunan dari aspek Perilaku dapat terungkap lebih akurat, dan sekaligus bermanfaat sebagai umpan balik penyempurnaan Kriteria Rancangan (Design Criteria) dalam penyiapan pembangunan unit rumah berikutnya.
Penelitian ini terutama bertujuan untuk mengungkapkan tanggapan penghuni terhadap Penampilan Bangunan ditinjau dari aspek Perilaku (dengan sub aspek Privasi, Teritorialitas, Ruang Personal, Kesesakan, dan Citra) dan bagaimana kondisi saling hubungan antar sub aspek Perilaku tersebut. Selain itu ingin pula mengetahui tingkat Kepuasan Keseluruhan (Overall Satisfaction) yang dirasakan penghuni atas unit rumah itu, dan bagaimana kondisi saling hubungan antara Kepuasan Keseluruhan tersebut dengan tiap sub aspek Perilaku. Untuk memperoleh pendapat atau opini penghuni, sebagai instrumen utama telah disebarkan sebanyak 152 kuesioner berskala kepada responden yang memenuhi kriteria/persyaratan sebagai penghuni kelas menengah di lingkungan Bintaro Jaya. Dari kuesioner yang masuk, setelah diseleksi, ditetapkan 80 kuesioner yang memenuhi syarat untuk dijadikan data penelitian. Data tersebut disusun dalam Tabel Induk, untuk kemudian dianalisis dan uji statistik, diinterpretasi, dan dibahas untuk memperoleh kejernihan masalah dan pemecahannya. Arah pembahasan ditujukan untuk memberikan bahan masukan terhadap pembentukan Kriteria Rancangan yang nantinya akan bermanfaat bagi para arsitek.
Hasil penelitian dilaporkan sebagai berikut:
1 Profit Penghuni
a. 58% berpendidikan Sarjana ke atas dan 42% Sarjana Muda/ SLTA.
b. 81% Pegawai Swasta dan 19% Pegawai Negeri.
c. 29% berpenghasilan kurang dari. 1 juta rupiah, 47% berpenghasilan 1-2 juta rupiah, 9% berpenghasilan 2-3 juta rupiah, 9% berpenghasilan 3-5 juta rupiah, dan 6% berpenghasilan lebih dari 5 juta rupiah.
d. 60% berusia 40 tahun ke bawah, 29% antara 41-50 tahun, dan 11% berusia 51 tahun ke atas.
e. 62% mempunyai anak 1-3 orang, 13% antara 4-5 orang, dan 25% tidak mempunyai anak/tidak tinggal bersamanya.
f. 79% memiliki pembantu antara 1-2 orang, 19% memiliki pembantu 3-4 orang, dan hanya 2% yang tidak memiliki.
2. Penampilan Bangunan dari aspek Perilaku
a. Privasi, Ruang Personal, Teritorialitas, dan Citra, dirasakan telah memadai.
b. Kesesakan, dirasakan kurang memadai.
3. Hubungan antar sub aspek Perilaku
a. Tidak semua variabel sub aspek saling berhubungan/berkorelasi.
b. Hubungan yang cukup signifikan terjadi antara: Ruang Personal dengan Kesesakan, Ruang Personal dengan Citra, Kesesakan dengan Citra.
4. Hubungan antara sub aspek Perilaku dengan Kepuasan Keseluruhan
a. Unit rumah dirasakan telah memenuhi Kepuasan Keseluruhan pars penghuninya.
b. Tidak semua variabel sub aspek Perilaku berhubungan dengan Kepuasan Keseluruhan. Teritorialitas, Ruang Personal, dan Citra mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Kepuasan Keseluruhan.
5. Tanggapan terhadap aspek Perilaku dan Kepuasan Keseluruhan ditinjau dari tingkat Pendidikan
a. Dalam menanggapi penampilan bangunan dari aspek Perilaku, penghuni berpendidikan Sarjana ke atas tidak berbeda jauh dengan penghuni yang berpendidikan Sarjana Muda/ SLTA. Perbedaan yang agak mencolok hanya terjadi pada sub aspek Teritorialitas dan Kesesakan.
