Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enny Mulyawati
"Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian:
Anemia pada pekerja wanita, masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Penelitian ini merupakan studi intervensi yang bertujuan untuk membandingkan efek suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dengan dan tanpa vitamin C terhadap kadar hemoglobin. Total sampel berjumlah 72 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin dan serum ferritin), penilaian pengetahuan tentang gizi dan anemia, penilaian pola makan, asupan makan siang di perusahaan (energi, protein, zat besi), dan pengumpulan data sekunder. Responden dibagi atas dua kelompok, kelompok I (kelompok perlakuan) yang diberikan TTD ditambah 100 mg vitamin C dan kelompok II (kelompok kontrol) yang diberikan hanya TTD . Intervensi yang dilakukan adalah: 1. Pemberian Obat cacing dosis tunggal, 2. Pemberian Tablet Tambah Darah /TTD (200 mg ferro sulfat dan 0.25 mg asam folat) dengan dan tanpa 100 mg vitamin C, satu kapsul perminggu dan satu kapsul selama 10 hari (waktu haid), dalam jangka waktu 16 minggu. Pengawasan dilakukan dengan ketat dan mencatat efek dari pemberian suplemen tersebut. Evaluasi hasil intervensi, dilakukan dengan cara membandingkan perubahan dari kadar hemoglobin, serum ferritin, dan indeks masa tubuh, sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil dan Kesimpulan:
Dari 72 pekerja wanita ditemukan 56 orang (77.77%) menderita anemia. Faktor lain yang mempengaruhi anemia pada penelitian ini, adalah asupan makanan. Setelah intervensi selama 16 minggu, berhasil meningkatkan kadar hemoglobin, serum ferritin secara bermakna p < 0.05 pada kelompok I dan kelompok II. Untuk melihat efektivitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dianalisa efektivitasnya, memberikan hasil terjadi peningkatan kadar hemoglobin, serum ferritin, dan indeks masa tubuh lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, walaupun secara statistik tidak bermakna. Peningkatan kadar hemoglobin rata-rata bagi kelompok I sebesar 2.51 ± 1.54 g/dl, dan kelompok II rata-rata 2.19 ± 1.62 g/dl. Peningkatan kadar serum ferritin pada kelompok I rata-rata 36.03 ± 21.83 ug/l, sedangkan kelompok II 28.64 ± 34.46 ug/l.

The Scope and Methodology:
At present, Anemia on female workers is still a health problem that reduces their productivity at work. This research is an intervention study that aims in comparing the effect of FIT supplement with and without vitamin C toward hemoglobin level. The study collected from a total of 72 samples, by observation, interview, laboratory testing (hemoglobin and ferritin serum), anemia and nutrition level of knowledge, evaluation of eating pattern, on-site food consumption at lunch (energy, protein, iron), and secondary data collection. Respondents are divided into two groups, group I (treatment group) are given FIT and 100 mg vitamin C, and group II (control group) that are given only FIT. Performed interventions include: 1.Providing single dosage of anthelmintic. 2. Providing FIT (200 mg Ferro-sulfate and 0.25 mg folat acid) with and without 100 mg vitamin C, one capsule per week, and one capsule per day for 10 days during menstruation, within the period of 16 weeks. The procedure was strictly controlled and every effect was collected as research data Evaluations of intervention effect were performed by comparing the difference of hemoglobin level, ferritin serum and body mass index, before and after intervention.
Result and Conclusion:
56 out of 72 (77.77%) female workers have anemia. After 16 weeks of intervention, hemoglobin and serum ferritin level were successfully increased. By analyzing the collected data of the given FIT in the treatment group and the control group, we can see that the treatment group have higher level of hemoglobin, ferritin serum and body mass index, compared to the control group, even though statically the result is not significant. The increase of hemoglobin level on average for group I is about 2.51 ± 1.54 g/dl, and for group II the average of 2.19 ± 1.62 g/dl. The increase of serum ferritin level on average for group I is about 36.03 ± 21.83 ug/l, and for group II the average of 28.64 ± 34.46 ug/l.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismala Kesuma
"Sumber pencemaran udara saat ini makin bertambah, hal ini dikarenakan makin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan tidak bertambahnya ruas jalan. Emisi dari sumber-sumber tersebut akan meningkat selaras dengan meningkatnya jumlah penduduk. Jumlah kendaraan bermotor itu yang bertambah dan bahan bakar yang dipakai banyak menggunakan Bahan Bakar Minyak mengandung timah hitam sangat berkontribusi sebagai penyumbang kendaraan bermotor. Dampak timah hitam yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor sangat mempengaruhi kesehatan terutama para kelompok risiko yang sering berada di jalan raya.
