Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Susanto
"Rumah Sakit Karya Medika Bekasi merupakan rumah sakit swasta yang terletak di wilayah Kabupaten Bekasi. Dalam dunia perumahsakitan dituntut untuk melakukan perubahan, agar mampu mempersiapkan produk maupun sumber daya manusia yang berdaya saing dalam menghadapi persaingan bebas di pasar ASEAN maupun di pasar global. Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit kedudukannya sangat strategis, oleh karena proses pelayanan dilaksanakan secara terus menerus selama 24 jam, sehingga baik buruknya pelayanan di Rumah Sakit sangat tergantung dari penampilan kinerja tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga.
Aktivitas pelayanan keperawatan merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan yang sifatnya memberikan bantuan kepada pasien untuk memelihara kesehatan atau untuk kesembuhan. Kebutuhan pasien akan ketergantungan dari tenaga keperawatan yaitu berfluktasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Hal ini berpengaruh kepada jumlah sumber Daya Manusia (tenaga perawat)yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik dan benar. Penelitian yang dilakukan yaitu Analisis Terhadap Aktivitas Keperawatan Kaitannya dengan beban Kerja Perawat di Ruang Rawat inap Kelas III; penelitian ini menggunakan metode work sampling serta perawat pelaksana sebagai sampelnya.
Dari hasil penelitian diperoleh, bahwa di ruang perawatan Asoka, aktivitas keperawatan langsung mengambil porsi terbanyak (44,39%),dibandingkan dengan aktivitas lain/non keperawatan (29,91%) serta aktivitas keperawatan tidak langsung (25,30%), serta total waktu produktif yang dibutuhkan untuk pelayanan keperawatan yaitu 76,65%. Jumlah waktu pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan yang diberikan dari scoarang perawat kepada pasien selama 24 jam yaitu 6,38 jam/pasien/24 jam; Sedangkan di ruang perawatan Tulip, aktivitas keperawatan langsung mengambil porsi waktu terbaniyak (41,30%), dibandingkan dengan aktivitas non keperawatan t lainnya (29,72%) maupun aktivitas keperawatan tidak langsung (28,98%), serta total waktu produktif yang dibutuhkan untuk pelayanan keperawatan yaitu 75,82%. Jumlah waktu pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan yang diberikan dari seorang perawat kepada pasien selama 24 jam yaitu 4,16 jam/pasien/24 jam.
Hasil penelitian ini memperlihatkan, bahwa aktivitas keperawatan langsung lebih tinggi, jika dibandingkan dengan aktivitas keperawatan tidak langsung maupun aktivitas lainnya/non keperawatan, Oleh karena penelitian ini hanya mengukur pemanfaatan waktu kerja dilakukan oleh tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarganya.
Disarankan untuk aktivitas adminisirasi, transportasi serta kurir pasien seyogyanya dilaksanakan oleh tenaga non keperawatan, agar tenaga keperawatan yang ada dapat memberikan pelayanan keperawatan lebih banyak kepada pasien dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Analysis Of The Nursery Activity Relating to the Working Burden of Nurses in the Stay - Care Room Third Class Of Karya Medika Bekasi HospitalKarya Medika Bekasi hospital is a private hospital which is located in the area of Bekasi Regency. In the world of hospitalization it is forced to always make changes, in doing so able to prepare both competitive product and human resource to face the competition both in ASEAN and global market. The nursery service in the hospital has a very strategic position, because the process of service is performed continually for 24 hours, so the bad and good effect of the service in the hospital mainly relics on the performance of the nursery force that gives care to patients or families.
The activity of nursery service is a subsystem of the health service that gives help to patients to maintain their health or recovery. The patients' needs will be relied on the nursery service to fluctuate based on the patients' condition. This effects to the number of human resource (nurses) that are needed to give nursery service well and correctly to the patients. The research performed is The Analysis On The Nursery Activity Relating To The Working Burden Of Nurse In The Stay - Care Room Third Class, the method used is Work Sampling and the sample is the nurses/nursery forces.
From the result of the research, it is gained that in the Asoka care room, the nursery service directly gets the most portion (44,39%), compared with other activity/ non - nursery (29,91%) and indirect nursery activity (25,30%), and the productive time total needed is 76,65%. The nursery service time given by a nurse for 24 hours is 6,38 hours/patient/24 hours ; whereas in the Tulip stay- care room, the direct nursery service gets the most portion (41,30%), compared with the non - nursery activity/ others (29,72%) as well as the indirect nursery activity (28,98%), and the productive time total needed is 75,82%. The amount of time of the nursery service given by a nurse to the patient for 24 hours is 4,16 hours / patient / 24 hours.
