Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febbiyanti Satyabudhi
"Program televisi berkontribusi dalam memberikan penggambaran terkait segala aspek realitas mengenai suatu ruang. Pada program Indonesia Bagus Episode Kehidupan di Atas Rawa, semua penggambaran terkait kehidupan pada Rawa Paminggir didasarkan pada persepsi pembuat dan masyarakat dalam mempersepsikan Rawa Paminggir sebagai suatu entitas ruang menggunakan metode hermeneutika. Fokus dalam penelitian ini menggunakan konsep representational of space yang mana ruang dinyatakan sebagai sesuatu yang ‘dibayangkan’ hasil ciptaan kelompok dominan. Melalui konsep representational of space, sebuah media dalam bentuk program televisi dianggap mampu menciptakan suatu citra ruang yang terbentuk oleh persepsi atau bayangan dan imajinasi si pembuatnya.. Konteks besar penelitian ini adalah mata pencaharian masyarakat.
Hasil intepretasi dalam Program Indonesia Bagus Episode Kehidupan di Atas Rawa menghasilkan 6 nilai lanskap yang tersebar di tujuh tempat pada Desa Bararawa dan Desa Sapala. 6 nilai lanskap tersebut diantaranya nilai kebudayaan, nilai rekreasi, nilai sosial, nilai subsisten, nilai ekonomi, dan nilai lingkungan. Nilai kebudayaan tersebar di seluruh elemen intangible dan tangible. Nilai rekreasi dan nilai sosial muncul di elemen intangible seperti pacuan kerbau, dan sebagian elemen tangible yakni kalang & tempat penumbuk purun. Nilai subsisten tersebar di seluruh elemen vernakular. Nilai ekonomi muncul sebagian besar pada elemen vernakular seperti sungai & rawa, padang purun, dan hutan dan sebagian pada elemen tangible yakni kalang. Nilai lingkungan muncul pada sebagian elemen vernakular yakni padang purun, sungai & rawa serta hutan. Identitas Rawa Paminggir dalam konteks nilai lanskap dimaknai sebagai suatu tempat menyambung hidup yang sarat tradisi, unik dan menarik, memiliki sumber daya yang makmur, namun secara bersamaan juga terbatas karena sifatnya yang rentan.

Television program can contribute to create an image of the space. In Indonesia Bagus Program Episode Kehidupan di Atas Rawa. All the image of the space related Rawa Paminggir’s livelihood are formed through author’s perception and people’s perceptions in interpreting Rawa Paminggir as a spatial entity. This research examines how place identity produced through those perceptions use representation of space concept used hermeneutics methods. This research always based on context, which the big context is about livelihoods. Intepretation of the narrations on Indonesia Bagus produced 6 landscape values that spread on 7 segment places in Desa Bararawa and Desa Sapala. There are 6 landscape values, it consists cultural value, recreation value, social value, economic value, subsistent value, and cultural value. Cultural value is spread all over intangible and tangible elements. Recreation value and social value are appearing on intangible element such as kerbau rawa races, and tangible elements such as kalang dan tempat penumbuk purun. Subsistent value is spread on vernacular elements. Economic value appears on tangible element such as kalang and vernacular elements such as padang purun, forest, river, and swamp. Cultural value appears on vernacular element such as padang purun, river, swamp, and forst. The identity of Rawa Paminggir produced based on those values are place to live in, full of tradition, unique, interested, prosperous but at the same time limited because the susceptibility to environments.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Winosa
"Skripsi ini membahas Dramatisme yang ditunjukan Nazaruddin dalam kasus Suap Wisma Atlet pada program berita Metro Hari Ini periode Mei-Agustus 2011. Nazaruddin menunjukan berbagai aksi mulai dari menuding berbagai pihak, menolak panggilan KPK, sampai akhirnya diam.Nazaruddin menunjukan perubahan sikap setelah tertangkap. Semula Nazaruddin aktif menuding berbagai pihak. Namun setelah tertangkap, Nazaruddin hanya membisu dan seolah lupa atas ucapannya sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aksi Nazaruddin ditampilkan dalam program Metro Hari Ini dan bagaimana penerapan Imparsialitas media Metro TV. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif serta bersifat deskriptif. Penelitian Ini menggunakan metode analisis isi pentad dramtisme beserta kajian terhadap makna gerak tubuh dan ekspresi wajah. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan sikap yang ditunjukan Nazaruddin pasca penangkapan dirinya. Metro Hari Ini juga tidak sepenuhnya menerapkan Imparsialitas dalam pemberitaan Kasus Suap Wisma Atlet Nazaruddin yang mana seharusnya media memberikan proporsi akses dan penilaian yang sama terhadap narasumber.

