Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136794 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Sugiarti
"Sejalan dengan akan didirikan bangsal keperawatan kelas VIP, kelas I, dan RS Swadana maka pertama kali yang harus dipersiapkan adalah mutu pelayanan keperawatan karena baik buruknya suatu rumah sakit ditentukan oleh bagaimana pelayanan keperawatannya. Oleh karena itu Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong harus mempersiapkan sumber daya keperawatannya yang memegang peranan panting dalam pelaksanaan proses keperawatannya.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik perawat terhadap proses asuhan keperawatan. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Evaluasinya menggunakan perhitungan statistik sederhana. Penelitian dilakukan di 4 ruang perawatan inap Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong. Jenis data variabel bebas dan variabel terikat adalah data primer. Variabel bebas dipergunakan formulir pengamatan dari kegiatan proses asuhan keperawatan. Formulir berpedoman pada suatu standard penilaian yang disusun oleh American Nursing Association dan National League for Nursing. Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat.
Berdasarkan analisa data Bari kuesioner menunjukan bahwa pelaksanaan proses asuhan keperawatan berlangsung dengan balk. Tetapi menurut data-data dokumentasi yang bersumber pada data tertulis rekam medis, menunjukan proses asuhan keperawatan di RSUD Cibinong adalah sangat buruk (rata-rata total 18,2%). Pelaksanaan proses keperawatan di RSUD Cibinong belum berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan yaitu perawat pada umumnya melaksanakan proses asuhan keperawatan dengan baik (sesuai kuesioner), tetapi setiap tahapan proses tidak direkam dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dibuat suatu sistem perekaman tahapan keperawatan yang sederhana dan mudah dilaksanakan oleh perawat. Perlu penambahan sumber daya keperawatan minimal 2 orang utama setiap jaga.

In line with constructing the nursing housing of VIP, Class I, and Self-funding Hospital (Rumah Sakit Swadana), then firstly that should be prepared is the quality of nursing services due to the condition of hospital determined by its nursing services. Thus General Hospital of Cibinong Region should prepare its nursing resources which have important role in acting the nursing process.
In general the research has aims to get information on the characteristics of nurses over nursing process. It is a survey research. Its evaluation uses simple statistics calculation. The research was done in four in-patient rooms of General Hospital of Cibinong Region. The questionaire form was guided by the valuation standard of American Nursing Association and National League for Nursing.
Based on data analysis of the questionaire indicated that the actions of nursing process went on properly. However according to documentation data in medical records, it indicated that nursing process in General Hospital of Cibinong Region was worst (total average 18.2 percent). The action of nursing process in General hospital of Cibinong Region did not go on well. It occurred because of some possibilities, that is nurses in general acted nursing process properly (in accordance with the questionnaire), but every process step was not recorded well. Based on the research results, it should be'made a recording system with simple and easy nursing process acted by nurses. It should make the addition of nursing resources minimally 2 main nurses on every duty.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Hamid
"Jasa Pelayanan adalah suatu imbalan atau kompensasi yang diterima oleh pelaksana pelayanan di rumah sakit atas perlakuan yang diberikannya kepada klien atau pasien. Oleh karena belum ada aturan baku yang mengatur pola pembagian Jasa Pelayanan di RSUD Sumatera Barat, khususnya RSUD Kelas C, sehingga dijumpai variasi pola pembagian Jasa Pelayanan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pola pembagian Jasa Pelayanan di Unit Rawat inap RSUD Kelas C dcngan pendekatan kualitatif. Suatu studi komparatif dilakukan pada 3 (tiga) RSUD Kelas C yang hampir sama kinerjanya. Dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal yang berhubungan dengan pola pembagian Jasa Pelayanan, dicari dokumen/arsip dan beberapa orang informan yang mengetahui tentang pola pembagian Jasa Pelayanan di RSUD.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pola Pembagian Jasa Pelayanan di RSUD yang diteliti masih bervariasi, tergantung dari kebijakan Direktur masing-masing dan secara garis besar masih mengacu pada SK Menkes No.66/II/1987. Faktor tenaga profesional terutama Dokter Spesialis mendominasi pola pembagian Jasa Pelayanan di ketiga RSUD. Dokter spesialis mengusulkan pola fee for service, sedangkan lainnya dapat dibuat berdasarkan bobot.
Peneliti menyarankan agar pihak manajemen selalu mensosialisasikan pemahaman tentang kerja tim di rumah sakit sehubungan dengan pembagian Jasa Pelayanan.

The Analysis of Health Service Incentive Patterns at Inpatients Unit of General District Hospital (RSUD) Class C West Sumatra (A Comparative Study) Health services incentive are compensations accept by the administration of services at hospitals for the treatment they give to the client or patients. There have not been any fixed rules regulating the patterns of health services incentive at District Hospital (RSUD) in West Sumatra, especially those categories in Class C.
The research is conducted to obtain some patterns of health services incentive at Inpatients Unit of RSUD Class C by employee qualitative approach. A comparative study was conducted at 3 (three) District Hospitals (RSUD) Class C whose performance are nearly similar. Having some internal and external factors related to health services incentive patterns, some documents/ file and some informants knowing the patterns of health service incentive at RSUD were searched.