Penelitian ini dilaksanakan di 12 pos polisi lalu lintas di wilayah kota Palembang, dengan unit analisis polisi lalu lintas yang berada di jalan raya pada Poltabes kota Palembang dengan sampel seluruh populasi sebanyak 40 orang, dengan tujuan untuk mengetahui latar belakang keterpaparan timah hitam di dalam darah polisi lalu lintas dan dampak kesehatannya.
Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan pendekatan "cross sectional" menggunakan analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan pengukuran Pb udara serta pengambilan sampel darah pada polisi lalu lintas di kota Palembang. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi, uji chi squre serta fisher's exact.
Dari hasil penelitian ini diperoleh 15 % responden memiliki kadar Pb lebih dari 40 µg/100 ml. Berdasarkan analisis bivariat ternyata ada hubungan antara masa kerja dan pemakaian masker dengan kadar Pb darah pada polisi lalu lintas, sedangkan variabel jam kerja dan kebiasaan merokok tidak ada hubungan dengan kadar Pb darah pada polisi lalu lintas. Dengan menggunanakan analisis regresi logistik variabel jam kerja dan kebiasaan merokok tidak ada hubungan dengan kadar Pb darah pada polisi lalu lintas sedangkan masa kerja dan pemakaian masker dengan nilai p masing - masing untuk masa kerja (p=0,005), pemakaian masker (p= 0,026). Dari analisis ini pula dapat diketahui variabel yang mempunyai pengaruh pada kadar Pb dan Hb yaitu pemakaian masker.
Dengan melihat hasil penelitian tersebut penggunaan masker pada polisi lalu lintas harus dilaksanakan dengan baik, terutama pada saat bertugas dijalan raya dalam mengatur lalu lintas kendaraan, terutama peraturan yang jelas untuk pergantian masa berugas di tiap bagian dengan dibuatnya rotasi kerja, hal ini untuk menjaga jangan sampai polisi lalu lintas terlalu lama terpapar dengan pencemaran.

Pb Concentration Influence in the Air Ambient on Pb of Blood Degree with Traffic Police Anemia Cases at Palembang City 2004Air pollution?s sources increasingly accrue currently, this condition was caused by accretion of the number of vehicles and the roadway was not increase. Emission of the source will increase as long as the accretion of human population. The amount of vehicles, which keep growing, and the fuel that consumed, use much of oil fuel which contain the valuable lead as motor vehicles contributor. The lead impact of motor vehicles was significantly affects especially on the risk group, that is the one who often been on the avenue.
This research took place at 12 posts of traffic police in Palembang district, with traffic police analysis unit was located on highway at Palembang City's Poltabes by all of population of 40 persons, with objective is to find out the background of the lead contamination in traffic police's blood and the health impacts.
This research is observation with "cross sectional" approach, uses quantitative data analysis. The data picked by interview using questioner and measuring Pb of air, also picking blood samples on Palembang traffic police. Then, the results of data maintain statistically using the frequency distribution analysis technical, chi square and fisher's exact test.
From the results of this research get 15% respondent which contains Pb degree more than 40 µg/100 ml. Based on bivariate analysis, apparently, there was correlation of job period and mask employing with Pb blood degree on traffic police, meanwhile, job period variables and smoking habit was not have correlation with Pb blood degree of traffic police. Using logistic regression analysis of job period variable and smoking habit there was not have correlation with Pb blood degree on traffic police, whereas job period and mask employing have p value, both for job period (p=x.005), mask employing (p-0.026). From this analysis too, we can learn the variables that have influence to Pb and Hb degree, that is mask employer.