b. Begitu pula terhadap Kepuasan Keseluruhan.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Asrori
"ABSTRAK
Pajak mempunyai arti penting dan strategis. Pembiayaan pembangunan dan pinjaman luar negeri akan membawa konsekuensi berupa kewajiban untuk mengembalikan sedangkan penerimaan dari sektor pajak lebih bisa dijamin kontinuitasnya, disamping banyak keuntungan yang lainnya antara lain meningkatnya penerimaan dari sektor pajak menunjukkan kemandirian negara, kemandirian _yang ditopang dari sektor pajak ini akan menguatkan struktur ekonomi dan sosial yang kuat, dan mempengaruhi terhadap stabilitas dan kenetralan kebijakan luar negeri. Usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak membutuhkan waktu yang panjang, karena berkaitan dengan mentalitas suatu bangsa (Tianakusubroto,1994). Pelanggaran-pelanggran yang terjadi dibidang perpajakan cukup serius dengan nilai nominal yang besar. Dalam sistem self crsessnaent wajib pajak diberi kewenangan menghitung sendiri dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayarnya. Menurut Tunggal (1995), jenis pajak penghasilan perorangan sering ditemukan adanya penyelewengan berupa antara perilaku menghindari pajak. Dalam kaitan dengan perilaku menghindari pajak, peneliti memilih intensi sebagai konstruk yang dapat menjelaskan perilaku tersebut berdasarkan Theory reacsoned action dari Fishbein dan Ajzen (1975) dan Theory Planned Behavior dari Ajzen (1988). Dari model tersebut dirumuskan permasalahan: seberapa jauh sikap, norma subjektif dan PBC hubungannya dengan intensi menghindari pajak. Dari hasil uji statistik berupa analisis regresi berganda diperoleh hasil sebagai berikut :
Sikap terhadap perilaku menghindari pajak, up pph perorangan secara signifikan berhubungan positif dengan intensi menghindari pajak, (sig T= 0.0036) sumbangan relatif sikap terhadap intensi menghindari pajak adalah sebesar .377396 (nilai Beta). Norma subjektif tidak memberikan sumbangan yang signifikan dengan intensi menghindari pajak (sig T = .1364). Sedangkan PBC secara signifikan mempunyai hubungan positif dengan intensi menghindari pajak (T= 0074). Sumbangan relatif yang diberikan oleh PBC terhadap intensi menghindari pajak adalah sebesar _240490 (nilai Beta). Secara keseluruhan varian menghindan pajak hanya dapat diterangkan oleh variabel independent yaitu sikap, norma subjektif dan PBC hanya sebesar 41 %, sehingga dengan demikian ada 59 8fo diterangkan oleh variabel lain.
Saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak yang berkepentingan dalam hal ini pengambil kebijakan adalah berkaitan dengan perubahan sikap sehingga sikap yang positif terhadap perilaku menghindari' pajak dapat dirubah menjadi sikap yang negatif terhadap perilaku menghindari pajak.
Dalam penelitian ini norma subjektif tidak berpengaruh secara signifikan. Kontrol perilaku yang dipersepsikan oleh wajib pajak perlu pula mendapat perhatian. Hal hal yang mendorong dapat lebih dieleminir sehingga dorongan tersebut tidak menjadi kenyataan berupa intensi ataupun perilaku yakni menghindari pajak. Bagi para peneliti berikutnya dianjurkan dapat menerapkan model Lewis dengan lebih lengkap bila situasi dan kondisi memungkinkan sehingga hasil penelitian yang didapatkan Iebih komprehensip."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Nathasa Arastone
"Peningkatan kasus COVID-19 menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia terkhusus Kota Depok sebagai kota kemunculan kasus pertama. Pengetahuan mengenai COVID-19 serta perilaku pencegahan berupa perilaku hidup bersih dan sehat berperan penting dalam memutuskan rantai penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai COVID-19 dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan teknik cluster sampling. Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Kota Depok yang melibatkan 454 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner pengetahuan mengenai COVID-19 dan PHBS yang disebar secara online melalui media sosial. Uji Pearson Chi-Square yang dilakukan antara variabel independen dan dependen menghasilkan nilai p value = 0.015. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai COVID-19 dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan lebih lanjut dan pemberlakuan PHBS oleh seluruh pihak berkaitan direkomendasikan untuk memaksimalkan pencegahan penularan COVID-19.

The increase in COVID-19 cases has become a major health problem in Indonesia, especially Depok as the city where the first cases appeared. Knowledge regarding COVID-19 and preventive behavior in the form of clean and healthy living behavior play an important role in breaking the chain of transmission. This study aims to determine the relationship between knowledge regarding COVID-19 with clean and healthy living behavior in residents of Depok City. This is a quantitative research that uses a cross-sectional research design with cluster sampling technique. The subjects in this study are the residents of Depok City which involves 454 respondents. Data collection was done using a knowledge questionnaire regarding COVID-19 and PHBS (clean and healthy living behavior) which was distributed online through social media. The Pearson Chi-Square test conducted between the independent and dependent variables resulted in a p value = 0.015. This result indicates that there is a significant relationship between knowledge regarding COVID-19 with clean and healthy living behavior. Therefore, it is recommended to increase further knowledge and implement PHBS by all relevant parties to maximize the prevention of COVID-19 transmission."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Solihah
"ABSTRACT
Tax amnesty tahun 2016 mengundang pro dan kontra. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya perilaku Wajib Pajak terhadap tax amnesty. Skripsi ini menggunakan Theory of Planned Behavior. Tujuan penelitian adalah mengetahui perilaku Wajib Pajak orang pribadi terhadap kebijakan tax amnesty. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan instrumen kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dan perceived behavior control berpengaruh positif terhadap intention dalam mengikuti atau tidak mengikuti tax amnesty, sementara Subjective norm tidak berpengaruh positif terhadap intention mengikuti atau tidak mengikuti tax amnesty. Dengan demikian, evaluasi positif terhadap tax amnesty dan ketersediaan sumber daya dan kesempatan bagi seseorang untuk mengikuti tax amnesty mempengaruhi intensi seseorang untuk mengikuti tax amnesty.