The result of this study is found that the patterns of health services incentive at District Hospital (RSUD) investigated is still widely varied, depending on the policy of respective directors. In generally, it still refers to the regulation of health ministry No.66/II/1987. The factor of professional, especially medical specialist, dominates the patterns of health services incentive at the three District Hospital.
It is recommended that the health services incentive for medical specialist is separated based on fee for services, while for the others a pattern of health services incentive can be made based on score system. The conclusion of thus study is that the pattern of health services incentive still varied, medical specialist want to fee for services and there have not been fixed rules regulation the patterns of health services incentive.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Saparwati
"ABSTRAK
Kepala ruang adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara langsung
mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang
bermutu. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk memperoleh gambaran arti dan makna
pengalaman kepala ruang dalam mengelola ruang rawat inap di RSUD Ambarawa. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi deskriptif, pengumpulan data dengan
FGD dan wawancara mendalam. Partisipan pada penelitian ini diambil secara purposive
sampling, analisa data menggunakan metode Collaizi. Hasil penelitian teridentifikasi lima
belas tema tentang gambaran respon kepala ruang terhadap peran dan fungsinya sebagai
manajer lini, persepsi kepala ruang dalam menjalankan fungsi manajemen, hambatan dalam
mengelola ruang rawat inap, dukungan dan harapan yang diperoleh kepala ruang agar
perannya optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kepala ruang perlu
memahami, melaksanakan fungsi manajemen guna mendukung kelancaran pelayanan di
ruang rawat inap yang menjadi tanggungjawabnya dan diharapkan meningkatkan
perencanaan dan ketenagaan di ruangan.

ABSTRACT
Head?s nurse is operational manager that directly lead all resources to meet nursing quality
services. This research aimed to identify the meaning of experiences head?s nurse in
managing inpatient room at RSUD Ambarawa. This research designed using a descriptive
phenomenological, the data collected by FGD and in-depth interviews. Participants selected
by purposive sampling, data analysis using Collaizi?s methods. This research find 15 themes
such as rules and functions as first line manager, perception of management functions,
limitation in managing inpatient room, and support and wises to optimal the rules manager.
It could be conclude that the head?s nurse must improve the understanding and managing
rules as first line manager especial in planning and staffing"
2012
T30332
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pudjiati
"Rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan harus dapat memuaskan masyarakat sebagai pengguna jasa. Kepuasan adalah perbandingan antara harapan klien dengan kenyataan yang diterima oleh klien.
RSU FK-UKI Jakarta dengan BOR tahun 2001 (51%) masih lebih rendah dari BOR tahun 2000 (52%), target BOR Rumah Sakit 60%. Belum tercapainya BOR yang ditargetkan dan hasil pelatihan komunikasi terapeutik yang belum memuaskan (47%), merupakan salah satu indikator ketidakpuasan klien. Kepuasan klien belum pernah dilakukan penelitian di rumah sakit. Selanjutnya penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Tujuan penelitian ini adalah diidentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien di ruang rawat inap RSU FK-UKI Jakarta.
Metode penelitian adalah deskriptif korelasi dengan desain cross sectional, dan menggunakan 2 kuesioner yaitu kuesioner A untuk mengukur data demografi, pribadi, keluarga, sosial ekonomi, budaya dan berat ringannya penyakit klien dengan isian. Kuesioner B mengukur harapan dan kenyaaan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien pada fase perkenalan/orientasi, kerja dan terminasi dengan isian skala Likert. Uji coba kuesioner B dilakukan pada 30 orang klien yang dirawat inap di RSU FK-UKI Jakarta yang tidak termasuk ke dalam responden penelitian. Untuk menguji validitas dilakukan tehnik korelasi product moment dengan hasil kuesioner tentang harapan r 0,368 - 0,791 dan kenyataan r 0,383 - 0,725 terhadap hubungan terapeutik perawat klien, sedangkan uji reliabilitas dilakukan Alpha Cronbach dengan hasil kuesioner tentang harapan a 0,9460 --0,9430; dan kenyataan a 0,9411 - 0,9385 terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Artinya kuesioner B tersebut mempunyai tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi.
Populasi dalam penelitian berjumlah 109 orang, sedangkan jumlah sampel yang diikutsertakan penelitian sebanyak 95 orang klien, dengan kriteria inklusi: klien dewasa dan yang dinyatakan pulang, kesadaran klien composmentis, klien mampu berkomunikasi verbal. Pengambilan sampel dari: kelas I, II dan III, dan Cara pengambilan sampel secara random.