This Undergraduated thesis discuss about dramatisme that is showen by Nazaruddin in Wisma Atlet Case on Metro Hari Ini Program. Nazaruddin show many action such as pointing people, rejecting KPK invitation and suddenly become silent. After has been cacthed, Nazaruddin no longer express any claim and suddenly just silent. This Undergraduated thesis has aim to know on how Nazaruddin’s Action is presented on Metro Hari Ini Program and to know on how Impartiallity was implemented by Metro TV. This Undergraduated thesis use constuctivist paradigm and qualitative approuch and descriptive and also use dramatism pentad content analysis, collaborated with non verbal analysis. Based on the reseach result, it is concluded that Nazaruddin’s attitude change after he was cacthed. Metro Hari Ini was not implementing impartiallity at all on Wisma Atlet Case News, which is should be give same access and proportion to news sources."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholas Pandu Djiwandono
"Ketatnya persaingan dalam industri sepeda motor di Indonesia berimbas pada persaingan iklan-iklan dari beraneka ragam merek sepeda motor. Tak terkecuali untuk iklan televisi. Persaingan dalam iklan tersebut kerap kali memunculkan persaingan yang tidak sehat dengan memunculkan iklan yang merendahkan produk pesaing. Tak hanya itu, kreativitas yang menjadi salah satu senjata utama dalam iklan juga tak jarang melewati batas-batas etika yang telah diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI), seperti penggunaan kata superlatif, menampilkan adegan yang berbahaya, dan unsur pornografi. Tulisan ini akan menganalisis delapan iklan sepeda motor, yaitu Yamaha MX King 150, Bajaj Pulsar, Suzuki Satria 150 FU Injeksi, Suzuki Nex, Kymco Jetmatic Free, TVC Rockz, TVS Apache RTR 160, dan Yamaha Jupiter MX 135. Kedelapan iklan sepeda motor tersebut menampilkan beberapa pelanggaran EPI. Sanksi pelanggaran EPI yang berupa sanksi etik nampaknya masih kurang diindahkan oleh para pengiklan. Oleh karena itu, untuk dapat menegakkan EPI perlu ditingkatkan koordinasi dan pengawasan untuk memperkuat MoU antara P3I dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang sudah ada sebelumnya untuk dapat memberikan sanksi yang dapat lebih membuat efek jera bagi para pengiklan yang melanggar dan mencegah kembali tayangnya iklan yang sudah diputuskan melanggar dan diberi peringatan.

Intense competition in the motorcycle industry in Indonesia impact on advertisements competition of diverse brands of motorcycles. No exception for television advertising. Competition in these ads often raises unfair competition by generating ads that disparage a competitor's product. Not only that, creativity is becoming one of the main weapons in the ad are also not infrequently pass ethical boundaries that have been set in Indonesia Advertisements Ethics (EPI), such as the use of superlatives, featuring dangerous scene, and pornography. This paper will analyze the eight motorcycles ads: Yamaha MX King 150, Bajaj Pulsar, Suzuki Satria FU 150 Injection, Suzuki Nex, Kymco Jetmatic Free, TVC RockZ, TVS Apache RTR 160, and Yamaha Jupiter MX 135. These eight motorcycle ads display multiple violations of EPI. Ethical sanctions for EPI’s offenders still seems to be ignored by advertisers. Therefore, to be able to enforce EPI needs to be improved coordination and supervision to strengthen the preexisting MoU between P3I with KPI (Indonesian Broadcasting Commission) so it can impose sanctions that could be making a deterrent effect for advertisers who abuse and prevent re-broadcast advertising that had been decided violate and given a warning."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Josiana Levyadi