This research result shows that the direct nursery service is higher compared with the indirect nursery service or other activities/non - nursery. Because this research only examines the usage of working hours performed by nursery force 1 nurses to give nursery service to patients or families.
It's suggested that an administration activity, transportation as well as patients courier be performed by non- nursery force, so that the existing nursery force can be consistent to give the nursery service to patients in order to improve the quality of the nursery service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T11456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sohifah
"Perawat memiliki kegiatan yang sangat bervariasi selama bekerja. Kegiatan yang banyak perlu diimbangi dengan jumlah tenaga perawat yang memadai. Jumlah perawat yang tidak sesuai dapat meningkatkan beban kerja, menurunkan kualitas layanan keperawatan, dan menurunkan kinerja rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan tenaga perawat di salah satu ruang rawat inap Rumah Sakit X menggunakan metode Workload Indicator Staff Needed (WISN). Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analitik untuk mengobservasi kegiatan perawat menggunakan metode work sampling. Sampel pada penelitian ini yaitu kegiatan yang dilakukan perawat selama shift. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada shift pagi, sore, dan malam dengan total 119 sampel. Penetapan waktu pengamatan kegiatan menggunakan teknik random sampling dengan interval waktu 5 menit. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan perawat di salah satu ruang rawat inap RS X menggunakan metode WISN didapatkan hasil 17,28 perawat dengan rasio WISN sebesar 0,75<1. Ruangan tersebut mengalami kekurangan tenaga dengan persentase jumlah perawat tersedia sebesar 75% dari total kebutuhan. Dibutuhkan tambahan tenaga perawat sebanyak 4,28 ≃ 5 perawat. Manajemen Keperawatan dapat mengevaluasi kebutuhan tenaga perawat.

Nurses have very varied activities during work. Many activities need to be balanced with an adequate number of nurses. An inappropriate number of nurses can increase workload, reduce the quality of nursing services, and reduce hospital performance. This study aims to analyze the workload of nurses in one of the inpatient rooms of Hospital X using the Workload Indicator Staff Needed (WISN) method. This study used a descriptive analytic technique to observe the activities of nurses using the work sampling method. The sample in this study is the activities carried out by nurses during shifts. Data collection in this study was carried out in the morning, evening and night shifts with a total of 119 samples activities. Determination of the time of observation of activities using random sampling techniques with an interval of 5 minutes. The results showed that the need for nurses in one of the inpatient rooms of Hospital X using the WISN method resulted in 17.28 nurses with a WISN ratio of 0.75<1. The room experienced a shortage of staff with the presentation of the number of nurses available at 75% of the total need. Additional nurses are needed as many as 4.28 ≃ 5 nurses. Nursing Management can evaluating of the needs of nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Sulaeman
"Pelaksaanaan asuhan keperawatan merupakan standar pelayanan yang harus dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal ini pasien. Dalam pelaksanaannya khusus pada perawat di Puskesmas masih belum optimal dilaksanakan.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaannya pada perawat Puskesmas di Kabupaten Sumedang tahun 2002. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik yang menggunakan metode survai dan telaah dokumen dan dilakukan dengan pendekatan potong lintang. Populasi pada penelitian ini adalah perawat puskesmas di Kabupaten Sumedang. Jumlah populasi 274 orang, jumlah sampel 107 orang, cara pengambilan sample dengan sistematik random sampling.