Analisis data penelitian terdiri dari analisis univariat, bivariat, multivariat dan analisis diagram kartesius. Hasil penelitian sebagai berikut: sebagian besar klien mempunyai umur antara 20-40 tahun, perempuan, pendidikan menengah (tamat SLTA), pekerjaan wiraswasta/swasta, penghasilan antara 500 ribu - I juta, suku Jawa, dirawat di kelas III, lama dirawat lebih dan 5 hari, belum pernah sakit, penyakit sedang. Harapan paling tinggi pada fase terminasi dengan skor rata-rata 3,35 dan harapan paling rendah pada fase kerja dengan skor rata-rata 3,26. Kenyataan paling tinggi pada fase terminasi dengan skor rata-rata 2,99 dan kenyataan paling rendah pada fase kerja dengan skor rata-rata 2,85: Total rerata harapan 3,31 dan total rerata kenyataan 2,92 terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Kepuasan terhadap hubungan terapeutik dengan rata-rata skor 88,37, dan 25 orang klien (26,3%) mengatakan puas terhadap hubungan terapeutik perawat klien, artinya ada sebagian klien yang mencapai nilai 100 untuk kepuasan. Selanjutnya berdasarkan analisis bivariat bahwa variabel pilihan ruang rawat (kelas I, II dan III) dan keadaan penyakit (berat, sedang, ringan) mempunyai hubungan yang bcrmakna dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien, dan masing-masing dengan p value 0,035 dan 0,050. Kedua variabel yang bermakna pada analisis bivariat dilakukan analisis multivariat secara bersama dengan hasil tidak ada satu pun yang paling berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Analisis diagram kartesius menunjukkan bahwa pelaksanaan hubungan terapeutik perawat klien pada fase kerja dinilai sangat penting oleh klien, sedangkan pelaksanaannya belum memuaskan klien (12,6%), fase terminasi sudah dilaksanakan sesuai dengan kepentingan dan harapan klien sehingga dapat memuaskan klien (46,3%), fase perkenalan/orientasi masih dianggap kurang penting bagi klien dan kualitas pelaksanaannya belum memuaskan (32,6%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan terapeutik perawat klien di ruang rawat inap RSU FK-UKI Jakarta adalah sebagai berikut: sebanyak 25 orang klien (26,3%) menyatakan puas terhadap hubungan terapeutik perawat klien, artinya ada sebagian klien mempunyai nilai 100%, faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien adalah: pilihan ruang rawat (kelas I, II, dan III) dan keadaan penyakit (berat, sedang, ringan) namun keduanya tidak ada yang paling berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Fase terminasi sudah dilaksanakan dan dipertahankan, dan fase kerja belum memuaskan klien, fase perkenalan/orientasi dianggap kurang penting dilaksanakan.
Untuk meningkatkan kepuasan klien maka pimpinan RSU FK-UKI Jakarta disarankan melaksanakan sosialisasi tentang hasil penelitian kepada seluruh tenaga staf keperawatan, peningkatan program pengembangan sumber daya keperawatan melalui pendidikan dan pelatihan tentang komunikasi khususnya hubungan terapeutik perawat klien, agar perawat pelaksana memahami tentang pentingnya pelaksanaan hubungan terapeutik sehingga perawat pelaksana mampu menerapkan komunikasi khususnya hubungan terapeutik perawat klien terutama pada saat melaksanakan pelayanan keperawatan. Bagi peneliti lain dapat dilakukan penelitian dengan metode kuasi eksperimen sehingga tergali lebih dalam tentang faktor apa yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien.
Daftar bacaan 56 (1983 - 2001)

Analysis Factor's Related To Client's Satisfaction Toward Nurse - Client Therapeutic Relationship in Patient Care at RSU FK - UKI Jakarta.As an institution that gives services in treatment, a hospital should be able to satisfy the client, as the customer service. Satisfaction is a comparison between client's hope and reality obtained.
BOR in 2001 at RSU FK-UKI Jakarta (51%) is still lower than those in 2000 (52%), the target of BOR is 60%. Enriched BOR target and unsatisfied result of therapeutic communication training (47%) is an indicator of client unsatisfied. There has not been done research in this hospital. Then, the writer wants to know about factors that related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship. The purpose of this research is to identify factors related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship in patient care at RSU FK-UKI Jakarta.
The research method is correlation descriptive with cross sectional design, and using two questioners: questioner A to measure demographic data, and personal: family, social economic, culture and condition of client's illness with filler. Questioner B measures hope and reality of client toward nurse-client therapeutic relationship in introduction/orientation phase, working phase and termination phase with Likert scale filler. The questioner B test was done to 30 clients in overnight patient care at RSU FK-UKI Jakarta who do not include as respondent in this research. To test validity is used moment product correlation technique with the result of hope r 0,368 - 0,791 and reality obtained r 0,383 - 0,725 toward nurse - client therapeutic relationship, meanwhile re ability test is used Alpha Cronbach with the result of hope a 0,9460 - 0,9430; and reality a 0,9411 - 0,9385 toward nurse client therapeutic relationship. It means that the questioner B has a high validity and re ability rate.
The population in this research is 109 clients and total sample is 95 clients, with inclusion criteria: client, who is adult, permitted to go home, compos mentis consciousness, can verbal communication. Sample, which is taken from three classes: class I, class II, and class III, is randomly taken.
