Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61477 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widiawati Octavianti
"Brand atau merek dari suatu organisasi lebih dari sebuah nama. Merek juga menyangkut beberapa hal, termasuk di dalamnya posisi organisasi dalam pasar, bagaimana cara kerjanya, komunikasi internal dan eksternal, dan tingkah laku para karyawannya. Kesemuanya tergambar dalam merek perusahaan. Karenanya banyak perusahaan yang rela untuk mengalokasikan dana perusahaan untuk dapat membuat nama baru atau mempertahankan nama yang sudah ada. Terdapat berbagai cara untuk melakukan hal tersebut.
Accenture adalah sebuah perusahaan konsultan manajemen dan teknologi yang meliputi konsultasi, teknologi, alih daya dan modal ventura. Penggunaan nama perusahaan Accenture digunakan sejak bulan Januari 2001 dimana sebelumnya perusahaan ini dikenal dengan nama Andersen Consulting. Perubahan nama ke Accenfure bukan sekedar hanya sebuah perubahan nama dari sebuah organisasi semata, akan tetapi juga menjadi harapan-harapan baru dari perusahaan ini.
Merek, dalam hal ini Accenture akan selalu hadir setiap kali organisasi bertemu dengan para pelanggannya. Berbicara tentang merek perusahaan, maka komunikasi pemasaran akan selalu memainkan peranannya. Komunikasi dan pemasaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemasaran adalah komunikasi dan komunikasi adalah bagian dari pemasaran. Selain itu, komunikasi antara perusahaan kepada konsumen mereka, baik konsumen aktual maupun konsumen potensial merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan mengenalkan nama atau merek dari perusahaan yang baru.
Merek (brand) merupakan nama, istilah, tanda, simbol disain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
Bagi para karyawan accenture, perubahan nama tersebut tentunya telah di ketahui jauh hari sebelum nama baru tersebut digunakan. Tetapi bagaimana dengan konsumen pada umumnya dan klien perusahaan pada pada khususnya. Bagaimanakah respon mereka terhadap perubahan nama tersebut. Serta bagaimana strategi komunikasi pemasaran prerusahaan yang diterapkan untuk mengenalkan nama perusahaan tersebut.
Untuk mengetahui respon dari konsumen mengenai perubahan nama perusahaan maka dilakukan suatu survey yang respondennya merupakan orang-orang yang pernah berhubungan atau bekerjasama dengan perusahaan jasa konsultan selama satu tahun terakhir.
Dari hasil yang didapat dari survey yang dilakukan di kantor-kantor responden, ternyata 90% dari para responden mengetahui perubahan nama Andersen Consulting menjadi accenture. Serta sebagian dari para responden menjawab bahwa proses perubahan nama tersebut telah terkomunikasi dengan baik. Selain itu, beberapa responden juga menjawab bahwa image dari perusahaan yang baru akan naik, diantaranya karena dengan perusahaan yang baru maka akan lebih mandiri dan lebih terspesialisasi dibandingkan pada saat perusahaan bergabung dengan perusahaan induk.
Tetapi di sisi lain, sebaiknya accenture juga membuat situs untuk perusahaan kecil dan menengah yang selama ini kurang mendapat porsi cukup jika dilihat dari event yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan membuat situs tersebut maka perusahaan tidak akan turun imagenya, dan sera dapat mengapai usaha ekonomi kecil dan menengah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy A. Suhardi
"Industri media massa, terutama media massa majalah khususnya majalah wanita dapat ditinjau dan 2 sudut pandang. Yang pertama dari sudut pandang sebagai salah satu saluran dalam berkamunikasi, dan dari sudut pandang ekonomi sebagai sebuah bisnis yang menjanjikan.
Sebuah industri media bersifat unik karena bergerak di dua jenis pasar, yaitu pasar pembaca dan pasar pengiklan. Pada pasar pembaca yang dijual adalah produknya, yaitu majalah itu sendiri. Sedangkan pasar kedua adalah jalur klien (pengildan) menuju target marketnya melalui majalah kita.
Majalah wanita sendiri bukan merupakan suatu hal yang Baru melainkan sebuah fenomena yang muncul sejak lama, dan khusus di Indonesia majalah wanita telah berkembang dengan sangat pesat dalam beberapa waktu terakhir ini khususnya majalah wanita kelas atas.