Hasil penelitian bivariat menunjukan bahwa (1) Ada hubungan antara variabel individu, meliputi tingkat pendidikan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan, golongan/pangkat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan dan mesa kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan. (2) Ada hubungan antara variabel psikologis yaitu sikap dengan pelaksanaan asuhan keperawatan. (3) Ada hubungan antara variabel organisasi meliputi pelatihan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan, sarana dan prasarana dengan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Hasil penelitian multivariat didapatkan bahwa variabel yang berhubungan paling erat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada perawat puskesmas di Kabupaten Sumedang tahun 2002 adalah variabel psikologis yaitu sikap dengan variabel organisasi yaitu pelatihan. Diantara keduanya mempunyai hubungan yang erat dan model interaksi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sikap dan pelatihan mempunyai tingkat keeratan yang paling kuat dibandingkan dengan pendidikan, golongan/pangkat, sarana & prasarana, dan masa kerja. Mengingat bahwa sikap dan pelatihan mempunyai keeratan hubungan yang paling kuat, disarankan untuk peningkatan pelatihan asuhan keperawatan secara berkesinambungan pada perawat puskesmas di Kabupaten Sumedang dan menanamkan suasana kerja yang mendukung salah satunya dengan meningkatkan sikap perawat dari aspek kognisi, konisi dan apeksi sehingga terlaksananya asuhan keperawatan pada pasien sehingga pelayanan keperawatan menjadi lebih berkualitas dan sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan pasien pada khususnya.

The Factors Related to Treatment Upbringing Execution at Nurses Puskesmas in Sumedang District, a Study in all Puskesmas in Sumedang District, West Java, year 2002The implementation of upbringing treatment is a standard services that should be conducted by nurses in executiag services to society in this case patiens. In its special execution at nurses in puskesmas hasn't been conducted optimally yet.
The aim of this research is to get information about treatment upbringing execution and factors related to execution at nurses in puskesmas, in Sumedang district, year 2002. The kind of research that's used is analytic descriptive research by using survey method and document study and conducted with transversal crosscut approach. The population in this research is puskesmas nurses in Sumedang district, The amount of population is 174 samples (people), and the way of intake samples by systematicly sampling random.
The result of bivariat research shows that (1) there is a relationship among individual variables, covering education storey level with treatment upbringing execution and year of services with treatment upbringing execution. (2) there is a relationship among psychological variables that is attitude with treatment upbringing execution. (3) There is arelationship among organizational variables, including training with treatment upbringing execution.
The result of multivariate research is known that closet corresponding variables with treatment upbringing execution. At puskesmas nurses in Sumedang district is psychological variables that's attitude with organizational variables, training. Between both have a close relationship and interaction models.
From the result of this research can be cloncluded that the relationship between training and attitude have a strongest relationship compared by education, factions/ranks, facilities and basic facilities and a period of work. Considering that attitude ang training have a close relationship, suggested to make training increased at nurses and it gives ondosif condition in puskesmas, so that attitude for treatmen upbringing execution become a better thing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asnet Leo Bunga
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Primer dengan kemampuan perawat dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan disain potong lintang (cross sectional) terhadap 124 perawat di Unit Penyakit Dalam dan Bedah PK Sint Carolus Jakarta pada tanggal 25 Juni - 4 Juli 2001.
Hasil penelitian secara signfikan menunjukkan bahwa 89,5% perawat primer mempunyai tingkat kemampuan pengambilan keputusan tinggi, dan 10,5% mempunyai kategori sedang 78,2% perawat primer mempunyai kategori baik dalam penerapan asuhan keperawatan primer dan 21,8% mempunyai kategori cukup. Variabel independen yang mempunyai hubungan signifikan dengan kemampuan perawat dalam pengambilan keputusan adalah umur, pengalaman kerja, tindakan keperawatan komprehensif, otonomi pengambilan keputusan, dan komunikasi antar perawat. Dari variabel dependen tersebut sebagai prediktor yang paling besar pengaruhnya terhadap kemampuan perawat dalam pengambilan keputusan adalah komunikasi antar perawat.
Daftar Pustaka 51 (1975-2001)

The Relationship Between Individual Characteristic And Implementation of Primary Nursing Care Method With Nurse's Capability to Make Decision at Medical and Surgical Unit of Sint Carolus Health Service Institution Jakarta.The main purpose of the research is going to acquire information about the relationship between individual characteristics and the implementation of primary nursing methods towards nurses ability to make decision. This descriptive correlation research with cross sectional designed was conducted toward 124 nurses at medical and surgical unit of Sint Carolus Hospital, Jakarta from June 25 until July 04, 2001.
Results indicated that significantly, 89.5% of primary nurses had a high level category of making decisions, and the rest (10.5%) had an intermediate one; 78.2% of primary nurses had a good category in implementing primary nursing methods and 21,8% were in sufficient category. Independent variables that had significant relationship with nurses ability to make decision were age, working experience, comprehensiveness 1 the depth of nursing intervention, autonomous decision making and communication among nurses. According to variables independent, the most influential predictor on nurses' ability to make decision was communication among nurses.