Analysis data of research consists of univariate, bivariate, multivariate and Cartesian diagram analysis. The result is that most of client's aged are between 20-40 years old, women, high school graduates, entrepreneurs, between 500 thousands-1 million rupiahs earnings, Javanese, taken care in class III, more than 5 days taken care, never ill, and medium illnesses. The highest average score of hope is 3,35 in the termination phase and the lowest average score of hope is 3,26 in the working phase. The highest average score of reality is 2,99 in the termination phase and lowest average score of reality is 2,85 in the working phase. Total average of hope is 3,31 and total average of reality is 2,92 toward nurse - client therapeutic relationship. Satisfaction toward therapeutic relationship has an average score 88,37 and 25 clients (26,3%) satisfied toward nurse-client therapeutic relationship, it means that there is a half clients reaching grade ? 100 for satisfaction. Based on bivariate analysis, variable of choice of patient care (class I, II, and III) and condition of illness (heavy, medium, and light) have a meaningful relationship with client's satisfaction toward nurse-client therapeutic relationship, and p values of each are 0,035 and 0,050. Both of meaningful variables in the bivariate analysis were done multivariate analysis together with result that no one is the most related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship. Cartesian diagram analysis shows that nurse-client therapeutic relationship in the working phase is evaluated important by clients, meanwhile the implementation of it has not satisfied clients (12,6%), those in the termination phase has been done as suitable as client's importance and hope so it can satisfy clients (46,3%) and those in the introduction /orientation phase is still evaluated unimportant for client and having an unsatisfied implementation quality.
From the result of research, it can be concluded that toward nurse-client therapeutic relationship in overnight patient care at RSU FK-UKI Jakarta: client's satisfaction toward nurse-client therapeutic relationship are 25 clients (26,3%) satisfied, it means that there is client who has 100% grade, factors that related satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship are: choice of patient care room (class I, II, and III) and condition of illness (heavy, medium, and light) but no one of them is the most related to nurse - client therapeutic relationship. Termination phase has been done and maintained but the working phase has not satisfied clients, and the introduction/orientation phase is still evaluated unimportant to be done.
To increase client's satisfaction, the chief of RSU FK-UKI Jakarta is suggested to socialize the result of research to all nursing care staff, to raise the nursing care resources development program through education and training about communication especially nurse - client therapeutic relationship, to make nurse manager understands the importance of doing therapeutic relationship so the nurse manager is able to communicate especially nurse - client therapeutic relationship specially in doing nursing care services. Another researcher can do research by using experiment question method so it can be known more what factors related to client's satisfaction toward nurse client therapeutic relationship.
Bibliography list 56 (1983 -2001)
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T5885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Hudawi
"Penelitian ini bertujuan agar mengetahui pelaksanaan standar pelayannan minimal pada RSUD Kabupaten Bekasi bagian rawat inap dan hambatanhambatan yang terjadi dalam pelayanannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dari informan terpilih yang terkait dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di RSUD Kabupaten Bekasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi SOP khususnya pada rawat inap sudah terlihat kelengkapannya akan tetapi banyak tindakan yang tidak sesuai dengan SOP, sedangkan dari SDM memang suatu dilema rumah sakit pemerintah daerah yang kekurangan untuk tenaga ahlinya, dan dari segi sarana dan prasarana sudah cukup memadai, tetapi masih kurang dari sistem pemeliharaannya. Sehingga kesimpulannya, pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal di RSUD Kabupaten Bekasi belum dilaksanakan secara maksimal, karena keadaan rumah sakit yang masih sedikit banyak mempunyai kelemahan dan kekurangan yaitu baik dari segi SOP, SDM, dan juga sarana dan prasarana.
Saran peneliti bagi RSUD Kabupaten Bekasi diharapkan dapat lebih bekerja sama dan melakukan koordinasi yang baik dengan pihak Pemerintah Daerah agar dapat dicarikan solusi yang terbaik, dan diharapkan RSUD Kabupaten Bekasi membuat SPM yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan RSUD Kabupaten Bekasi dan direvisi serta ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan ketentuan Departemen Kesehatan.

This study aimed to know the implementation of minimum service standard in General Hospitals Kabupaten Bekasi installation of inpatient care and obstacles that occur in the implementation. This study uses a quality approach with conduct and depth interviews with selected informants involved in the implementation of Minimum Service Standard in General Hospitals Kabupaten Bekasi.
The results showed that in terms of the SOP specifically on the completeness of hospitalization would have seen but that a lot of action does not comply with the SOP, while the human resources is an issue that local government hospitals for lack of expertise, and in terms of facilities and infrastructure is adequate, but still less of system maintenance. So in summary, the implementation of Minimum Service Standards in General Hospitals Kabupaten Bekasi not optimally implemented, because the state hospital which is still a bit much to have weaknesses and shortcomings, namely in terms of SOP, Human Resources, and also the facilities and infrastructure.