Di Indonesia sendiri saat ini terdapat 4 majalah wanita kelas atas yang saling bersaing untuk memperebutkan pasar yang sama dan memenangkannya. Oleh karena itu, dengan pasar yang kecil dengan beberapa pemain di dalamnya membuat pengelola majalah-majalah ini harus memutar otak dengan melakukan hal-hal yang dianggap dapat meningkatkan keuntungan perusahaan penerbit, tidak hanya saja dari produk itu sendiri melainkan dari hal-hal lain yang berkaitan.
Kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik analisa strategi komunikasi pemasaran majalah wanita kelas atas (studi kasus majalah Harper's Bazaar dan Dew!). Pada topik ini akan dibahas bagaimana kedua majalah ini dapat menduduki posisi atas dalam persaingan majalah wanita kelas atas ini. Penelitian ini sendiri dilakukan dengan menggunakan cara penelitian kualitatif. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam membahas topik ini adalah dengan melihat struktur pasar majalah wanita kelas atas yang ada di Indonesia saat ini kemudian bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang telah dijalankan oleh kedua majalah ini untuk mendapatkan tanggapan dan hasil yang baik di pasaran.
Penelitian ini akan menunjukkan bahwa untuk mengantisipasi strait-tar pasar yang sudah terbentuk, terdapat perbedaan dan persamaan dari strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui bauran komunikasi. Selain itu juga kedua majalah ini bersaing untuk melakukan diferensiasi produk, dikarenakan segmen pasar yang dibidik adalah sama sehingga mereka harus berjuang untuk memenangkan persaingan.
Hasil penelitan ini juga menunjukkan bahwa majalah Harper's Bazaar telah melakukan strategi pemasarannya secara tepat dan aktif serta secara internal telah mengalami kemajuan yang luar biasa, tetapi ternyata hal ini dianggap belum mampu menggeser majalah Dewi sebagai majalah wanita kelas atas peringkat satu. Dalam menjalankan strategi komunikasi pemasarannya majalah Dewi justru kurang aktif
Melihat dari hasil penelitian tersebut sebaiknya majalah Harper 's Bazaar lebih menggali polensi pemasaran yang belum terjangkau. Sementara majalah Dewi sebaiknya mulai waspada atas kehadiran majalah-majalah lain, bukan raja hanya majalah Harper's Bazaar melainkan majalah sejenis lainnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hermawan
Jakarta: Erlangga, 2012
658.802 AGU k (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cucu Ahmad Kurnia
"Pariwisata dunia yang beberapa tahun terakhir ini mengalami pertumbuhan mengesankan, menimbulkan harapan bagi sektor pariwisata di Jakarta. Namun, pada saat yang sama, terjadi beberapa masalah yang berdampak buruk bagi pariwisata di DKI Jakarta. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, rnusibah asap di bagian lain dari Indonesia serta berbagai peristiwa yang berakar dari instabiltas politik dan keamanan di Indonesia; menyebabkan citra pariwisata di DKI Jakarta juga terpukul.
Untuk dapat memperbaiki citra pariwisata DKI Jakarta tersebut dibutuhkan sebuah strategi komunikasi pemasaran yang didukung oleh berbagai pihak yang terkait dengan sektor pariwisata, dengan dimotori oleh Dinas Pariwisata DKI Jakarta, dimana masyarakat luas juga diharapkan-berpartisipasi.
Pada kenyataannya, di antara pengambil keputusan sektor pariwisata DK1 Jakarta, terdapat kekurangpahaman tentang langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan strategi komunikasi pemasaran yang terpadu. Selain itu terdapat masalah kurang kuatnya koordinasi antara Dinas Pariwisata dengan unit lain yang terkait dengan masalah kepariwisataan di lingkungan Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Hal ini terlihat dalam masalah alokasi anggaran, yang pengucurannya tidak sejalan dengan kebutuhan menjalankan komunikasi pemasaran yang direncanakan Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
Masalah-masalah tersebut menyebabkan sampai saat ini tidak adanya langkah signifikan yang diambil Dinas Pariwisata DKI Jakarta untuk mengangkat kembali citra pariwisata DKI Jakarta. Namun di sisi lain, tampak adanya inisiatif yang positif dari kalangan swasta pelaku sektor pariwisata untuk mengatasi situasi.