Bibliography 51 (1975-2001"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T1075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Royani
"Penelitian deskriptif korelasi dan cross sectional ini bertujuan mengetahui hubungan antara sistem penghargaan dengan kinerja perawat dalam menjaksanakan asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Cilegon. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan observasi. Metode Chi Square dan Multiple Logistic Regression digunakan dalam analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara sistem penghargaan dengan kinerja 65 perawat dengan p value (menurut persepsi perawat) = 0,720 dan p value (berdasarkan hasil observasi} = 0,716. Sub variabel pengaruh dan pertumbuhan diri adalah sub variabel yang paling berhubungan dengan kinerja perawat Rumah sakit perlu mempertimbangkan jenjang karir perawat sebagai dasar utarna pemberian sistem penghargaan
This research aim to know relation between reward system with nurse performance in nursing care in RSUD Cilegon. Method Research use descriptive correlation with cross sectional device. Sampel use 65 nurse. Data collecting conducted with kuesioner and observation. Method Chi Square and Multiple Logistic Regression used in data analysis.
Result of research found that no significant relationship between re\vard system with nurse performance with p value (according to nurse perception = 0,720) and p value (result of observation = 0,716). Sub variable influence and growth are most sub variable relate to nurse performance. The hospital require to develop nursing career as basic mayor reward system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Daniel Latuputty
"ABSTRAK
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan sangat
berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Interaksi antara perawat dangan pasien merupakan hal
yang penting guna mengembangkan hubungan interpersonal
yang bermanfaat bagi pasien. Bagaimana perawat memahami
interaksinya dengan pasien yang bersifat sangat kompleks
perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian tentang relational
schema perawat ini dilakukan untuk dapat mengetahui
bagaimana perawat memahami interaksinya dengan pasien.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif guna mendapatkan gambaran tentang
relational schema perawat. Data-data dikumpulkan dengan
melakukan wawancara terhadap 5 orang perawat pada dua
rumah sakit di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat
-memiliki relational schema tertentu yang digunakannya
dalam berinteraksi dengan pasien. Relational schema ini mencakup tiga elemen yaitu: self-schema (berisikan
pengetahuan tentang peran perawat serta kemampuan yang
dimiliki dalam berinteraksi dengan pasien), other schema
(berisikan pengetahuan tentang peran pasien, perilaku
pasien, faktor yang mempengaruhinya, dan tipologi
pasien), serta interpersonal script (berisikan pola
urutan peristiwa yang terjadi dalam interaksi dengan
pasien). Relational schema berkembang sejalan dengan
interaksi antara perawat dengan pasien. Para subyek
merasa bahwa pendidikan keperawatan tidak memberikan
informasi yang jelas tentang bagaimana mereka dapat
berinteraksi dengan pasien.
Dari hasil yang didapat maka disarankan agar
perawat dapat memperoleh pemahaman yang lebih jelas
tentang peran profesionalnya dalam pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Perawat juga perlu mendapatkan
pengetahuan serta ketrampilan yang lebih mendalam tentang
bagaimana berinteraksi dengan pasien. Hal ini mencakup
pengetahuan yang komprehensif tentang pasien baik dari
aspek biologis, sosial, psikis maupun budaya serta
pengetahuan tentang cara-cara yang dapat dilakukan guna
mengembangkan hubungan interpersonal yang bermanfaat bagi
pasien."
1997
S2517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Wulandari
"ABSTRAK
Keperawatan adalah inti dalam organisasi rumah sakit karena perawat menduduki posisi terbesar dalam pola ketenagaan di rumah sakit. Hal ini menyebabkan perlu dibentuk wadah untuk perawat yang berfungsi menjembatani antara staf perawat fungsional dengan jalur struktural. Dimana Komisi Keperawatan ini dibentuk untuk membahas pengembangan mutu sumber daya keperawatan, pembinaan etik profesi, penyusunan standar pelayanan dan penelitian keperawatan. Komisi Keperawatan ini dalam struktur organisasi rumah sakit merupakan wadah non struktural, dimana pola kegiatan dari Komisi Keperawatan ini sangat dinamis sehingga dapat menciptakan stabilitas dan nilai-nilai sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengorganisasian Komisi Keperawatn di Pelayanan Kesehatan Sint Carolus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam (indepth interview). Variabel yang diukur adalah struktur organisasi, peran dan fungsi, tugas dan tanggung jawab, serta kegiatan yang dilakukan.