Having perception regarding the result of research, mask utilization on traffic police have to well maintain, especially when works on the road for organizing traffic, and overt regulation for turning job period over at every segments by making job rotation, those are for avoiding contamination of traffic police.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Prevalensi anemia pada kehamilan di Puskesmas Mojotengah kabupaten Wonosobo masih tinggi yaitu sebesar 87% pada tahun 2011, meskipun suplementasi tablet besi sudah dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cakupan asupan tablet besi dan absorbsi zat besi dengan kejadian anemia pada kehamilan di Puskesmas Mojotengah kabupaten Wonosobo tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross sectional pada bulan April ? Mei 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental, jumlah sampel yang diambil sebanyak 88 orang ibu hamil trimester II dan III.
Hasil penelitian menunjukan persentase kejadian anemia pada kehamilan sebesar 87.5%. Variabel yang diteliti adalah cakupan asupan tablet besi cukup sebesar, keteraturan minum tablet besi, minuman penyerta konsumsi tablet besi, suplemen penyerta konsumsi tablet besi, frekuensi minum teh sehari, jenis buah yang sering dikonsumsi, jenis sayur yang sering dikonsumsi, jenis lauk yang sering dikonsumsi.
Dari hasil analisis dari semua variable yang diteliti ditemukan tidak ada hubungan dengan kejadia anemia pada kehamilan. Namun untuk variable cakupan asupan tablet besi yang dikategorikan kurang memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami anemia pada kehamilan yaitu 3.9 kali. Memperluas sasaran penyuluhan tidak hanya ibu hamil akan tetapi WUS (Wanita Usia Subur) juga sangat penting untuk menjadi sasaran penyuluhan pencegahan dan penanganan anemia pada kehamilan.

The prevalence of anemia in pregnancy in the district health center Mojotengah Wonosobo still high at 87% in 2011, despite iron supplementation tablets have been implemented. This study aims to determine the relationship coverage of iron tablet intake and absorption of iron by the incidence of anemia in pregnancy at the Health Center Mojotengah Wonosobo district in 2012. The research was conducted with a cross bulkhead study in April-May 2012. Sampling was done by way of incidental, number of samples taken as many as 88 people trimester pregnant II and III.
The results showed the percentage incidence of anemia in pregnancy by 87.5%. The variables studied were coverage sufficient intake of iron tablets, order taking iron tablets, drinks accompanying the consumption of iron tablets, iron tablets supplements accompanying consumption, frequency of drinking tea a day, which is often consumed fruits, vegetables frequently consumed species, type of dish that is often consumed.
From the analysis of all variables under study found no association with Genesis anemia in pregnancy. But for variable coverage of iron tablet intake is categorized as less have a greater tendency to develop anemia in pregnancy is 3.9 times. Expanding the target extension is not only pregnant women but the WUS (women of childbearing age) is also very important to target prevention counseling and treatment of anemia in pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Ratna S.
"Ruang lingkup dan metodologi penelitian:
Anemia pada tenaga kerja wanita, masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Penelitian ini merupakan studi intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja wanita melalui program penanggulangan anemia dan perbaikan gizi. Sampel berjumlah 44 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, pemeriksaan fisik, dan laboratorium (Hemoglobin dan tinja), penilaian pengetahuan mengenai anemia dan gizi, penilaian pola makan dan asupan makanan (energi, protein, zat besi), pengumpulan data sekunder. Intervensi yang dilakukan adalah; 1. Pemberian tablet besi folat (200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat) seminggu 1 x 1 tablet, selama 16 minggu, pada waktu hid diberikan setiap hari 1 x 1 tablet, 10 hari berturut-turut, 2. Obat cacing (Pyrantel Pamoat 500 mg), dosis tunggal, 3. Penyuluhan mengenai makanan bergizi. Evaluasi hasil intervensi, dilakukan dengan cara membandingkan perubahan dari keluhan subyektif, infestasi cacing, kadar Hb, skor pola makan dan asupan makanan, sebelum dan setelah intervensi.
