Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208309 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Estee Fina Pleyto
"Dalam bekerja, para pekerja seks biasanya membangun tembok yang menghalangi atau membatasi antara dirinya yang sebenarnya (real self) dengan dirinya pada saat mereka melayani para pria yang menjadi konsumennya. Barry (1995) menyebutnya sebagai disengangement, di mana pekerja seks membangun suatu jarak emosional dengan dirinya sendiri. Pheterson (1996) menyebut gejala ini sebagai detachment (ketidakterlibatan). Salah satu komponen utama yang digunakan untuk mengembangkan definisi pelacuran atau prostitusi adalah adanya ketidakacuhan emosional.
Konsep serupa dikemukakan oleh Seeman (dalam Mirowsky & Ross, 1989) sebagai self-estrangement, yaitu perasaan individu bahwa dirinya terpisah dari pikiran, perilaku, dan pengalamannya sendiri karena berada di bawah kontrol orang lain. Maddi dkk. (1979) menyebut gejala serupa sebagai vegetativeness, yaitu ketidakmampuan individu untuk memberikan makna pada pekerjaannya. Sikap yang terkait dengan vegetativeness adalah sikap apatis dan tidak perduli. Self-estrangement atau vegetativeness merupakan salah satu dimensi/bagian atau jenis dari alienasi, sebuah tema yang akan dibahas dalam penelitian ini. Maddi juga menemukan bahwa alienasi berkorelasi negatif secara signifikan terhadap makna hidup. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran alienasi dan makna hidup pada pekerja seks.
Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Alienasi (oleh Maddi dkk.,1979) dan Skala Makna Hidup (oleh Crumbaugh & Macholick) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Komalasari (1995). Selain itu peneliti juga membuat pedoman wawancara terstandar yang terbuka untuk mendapatkan data kualitatif.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa secara umum para pekerja seks di PSBKW Harapan Mulya Kedoya teralienasi dari kehidupannya. Para pekerja seks tersebut terpisah dan menjadi asing (alienated) dari pekerjaan, dari diri mereka sendiri, dari masyarakat (institusi sosial), dari hubungan interpersonal, serta dari keluarga mereka. Seluruh dimensi alienasi dihayati oleh para pekerja seks dalam seluruh area alienasi, dengan penghayatan paling signifikan adalah penghayatan powerlessness, diikuti oleh penghayatan nihilism, vegetativeness, dan terakhir penghayatan adventurousness. Alienasi dari hubungan interpersonal terkait erat dengan alineasi dari institusi sosial dan alienasi dari diri sendiri. Riga ditemukan bahwa alienasi dari hubungan interpersonal tidak sating terkait dengan alienasi dari keluarga. Selain itu, para pekerja seks di PSBKW Harapan Mulya Kedoya yang teralineasi belum tentu tidak rnemiliki penghayatan terhadap makna atau tujuan hidupnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasni Triana Putri
"ABSTRAK
Meningkatnya mobilitas ulang alik yang dilakukan masyarakat untuk beraktifitasmengakibatkan peningkatan penggunaan KRL commuter line. Masyarakat Bodetabekyang melakukan perjalanan untuk tujuan bekerja pada tahun 2014 sebesar 79,28 .Secara umum terjadi peningkatan jumlah penumpang KRL commuter lineJabodetabek sebesar 13,80 setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuikualitas hidup pengguna KRL commuter line dan faktor-faktor apa saja yangmempengaruhinya. Penelitian ini ingin mengukur kualitas hidup pada pengguna KRLcommuter line di stasiun Depok untuk tujuan bekerja di Jakarta dengan menggunakaninstrument WHOQOL-BREF. Wilayah penelitian berada di stasiun Depok, desainstudi penelitian adalah potong lintang cross-sectional , data yang digunakan adalahdata primer dimana penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017. Sampel penelitianyang digunakan adalah 113 orang berdasarkan perhitungan besar sampel. Diketahuihasil dari penelitian ini kualitas hidup pengguna KRL commuter line untuk tujuanbekerja di stasiun Depok memiliki kualitas hidup baik sebesar 61,9 . Faktor yangmempengaruhi kualitas hidup pengguna KRL commuter line adalah ketidaknyamananfisik dan psikologis. Sedangkan pengguna KRL commuter line yang mempunyaikualitas hidup yang baik adalah usia lebih tua, berstatus belum menikah, tidakmempunyai anak usia < 12 tahun, menggunakan KRL commuter line 2-4x dalamseminggu, dan mempunyai tingkat ketidaknyamanan fisik dan psikologis yangrendah.

