Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165940 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pudjijanti Sutarno
"ABSTRAK
Hubungan antar kelompok etnik ini kemudian berkembang ke arah pembentukan satu kebudayaan campuran - artinya seluruh anggota masyarakat dari berbagai kelompok etnik meleburkan kebudayaan lamanya dan membentuk satu kebudayaan baru, kebudayaan 'Amerika'. Masyarakat Amerika dengan kebudayaan campuran dari berbagai kelompok etnik ini disebut the Melting Pot (pola kedua). Bentuk pembauran ini bisa terjadi di kota-kota besar (Gordon, 1964: 115-121). Pada kenyataannya, penyebaran penduduk di negara ini, termasuk para imigran yang berdiam di daerah barunya yang luas dan asing ini, dipengaruhi oleh usaha mereka untuk hidup bersama dengan orang yang mempunyai kesamaan, misalnya dalam hal agama (Protestan, Katolik, Yahudi), tanah asal (racial groups), dan sebagainya. Dengan demikian terjadilah kelompok-kelompok atau 'pots' yang tersebar di seluruh negara. Gordon menyebut masyarakat demikian sebagai "a multiple melting pot". Dari sini timbul masyarakat pluralistik (Gordon, 1964: 130-131).
Sehubungan dengan itu maka pembauran kelompok-kelompok etnik minoritas dengan mayoritas dalam kenyataannya tidak dapat seperti yang diharapkan dalam pola Anglo-con formity mengikuti kebudayaan Anglo-Saxon, mau pun the Melting pot karena tidak melebur dalam satu kebudayaan baru. Tiap kelompok etnik berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat yang telah mapan di sana tetapi mereka juga masih mempertahankan nilai, tradisi dan kebiasaan mereka yang tertentu. Dengan begitu tiap kelompok etnik ini tetap memiliki beberapa ciri khas mereka.. Maka dari itu masyarakat Amerika ini dapat dikatakan berpola Cultural pluralism.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Zahra
"Jepang dikenal dengan negara yang homogen. Meski sebenarnya, Jepang memiliki beragam etnis yang berbeda. Haafu, merupakan istilah bagi anak yang memiliki dua etnis. Anak yang memiliki dua ras yang berbeda yang didapat dari kedua orang tuanya. Penampilan haafu yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri dan mulai menghiasi dunia hiburan menjadi seorang publik figur di Jepang. Namun, perbedaan itu pula yang membuat mereka kerap mendapatkan perlakuan diskriminasi kendati di dalam profesinya sendiri yaitu publik figur. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas mengenai diskriminasi nihonjin terhadap haafu dalam profesinya sebagai publik figur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis kualitatif, dengan mengolah data kepustakaan. Berdasar pada pemaparan kasus diskriminasi yang dialami oleh Miyamoto, Yoshikawa dan Nakagawa, hasil penelitian menunjukan bahwa diskriminasi masih terjadi pada haafu publik figur di Jepang dalam bentuk perkataan kasar yang menyerang perbedaan ras yang mereka miliki melalui media sosial dan internet.

Japan is known as a homogeneous country. Although in fact, Japan has a variety of different ethnicities. Haafu, is a term for children who have two ethnicities. Children who have two different races obtained from their parents. The difference appearance becomes a trendsetter and began to grace the entertainment industry. Many of them became public figure. However, owing to difference, they often get discriminated even in their job as public figure. Because of it, this research will discuss about nihonjin discrimination of haafu in the profession as a public figure. This is a qualitative analysis descriptive research method with processes library data. Based on the elaboration of discrimination cases experienced by Miyamoto, Yoshikawa and Nakagawa, the results of the study show that discrimination still occurs to haafu public figure in Japan in the form of harsh words that attack the racial differences they have through social media and the internet."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Dwi Ertato
"Tulisan ini membahas novel karya Ferdinand Wiggers yang berjudul Tjerita Njai Isah; Barang jang soenggoe soedah kedjadian di Bagelen (1904-1905) yang mengisahkan kehidupan percintaan antar-ras di era kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19. Kisah percintaan tersebut mencakup kisah percintaan antara laki-laki Eropa dengan perempuan pribumi (pernyaian), perempuan Eropa dengan laki-laki pribumi, dan laki-laki Indo dengan perempuan pribumi. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis dan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui hubungan konteks dunia kolonial dengan novel Njai Isah. Hasil penelitian membuktikan bahwa Ferdinand Wiggers merupakan penulis produktif pada masa awal kesusastraan modern Indonesia dan novel Njai Isah merupakan tanggapan terhadap dunia kolonial terutama kehidupan kolonial yang berkaitan dengan wacana pernikahan dan ras.