Researchers suggest the General Hospitals Kabupaten Bekasi is expected to more work together and do a good coordination with the local governments in order to find the best solution, and hoped to make Minimum Service Standards in General Hospitals Kabupaten Bekasi appropriate to the circumstances and the ability of General Hospitals Kabupaten Bekasi and revised and improved gradually in accordance with the provisions of the Health Department.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T31021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Purwati
"Perawatan di ruang rawat isolasi bagi sebagian besar pasien merupakan hal yang cukup mengganggu terkait dengan ketersendirian dan keterasingan dari dunia luar. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang hadir terdekat dengan pasien selama perawatan, memiliki banyak kesempatan untuk memberikan asuhan secara holistik. Asuhan keperawatan spiritual yang sering kali terabaikan harus menjadi bagian penting yang dapat membantu pasien melewati masa perawatan dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan sikap perawat terhadap asuhan keperawatan spiritual yang diterapkan dalam perawatan di ruang rawat isolasi. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode observasional dengan teknik survey. Sampel yang diambil menggunakan teknik non probability sampling dengan convenience sampling sebanyak 110 orang perawat. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,6888, serta kuesioner SSCRS (Spirituality and Spiritual Care Rating Scale) untuk mengetahui sikap perawat terhadap asuhan spiritual. Hasil penelitian menunjukkan 79,1% perawat memiliki pengetahuan baik dan 21,9% memiliki pengetahuan sedang. Sementara itu sikap perawat terhadap asuhan spiritual menunjukkan 48,2% memiliki sikap positif dan 51,8% memiliki sikap yang negatif. Penelitian ini merekomendasikan adanya pelatihan untuk meningkatkan pemahaman terkait dampak spiritual pada pasien rawat  dan pentingnya asuhan spiritual serta menambahkan data spiritualitas pasien dalam format pengkajian pasien masuk rawat. Selain itu penelitian ini juga merekomendasikan peneliti lainnya yang tertarik terkait penerapan asuhan spiritual di ruang rawat isolasi.

Treatment in isolation wards for most patients is a rather disturbing thing associated with loneliness and alienation from the outside world. Nurses as nursing caregivers who are present closest to the patient during care, have plenty of opportunities to provide holistic care. Spiritual nursing care, which is often overlooked, should be an important part that can help patients get through the time of care better. The study aims to see to what extent the knowledge and attitude of nurses toward spiritual nursing foster care is applied in care in isolation wards. This descriptive research uses observational methods with survey techniques. The samples were taken using non probability sampling techniques with convenience samplings of 110 nurses. The measurement used is a knowledge questionnaire that has passed the validity and reliability test with Cronbach's Alpha score of 0.6888, as well as the SSCRS (Spirituality and Spiritual Care Rating Scale) questionary to determine the attitude of nurses towards spiritual care. The results of the study showed that 79.1% of nurses had good knowledge and 21.9% had moderate knowledge. Meanwhile, the nursing attitude towards spiritual foster care showed 48.2% had a positive attitude and 51.8% had a negative attitude. This study recommends training to improve understanding of the spiritual impact on hospitalized patients and the importance of spiritual care and adding patient spirituality data in the admission assessment format. In addition, this study also recommends other researchers who are interested in the implementation of spiritual care in the isolation ward."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyono
"ABSTRAK
Sebagaimana kebanyakan rumah sakit di Indonesia, rumah sakit kepolisian pusat RS. Sukanto Jakarta, yang disebut juga Rumkit Polpus, saat ini tengah menghadapi masalah kekurangan tanaga, khususnya tenaga perawat. Usulan guna menambah tenaga tersebut tidak pernah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sehingga masalah ini menjadi kronis namun tetap faktual.
Penelitian ini bertnjuan mencari penyelesaian terbaik dalam menghadapi masalah di atas dengan jalan menganalisa tingkat produktivitas waktu asuhan keperawatan pada unit rawat inap interna, yaitu besarnya prosentase pemanfaatan waktu kerja yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung. Dengan mengetahui tingkat produktivitas ini, kita dapat mengetahui apakah masalah tadi masih memungkinkan untuk diselesaikan tanpa penambahan tenaga, tapi cukup dengan melakukan efisiensi terhadap penggunaan tenaga yang ada atau dengan kata lain meningkatkan produktivitas waktu kerjanya.
Penelitian didisain secara deskriptif analitis, untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu produktivitas waktu asuhan keperawatan sebagai variabel terikat dan karakteristik perawat, ruang perawatan serta shift kerja sebagai variabel bebas. Teknik pengumpulan data secara cross sectional menggunakan metoda work sampling terhadap semua perawat yang bertugas di ruang rawat inap interna Rumkit Polpus sebagai responden. Selanjutnya analisa bivariate dilakukan menggunakan uji t dan / atau uji F (Uji Anova) dengan memakai bantuan komputer, yaitu program minitab.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa produktivitas waktu asuhan keperawatan di unit rawat inap interna hanya 56.36 %. Hal ini cukup rendah dibandingkan standar yang diharapkan. Dari bhsil uji statistik, produktivitas tersebut berhubungan dengan shift kerja, status perkawinan, kepangkatan, masa kerja, status ketenagaan dan pendidikan tambahan dari pada perawat yang bersangkutan.