ABSTRACT
Increased mobility of the shuttle to the community resulted in increased use of KRLcommuter line. Bodetabek people who travel for the purpose of working in 2014amounted to 79.28 . In general, the number of Jabodetabek KRL commuter lineusers increased by 13.80 per year. The purpose of this research is to know thequality of life of KRL commuter line users and what factors influence it. This reseachwanted to measure the quality of life of KRL commuter line users at Depok stationfor the purpose of working in Jakarta using the WHOQOL BREF instrument. Theresearch area was in Depok station, The research used design cross sectional study,the data used were primary data where the research was conducted in March 2017.The research sample used is 113 people based on the calculation of the sample size.The result of this research the quality of life of KRL commuter line users for thepurpose of working in Depok station has a good quality of life of 61,9 . Factors thataffect the quality of life of KRL commuter line users are physical and psychologicaldiscomfort. While KRL commuter line users who have good quality of life are older,unmarried, have no children "
2017
T47593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Aryant
"Hemodialisis dapat menimbulkan efek samping pada sistem tubuh, salah satunya adalah kelemahan otot yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik akan mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup pasien hemodialisis. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel pasien menjalani hemodialisis rutin sebanyak 104 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup (p value = 0,659). Walaupun demikian aktivitas fisik mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien hemodialisis. Sehingga hasil ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat yaitu pentingnya mengkaji aktivitas fisikdan kualitas hidup pasien hemodialisis sebagai bagian dari intervensi keperawatan.

Hemodialysis may have side effect of muscle weakness that affects on daily activities of hemodialysis patients. Physical activity influences the quality of life of hemodialysis patients. This study aims to explore the relationship between physical activity and quality of life in hemodialysis patients. Design research used descriptive correlation with cross sectional approach, recruited 104 samples of hemodialysis patients. The result showed that there was no relationship between physical activity and quality of life (p value = 0,659). It has been realized that physical activity has important contribution for quality of life of hemodialysis patients. Therefore, nurses should perform assessment related to physical activity and quality of life in hemodialysis patients as a part of intervention to the patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidiina Munir Sjamsoeddin
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sumbangan empat bentuk dukungan sosial (dukungan informasi, dukungan praktis, dukungan harga diri, dan dukungan belonging) terhadap kepuasan pada masa pensiun serta melihat apakah ada perbedaan bentuk dukungan sosial terhadap kepuasan hidup pada orang yang pensiun pada usia dewasa madya dengan orang yang pensiun pada usia dewasa akhir.
Subyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 56-64 tahun yang dikelompokkan sebagai tahapan usia dewasa madya dan 65 tahun keatas sebagai dewasa akhir.
Hasil analisis regresi menemukan bahwa ke empat variabel dukungan sosial secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 46.7% terhadap kepuasan hidup para pensiunan. Selain itu ditemukan bahwa secara signifikan dukungan harga diri memberikan sumbangan yang terbesar ditunjukkan oleh hasil analisis simple regresi sebesar 28.1%. Perbedaan bentuk dukungan sosial ditemukan antara orang yang pensiun pada usia dewasa madya dengan orang yang pensiun pada usia dewasa akhir. Dukungan belonging memberikan sumbangan yang terbesar terhadap kepuasan hidup pada pensiunan dewasa madya sedangkan dukungan harga diri memberikan sumbangan yang terbesar terhadap kepuasan hidup pada pensiunan dewasa akhir.
Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk menambahkan jumlah subyek dan melakukan kontrol yang lebih ketat terhadap variabelvariabel yang kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan hidup. Selain itu perlu juga ditambahkan faktor lain untuk melihat pengaruhnya terhadap kepuasan hidup. Untuk praktisnya, disarankan bagi mereka yang hidup berdampingan dengan pensiunan untuk dapat lebih memahami kondisi yang dialami para pensiunan dan dapat memberikan bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan mereka sehingga mereka dapat tetap merasakan kepuasan dan menikmati masa tua mereka."