Tulisan ini mengacu pada berbagai teori di bidang komunikasi dan strategi pemasaran, khususnya untuk sektor pariwisata. Model komunikasi yang digunakan adalah Response-Hierarchy Models sementara dari strategi pemasaran menggunakan model STP (Segmenting, Targeting, Positioning). Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan melakukan depth - interview di antara pengambil keputusan sektor pariwisata dan beberapa pihak yang terkait dengan sektor ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Septarina Wijayanti
"Hasil kajian berbagai studi menunjukkan bahwa Vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia. Permasalahan terbesar dengan vitamin A adalah fungsinya yang penting bagi tubuh namun konsumsi rata-rata perorangan cenderung rendah dan belum mencukupi, sehingga harus dipenuhi dari Iuar. Masalah terpenting adalah bagaimana mendorong target populasi untuk ke Puskesmas dan meminta Vitamin A sesuai kebutuhan.
Sosialisasi kepada masyarakat, terutama target populasi terintegrasi dalam social marketing concept menerapkan beberapa marketing communication tools. Marketing communication tools dimaksud adalah pemasangan ikian (televisi, radio, media cetak), publisitas (penyelenggaraan lomba menulis bagi para wartawan yang berkaitan dengan misi HKI) serta penyebaran leaflet, stiker juga pemasangan spanduk di sekitar Puskesmas.
Dari hasil penelitian di Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan ditemukan bahwa social marketing campaign kepada target populasi, tingkat exposure-nya relatif rendah. Dari analisis selanjutnya dengan menggunakan analisis diskriminan, terbukti bahwa terdapat perbedaan nyata antara responden yang balitanya mengkonsumsi Vitamin A dan responden yang balitanya tidak mengkonsumsi Vitamin A, dalam hal Advertising Exposure (sekaligus sebagai variabel yang paling membedakan), Word-of-Mouth Exposure dan Personal Selling Exposure. Sementara sikap kedua kelompok tersebut relatif sama atas Publicity and PR Exposure.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka direkomendasikan agar HKI memberikan perhatian khusus pada aspek personal selling dan word-of-mouth promotion, yang terbukti memiliki exposure lebih tinggi pada kelompok yang memiliki balita tidak mengkonsumsi Vitamin A. Hal ini juga perlu ditunjang dengan advertising yang memiliki exposure lebih tinggi pada kelompok yang memiliki balita mengkonsumsi Vitamin A, untuk mempertahankan tingkat konsumsi Vitamin A yang telah dicapai. Dalam hal ini advertising perlu dirancang agar juga dapat mendorong terjadinya word-of-mouth communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Djukardi
"Kondisi pasar monopoli adalah kondisi pasar ideal yang selalu menjadi tujuan setiap perusahaan. Monopoli itu sendiri dapat diartikan sebagai sendirian menjual. PERTAMINA sebagai perusahaan produsen penghasil minyak pelumas saat ini masih mempunyai hak istimewa sebagai satu satunya perusahaan yang dapat menyalurkan kebutuhan pelumas yang berasal dari bahan baku mineral di dalam negeri yang diatur melalui Keppres No. 18 tahun 1988. Kondisi monopoli yang dinikmati PERTAMINA tersebut bukanlah sebagai kondisi hasil prestasi PERTAMINA, sehingga tidaklah menutup kemungkinan akan hilangnya hak istimewa yang telah diberikan Pemerintah kepada PERTAMINA.
Apabila kondisi hak istimewa monopoli tersebut telah benar-benar dicabut oleh Pemerintah, maka PERTAMINA akan masuk kedalam situasi pasar yang benar-benar bersaing sehingga diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar dapat tetap mempertahankan keberadaannya di pasar pelumas Indonesia. Peran Komunikasi Pemasaran cukup panting dalam memasarkan suatu produk karena merupakan salah satu alat untuk menyebarkan informasi mengenai produk tersebut.
Istilah komunikasi pemasaran sebenarnya berasal dari salah satu elemen bauran pemasaran yaitu promosi. Bauran promosi terdiri dari, periklanan promosi penjualan, penjualan personal dan publisitas yang mencerminkau aktifitas komunikasi dalam pemasaran. Karena beberapa elemen tersebut tidak bisa berdiri sendiri, maka perlu keterpaduan atau kesatuan dari beberapa elemen tersebut.