"Peran sesama mahasiswa, seperti sikap positif terhadap Mahasiswa Berkebutuhan Khusus (MBK) merupakan faktor penting dalam pengembangan pendidikan inklusif. Sayangnya, belum banyak penelitian mengenai karakteristik individu yang mempengaruhi sikap terhadap MBK, seperti moral. Penelitian terdahulu juga menunjukkan hasil kontradiksi pada faktor jender. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara identitas moral dan sikap terhadap MBK beserta komponennya, serta perbedaan sikap terhadap MBK antara laki-laki dan perempuan. Partisipan merupakan 283 mahasiswa program sarjana (M=20,24 tahun, SD=1,24) yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Identitas moral diukur menggunakan Moral Identity Questionnaire dan sikap diukur menggunakan Multidimensional Attitudes Towards People with Disabilities. Hasil perhitungan pearson correlation menunjukkan terdapat hubungan positif antara identitas moral dengan sikap terhadap MBK (r=0,316, p<0,01), komponen afektif (r=0,218, p<0,01), kognitif (r=0,229, p<0,01), dan perilaku (r=0,285, p<0,01). Dapat dikatakan mahasiswa dengan tingkat identitas moral tinggi memiliki sikap lebih positif terhadap MBK daripada mahasiswa dengan tingkat identitas moral rendah, secara keseluruhan, komponen kognitif, afektif, dan perilaku (konatif). Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan mahasiswa perempuan (M=124,93, SD=16,20) memiliki sikap yang lebih positif daripada laki-laki (M=119,31, SD=18,13) dengan signifikansi 0,009 (p<0,01). Penelitian ini memberikan manfaat untuk pengembangan pendidikan inklusif di UI yang lebih baik lagi, berkaitan dengan peningkatan moral mahasiswa dan sikap mereka terhadap MBK.

The role of peers, such as positive attitude towards Students with Special Needs is important in developing inclusive education. Unfortunately, there has not been much research on individual characteristics that influence attitudes towards special need students, such as morals. Previous studies have also shown contradictory results on gender factors. The study was conducted to examine the relationship between moral identity and attitudes towards special need students, as well as the differences between men and women. Participants were 283 undergraduate students (M=20.24 years old, SD=1.24) who are studying at Universitas Indonesia. Moral identity was measured using Moral Identity Questionnaire and attitude was measured using Multidimensional Attitudes Towards People with Disabilities. Pearson correlation calculation showed that there is a positive relationship between moral identity and attitudes towards special need students (r=0.316, p<0.01), affective (r=0.218, p<0.01), cognitive (r=0.229, p<0 0.01), and behavior component (r=0.285, p<0.01). Students with high levels of moral identity have more positive attitudes towards students with special needs than those with lower levels. ANOVA calculation showed that female students (M=124.93, SD=16.20) had a more positive attitude than males (M=119.31, SD=18.13) with a significance of 0.009 (p<0.01). This research provides benefits for the development of inclusive education at UI, related to improving students' morale and their attitude towards students with special needs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Aprilia Puspitasari
"Suatu ruang sosial terbentuk karena adanya tindakan sosial secara individual maupun beramai-ramai. Tindakan sosial ini kemudian berkontribusi dalam pemberian makna pada suatu ruang spasial dengan konteks penghidupan dan pemberian warna pada ruang dengan aktivitasnya. Produksi ruang merupakan sebuah ruang sebagai produk sosial yang kompleks melalui persepsi lingkungan yang dibangun atas dasar jaringan dengan berbagai aktivitas sosial seperti hidup secara pribadi, pekerjaan, dan waktu yang luang (Lefebvre, 1991). Third place atau ruang ketiga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melepaskan stres, membuang rasa penat, atau mengalihkan pikiran-pikiran agar mental dan fisik terasa lebih segar dari sebelumnya. Dalam proses produksi ruang sosial sebagai ruang ketiga, terdapat pelaku dalam ruang yang mendominasi sebagai pembentuk ruang sehingga terdapat sebuah interaksi sosial di dalamnya. Kawasan Dukuh Atas sebagai tempat berlangsungnya fenomena ini merupakan kawasan perkantoran atau tempat melakukan transit transportasi umum yang dialihfungsikan oleh remaja-remaja pinggiran kota karena fasilitas penunjang yang mendukung aktivitas mereka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ruang baik secara spasial maupun sosial yang tercipta selama berlangsungnya Citayam Fashion Week dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ruang yang terbentuk mengakibatkan pergeseran guna ruang akibat pemanfaatan ruang yang baru tidak seperti sebelumnya. Ruang publik pada tempat berlangsungnya fenomena Citayam Fashion Week memenuhi karakteristik dari ruang ketiga.