Perawat-perawat yang mempunyai jabatan atruktural, yang umurnya makin tinggi, yang mempunyai masa kerja lebih lama dan yang telah mendapatkan pendidikan tambahan ternyata lebih jarang melaksanakan kegiatan langsung. Waktu kerja mereka pada umumnya lebih banyak digunakan untuk kegiatan tidak langsung atau kegiatan non fungsional yang merupakan tuntutan organisasi. Dengan demikian penulis menyarankan bahwa untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga di Rumkit Polpus adalah dengan jalan, antara lain :
1. Mengingat produktivitas perawat pada unit rawat inap interna Rumkit Polpus masih di bawah standar, maka dalam jangka pendek until mengatasi masalah tersebut adalah dengan jalan meningkatkan produktivitas yang ada Hal ini dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan pengetaluan / keterampilan, partisipasi dalam seminar / diskusi, meningkatkan motivasi kerja dan menanamkan rasa sense of belonging.
2. Melatih tenaga non medis agar dapat membantu melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan yang sederbana dan memanfaatkan alumni SPK / Akper mink menjalani masa wajib kerja terlebih dahulu di Rumkit Polpus sebelum diangkat menjadi pegawai negeri atau bekerja pada instansi kesehatan swasta
3. Menambah jumlah perawat yang bertugas setiap hari serta mengubah proporsi perawat tersebut ke dalam dinas masing-masing shift kerja yang disesuaikan dengan beban kerja
Daftar Pustaka : 40 (1975 - 1995 )

ABSTRACT
Productivity Related Factors Of Nursing-Care-Time At "Interna" Ward Unit Of Central Police Hospital RS. Sukanto Jakarta As most of Indonesian hospitals, The Central Police Hospital RS. Sukanto in Jakarta, which is used to be named Rumkit Polpus, currently facing a problem of lacking of labor-force, especially nurses. A proposition to recruit more nurses is just never happened to fulfill the urgent need, so the problem is getting worse but still factual.
This observation is to seek the appropriate solution to handle that problem through analyzing the productivity level of nursing-care-time at interior ward unit of the hospital, that is the percentage of working-time utilization to run direct and indirect activities. By recognizing the productivity level, we could figure out whether the problem could still be accomplished without any additional nurse or would it be enough to optimize the nursing activities by using the existing nurses, or in the other word, we could improve their working time productivity.
The observation was designed in descriptive-analytical approach to find out the interconnection between two variables, those are nursing-care-time productivity as a dependent variable and nurse characteristic, caring room ( ward) and also working-shift as independent variables. Data collecting techniques in cross-sectional way, using work sampling method to measure all nurses which are stationed at the interna ward unit of Rumkit Polpus as respondents. Father more, with a support of computer assistance, which is to be called minicab program, bivariate analysis is run through t-test and I or F-test (Anova test ).
From the final outcome we could know that the productivity of nursing-care-time is only 56.36 %. 'This result is just so poor if compared toward the expected standard From the statistical analysis, the productivity was related with working-shin, marital status, job level, working time related experience, status of employment and additional courses of the nurses.
The nurses with structural positions, older age, longer working period and nurses with additional courses showed that they seldom did direct activities. Most of them spent their work-time for indirect and I or non-functional activities, that used to be a request of the organization (Rumkit Polpus ).
Facing that truth, the author recommends that if we want to handle the problem of lacking of nurses at Rumkit Polpus, we could do some actions, such as :
1. Recognize that the productivity of the nurses in interna ward unit is still under the standard, so the only effective way to solve the problem is by improving the existing productivity for now. This way could be run through improving the knowledges / skills, working motivation, attending seminars / discussions and giving a sense of belonging to the nurses.
2. Training the non-medic staff in order to enhance their capability to do simple nursing-care activities and utilizing alumni of Nursery School / Academy to do a mandatory work at Rumkit Polpus before being inaugurated to be state-employee or working at private hospital / health care institution.
3. Adding more nurses to work on daily base and changing the proportion of the nurses into their own working shift, balanced with their work load.
Bibliography : 40 ( 1975 - 1995 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reallyani
"Instalasi rawat jalan khususnya poliklinik spesialis merupakan bagian strategis bagi rumah sakit. Oleh karena itu, pelayanan poliklinik spesialis tetap saja merupakan produk andalan yang harus dipertahankan agar dapat membangun citra untuk rumah sakit. Penurunan jumlah kunjungan pasien instalasi rawat jalan khususnya poliklinik spesialis akan berpengaruh pada pendapatan rumah sakit.
Poliklinik spesialis instalasi rawat jalan RSUD Kayuagung mempunyai angka kunjungan yang masih rendah bila dibandingkan dengan rumah sakit yang setingkat di Propinsi Sumatera Selatan.
Penelitian ini bertujuan adalah untuk mendapatkan intormasi tentang faktor-faktor penentu minat berkunjung ulang di Poliklinik Spesialis Instalasi Rawat Jalan RSUD Kayu Agung, dengan harapan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk upaya meningkatan kunjungan pasien di Poliklinik Spesialis Instalasi Rawat Jalan RSUD Kayu Agung.
Penelitian ini merupakan studi analitik secara kuantitatif, dengan observasi, dan pendekatan potong lintang (cross-sectional), dengan menggunakan kuesioner terhadap pasien yang dipilih sebagai responden yang diambil dari semua poliklinik spesialis dengan jumlah sampel sebanyak 96 responden.