This thesis discusses a novel by Ferdinand Wiggers entitled "Tjerita Nyai Isah; Barang jang soenggoe soedah kedjadian di Bagelen (1904-1905)" which depicts the lives of an interracial romance in the Dutch East Indies colonial era in the 19th century. Love story includes romance between European men with native women (pernyaian), European women with native men, and Eurasian Man with a native girl. The research was done using descriptive and analytical approach to the sociology of literature. Sociology of literature approach used to determine the relationship with the colonial world context on novel "Njai Isah". The research proves that Ferdinand Wiggers is a prolific writer of the early modern Indonesian literature and novels Njai Isah is a response to the colonial life, especially relating to marriage and racial discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmasatiti Laksmi Paramastri
"Ras campuran Jepang adalah salah satu kelompok minoritas dalam masyarakat Jepang. Terhitung sampai tahun 2013, sekitar 1 dari 49 bayi yang lahir di Jepang merupakan ras campuran Jepang. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat Jepang masih menganggap Jepang adalah negara dengan masyarakat homogen yang hanya memiliki satu etnis. Hal ini menyebabkan ras campuran Jepang kerap dipandang sebagai orang asing. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan identitas ras campuran Jepang di masa sekarang dengan menganalisis subjek-subjek dalam film dokumenter Hāfu: The Mixed-Race Experience in Japan (2013) yang disutradarai oleh Megumi Nishikura dan Lara Perez Takagi. Penelitian ini menggunakan konsep Hybrid Identity milik Laurel D. Kamada. Analisis dijabarkan secara deskriptif dengan melihat cuplikan keseharian para subjek ras campuran Jepang dan wawancara yang diliput dalam film dokumenter tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga aspek Hybrid Identity yang ditemukan dalam film dokumenter, yaitu identitas yang dibentuk dari perbedaan, identitas yang dibentuk dari percampuran, dan identitas yang dapat berubah.

Mixed-race Japanese is one of the minority groups in Japanese society. As of 2013, around one in 49 babies born in Japan are of mixed heritage. However, majority of Japanese people still consider Japan a country of homogeneous society that only has one ethnicity. Because of this, mixed-race Japanese often being viewed as foreigners. The objective of this research is to explain the identity of present-day mixed-race Japanese by analyzing the subjects of the documentary film Hāfu: The Mixed-Race Experience in Japan (2013), directed by Megumi Nishikura and Lara Perez Takagi. Laurel D. Kamada`s concept of Hybrid Identity is used to answer the objective. The analysis is explained descriptively by examining the daily life footage of the documentary film subjects and interviews covered in the documentary. The findings of this research showed that there are three aspects of the Hybrid Identity found in this documentary: identity shaped by differences, identity shaped by mixing, and identity that can change
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Gita Hardianto
"Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang homogen. Homogenitas masyarakat Jepang menimbulkan xenofobia yang menyebabkan diskriminasi terhadap ras asing. Hafu sebagai salah satu ras asing di Jepang tidak terlepas dari perlakuan diskriminasi. Diskriminasi terhadap hafu khususnya tokoh anak dapat dilihat dalam sebuah film pendek karya Emmanuel Osei-Kuffour, Jr yang berjudul Umaretsuki. Masalah penelitian yang diangkat adalah bagaimana konsep uchi-soto bekerja dalam tindakan diskriminasi terhadap tokoh hafu di dalam film pendek Umaretsuki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana konsep uchi-soto bekerja dalam tindakan diskriminasi terhadap tokoh hafu dalam film pendek Umaretsuki. Penelitian ini menggunakan teori diskriminasi Theodorson & Theodorson dengan konsep uchi-soto untuk melihat pembatas antara pihak uchi dan soto. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pembatas antara pihak uchi dan soto dalam film pendek Umaretsuki diperlihatkan dari tiga aspek yaitu perbedaan penampilan fisik, perlakuan dari pihak uchi terhadap pihak soto, dan stigma masyarakat terhadap pihak soto.

Japanese society is a homogeneous society. The homogeneity of Japanese society creates xenophobia which causes racial discrimination against foreigners. Hafu as one of the foreign races in Japan can not be separated from discrimination. Discrimination against hafu, especially children’s character can be seen in a short film works from Emmanuel Osei-Kuffour, Jr titled Umaretsuki. The problem that will be discussed in this research is how the uchi-soto concept works in acts of discrimination against hafu in the short film Umaretsuki. The purpose of this research is to explain how the uchi-soto concept creates a barrier between uchi and soto, causing discrimination against hafu in the short film Umaretsuki. This research applies Theodorson & Theodorson’s discrimination as a theory and uchi-soto concept to see the barrier between uchi and soto. The result of this research is the barrier between uchi and soto in Umaretsuki shown from three aspects, differences in physical appearance, treatment from uchi to soto, and stigma towards soto."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Buck, Pearl Sydenstricker, 1892-1973
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2016
813.52 BUC p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London : Pluto Press, 2001
305.8 RET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abingdon: Routledge, an imprint of the Taylor &​ Francis Group, 2018
305.805 MAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Paramitha Utami Widhiana
"[ABSTRAK
Penelitian ini untuk menganalisa tentang Orientalisme, pertukaran budaya, dan isu feminisme di dalam pencarian identitas seseorang. Diangkat dari sebuah novel berjudul The Woman Warrior yang ditulis oleh Maxine Hong Kingston. Novel ini bercerita tentang seorang gadis Tionghoa yang hidup di Amerika dan mengalami kebingungan akan identitas dirinya. Teori yang digunakan meliputi sejarah, sosiologi, dan feminisme. Teori-teori tersebut berkaitan dengan topik yang diangkat dalam penulisan ini, yaitu menganalisa kehidupan seorang gadis dalam konteks sejarah dan budaya Cina dan Amerika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kingston terus menerus dilanda kebingungan akan identitasnya, Tionghoa atau Amerika. Ibunya meminta Kingston untuk menjaga tradisi Tionghoa yang sudah diwariskan kepadanya, tetapi lingkungan sosialnya memaksa Kingston untuk beradaptasi. Ilustrasi ini menggambarkan kesulitan mencari jalan tengah untuk kedua budaya yang jauh berbeda dan pengaruh masa lalu ke perkembangan gender dan identitas etnis.