A social space is formed because of social action individually or in groups. This social action then contributes to giving meaning to a spatial space with the context of life and giving color to space with its activities. Production of space is a space as a complex social product through the perception of the environment which is built on the basis of networks with various social activities such as private life, work, and leisure (Lefebvre, 1991). Third place is used as a place to release stress, get rid of fatigue, or divert thoughts so that mentally and physically feel fresher than before. With the production process of social space as a third space, there are actors in space who dominate as shapers of space so that there is a social interaction in it. The Dukuh Atas area as the place where this phenomenon takes place is an office area or a place for public transportation transit which is converted by suburban youth because of the supporting facilities that support their activities. Therefore, this study aims to determine the spatial and social formation process created during Citayam Fashion Week using qualitative research methods and using descriptive analysis. The results of the study show that the production of space that is formed results in a shift in the use of space due to the new use of space that is not like before. The public space where the Citayam Fashion Week phenomenon takes place fulfills the characteristics of the third space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Arya Rangga Pradipta, auahtor
"Penelitian ini mencoba memaparkan mengenai persepsi mahasiswa dan dosen tentang pendidikan etika profesi akuntansi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai perbedaan persepsi tentang pendidikan etika profesi akuntansi antara mahasiswa dan dosen. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan kuesioner. Kuesioner disebarkan kepada 134 dosen dan mahasiswa akuntansi di tiga universitas di Jakarta. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji beda (Independent samples t-test). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dan dosen, dosen menganggap pendidikan etika profesi akuntansi lebih penting dibandingkan mahasiswa.

This paper examines whether accounting stundents' perception on accounting ethics education are different from the perception of accounting lecturers. The purpose of this paper is to provide evidence about accounting students' and lecturers' perception on the importance of accounting ethics education. This study uses a survey instrument to elicit student and lecturer responses to various questions concerning accounting ethics education and analysed using Indepent-Samples T-Test. The results of this study conclude that there is a significant difference between students' and lecturers' perceptions about accounting ethics education, lecturers consider accounting ethics education more important than students."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Paska Lia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap representasi sosial yang dominan dan perubahan dari tahun ke tahun tentang disabilitas dalam pemberitaan di media Kompas.com dan Detik.com. Paradigma dalam penelitian ini adalah kritis dengan melihat tatanan bahasa dapat membangun ketidakseimbangan dan perbedaan kekuatan sosial. Penelitian ini menerapkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode penelitian corpus-assisted discourse study (CADS). Metode ini merupakan gabungan dari corpus linguistic dan analisis wacana kritis yang memanfaatkan data digital sebagai bagian dari jurnalisme data dengan analisis menggunakan perangkat lunak, serta mengelaborasikannya dengan analisis wacana kritis. Objek penelitian ini yaitu pemberitaan di Kompas.com dan Detik.com sejak 2004 hingga awal 2023 dengan kata kunci pencarian utama "disabilitas", "difabel", "cacat", dan "tuna". Hasil penelitian mengungkap terdapat empat representasi sosial yang dominan dalam pemberitaan tentang disabilitas. Pertama, disabilitas dipandang sebagai kelompok yang membebankan masyarakat dan pemerintah, sehingga layak memperoleh bantuan. Kedua, perempuan disabilitas sebagai kelompok yang terdiskriminasi (menjadi korban). Ketiga, representasi disabilitas supercrip dalam konteks paling dominan pada pemberitaan bertema olahraga, pendidikan, dan seni. Keempat, representasi sosial anak-anak dengan disabilitas sebagai kelompok lemah. Dari aspek diakronik, belum ada perubahan dalam representasi sosial disabilitas. Namun stigmatisasi dan stereotip disabilitas secara repetitif diberitakan oleh media dari tahun ke tahun.