Hasil dan kesimpulan:
Dari 44 tenaga kerja wanita ditemukan 12 orang (27,27%) menderita anemia, 7 orang diantaranya dengan infestasi cacing positif. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anemia pada penelitian ini, adalah, status gizi, pengetahuan, pola makan dan asupan makanan. Setelah intervensi selama 16 minggu, berhasil meningkatkan kadar Hb rata-rata sebesar 1,83 g% (SD ±0,51) dari rata-rata 10,56 g% menjadi 12,36 g%, selain itu terdapat penurunan keluhan subyektif, peningkatan skor pola makan dan asupan makanan secara bermakna p < 0,05.

A Study on the Nutritional Deficiency Anemia of the Production Female Workers of PT.BPB, Jakarta, 2000The scope and methodology of the study
Anaemia on female workers is still a health problem that reduces their productivity. This study involves intervention that is aimed to increase the health of the female workers by means of anaemia prevention and nutrition improvement. The approach used to perform data gathering from a sample of 44 person includes, observation, interviews, physical examination, laboratory testing (haemoglobin and feces), measurement of their knowledge level on anaemia and nutrition, examination on the consumed food quality and eating habit, and the use of secondary data pool. Performed interventions include; 1. Providing folat iron tablets (200 mg ferro sulfat and 0,25 mg folat acid), 1 tablet per week for 16 weeks. During menstruation period the dosage is changed to ] tablet daily for 10 days, 2. Providing worm tablets (Pyrantel Pamoat, 500 mg) single dosage, 3. Awareness program on healthy food. The evaluation of interview results is performed by comparing the changes in subjective complaints, worm infestations, haemoglobin level, scoring on consumed food quality and eating habit before and after the intervention.
Result and conclusion
Out of 44 female workers, 12 persons (27.27 %) were found to suffer from anaemia, 7 of them with worm infestation. Other factors that causes anaemia, based on the study, included nutrition status, awareness of consumed food quality and eating habit. After 16 weeks intervention, haemoglobin was sucessfully increased by 1.83 g% (SD ±0,51) from an average of 10,56 g% to 12,36g%, in addition, decrease in subjective symptoms, improvement of consumed food quality and eating habit were also noted."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T8353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
"Akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan tingginya anemia pada remaja puteri murid SMU, sehingga memerlukan penanggulangan yang serius karena akan mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia gizi di 6 daerah tingkat II di Jawa Barat, tahun 1997, sebelum dan sesudah dikontrol oleh faktor-faktor yang diduga berpengaruh yaitu, jumlah konsumsi makanan sumber protein, jumlah konsumsi makanan sumber zat besi, frekuensi konsumsi bahan makanan sumber protein hewani, frekuensi konsumsi bahan makanan sumber protein nabati, kebiasaan makan pagi, kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan, tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain penelitian cross sectional. Pengolahan data menggunakan program Stata 5. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan responden dengan pengetahuan mengenai anemia gizi rendah akan mempunyai proteksi sebesar 0,61 kali lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan dengan responden berpengetahuan mengenai anemia gizi tinggi. Hubungan pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia ini menurun menjadi 0,54 pada tingkat pendidikan ibu katagori rendah dan 0,65 pada tingkat pendidikan ibu tinggi. Nampaknya tingkat pendidikan ibu ini berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia. Faktor-faktor lain yang sebelumnya diduga berpengaruh pada hubungan antara pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia, ternyata tidak terbukti.