Beberapa faktor konsumen atau pasien yang mempunyai hubungan bermakna dengan minat pasien untuk berkunjung ulang ialah jenis kelamin, pekerjaan, frekuensi kunjungan, lama waktu tempuh, penanggung jawab pembayaran, dan pengetahuan pasien. Sedangkan, beberapa faktor rumah sakit yang mempunyai hubungan bermakna dengan minat pasien untuk berkunjung ulang ialah informasi, sarana, dan kualitas pelayanan. Dari keseluruhan faktor yang diteliti, informasi Poliklinik spesialis instalasi rawat jalan RSUD Kayuagung merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap minat pasien untuk berkunjung ulang di Poliklinik Spesialis Instalasi Rawat Jalan RSUD Kayu Agung.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada pihak manajemen RSUD Kayu Agung untuk melakukan upaya peningkatan jumlah kunjungan rawat jalan dengan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan minat pasien untuk berkunjung ulang.
Daftar Kepustakaan : 33 (1975 -- 2002)

The Analysis of the Determination Factors of Patient's Interest for Repeated Visits at Specialist Policlinic - Outpatient Installation Kayuagung Hospital in 2003Outpatient Installation, especially specialist policlinic is a part of strategic of hospital. Therefore, specialist policlinic service remain to be the main product that must be maintained in order to build a good hospital image. Decreasing numbering of patient visit of outpatient installation, especially the specialist policlinic will influence a hospital's incomes.
Specialist policlinic - outpatient installation of Kayuagung Hospital has a low visit patient compared to the same hospital in the Province of South Sumatera.
This research is to get some information about the determinant factors of a patient's interest for repeated visits at specialist policlinic - outpatient installation of Kayuagung Hospital. The results of this research are expected to increase patient visits at the specialist policlinic - outpatient installation of Kayuagung Hospital.
This research concerned quantitative analytical studies with the observation and cross-sectional approach, by using the questioner to patients selected as respondents taken from all specialist policlinics with a samples of 96 respondents.
Some consumer's factors or patients which have a meaningful relation with the patient's willing to revisit are sex, job, visit frequency, duration of time, in charge of payment, and knowledge of patients. In addition some hospital factors which have meaning in relation to a patient's willing to revisit are hospital rates, information, facilities, and service quality. From all factors studied, information of the specialist policlinic - outpatient service at Kayuagung Hospital is a variable having an important role to a patient's interest to revisit at specialist policlinic - outpatient installation of Kayuagung Hospital.
Based on the research result, it is suggested to management of the Kayuagung Hospital to make efforts to increase the visit numbers of outpatient installation by paying attention to the factors related the patient's interest to revisit.
Bibliography: 33 (1975-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyawati Garini
"Menurut WHO tahun 1990 ada sekitar 2,5 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) di seluruh dunia dimana 90% terjadi pada negara berkembang. Di negara maju, Australia, angka kejadian BBLR adalah sekitar 6%, sedangkan di negara berkembang dimana status sosial ekonomi masyarakatnya masih rendah angka kejadian BBLR lebih tinggi yaitu sekitar 13-17%. Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu faktor terpenting kematian neonatal dan determinan yang cukup bermakna bagi kematian bayi.
Tingkat kematian neonatal di Indonesia masih tetap tinggi meskipun angka kematian bayi (AKB) telah mengalami penurunan cukup tajam. Penurunan AKB yang terjadi pada dasawarsa terakhir ini disebabkan oleh turunnya angka kematian bayi diatas usia satu bulan, sementara 40% kematian yang terjadi pada periode neonatal angkanya hampir tidak berubah. Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia, hipotermia, dan pemberian ASI yang tidak adekuat.
Angka BBLR di Kabupaten Bogor 21,4% diatas angka Provinsi Jawa Barat 18,3% dan angka Nasional 7,7%. Hasil penelitian lain tentang kelangsungan hidup bayi dengan hipotermia 10%-77% serta terbatasnya sarana inkubator di rumah sakit, maka diperlukan sosialisasi suatu cara alternatif yang secara ekonomis cukup efisien dan efektif untuk merawat bayi pretern yaitu dengan Metode Perawatan Bayi Lekat (MPBL).
Metode Perawatan Bayi Lekat dilakukan pendekatan dengan cara penyuluhan perorangan maupun kelompok dengan intervensi VCD MPBL pada ibu BBLR di RSUD Ciawi Bogor. Keberhasilan intervensi MPBL tergantung dari ketrampilan petugas kesehatan dalam meyakinkan ibu BBLR tentang keuntungan dan manfaat MPBL dalam penanganan BBLR.
Setelah intervensi MPBL, bagaimanakah pengaruh intervensi terhadap tingkat pengetahuan pada ibu BBLR serta faktor yang mempengaruhinya?. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh intervensi VCD MPBL terhadap tingkat pengetahuan ibu BBLR serta faktor yang berpengaruh. Penelitian menggunakan one group pre test - postest design, dengan populasinya adalah ibu yang melahirkan BBLR yang dirawat di RSUD Ciawi, cara pengambilan sampel dengan quota sampling dari tanggal 16 Juli sampai 16 Agustus 2002. Data dikumpulkan dengan cara wawancara pre dan post test.