This research aims to unveil the dominant social representations and their evolution over the years regarding disabilities in the reporting of Kompas.com and Detik.com. The paradigm employed in this research is critical, as it investigates how language structures can foster social imbalances and power disparities. The study utilizes both quantitative and qualitative approaches, employing the corpus-assisted discourse study (CADS) research method. CADS is an amalgamation of corpus linguistics and critical discourse analysis, leveraging digital data as part of data journalism and analyzed through software, while also subjecting it to critical discourse analysis. The research focuses on the reporting on Kompas.com and Detik.com from 2004 to early 2023, using keywords like "disabilities," "differently-abled," "disabled," and "handicap." The research findings reveal four dominant social representations in the reporting on disabilities. First, disabilities are perceived as a burden on both society and the government, thereby justifying the need for assistance. Second, women with disabilities are portrayed as a discriminated group (victims). Third, the supercrip representation of disabilities prevails in reports related to sports, education, and arts. Fourth, there is a social representation of disabled children as a vulnerable group. From a diachronic perspective, there have been no changes in the social representation of disabilities. However, media consistently reports stigmatization and perpetuates stereotypes of disabilities year after year."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabet Herlyani Bota Koten
"Latar belakang: Situasi global akan efek pandemic menuntut pelayanan keperawatan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi CCTV, sehingga perilaku caring perawat yang merupakan inti dari keperawatan harus digantikan dengan penggunaan teknologi CCTV yang menimbulkan persepsi pasien tentang perilaku caring perawat. Tujuan: mengetahui hubungan antara kompetensi teknologi penggunaan CCTV dengan perilaku caring perawat di ruangan isolasi COVID-19 menurut persepsi pasien COVID-19 di RSUP Fatmawati Jakarta. Metode: deskriptif korelasi, pendekatan cross sectional. Sampel 140 pasien COVID-19 diambil dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan: A:karakteristik pasien, B:Technological Competency as Caring in Nursing Inventory (TCCNI), dan C:The Caring Nurse-Patient Interactions Scale (CNPI-23P). Analisis meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: proporsi perawat yang kurang kompeten sebesar 51,4%. Perilaku caring perawat baik sebesar 52,1%. Ada hubungan yang bermakna antara kompetensi teknologi penggunaan CCTV (p value=0,001), pendidikan (p value=0,003), frekuensi dirawat (p Value=0,001) dengan perilaku caring perawat menurut persepsi pasien. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur (p value=0,067), jenis kelamin (p value=0,666), lama dirawat (p value=0,937) dengan perilaku caring perawat menurut persepsi pasien. Kesimpulan: Kompetensi teknologi penggunaan CCTV 31 kali mempengaruhi peningkatan perilaku caring perawat dibandingkan perawat yang kurang kompeten, tanpa dikontrol oleh faktor determinan. Rekomendasi: Membuat regulasi tentang penggunaan teknologi CCTV di ruangan isolasi COVID-19. Mengembangkan program pelatihan penggunaan teknologi CCTV berbasis caring.

Background: The global situation of pandemic effect demands nursing services optimize the utilization of CCTV technology, so caring nurse behavior that is the core of nursing should be replaced with the use of CCTV technology that gives rise to the patient's perception of caring nurse behavior. Objective: to know the relationship between the competence of CCTV technology and caring behavior of nurses in the isolation room of COVID-19 according to the perception of COVID-19 patients at RSUP Fatmawati Jakarta. Method: descriptive correlation, cross sectional approach. A sample of 140 COVID-19 patients was taken by purposive sampling method. Instruments used: A:patient characteristics, B:Technological Competency as Caring in Nursing Inventory (TCCNI), and C:The Caring Nurse-Patient Interactions Scale (CNPI-23P). Analysis includes univariate, bivariate and multivariate analysis. Results: The proportion of incompetent nurses was 51.4%. Caring nurse behavior was good at 52.1%. There is a meaningful relationship between the technological competence of using CCTV (p value=0.001), education (p value=0.003), frequency of treatment (p Value=0.001) with caring behavior of nurses according to patient perception. There is no meaningful relationship between age (p value=0.067), gender (p value=0.666), length of care (p value=0.937) with caring behavior of nurses according to patient perception. Conclusion: The competence of cctv technology use 31 times affects the improvement of caring behavior of nurses compared to incompetent nurses, without being controlled by determinant factors. Recommendation: Make regulations on the use of CCTV technology in COVID-19 isolation rooms. Develop training programs for the use of cctv technology based on caring."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candrika Putri Yuwono