Recently, many studies show that high prevalence of anemia on senior high school female student, is so serious that will influence the next generation quality. This study has a main purpose to investigate the connection between knowledge of anemia and its anemic status in 6 districts in West Java in 1997, controlled by protein source food consumption, iron source food consumption, frequencies of animal protein food source and plant protein food consumption, breakfast, junkfood consumption habits, mother education level and job status. The study approach is quantitative with a cross sectional design. Data analysis has been done with Stata 5 program, generating univariate, bivariate and stratification analyses. The result of this study is that lower knowledge protects on anemia has a probability of giving anemia 39% lower compared to the higher one. Relationship between nutrition anemia knowledge with anemia status decreases to become 0,54 time on lower education mother and 0,65 time on higher education mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T1083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Wijaya
"Anemia adalah masalah yang mempengaruhi seluruh dunia. Namun, sebagian besar negara di dunia tidak memberikan perhatian yang cukup untuk memecahkan masalah ini. Salah satu jenis yang paling umum dari anemia adalah anemia mikrositik hipokromik. Karakteristik dari anemia ini adalah sel-sel kecil dan sel pucat. Sampai sekarang, belum ada studi yang meneliti Proporsi dari anemia mikrositik hipokromik di rumah sakit, khususnya di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam penelitian cross sectional ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui proprosi hipokromik di RS Cipto Mangunkusumo dan korelasinya dengan usia dan jenis kelamin. Studi ini menggunakan data laboratorium pasien rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo pada Maret 2011.
Statistic deskriptif digunakan untuk mengetahu Proporsi dari mikrositik hypokromik anemia. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara mikrositik hypokromik dengan usia dan jenis kelamin ; uji statistik chi-square digunakan untuk menguji hubungan dengan gender dan Mann-Whitney digunakan untuk menguji korelasi dengan usia.
Hasil dari penelitian ini adalah, Proporsi anemia mikrositik di RSCM adalah 8.4% di antara semua populasi sampel dan 14% di antara semua pasien anemia. Ada perbedaan yang signifikan antara usia penderita anemia mikrositik dan pasien anemia non-mikrositik. Perbedaan ini signifikan ditemukan di kedua analisis semua populasi sampel dan di antara pasien anemia saja.
Dari analisis dengan menggunakan uji statistik, jenis kelamin juga secara signifikan mempengaruhi kejadian anemia mikrositik. Lebih perempuan yang menderita anemia mikrositik dibandingkan laki-laki, ketika kami menghitung di antara semua populasi sampel dan populasi anemia saja.

Anemia is a worldwide problem. However, most of the countries did not give a lot attention to solve this problem. One of the most prevalent types of anemia is microcytic hypochromic anemia. This anemia is characterized by small cells and pale cells. Up until now, there is no studies that examine the proportion of microcytic hypochromic anemia in a hospital setting, especially in Indonesia.
Therefore, in this cross sectional study, aims to find out the Proportion of microcytic hypochromic in Cipto Mangunkusumo Hospital and its correlation with age and gender. The study using the laboratory data of outpatients in Cipto Mangunkusumo in March 2011.
To determine the proportion, descriptive statistic was used. Furthermore, to establish the correlation with age and gender statistical test of chi-square was used to test the correlation with gender and chi-square was also used to test the correlation with age.
The result of the study are, The Proportion of microcytic anemia in RSCM is 8.4% among all of the sample population and 14% among all anemic patients. There is a significant difference between age in microcytic anemia patient and non-microcytic anemia patient. This significant difference is found in both analyses of all of sample population and between anemic patients only.
From analysis using statistical test, gender also significantly affects the occurrence of microcytic anemia. There are more female that suffer from microcytic anemia than male, when we calculate it between all sample population and in anemic population only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Tri Prasetyo
"Anemia adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Anemia normositik-normokromik adalah salah satu jenis anemia yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Anemia jenis ini ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin (Hb) di bawah batas normal tetapi nilai mean cell volume (MCV) dan mean cell hemoglobin (MCH) dalam batas normal. Hingga saat ini, tidak banyak riset yang mempelajari mengenai anemia normositk-normokromik. Sebagian besar dari riset tersebut tidak langsung meneliti mengenai anemia normositik-normokromik melainkan pada penyakit-penyakit yang mendasarinya.
Penelitian ini memiliki desain cross-sectional dan bertujuan untuk mencari proporsi anemia normositik-normokromik pada pasien anemia yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Maret 2011 diambil dari Laboratory Information System di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Statistik deskriptif digunakan untuk menentukan prevalensi. Signifikansi perbedaan proporsi pada kategori umur yang berbeda pada pasien anemia normostik-normokromik dibandingkan dan diuji dengan uji chi-square, begitu pula dengan perbedaan proporsi pada wanita dan laki-laki juga diuji dengan uji chi-square.