Mengingat selama ini PERTAMINA mendapatkan hak istimewa monopoli di bidang pemasaran pelumas, maka PERTAMINA sedikit mengabaikan peran komunikasi pemasaran dalam memasarkan produknya. Promosi yang dilakukan PERTAMINA hanyalah bersifat situasional saja, PERTAMINA tidak memiliki target audiece yang pasti dan tidak terjadwal dengan baik.
Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, kecil kemungkinan PERTAMINA dapat bertahan di era pasar persaingan bebas yang tidak lama lagi akan tercipta Apalagi dengan adanya fenomena perubahan pemasaran saat ini yang mengarah kepada apa yang disebut individualized marketing, database marketing, bahkan cyber marketing. Konsekuensinya komunikasi pemasaran perlu ditangani dengan sentuhan pribadi dan sikap sangat peduli kepada konsumen. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvi Jatmiko
"Komunikasi pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam memasarkan produk atau jasa sebuah perusahaan. Unsur-unsur komunikasi pemasaran yang sering digunakan seperti setting, advertising, sales promotion, direct marketing, publicity and pubtic relations, sponsorship, exhibition. Corporate identity, packaging, point of sates dan word of mouth atau biasa dikenal dengan Marketing Mix.
Penelitian ini akan membahas tentang strategi dan implementasi berbagai unsur marketing communication mix dengan mengambil studi kasus TNT International Express Indonesia. Untuk sampai pada pembahasan tersebut digunakan metode penelitian kasus dengan teknik pengumpulan data melalui in depth reporting, observasi, dan dokumentasi, dengan teknik analisis data penjodohan pola (pattern matching) yang dilengkapi dengan analisis evaluatif kualitatif-deskriptif.
Hasil studi kasus secara umum menunjukan kesesuaian antara pola-pola konseptual yang diprediksikan berdasarkan teori-teori yang relevan dengan pola-pola temuan empirik studi kasus, baik yang menyangkut profil organisasi TNT International Express Indonesia secara menyeluruh maupun yang Iebih khusus mengenai komunikasi pemasaran TNT International Express Indonesia.
Dari kesesuaion pola-pola tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pertama, kegiatan komunikasi pemasaran TNT International Express Indonesia pada dasarnya sudah mempunyai strategic planning yang baik namun pada tahap implementation terdapat beberapa kegiatan-kegiatan yang tidak sejalan dengan strategic planning sudah dibuat.
Hal ini disebabkan karena pembuatan strategic planning untuk komunikasi pemasaran TNT International Express Indonesia dibuat oteh TNT International Express Regional Asia Pasific di Singapura atas dasar market anatysis dan tanpa marketing research tentang kondisi pasar di Indonesia.
Kedua, Kegiatan komunikasi pemasaran TNT lnternational Express Indonesia hanya berfokus pada brand building dan peningkatan revenue perusahaan TNT International Express Indonesia seakan-akan melupakan faktor-faktor Community developmeni dimana merupakan unsur penting dalam sebuah strategy untuk mencitrakan perusahaan sebagai pemimpin pasar sesuai dengan visi dan misi TNT International Express Indonesia.
Ketiga. Kegiatan komunikasi pemasaran TNT Iniernaiional Express Indonesia yang begitu banyak. hanya dikerjakan oleh seorang Marketing Manager dan Stafnya. Hal ini membuat kegiaian-kegiaian yang sifatnya menciptakan brand awareness melalui kegiatan-kegiatan yang seharusnya diliput oleh media seperti exhibitions dan talk show di radio atau TV tidak tercipta.
Dari kesimpulan tersebut diatas. maka untuk meningkatkan kinerja penerapan strategi komunikasi pemasaran TNT international Express Indonesia sebaiknya dipertimbangkan pola komunikasi pemasaran yang terpadu dengan mengindahkan aspek perencanaan dan keterpaduan berbagai unsur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspitasari
"Telekomunikasi mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Teknologi Voice over Internet Protocol sebagai salah satu aplikasi dalam internet yang digunakan untuk berkomunikasi melalui telepon mulai dikenal di Indonesia, di antaranya melalui produk yang menggunakan kartu, balk prabayar maupun pascabayar, dan juga produk VoIP bernama TELKOMGloba| 017, yang dlluncurkan sebagai varian geneiasi baru setelah TELKOMSave, yang diposisikan sebagal VoIP kelas Premium.