Dari hasil wawancara mendalam dan pengamatan dokumentasi sebagai triangulasi data teridentifikasi bahwa Komisi keperawatan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, terbukti dengan adanya kebijakan tertulis dari Direktur Keperawatan meskipun Departemen Kesehatan Republik Indonesia sendiri belum ada kerangka acuannya serta dokumen-dokumen lain yang mendukung bahwa kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Pada akhirnya dengan adanya Komisi Keperawatan di PKSC telah membantu perawat dalam mengembangkan diri baik secara individu maupun secara profesional.
Perbedaan dengan konsep terutama terjadi pada struktur organisasi dimana struktur organisasi Komisi Keperawatan PKSC masih berbentuk struktural sehingga pengorganisasian Komisi Keperawatan masih sangat tergantung kepada manajemen puncak, tidak ada hubungan langsung dengan pelaksana asuhan. Sedangkan pelayanan keperawatan sudah diakui sebagai pelayanan profesional. Sekiranya dapat disarankan untuk pengorganisasian Komisi Keperawatan agar dirubah dengan menganut poly pengasuhan bersama "Shared Governance", suatu organisasi yang memajukan profesional keperawatan, seharusnya organisasi Kornite Keperawatan di Rumah Sakit dilindungi oleh undang-undang tidak hanya dilindungi oleh pimpinan rumah sakit.

ABSTRACT
Nursing of the core of hospital organization because nurse has the biggest position in hospital labour. Because of this, we need organization for nurse to be a mediator between fungsional and structural nurse. Where nursing committee is made for talking about human resources quality developrtient, building profesion, ethic, arranging serve sign and nursing research. Nursing committee at hospital is non structural institution, where activity model for system nurse is very dynamic until it can stability creative and social value.
This research purpose is to get information about nursing organization committee in Sint Carolus Health Service with qualitative research approach. Collecting data is done with in depth interview. Variable measured are organization structure, characteristic function, duty and responsibility including acting who was done.
From in depth interview and documentation observation as a date triangulation, were identified that nursing committee has carried out its function well. It is proved with approach approval from nursing director although Indonesia Health Ministry is not yet give framework that support activity appropriate schedule. Finally with nursing committee in structure health service can help in developing self individually and professionally. Differences with concept especially occurred on organization structure where organizational structure of Sint Carolus Health Services nursing committee still structured model with the result that nursing committee organization still depend on top management. There is no relationship with direct care giver, while nursing services has recognized as a professional.
This result suggested that Sint Carolus Health Services to change nursing committee organization to "Shared Governance" an organization to advancing professional nursing. Nursing Committee should method the hospital should be protected by law of Indonesian government not only be protected by the board of trustees of the hospital."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nabeela
"Burnout sering terjadi di kalangan tenaga kesehatan, terutama pada perawat. Pekerjaan perawat, yang membutuhkan tenaga, perhatian, serta waktu yang banyak, rentan menyebabkan work-family conflict (WFC). Penelitian ini bertujuan melihat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta. Subjek penelitian didapatkan sebanyak 124 dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Work Family Conflict Scale (WAFCS) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Hasil analisis dilakukan menggunakan SPSS v.25 dan hasil menunjukkan bahwa terdapat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout. Dapat disimpulkan bahwa work-family conflict (WFC) memprediksi terjadinya burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta.

Burnout is often observed among healthcare professionals, particularly nurses. The demanding task of nursing requires significant energy, attention, and time, which can lead to work-family conflict (WFC). This study aims to examine the role of work-family conflict (WFC) in burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta. A total of 124 subjects were recruited using convenience sampling. The measurement tools used were the Work Family Conflict Scale (WAFCS) and the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Analysis was conducted using SPSS v.25, revealing a significant relationship between work-family conflict (WFC) and burnout. It can be concluded that work-family conflict (WFC) predicts the occurrence of burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Dhien Santoso
"Burnout menjadi masalah yang persisten dan memprihatinkan bagi tenaga keperawatan akibat beban kerja dan tuntutan yang besar. Terdapat sejumlah faktor yang berperan terhadap burnout, salah satunya adalah resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran resiliensi terhadap burnout pada perawat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini adalah 126 perawat dengan rentang usia 22–53 tahun (M = 33.7; SD = 7.50) dengan minimal lama bekerja 1 tahun. Variabel resiliensi pada penelitian ini diukur menggunakan Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC-10) dan variabel burnout diukur menggunakan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dan disebarkan pada rumah sakit yang telah menyetujui untuk dijadikan tempat pengambilan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi mampu memprediksi dan menjelaskan 14.1% varians pada burnout dalam konteks perawat. Oleh karenanya, pihak rumah sakit dapat merancang berbagai metode atau strategi-strategi khusus agar dapat mendorong terbentuknya resiliensi yang tinggi pada perawat.