2007
T17833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Fajar M. Nofitri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas hidup penduduk dewasa pada lima wilayah di Jakarta. Responden penelitian adalah 255 orang penduduk dewasa yang tinggal di Jakarta dengan rentang usia 18 hingga 55 tahun. Peneliti menggunakan alat ukur SEIQoL-DW yang telah diadaptasi. Hasil penghitungan statistik deskriptif mendapatkan mean skor global quality of life sebesar 77,12 (dari rentang 1-100), menandakan bahwa sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta memiliki kualitas hidup yang baik. Selain itu, ditemukan lima aspek kehidupan paling penting bagi sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu aspek keluarga, aspek spiritual/ agama, aspek kesehatan, aspek keuangan/ ekonomi, dan aspek hubungan sosial.

The purpose of this study is to descript the quality of life among adult citizen in five area of Jakarta. The participants of this research are 255 adult citizen who live in Jakarta, with age ranging from 18 to 55 years old. The instrument used in this study is adapted SEIQoL-DW. Descriptive statistic computation resulting a global quality of life mean score 77,12, indicating that most of adult citizen in Jakarta have a good quality of life. Meanwhile, the five most important life aspects according to adult citizen in Jakarta are family aspect, spirituality/ religion aspect, health aspect, monetary/ economic aspect, and social relationship aspect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.92 NOF g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edesia Sekarwiri
"Penelitian ini berusaha untuk melihat hubungan antara kualitas hidup dan sense of community pada penduduk DKI Jakarta yang tinggal di daerah rawan banjir. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif dengan desain korelasional (correlational research design). Sampel dari penelitian ini adalah 128 warga yang tinggal di Bidaracina dan Kampung Melayu. Penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur yaitu World Health Organization Quality of Life (WHOQOL - BREF) yang dikembangkan oleh WHO dan Sense of Community Index (SCI) yang dikembangkan dari teori sense of community yang dibuat oleh McMillan dan Chavis (1986). Hasil yang di dapat adalah dimensi yang paling mempengaruhi kualitas hidup adalah dimensi kesehatan fisik. Selain itu, juga didapat bahwa rata - rata subjek memiliki sense of community yang tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi antara skor dimensi kualitas hidup dan skor dimensi sense of community, terlihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dan sense of community, dengan r = 0,174 - 0,283 pada level 0,05 dan 0,01 pada warga yang tinggal di daerah rawan banjir. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dan sense of community. Saran bagi penelitian lanjutan adalah dengan melakukan analisa faktor untuk mengetahui lebih lanjut hubungan kualitas hidup dan sense of community.

This research explored relationships between quality of life and sense of community of people who lives in flooding area in Jakarta, Indonesia. This was a quantitave research and used a correlational research design. The participant of this research were 128 people. This research used two instrument which are World Health Organization Quality of Life (WHOQOL - BREF) from WHO and Sense of Community Index (SCI) that developed from sense of community's by McMillan and Chavis (1986). This research found that the most influential dimension in quality of life is physical. Beside that, we also found that subjek on average have a high sense of community. Based on result of correlational test between score dimension quality of life and dimension sense of community indicates that significant correlation between quality of life and sense of community, with r = 0,174 until 0, 283 and significant at l.o.s 0,005 and 0,001. So, there is a positive correlation between quality of life and sense of community. It is suggested that future researches use factor analysis to explore further about the relationship between quality of life and sense of community.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
362.2 SEK h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Tannudjaja
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kualitas hidup dan perceived social support dari penumpang dan lawan bicara di telepon pada pengemudi yang melakukan komuter ke Jakarta setiap hari kerja. Dalam penelitian ini, 43 partisipan yang tinggal di Tangerang dan mengemudi ke Jakarta melalui tol Karang Tengah mengisi alat ukur WHOQOL-BREF dan Social Provisions Scale (SPS).
Dari penelitian, ditemukan bahwa seluruh domain dari kualitas hidup memiliki korelasi yang positif dengan perceived social support. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas hidup maupun perceived social support antara pengemudi yang didampingi penumpang dan pengemudi yang berbicara dengan orang lain melalui telepon.

The study was conducted to establish the relationship between quality of life and perceived social support from passenger and telephone conversation partner in drivers who commute to Jakarta on work days. A total of 43 participants, who lived in Tangerang and drove to Jakarta through Karang Tengah tollway, completed the WHOQOL-BREF and the SPS.