Studi ini menemukan bahwa proporsi pasien anemia normositik-normokromik dibandingkan dengan anemia jenis lain adalah sebesar 48.1%. Kategori umur II (15 - 59 tahun) merupakan kategori umur dengan presentase penderita anemia normositik-normokromik tertinggi (71.8%) dan wanita memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan pria (62.8%) sebagai penderita anemia normositik-normokromik.

Anemia is a serious public health problem. One of the types of anemia based on its morphology is normocytic-normochromic anemia. This anemia usually occurs in individuals with chronic diseases. To date, there are limited studies investigating the prevalence of normocytic-normochromic anemia. Most of these studies investigated the underlying conditions of normocytic-normochromic anemia.
This study is a cross-sectional study that aims to investigate the proportion of normocytic-normochromic anemia among anemic outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and its association with age and gender by using data from laboratory results of outpatients who had their blood checked at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in March 2011.
Descriptive statistical analysis was performed to determine prevalence. Then, statistical significance was tested with Chi-Square Test for gender and age.
Our result showed that normocytic-normochromic anemia accounts for 48.1% among all anemic outpatients. Age group II had the highest percentage for normocytic-normochromic anemia (71.8%) and female seemed to be more prevalent than male (62.8%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resna Nurhantika Sary
"Latar belakang: Pramugari harus memiliki kesehatan yang prima karena memiliki tugas utama menjaga keselamatan penumpang selama penerbangan. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali mengenai wanita usia produktif dan dapat mengganggu kesehatan.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia.
Metode: Metode yang digunakan adalah potong lintang dan pengambilan sampel dengan metode sampling purposif dan analisa dengan regresi cox. Kriteria anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl.
Hasil: Subjek terdiri dari 185 pramugari penerbangan sipil berusia 18 ? 46 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan. Persentase anemia pada penelitian ini sebesar 28,1%. Faktor risiko dominan terhadap anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia adalah masa kerja > 4 tahun ? 16 tahun (RRa1,51 ;95% CI 0,96 ? 2,37; p 0,073), frekuensi makan daging lebih dari 2 kali seminggu (RR 0,57; 95% CI 0,32 ? 1,03; p 0,064), menstruasi heavyflow (RR 3,45; 95% CI 1,05 ? 3,4; p 0,000) dan jenis penerbangan panjang (RR 1,91; 95% CI 2,36 ? 5,02;p 0,034).
Kesimpulan: Pramugari dengan menstruasi heavyflow dan jenis penerbangan panjang mempunyai risiko lebih besar mengalami anemia.Oleh karena itu perlu penanganan anemia lebih komprehensif pada pramugari yang melibatkan pihak regulator dan operator di Indonesia.

Background: Flight attendants must have good health because their main task is maintaining safety of passengers during the flight. Anemia is one of the health problems that often affects reproductive women and can interfere health. This study was conducted to determine the factors associated with anemia in civilian female flight attendant in Indonesia.
Methode: The method used was cross-sectional with purposive sampling and analysis with cox regresion. Anemia criteria if hemoglobin level less than 12 g/dl.
Result: Subjects consisted of 185 civilian female flight attendants aged 18-46 years who conduct regular health checks at Balai Kesehatan Penerbangan. The percentage of anemia in this study was 28.1%. Dominant risk factor for anemia in civil female flight attendants in Indonesia are working period >4 - 16 years (RR 1.51; 95% CI 0.96- 2.37; p 0.073), frequency of eating red meat more than 2 times a week (RR 0.57; 95% CI 0.32 - 1.03; p 0.064), heavyflow menstruation (RR 3.45; 95% CI 1.05 - 3.4; p 0.000) and long haul flight (RR 1, 91; 95% CI 2.36 - 5.02; p 0.034).