Burnout has become a persistent and concerning issue for nursing staff due to heavy workloads and high demands. However, there are factors that play a role in burnout, one of which is resilience. This study aims to examine the role of resilience in burnout among nurses. It is a quantitative study with a cross-sectional design. The participants in this study were 126 nurses from 22–53 years old (M = 33.7; SD = 7.50) with a minimum work experience of one year. Resilience was measured using the Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC-10) and burnout was measured using the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Data collection was conducted using questionnaires distributed in hospitals that had agreed to participate. The data from 126 participants were then analyzed using simple linear regression analysis. The results of this study indicate that resilience can predict and explain 14.1% of the variance in burnout among nurses. Therefore, hospitals can design various methods or specific strategies to foster high resilience among nurses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elok Dwi Oktaviana
"Burnout pada perawat mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat. Faktor fisik dan psikologi perawat selama bekerja perlu menjadi perhatian bagi penyelenggara kesehatan. Laporan kasus ini menjelaskan mengenai burnout pada perawat di lingkungan kerja. Penilaian burnout dilakukan dengan observasi partisipatif, wawancara, dan survey dengan menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) yang membahas tiga dimensi burnout, dimensi kejenuhan mental, dimensi depersonalisasi, dimensi pencapaian diri. Kuesioner terdiri dari 22 pernyataan dengan rentang nilai 0 – 10 dan dikategorikan menjadi empat kategori ringan (0 – 2), sedang (3 – 5), tinggi (6 – 8) dan sangat tinggi (9 – 10). Penelitian dilakukan pada 22 perawat di ruangan Healthcare Unit. Hasil observasi partisipatif menunjukkan bahwa perawat mengalami kelelahan secara fisik karena adanya beban kerja yang cukup padat. Hasil wawancara didapatkan bahwa perawat merasa lelah dengan banyaknya beban kerja yang didapat, Namun nyaman dengan lingkungan kerja sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan baik. Hasil analisis deskriptif dari kuesioner didapatkan mean dari dimensi kejenuhan mental 3,2 kategori tingkat burnout sedang, dimensi depersonalisasi 1,1 kategori tingkat burnout rendah, dan dimensi pencapaian diri 3,3 kategori tigkat burnout sedang.  Secara umum, tingkat burnout perawat di ruangan yaitu kategori tingkat sedang. Evaluasi tingkat beban kerja dan skrining burnout secara berkala diharapkan mampu mengurangi tingkat kejadian burnout pada perawat sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.

Burnout on nurses affects the performance of nurses in providing nursing care in the ward. The physical and psychological factors of nurses during work need to be a concern for health providers. This case report describes burnout in nurses in the work environment. Burnout assessment is carried out by participatory observation, interviews, and surveys using the Maslach Burnout Inventory (MBI) questionnaire which discusses the three dimensions of burnout, the dimension of mental saturation, the dimension of depersonalization, and the dimension of self-morality. The questionnaire consists of 22 statements with a value range of 0-10 and the contents are divided into four categories of mild (0-2), moderate (3-5), high (6-8) and very high (9-10). The study was conducted on 22 nurses in the Healthcare Unit room. Participatory observation results show that nurses experience physical fatigue due to a fairly heavy workload. The results of the interviews showed that nurses felt tired with the amount of workload they received, but were comfortable with the work environment so that nurses were able to provide good care. The results of the descriptive analysis of the questionnaire obtained an average of the dimensions of mental saturation 3.2 categories of moderate burnout levels, depersonalization dimensions 1.1 categories of low burnout levels, and self-selling dimensions 3.3 categories of moderate burnout levels. In general, the burnout level of nurses in the room is the medium level category. Periodic evaluation of workload levels and burnout screening is expected to be able to reduce the incidence of burnout in nurses so as to improve the quality of nursing care provided."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>