Kehadiran TELKOMGlobal 017 secara langsung dihadapkan pada SLI 001 dan SLI 008 yang selama bertahun-tahun eksis melayani sambungan Iangsung internasional. Dengan positioning produk hemat dan berkualitas, TELK0MGIobal mulai meraih pangsa pasar sebesar 20%, dan bertujuan untuk meraih sebesar 40% dari total pangsa pasar berdasarkan menit call.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh PT Telkom sebagai suatu bentuk kesadaran merespons pasar yang sangat kompetitif dan mulai mengarah pada quality-sensitive. Penelitian dilakukan di Jakarta, yang masuk dalam lingkup Divisi Regional II. Metode penelitian merupakan penggabungan dari metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatlf dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner melalui teknik penarikan sampel yang non random yaitu snowball sampling.
Responden adalah pengguna 017 yang sekaligus memiliki referensi pengalaman menggunakan SLI 001 dan/atau SLI 008. Penulis tidak memiliki kerangka sampel, dan sekaligus sulit menemukan responden yang memenuhi kriteria tersebut di atas, sehingga snowball sampling menjadi pilihan.
Metode pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada sejumlah subjek penelitian, baik mereka yang mengenal produk ini maupun yang sudah mengenal dan menggunakan produk ini. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap manajemen Telkom dan Indosat untuk mendapat gambaran mengenai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan.
Kerangka pemikiran menggunakan konsep komunikasi pemasaran terpadu (KPT atau Integrated Marketing Communication) yang dikemukakan terutama oleh Joseph Sirgy, yang mengatakan bahwa karakteristik utama dari konsep ini adalah keterpaduan dan koordinasi yang mengarahkan semua tujuan darl komunikasi pemasaran. Sirgy mengalakan perlunya ada orientasl strategis yang diacu oleh semua fungsi komunikasi pemasaran, baik iklan, personal selling, promosi penjualan, penjualan langsung, maupun humas. Selain itu Sirgy menambahkan perlu ada kontinuitas dari keseluruhan aktivitas komunikasi pemasaran, kontinuitas itu menyangkut fisik maupun dalam term psikologis.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ternyata tools komunikasi pemasaran relatif tidak efektif, mengacu pada temuan data yang menyebutkan bahwa sebagian terbesar responden belum pernah mendapatkan atau terpapar oleh alat komunikasi pemasaran.
Temuan berikutnya mengatakan bahwa sebagian besar responden menggunakan TG-017 karena itu merupakan kebijakan di kantor mereka. Pertanyaan lebih mendalam kepada sejumlah responden menghasilkan temuan bahwa kebijakan di kantor didorong oleh aktivilas kunjungan personal (presentasi personal, Sebagai bagian dan personal selling) yang dilakukan petugas Telkom ke sejumlah perusahaan. Inl berarti bahwa alat komunikasi pemasauan dalam bentuk personal selling menghasilkan efek tidak langsung yang relatif signifikan dibandingkan dengan alat komunikasi pemasaran lainnya.
Kemudian ditemukan sejumlah informasi menarik, bahwa sekretaris berperan penting sebagai inisiator dari penggunaan produk ini, pada beberapa perusahaan bahkan ditemukan bahwa sekretaris juga berfungsi sebagai influencer terhadap penggunaan produk ini. Pada beberapa perusahaan berskala kecll-menengah, sekretaris bahkan berfungsi sekaligus sebagai decision maker dan user.
Sejumlah alat komunikasi pemasaran seperti iklan baik di media lini alas maupun lini bawah, nampaknya memang belum menjadi priorltas bagi Telkom, sehingga tidak mengherankan apabila sebagian besar orang tidak mengenal produk ini, atau pengenalannya akan produk ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kebijakan kantor.
Ditemukan bahwa perlu ada pengkajian ulang terhadap penetapan strategi segmentasi, targeting dan pengaturan positioning produk ini. Berikutnya juga ditemukan bahwa kesulitan untuk masalah koordinasi gerak dan keterpaduan dikarenakan struktur organisasi yang relatif rumit. Implikasi teoritis dari tiadanya koordlnasi dan garis komando yang jelas, menurut Sirgy dapat membuat terbatasnya cakupan dan frekuensi penyerapan pasar seoara optimum. Ini dapat dipahami mengingat koordinasi dalam setiap langkah komunikasi menyebabkan setiap pihak yang terlibat mengacu pada satu orientasi strategis yang sama, sehingga masing-masing plhak dapat berjalan bersama, dan tidak pergi ke arah yang berbeda. Keterarahan, menurut Sirgy membuat hasil dari komunikasi pemasaran menjadi maksimal.