Conclusion: Female flight attendant with heavyflow menstruation and long haul flight have higher risk to anemia. Need more comprehensive treatment of anemia in female flight attendant involving regulators and operators in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nitish Basant Adnani
"Anemia merupakan salah satu kelainan hematologi yang paling sering ditemukan, baik secara global maupun di Indonesia, yang membuatnya menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk dipelajari. Banyak faktor yang diduga terkait dengan prevalensi anemia pada masyarakat, dan dua dari ini adalah usia dan jenis kelamin. Tetapi, pada saat ini terdapat hanya sedikit literatur yang melaporkan proporsi anemia pada fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, dan juga kaitannya dengan usia dan jenis kelamin. Untuk studi ini, data yang mencakup usia pasien, jenis kelamin, kadar hemoglobin, dan parameter hematologi lainnya didapatkan untuk bulan Maret 2011. Setelah itu, 3,799 pasien didapatkan memenuhi kriteria inklusi, dimana 1,766 dari pasien tersebut dikategorikan sebagai penderita anemia, sebanyak 46.5% dari populasi studi. Pada analisis ditemukan usia median pasien yang menderita anemia adalah 48.0 tahun, sedangkan usia median pasien yang tidak menderita anemia adalah 43.0 tahun (p = 0.002). Prevalensi anemia pada pasien wanita didapat sebanyak 51.1%, sedangkan pada pasien pria didapat sebanyak 39.8% (p < 0.001). Hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang ditemukan yang menjelaskan bahwa kelompok demografik tertentu lebih cenderung untuk menderita anemia. Dengan didapatnya hasil dari studi ini, diharapkan bahwa klinisi dapat mempertimbangkan kelompok demografik yang lebih cenderung untuk menderita anemia dan menerapkan strategi manajemen yang tepat.

Anemia merupakan salah satu kelainan Anemia has been established as one of the most prevalent hematological disorders, both globally as well as in Indonesia, making it an important public health issue. A plethora of factors have been potentially linked to anemia, and recent evidence suggests that age and gender are among these. In spite of this, there is limited evidence for the proportion of anemia in a hospital setting in Indonesia, as well as its association with age and gender. For this study, the data on patient age, gender, hemoglobin level, and other hematologic parameters was obtained for the period of March 2011. Following that, 3,799 subjects fulfilled the inclusion criteria and were included in the analysis, among which 1,766 subjects were found to have anemia, corresponding to 46.5% of the study population. The median age of the anemic patients was 48.0 years old while that of the non-anemic patients was 43.0 years old (p = 0.002). A higher occurrence of anemia was found among the female population group compared to that in the male population group, with percentages of anemic patients being 51.1% and 38.9% respectively (p < 0.001). These results support previous findings that certain demographic groups are more prone to develop anemia compared to others with respect to age and gender. Following this study, it is hoped that clinicians will consider population groups that are at risk for anemia and provide appropriate management strategies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmon Wirawati
"ABSTRAK
Anemia remaja umumnya terjadi karena kurangnya konsumsi makanan mengandung zat besi karena mempertahankan body image untuk berpenampilan ideal. Masalah anemia yang tidak diatasi akan berdampak pada prestasi belajar di sekolah dan bagi remaja putri, anemia akan mempengaruhi fungsi reproduksinya. Masalah anemia yang ditemukan pada remaja putri perlu penanganan yang serius. Praktik Spesialis Keperawatan Komunitas menuntut perawat untuk dapat memberikan solusi pennyelesaian masalah dan pencegahan anemia remaja melalui ?Gerakan Remaja SeTiA?. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk intervensi pencegahan dan penyelesaian masalah anemia pada remaja di SMP X Kota Depok Jawa Barat. Gerakan Remaja SeTiA memberikan hasil yang positif dengan bukti dapat meningkatkan rata-rata kadar hemoglobin pada remaja dengan nilai rata-rata hemoglobin pemeriksaan awal 11.42 dan akhir adalah 15.15, nilai p=0,019. Nilai ini lebih kecil dari 5%, sehingga disimpulkan terjadi kenaikan hemoglobin. Intervensi ?Gerakan Remaja SeTiA? diharapkan dapat diterapkan di berbagai sekolah.ABSTRACT
Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools.;Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools.;Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools.;Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>