ABSTRACT
Tax Amnesty has pros and cons in its implementation. This raises the question of how taxpayers actually behave towards tax amnesty. One of the models which can be used to measure people rsquo s behavior on government rsquo s policy is Theory of Planned Behavior. The purpose of this research is to find out individual taxpayers rsquo perception about the Tax Amnesty policy. This research was quantitative research and using questionnare as its instrument. The result shows attitude and perceived behavior control positively affected intention and subjective norm not positively affected intention on following Tax Amnesty. Thus, the happiness or proudness when following Tax Amnesty and resource availability and chance to following Tax Amnesty were affecting taxpayers rsquo intention to followed Tax Amnesty."
S68149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, C.B.S. author
"Tesis ini menggambarkan tentang motivasi para anggota unit operasional Satuan lntelijen dan Pengamanan di Polresta Bogar dalam bekerja. Adapun masalah penelilian adalah ?apakah perilaku individu para anggota unit operasional Satuan lntelijen dan Pengamanan di Polresta pemahaman anggota alas tujuan organisasi, hasif kerjaJprestasi, supervisilpenyeliaan, tanggungjawab, hubungan antarpribadi, kondisi kerja, dan penghasilan.
Tesis ini menunjukkan bahwa motivasi anggota dalam bekerja merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan tugas unit operasional Satuan lntelpam Polresta Bogar, mengingat terbatasnya dukungan sarana dan prasarana yang disiapkan oleh dinas. Tesis membahas gambaran urnum Kepolisian Resort Kola Bogar, gambaran umum unit operasional Satuan lntelpam Polresta Bogar, faktor-faklor yang dapat mempengaruhi motivasi dalam bekerja dan pembahasan tentang korelasi antara laktor-faklor yang diteliti dengan motivasi anggota unit operasional dalam bekerja.
Tesis ini menyimpulkan bahwa para anggota unit operasional Satuan lntelpam di Polresta Bogar belum bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang benar_ Selain itu disimpulkan pula bahwa motivasi dalam bekerja yang dimiliki anggota unit operasional cukup balk. Juga dilakukan panilaian terhadap kinerja unit operasional serta ditemukan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh Satuan lntelpam Adapun saran yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki kinerja unit operasional Satuan Intelpam Polresta Bogor agar mereka tidak melakukan penyimpangan dalam pelaksanaan tugasnya."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T4956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Azahra
"Pandemi Covid-19 membentuk ruang gerak menjadi terbatas dengan suasana tempat yang sama setiap harinya sehingga memicu kejenuhan di dalam diri seseorang. Rekreasi terkena imbas pandemi Covid-19 yang menyebabkan jangkauan dan gaya dalam berekreasi berubah dari skala ramai dan berkerumun menjadi kecil karena akses yang terbatas dan banyaknya destinasi berilibur yang tutup hingga gulung tikar. Staycation menjadi gaya berlibur yang dilakukan saat Pandemi Covid-19 sebagai bentuk berlibur yang aman dari paparan virus dan keterbatasan akses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi dan tempat staycation saat Pandemi Covid-19 bagi pelaku staycation yang dapat ditinjau dari konsep 4A pariwisata (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas, dan Ancillary). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner terbuka berupa isian dan pilihan untuk pelaku staycation serta melakukan wawancara lebih lanjut kepada responden yang bersedia. Penelitian ini dilakukan dengan analisis spasial deksriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa staycationers mencari penginapan yang memiliki kemudahan berkendara jika dilihat dari waktu tempuh, kerapatan jalan, dan ketersediaan transportasi umum sehingga menciptakan waktu yang minim dalam berpergian. Jasa penginapan dengan penerapan protokol kesehatan menjadi poin penting dalam melakukan staycation di tengah Pandemi. Adapun karakteristik tempat penginapan yang dicari adalah yang memiliki pemandangan kamar, konsep/tema penginapan, fasilitas indoor dengan kebutuhan teknologi yang memadai, dan letaknya berdekatan dengan gerai makanan

The Covid-19 pandemic has shaped the space for movement to be limited with the same atmosphere every day, triggering saturation in a person. Recreation was affected by the Covid-19 pandemic which caused the range and style of recreation to change from crowded and crowded scale to small due to limited access and the number of destinations that closed to go out of business. Staycation is a vacation style carried out during the Covid-19 Pandemic as a form of vacation that is safe from exposure to viruses and limited access. This study aims to determine the location and place of staycation during the Covid-19 Pandemic for staycation actors which can be reviewed from the concept of 4A tourism (Attractions, Amenities, Accessibility, and Ancillary). The data collection method used is an open questionnaire in the form of fillings and options for staycation actors and conducting further interviews with willing respondents. This study was conducted by descriptive spatial analysis. The results showed that staycationers are looking for lodgings that have ease of driving when viewed from travel time, road density, and the availability of public transportation, thus creating minimal time in traveling. Lodging services with the implementation of health protocols are an important point in carrying out a staycation in the midst of a Pandemic. The characteristics of the lodging place sought are those that have room views, lodging concepts / themes, indoor facilities with adequate technological needs, and are located close to food outlets "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>