Analisis data menggunakan t - test. Adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu BBLR tentang MPBL setelah intervensi VCD MPBL. Setelah mendapatkan intervensi VCD MPBL kedua variabel pendidikan dan intervensi VCD MPBL bersama-sama dapat menjelaskan adanya peningkatan pengetahuan ibu BBLR tentang MPBL sebesar 68,1%.
Melihat adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan MPBL pada ibu BBLR (setelah intervensi VCD MPB), disarankan Pemerintah Kabupaten Bogor c.q Dinas Kesehatan Bogor mensosialisasikan MPBL ini sebagai salah satu terobosan baru tehnologi tepat guna untuk penanganan BBLR melalui media komunikasi massa, misalnya melalui VCD dan sebagainya. Hal ini juga perlu di dukung dengan kebijakan dengan kemungkinan sumber daya dan dana yang dapat diberikan oleh PEMDA. Selain itu, petugas lapangan/perawat dapat diberikan kemudahan oleh atasan yang berwenang untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam masalah perinatal khususnya penanganan BBLR. Hal ini akan bermanfaat pada saat melaksanakan intervensi MPBL dilapangan.

The Effect of Video Compact Disc Intervention of Kangaroo Mother Care (KMC) on The Level of Knowledge of Mothers with Low Birth Weight's Babies (LBW) in Ciawi Public Hospital, District of Bogor, West Java, 2002According to WHO, in 1990 there were about 2,5 millions babies born with low weight, 90% of which occurred in developing countries. In a developed country, Australia, for examples, the prevalence of LBW babies was around 6% while in the developing countries with lower social economic status the prevalence of babies born low birth weight (LBW) reached 13 - 17%. The LBW babies constituted one of the most important factors causing neonatal deaths.
In Indonesia, the of neonatal death rate remains high although the rate of the infant mortality has dropped quite sharply. The decrease of the infant mortality in the last ten years was primarily caused by the death infants over one month age, while the 40% death took place during the neonatal period has never changed. The main contributors to deaths of the LBW babies born were the following : prematurity , infection, asphyxia, hypothermia and inadequate breast feeding.
The rate of the LBW in the District of Bogor was 21,4% which was above that of the rate of the West Java Province (18,3%) and the National rate (7,7%). Other studies revealed that the survival of babies with hypothermia was 10% - 77% and the number of incubator facilities in the hospital was insufficient, so it was deemed necessary to socialize an alternative method which was economically effective and efficient to treat preterm babies, namely Kangaroo Mother Care (KMC).
The Kangaroo Mother Care was conducted through both individual and group intervention of VCD on KMC among mother's with LBW babies in Ciawi Hospital, District of Bogor.
After intervention, how did the intervention affect the level of the mothers knowledge of KMC ? The objective of study was to assess the effect of the VCD on KMC intervention on the knowledge level of mothers with LBW babies . The study used one grouped pretest - posttest design and the population was mothers having just given births of babies with LBW in Ciawi Hospital. Samples were gathered using quota sampling method from 16 July to 16 August 2002. Data was collected through 'interview with pre test - post test and discussions.
Data analysis was carried out with t - test. After receiving the VCD on KMC intervention there was significant relationship between education level and knowledge of the mother's LBW babies on KMC. After the above intervention similar using the VCD on KMC, both education level mother's and intervention of VCD on KMC, could explain the increase/change of knowledge of the mother's on KMC 68.1%.
Considering the importance of the VCD on KMC intervention in enhancing the mothers' knowledge of KMC, it is recommended that the Government of the District of Bogor c.q Bogor Health Office establish the prevention and management of LBW babies using appropriate technology. In addition, the KMC could be socialized through mass media for example using VCD method. Support in the form of policy, facilities and others resources including fund should also be made to enhance the intervention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cholid Yamani
"Waktu tunggu erat hubungannnya dengan kenyamanan dan keamanan pasien; dimana waktu tunggu pasien yang lama dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan perburukan kondisi kesehatan pasien. Penelitian ini merupakan studi kualitatif, dengan mengobservasi waktu tunggu pasien pada saat registrasi dan selama menunggu pelayanan, ketersediaan peralatan pemeriksaan kesehatan, diikuti dengan wawancara dengan direktur klinik dan petugas kesehatan terkait. Rekomendasi yang diberikan adalah dengan mendekatkan waktu kedatangan pasien dengan waktu pemeriksaan dokter spesialis, untuk mempersingkat waktu tunggu pasien pada unit rawat jalan.

The waiting time is closely related to the comfortability and safety of the patients; where as long waiting time could add to the discomfortability and worsen the health of the patients. This is the qualitative study, observing patients’ waiting time during registration and at the clinic, observing performance of staff at the registration counter and at the clinic, provision off medical equipments, followed by indepth interview targetting the director and relevant clinical staff. Recomendation among others was made for the clinical specialists to adjust the arrival time in order to shorten the patients’ wating time at the outpatient departement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>