"Arsip sebagai representasi identitas merupakan cerminan identitas budaya dari suatu organisasi maupun komunitas. Pada perkembangannya hingga saat ini, arsip terkait identitas mulai dilupakan dan lebih menekankan pada pengembangan arsip digital yang berkaitan dengan kegiatan audit suatu organisasi (manajemen arsip), dibandingkan preservasi konten arsip itu sendiri, khususnya arsip yang berkaitan dengan nilai budaya dan sejarah. Selain itu, adanya globalisasi pada era digital saat ini juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan (khususnya arsip) yang berdampak pada berkurangnya nilai jati diri bangsa terkait identitas. Pada tesis ini akan dijelaskan mengenai konsep representasi identitas berdasarkan objek penelitian yaitu arsip Riouw tahun 1819, dengan menggunakan analisis konten (Schreier) teks secara kualitatif yang kemudian dikaitkan dengan teori identitas budaya (Koentjaraningrat). Temuan yang didapat berdasarkan pada analisis konten, menunjukkan bahwa sebagian besar arsip Riouw merujuk pada tema politik dan hukum yang merupakan bagian dari sistem sosial dari identitas budaya masyarakat Riouw di masa tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis konten dapat dilakukan pada arsip sebagai deskripsi konten, tidak hanya secara fisik dan dapat menjadi acuan untuk memperkuat konsepsi identitas budaya pada bidang arsip, khususnya secara akademis serta sebagai pengembangan ilmu kearsipan secara konseptual.

Archive as a representation of identity is a reflection of the cultural identity of an organization or community. In its development to these days, archive related to identity have begun to be forgotten and emphasize more on developing digital archive related to an organization's audit activities (archive management), rather than preserving the archive content itself, especially related to historical and cultural value. In addition, the existence of globalization in the current digital era also affects various aspects of life (especially archive) which have an impact on reducing the value of national identity. This thesis will explain the concept of identity representation based on the research object, that is the archive of Riouw in 1819 using qualitative content analysis (Schreier) which is then linked to the theory of cultural identity (Koentjaraningrat). The findings obtained are based on content analysis, showing that most of the archive of Riouw refers to political and legal themes which are part of the social system of the Riouw’s people cultural identity at that time. This research shows that content analysis can be carried out on archive as a description of content, not only physically and can be a reference to strengthen the conception of cultural identity in the field of archive, especially academically and as a conceptual development of knowledge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vashti Trisawati Abhidana
"Dengan berkembangnya media teknologi yang pesat, kehidupan kaum muda di berbagai belahan dunia pun cenderung berubah. Di Indonesia, dengan semakin menjamurnya televisi swasta, profesi pembawa acara (presenter) atau pun video jockey (VJ) juga mulai berkembang pesat. Mereka juga mulai diterpa dengan dunia internet, yang membawa mereka berkelana ke belahan dunia lainnya. Teknologi seakan-akan menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji: Peran teknologi media dalam Budaya Kaum Muda Jakarta Selatan. Ide meneliti masalah ini karena penulis terinspirasi dengan berbagai tulisan kaum muda urban di berbagai media massa lokal maupun internasional, ulasan mengenai "Gaya Jalanan" (Street Style) di Amerika berdasarkan pengamatan dan penelitian oleh Janine Lopian-Misdom dan Joanne De Luca, serta pemildran Marshall McLuhan dalam memandang media dan masyarakat di era globalisasi.
Tujuan penelitian ini adalah, ingin mengetahui budaya kaum muda Jakarta Selatan, pandangan dan pecan teknologi media dalam kehidupan mereka, serta melihat prediksi gaga hidup kaum muda, yang diungkapkan oleh Janine Lopiano-Misdom dan Joanne De Luca telah ditemui pada budaya kaum muda Jakarta Selatan. Untuk kajian pustaka, peneliti mendasari pada pemikiran Marshall McLuhan mengenai "Global Village" dan "Understanding Media", Budaya Cyber, Budaya Populer dan Teknologi buah pikiran John Fiske, James Lull, John V. Pavlik, dan Derrick de Kerckhove, serta konsep Uses and Gratification yang dikemukakan oleh J.G Blumler dan E.Katz.
Metode penelitian dalah kualitatif dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan di Kafe Regal, Mal Pondok Indah. Satuan Analisis adalah kelompok. Sampel dilakukan secara purposif, yaitu I kelompok pertemanan yang datang ke cafe tersebut dan diajak berdiskusi. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan usia 17-25 tahun. Penelitian dilakukan dari Juni sampai dengan Agustus 2000.