ABSTRACT
This study is to analyze the Orientalism, cross cultural and feminine issues in order to find someone?s identity in The Woman Warrior, a novel written by Maxine Hong Kingston, since this novel talks about a Chinese girl who lives in America and is confused about her identity. The theoretical approach will be historical, sociological and feminist theories because they are related to the study which is to analyze a woman's life in the historical and cultural context of Chinese - American society. The result shows that Kingston is still confused to which identity she belongs to, Chinese or American. Her mother asks her to keep her Chinese tradition culture. On the other hand, her society pushes her to adapt the American culture. The narratives illustrate the impossible task of negotiating two different cultures and finding a balance to construct gender and ethnic identity. Finally, in all of narratives a similar thread reappears in the form of the past and its influence on the progression of their gender and ethnic identities.;This study is to analyze the Orientalism, cross cultural and feminine issues in order to find someone?s identity in The Woman Warrior, a novel written by Maxine Hong Kingston, since this novel talks about a Chinese girl who lives in America and is confused about her identity. The theoretical approach will be historical, sociological and feminist theories because they are related to the study which is to analyze a woman's life in the historical and cultural context of Chinese - American society. The result shows that Kingston is still confused to which identity she belongs to, Chinese or American. Her mother asks her to keep her Chinese tradition culture. On the other hand, her society pushes her to adapt the American culture. The narratives illustrate the impossible task of negotiating two different cultures and finding a balance to construct gender and ethnic identity. Finally, in all of narratives a similar thread reappears in the form of the past and its influence on the progression of their gender and ethnic identities., This study is to analyze the Orientalism, cross cultural and feminine issues in order to find someone’s identity in The Woman Warrior, a novel written by Maxine Hong Kingston, since this novel talks about a Chinese girl who lives in America and is confused about her identity. The theoretical approach will be historical, sociological and feminist theories because they are related to the study which is to analyze a woman's life in the historical and cultural context of Chinese - American society. The result shows that Kingston is still confused to which identity she belongs to, Chinese or American. Her mother asks her to keep her Chinese tradition culture. On the other hand, her society pushes her to adapt the American culture. The narratives illustrate the impossible task of negotiating two different cultures and finding a balance to construct gender and ethnic identity. Finally, in all of narratives a similar thread reappears in the form of the past and its influence on the progression of their gender and ethnic identities.]"
2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ranindra Anandita
"ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai parenting self efficacy pada ibu yang melakukan perkawinan campuran dan memiliki anak toddler. Pengukuran parenting self efficacy dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Self Efficacy for Parenting tasks Index – Toddler Scale (SEPTI-TS) dari Coleman (1998) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Jumlah partisipan dalam penelitian ini ialah sebanyak 41 orang dengan kriteria yaitu ibu Indonesia yang menikah dengan warga negara asing dan memiliki anak toddler (12-36 bulan). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar partisipan memiliki penilaian yang positif terhadap kemampuannya dalam menjalankan tugas parenting. Kemudian apabila dilihat berdasarkan domain yang ada pada alat ukur SEPTI-TS, diketahui bahwa partisipan memiliki skor rata-rata tertinggi pada domain teaching dan skor rata-rata terendah pada domain discipline


ABSTRACT

The study was conducted to gain the description about parenting self efficacy among mother who do mixed marriages who have a toddler; and want to know which domain has the highest and the lowest parenting self efficacy. Measurement of parenting selfefficacy performed quantitatively using Self Efficacy for Parenting Tasks Index - Toddler Scale (SEPTI-TS) from Coleman (1998) that has been adapted into Bahasa Indonesia. The number of participants in this study is 41 Indonesian mothers who is married to foreign nationals and have a toddler (12-36 months). The results showed that most of the participants have positive evaluation of the ability to perform tasks of parenting. The result also showed that participants get the highest average score in the domain of teaching and lowest average scores on the domain discipline.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>