The study found that all quality of life domains were positively correlated with perceived social support. However, there was no significant difference in quality of life and in perceived social support between drivers who were accompanied by passenger and those who talked to telephone conversation partner.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Sofiani
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan suatu sindroma klinis kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang berlangsung lama. Salah satu komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi adalah neuropati dimana pada tahap lanjut dapat dilakukan tindakan amputasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran analisis hubungan karakteristik dan budaya pasien Diabetes Mellitus ( DM ) yang mengalami amputasi kaki dengan kualitas hidup. Pada penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan croossectiona. Jumlah responden 76 pasien di wilayah DKI Jakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik pasien DM yang mengalami amputasi kaki (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, lama menderita DM, lama mengalami amputasi, jenis amputasi dan komplikasi lain yang diderita pasien) dan faktor budaya (rasa optimis dalam mengendalikan gula darah dan suku bangsa), sedangkan variabel dependen adalah kualitas hidup. Analisis bivariat menggunakan ANOVA dan Chi Square dengan alfa (< 0.05) menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup (p value 0.019) dan ada hubungan jenis amputasi dengan kualitas hidup (p value 0.0005). Pada analisis regresi logistic ganda didapatkan 2 variabel yang berpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu tingkat pendidikan dan jenis amputasi. Pasien DM yang mengalami amputasi kaki yang berpendidikan tinggi memiliki kualitas hidup 23 kali lebih baik dibandingkan pasien DM yang mengalami amputasi kaki yang berpendidikan rendah setelah dikontrol variabel jenis kelamin, jenis amputasi, rasa optimis dan komplikasi dan pasien DM yang mengalami amputasi kaki dibawah mata kaki memiliki kualitas hidup 602 kali lebih baik dibandingkan pasien DM yang mengalami amputasi kaki diatas mata kaki setelah dikontrol variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan, rasa optimis dan komplikasi. Saran pada penelitian ini adalah perawat perlu senantiasa melakukan deteksi dini terhadap kondisi kaki pasien DM dan selalu memotivasi pasien agar selalu melakukan perawatan kaki dengan rutin.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a clinical syndrome of metabolism disorder, which is signed by a prolonged hyperglycemic. DM could lead to a chronicle complication called neuropathy, whereas in a further phase, amputation will be the last action need to be taken. This research was conducted to get analytical pictures of relation between characteristics and culture of patient with diabetic foot amputation with their quality of life. With correlation descriptive design, this research involving 76 respondents of patient in DKI Jakarta. Independent variables in this research are characteristics of patient with diabetic foot amputation(age, education level, gender, how long have they been living with DM, how long have they been living with foot amputation, type of amputation, and other complication that the patients have) and factor of culture (optimisms in controlling glucose level in blood and race). The independents variable was the quality of life. Bivariat analysis using ANOVA and Chi Square with alpha (<0.05) had showed that there ware a correlation between level of education and the quality of life (p value 0.019) and a correlation between type of amputation and the quality of life (p value 0.0005). Logistics regression analysis showed that two dominant factor to the quality of life there are type amputation and education level. Patient with diabetic foot amputation with higher education level have quality of life 23 times better than the patient with diabetic foot amputation with a lower education level after controlled with variable of gender, type of amputation, optimism and complication. Patient with DM that had amputation below their ankle have 602 times better quality of life than they who had amputation over their ankle after controlled with variable of gender, type of amputation, optimism and complication. Hopefully, this research will inspire nurses for advice the patient to a routine treatment for their foot and early detection complication."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Budi
"Asma adalah penyakit kronik yang mempengaruhi fisik, emosi dan sosial. Pasien asma dapat terganggu kualitas hidupnya akibat keluhan-keluhan yang dirasakan, oleh karena itu tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu penatalaksanaan yang tepat ialah dengan melakukan senam asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas senam asma dengan kualitas hidup pasien asma di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian crossectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 73 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposif sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,362), tidak ada perbedaan nilai kualitas hidup dengan usia (p=0.764), tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat asma dalam keluarga dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,658), tidak ada hubungan yang bermakna antara pengobatan dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,577) dan ada hubungan yang bermakna antara kualitas senam asma dengan kualitas hidup pasien asma (p=0,022).
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan perawat dapat merencanakan senam asma sebagai salah satu intervensi keperawatan pada program manajemen asma di rumah sakit dengan memperhatikan aspek keteraturan senam dan pelaksanaan sosialisasi dalam senam asma tersebut serta melaksanakan perannya sebagai edukator, motivator dan patien manager dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma. Kepada penelitian selanjutnya perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien asma.