Sejumlah pertanyaan didiskusikan dan peneliti mengelompokkannnya pada data: (I) Demografi: Jati diri, pendidikan, penghasilan dan pengeluaran; (2) Sifat kelompok , alasan berkelompok dan hal-hal yang menyatukan mereka dalam kelompok; (3) Dimensi Gaya Hidup sesuai klasifikasi yang dikemukakan David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta. Dalam riset ini, peneliti menambahkan konsep Cool & Funky yang didiskusikan bersama para responden. Hal ini dilakukan, karena kedua konsep ini cenderung telah menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Peneliti berhasil mengumpulkan 8 kelompok pertemanan, terdiri 5 ski 10 orang, dengan karakteristik sbb: (I) Kelompok Konservatif, (2) Kelompok Volta!, (3) Kelompok Felksibel, (4) Kelompok Aspirasi Barat, (5) Kelompok Orientasi Barat, (6) Kelompok Pecinta Alam, (7) Kelompok Eksperimental, dan (8) Kelompok Pecinta Musik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para kaum muda memiliki berbagai karakter individual di dalam I kelompok. Ada diantara kelompok yang diteliti memiliki kesamaan "alasan berkelompok", meskipun "sifat kelompok" mereka berbeda-beda. Opini mereka terhadap kaum muda adalah lebih terbuka, cepat dewasa, ekspresif dan lebih babas. Konsep Cool, menurut mereka adalah orang yang kepribadiannya cuek (acuh), gayanya enak dilihat, tampil apa adanya tanpa harus menarik perhatian orang. Sedangkan funky, lebih kepada penampilan yang aneh ataupun tidak seperti orang pada umumnya. Namun kedua konsep tersebut bagi mereka masih ada kerancuan satu sama lainnnya. Sebagian dari mereka memandang optimis terhadap masa depan dan sebagian lagi pesimis. Tantangan terberat adalah menjelang pasar terbuka dan masa depan negara.
Mereka cenderung mengikuti berbagai isu yang terjadi dalam masyarakat, balk itu sosial, politik, bisnis, ekonomi, budaya dan lingkungan. Media yang mereka pilih untuk mengetahui isu pertama kali bukanlah internet, seperti yang diharapkan peneliti. Untuk isu-isu tertentu seperti sosial, politik, budaya dan lingkungan, televisi menjadi pilihan pertama, namun kecil sekali dibandingkan media cetak. Namun apabila ingin mengetahui isu lebih lanjut, penggunaan internet meningkat, sedangkan televisi menurun. Alasan kuat mereka menggunakan internet karena tidak adanya keberpihakan, meskipun tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Media televisi menurut pendapat mereka cenderung mempengaruhi gaga hid up mereka terutama dalam penampilan dan Tara bicara. Televisi merupakan media yang mampu memberikan hiburan dan informasi. Strategi kaum muda dalam memilih acara televisi masih tetap strategi 'kedalaman', meskipun hanya sebagian saja. I kelompok kadangkala mencari Koran terlebih dahulu. 5 dari 8 kelompok yang diteliti menyatakan acara televisi belum memberikan kepuasan meskipun telah memenuhi kebutuhan mereka.
Penggunaan media internet cenderung masih dalam tahap awareness dan perannya untuk berkomunikasi/chatting dengan teman atau orang baru (hubungan personal) dan mendapatkan informasi terkini. Mereka yang memiliki minat tertentu, cenderung melakukan strategi terbatas, yaitu membuka situs yang diinginkan saja. Sedangkan Permainan video game bukanlah kebutuhan primer, tapi sepenuhnya memberikan kepuasan bila dapat memenangkan/menyelesaikan permainan dan memberikan hiburan (diversion) untuk meluar dari kegiatan sehari-hari mereka.
Dari ketiga teknologi media yang diteliti, televisi merupakan bagian dari kehidupan kaum muda yang tidak dapat dipisahkan, karena sejak kecil televisi menjadi "pengasuh" mereka. Sedangkan internet dan video game, mereka menganggap cenderung belum menjadi bagian kehidupan mereka. Bagi mereka, tidak berinternet atau main video game, kehidupan mereka sebagai anak muda tetap dapat dijalaninya.