Rekomendasi teoritls, melakukan penelilian lanjutan mengenai persepsi konsumen pada level yang lebih Ianjut dengan mellbatkan cakupan sampel yang lebih luas, selain juga mengukur efektivitas setiap alat komunikasi yang dijalankan oleh Telkom. Rekomendasi praktis, Telkom perlu mengkaji ulang strategi segmentasi, targeting dan positioning yang ada, menglngat SLI O08 sekarang menjadi ancaman yang sangat nyala dalam positioning ?hemat" yang dilekatkan pada TG-017. Semenlara itu kehadiran Telkom SLI 007 juga harus diantisipasl lebih hati-hati, agar pertama produk ini dapat diserap pasar, kedua, agar produk ini tidak justru mematikan TG-017."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Andina Rahajeng
"Tesis ini membahas komunikasi pemasaran listrik prabayar dan pengaruhnya terhadap citra dan reputasi perusahaan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner. Model penelitian yang digunakan adalah untuk mengukur komunikasi korporat terhadap citra dan reputasi perusahaan. hasil penelitian ini menyarankan agar PLN sebaiknya menerapkan sistem komunikasi pemasaran yang lebih terintegrasi dan lebih gencar dalam mengadakan edukasi mengenai produk Listrik Prabayar kepada masyarakat.

This Thesis discusses the Listrik Prabayar marketing communication and its effect on the image and reputation of the company. This research is descriptive quantitative research design. Data were collected through interviews and questionnaires. The study is a model to measure communication against corporate image and corporate reputation. These results suggest that PLN should implement a more integrated marketing communications and more vigorous in conducting education about Listrik Prabayar products to the public."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T30286
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Razali Nafiah
"ABSTRAK
Komunikasi sangat berperan dalam berbagai kegiatan pemasaran produk baik produk hasil industri perbankan maupun hasil industri lainnya. Kegiatan pemasaran dapat terdiri dari berbagai aktivitas seperti: designing, packaging, advertising, selling, personal selling, direct selling, promotion, publication, public relation dan lain sebagainya.
Melalui saluran (Channels media tertentu seperti Surat kabar, majalah, televisi, radio, billboard serta berbagai media komunikasi lainnya pihak sumber dalam hal ini Bank Danamon berupaya bagaimana agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh si penerima (calon nasabah).
Persaingan memperebutkan nasabah dikalangan perbankan Nasional menjadi sangat ketat. Masing-masing Bank menggunakan berbagai taktik dan strategi dalam menawarkan produk/jasa perbankan.Peranan komunikasi dalam memperebutkan pangsa pasar sangat menentukan. Hanya bank-bank yang mampu menguasai komunikasi dengan baik yang bakal, berhasil menjaring calon nasabak Bank Danamon sangat menyadari pentingnya peranan komunikasi ini.Oleh sebab itulah arus informasi dari Managemen Puncak selalu dijaga untuk bisa sarnpai ke tingkat pelaksana dibawah/cabang.
Diversivikasi produk merupakan salah satu taktis yang telah berhasil meningkatkan penjualan produk tabungan. Pemberian hadiah baik langsung maupun melalui undian untuk setiap pembelian produk oleh nasabah merupakan daya tarik tersendiri.
Tesis ini mencoba membahas usaha yang telah dan sedang dilakukan oleh Bank Danamon dalam upayanya memasarkan produkljasa perbankan kepada masyarakat luas.
Bagaimana suatu produk/jasa perbankan diciptakan dan siapa saja dan devisi apa saja yang terkait langsung dalam proses penciptaan produk/jasa tersebut.
Strategi pemasaran yang bagaimana dilakukan Bank Danamon sehingga tetap dapat "Survive" dan terus berkembang menjadi bank yang besar dan "Solid".
Dalam mengkaji tulisan ini penulis telah mengumpulkan data-data dari majalah intern Bank Danamon, buku teks, brosur, peraturan perbankan dari Bank Indonesia serta ketentuan pemerintah lainnya.
Pada bagian akhir tulisan ini penulis berkesimpulan bahwa strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Bank Danamon telah membawa sukses yang besar bagi perkembangan Bank Danamon dan pada bagian lain penulis juga memberikan rekomendasi serta saran-saran.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>