Asthma is a chronic disease that influence physical, emotional and social function of the patient. The Quality of life would be influenced by the symptoms occured. Therefore, the purpose of asthma care is to maintain and improve the quality of life of the asthmatic patient in order to improve patients’s ability in performing their activity daily living by performing asthma physical exercise as one of modality therapy. This study aimed to examine relationship between quality of the asthma physical exercise with quality of life in patients with asthma at RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. A crossectional design was used in this study. The total sample of 73 asthmatic patient were selected by purposive sampling method.
The result showed that there was no relationship between sex with quality of life (p=0,362), there was no relationship between age and quality of life (p=0.764), there was no relationship between asthma in the family with patient’s quality of life (p=0,658), and there was relationship between quality of asthma physical exercise with quality of life (p=0,022).
This study recommended the nurses to develop asthma physical exercise planning as a nursing intervention on asthma management at hospital and make emphasize on regularity of the asthma physical exercise and building social relationship. In addition, the nurses should do their role as educator, motivator and patient manager in taking care the patients. It is also recommended to further study to explore deeply about influencing factors of the quality of life of asthmatic patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wangke, Welson Marthen
"Pembangunan di Indonesia yang dilakukan tahap demi tahap berupaya merombak struktur ekonomi yang tidak seimbang yakni terlalu bercorak pertanian ke struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri.Setiap kegiatan pembangunan dapat memberi dampak, baik yang bersifat positif atau menguntungkan maupun yang bersifat negatif atau merugikan terhadap lingkungan hidup yang terdiri dari lingkungan hidup alam; lngkungan hidup buatan dan lingkungan hidup sosial.
Pembangunan industri membutuhkan tanah yang cukup luas, sedangkan tanah yang cocok untuk industri umumnya telah dikuasai dan diusahakan oleh masyarakat terutama untuk pertanian. Pulau jawa yang terpadat penduduknya di Indonesia, telah cukup banyak dibangun industri sehingga banyak pula tanah pertanian yang dialihkan menjadi tanah untuk industri. Peralihan tanah tersebut dapat memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat bekas pemilik tanah. Seluk-beluk kehidupan masyarakat bekas pemilik tanah tersebut hingga saat ini masih kurang diketahui, oleh sebab itu penelitian ini diadakan dengan mengevaluasi kualitas hidup masyarakat tersebut apakah baik atau buruk.
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah setelah tanah pertaniannya dialihkan menjadi tanah industri?; (2) Apakah ada perbedaan kualitas hidup antara masyarakat bekas pemilik tanah dengan masyarakat yang tidak mengalihkan tanahnya untuk industri (tetap sebagai petani)?; (3) Faktor--faktor apakah yang berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah?
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah dan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup tersebut.
Berdasarkan masalah penelitian, diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ada perbedaan kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah dengan masyarakat yang tidak mengalihkan tanah pertaniannya untuk industri (tetap sebagai petani); (2) Ada perbedaan kualitas hidup antara masyarakat bekas pemilik tanah Kawasan Industri Pulo Gadung dengan di Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi atau dengan kata lain faktor lokasi (pedesaan dan perkotaan) berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah; (3) Luas tanah yang dialihkan berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah atau dengan kata lain semakin luas tanah yang dialihkan, semakin baik kualitas hidupnya; (4) Cara penggunaan uang ganti rugi pembebasan tanah berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah, atau dengan kata lain jika uang ganti rugi lebih banyak digunakan untuk tujuan produktif kualitas hidup cenderung lebih baik.
Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu: (1) di Kawasan Industri Pulo Gadung dan sekitarnya yang bercirikan perkotaan; (2) di Kecamatan Tambun kabupaten Bekasi yang lebih bercirikan pedesaan. Pengambilan contoh responden dengan cara acak sistematik yaitu masing-masing sebesar 60 keluarga bekas pemilik tanah Kawasan Industri Pulo Gadung, 60 keluarga bekas pemilik tanah industri di Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi dan 80 keluarga petani di Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi sebagai kontrol. Data diperoleh dengan mengadakan wawancara yang berpedoman pada kuesioner terstruktur dan mengadakan pengamatan lapanoan. Data lain diperoleh dari berbagai instansi yang berkaitan dengan penelitian ini. Data kualitas hidup dianalisis secara deskripsi dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Chi- Square.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) Pembangunan industri telah memberi dampak positif atau menguntungkan bagi sebagian besar masyarakat bekas pemilik tanah. Kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah lebih banyak yang menjadi baik daripada menjadi buruk (2) Kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah lebih baik daripada masyarakat yang tidak mengalihkan tanah pertaniannya untuk industri (tetap sebagai petani); (3) Faktor lokasi peralihan tanah pertanian menjadi tanah industri tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah. Kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah baik yang berlokasi di perkotaan maupun yang di pedesaan tidak menunjukan perbedaan yang nyata; (4) Faktor luas tanah yang dialihkan berpengaruh nyata terhadap kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah. Semakin luas tanah yang dialihkan untuk industri, maka kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah cenderung makin baik; (5) Faktor cara penggunaan uang ganti rugi pembebasan tanah berpengaruh nyata terhadap kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah. Semakin besar penggunaan uang ganti rugi untuk tujuan produktif maka kualitas hidup makin baik.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah jika dilihat kualitas hidup masyarakat bekas pemilik tanah, maka adanya peralihan tanah-tanah pertanian menjadi kawasan industri tidak perlu dikhawatirkan karena pada umumnya masyarakat bekas pemilik tanah tersebut dapat memperoleh manfaat dari pembangunan industri. Dalam membina masyarakat bekas pemilik tanah maka yang terutama adalah ditujukan kepada bekas pemilik tanah sempit agar dapat menggunakan uang ganti rugi pembebasan tanah untuk tujuan produktif. Dilihat dari indikator kualitas hidup, faktor pendidikan perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan.

The national development of the Republic of Indonesia has been implemented continuously in order to restore the imbalance economic structure. Indonesia is known as an agriculture country, thus automatically its economic system is characterized agriculture oriented. In other side of development, Indonesia has been starting to build up the industrial world. In general, activities of development always bring about antagonistic consequences, advantageous and disadvantageous impacts. These impacts will effect natural, man-made and social environment of the lands, which suitable for industries generally have been utilized and owned by people especially for farming. Java as the largest populated island becomes the center of industrial activities, therefore many industries built. It means that more lands are needed in such a dense island. The lands, which have utilized for agriculture purposes for many years, are transformed into industrial areas. Such a process affects the people's life, especially those who are quite dependent on the agriculture land. The effects can be evaluated either good or not.
Questions arise in this research are: (1) how is the quality of life of ex landowners who?s their agriculture lands have been transformed into industrial land? ; (2) Is there any difference in quality of life between the community whose agriculture lands are transformed and are not transformed into industrial land? ; (3) What are factors affect the quality of life of ex landowners?
The purpose of this research is to find out the community quality of life whose the agriculture lands have been transformed into industrial land, and to find out factors that effect its.
The'-'hypotheses" put forward in this research, are (1) There is difference in quality of life between community ex land owners Pulo Gadung Industrial Estate and at Tambun Sub district Bekasi; (2) There is difference in the community quality of life of ex land owners and those whose agriculture lands are not transformed (remain as farmers) ; (3) Size of lands were transformed effect the community quality of life of ex land owners ; (4) The way to spend land compensation fund effects the quality of life of the ex land owners.
The research was carried out in Pulo Gadung Industrial Estate and surroundings. The area is urban. The second place is in Tambun Sub district-Bekasi is more rural. The samples were taken with systematic sampling, consisting of 60 respondents in Pula Gadung Industrial Areas and 60 respondents in Tambun location. And then BO respondents are farmers or those whose agriculture land are not transformed into industrial land. Data were gathered by means of guided questionnaires and field observations. The data of the community quality of life were analyzed as by descriptive and the hypotheses were tested by Chi-Square Test (X2).
The results of this research are (1) Development of industries have positive impact or beneficiary to most of ex landowners. The quality of life of ex landowners is improving rather: than decreasing. (2) The: quality of life of. Ex landowners are better than those whose lands are not transformed to industry (remain as farmers). (3) The location factor of land agriculture transform to industrial land has not significant effect to the quality of life of ex landowners. The quality of life ex urban and rural landowners are not significant different. (4) The size of land transform has significant effect to the quality of life of ex landowners. The wider size of agriculture land transformed to industrial land, the quality of life has a better trend. (5) The way to spend land compensation fund has significant effect to the community quality, quality of life.
Spending for productive goods has better impact to quality of life, than for consumptive goods. The implication of these results is: If we are concerned with the quality of life of ex landowners, transform of agriculture land to industry mostly has beneficiary. To those who have small size land, it is appropriate to guide them to utilize their money productively. The education factor as an indicator of quality of life must be taken into consideration to improve."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>