The Role of Media Technology in Urban Youth Culture of South Jakarta - A Qualitative Study of Describing The Youth Culture at Pondok Indah Mall and The Relationship with The Media TechnologyWith the rapid development of technology media, the young generation's lifestyle tends to change throughout the world. Since the emergence of private television channels in Indonesia, new profession such as presenters or Video Jockey (VJs) have taken places in the hearts of the young generations. The Internet world also has exposed them to travel the world and have technology as a part of their lives.
This new phenomena have interest me to research: The Role of Media Technology in Youth Culture at South Jakarta. This idea also has been inspired by several articles about the urban youth culture in the local and international media, and "Street Culture" research by Janine Lopiano-Misdom and Joanne De Luca, and Marshall McLuhan's point of views about the media and society in the globalization era.
This research objective is to explore the urban youth culture at South Jakarta, their opinions and the role of media technology towards their lives, and to discover whether there any similar prediction the future youth culture in Jakarta based on Lopiano-Misdom's and Joanne De Luca's point of view. The literatures are based on Marshall McLuhan's standpoint of "Global Village" and "Understanding Media"; the Popular Culture and Technological views by John Fiske, James Lull, John V. Pavlik, and Derrick de Kerckhove, with the Uses and Gratification concepts by J.G. Blumler and E. Katz.
The research method is a qualitative study, by developing Focus Group Discussion at Kale Regal, Pondok Indah Mall. The analysis unit is by groups and the sampling is purposive by taking peer groups who hang-out in this cafe and conduct a full discussion. Each group consists of male and female, between the age from 17 to 25. The research has been held from June to August 2000.
Several questions had been divided into three types of data: (I) Demography: Biodata, education, income and expenditure; (2) Group personal traits, the reason to form a group and attributes which relate between them to be in a one group; (3) Lifestyle Dimension based on David L. Loudon's and Albert J. Della Bitta's indicators. In this research, I add the "Cool" and "Funky" concept. The reason I added this variable because these terms has becomes a part of their lives.
Researcher has managed to gather 8 groups and each group between was between 5 to 8 persons, with the characteristics as follow: (I) Conservative Group, (2) Outspoken Group, (3) Flexible Group, (4) Western Aspiration Group, (5) Western Orientation Group, (6) Nature Lovers Group, (7) Experimental Group, and (8) Music Lovers Group. Among Groups, there are several groups who have the same "reason to be in a group", although "their group's personal traits" are different.
Their opinions about themselves are: young generations are more outspoken and expressive, become mature before time, and more have freedom in a relationship. "Cool" means a person who likes to be him or herself without anything "artificial" personality. He or she has a 'style' that people love to see and be with this individual. He does not need any attention from others_ "Funky" means their looks are awkward, dare to be different but try to the grab people's attention. But they said sometimes they are confused to see the difference between cool and funky. About the future, some say with: Optimistic (37,5%) and pessimistic (37,5%) and the rest has mentioned it depends on this country's situation. They would like to be entrepreneurs in entertainment business, arts, set-up television stations, become film producers, or to be film stars themselves and models.
They tend to be interested in issues, such as social, politic, business, economy, cultural and environment. To become aware on the issues for the first time, they do not use internet. Especially for social, politics, culture and environment issues, they watch television but the percentage is under 50%. if they want to know the further more issues, they browse the internet or watch television. They said the news in the Internet is neutral, although they did not believe in it 100%.
Watching television tends to influence their lifestyle, especially in their looks and conversations. Television provides news and entertainment 4 groups still use "exhaustive" strategy to find TV shows and I group check the newspaper to find the show. Mostly of the groups said that TV shows have not satisfied them although it already provides their needs.
Browsing sites throughout the Internet tend to be in an awareness stage. The roles of browsing in the internees are for chatting with friends or discovering new friends (personal relationship) and get the latest information. If they have any specific interest, they use "restricted" strategy by only browsing limited sites. Playing video games is not a primary needs, but it gives them full satisfactory when they can win or finished the game; provide them some entertainment and filling in their spare times.
From researching three different media technologies, television cannot be separated from their every day life, because since their childhood television has became their baby-sitter. For internet and video games, they tend no to be their lifestyle. For the urban youth culture, living without Internet or video game is not a big deal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>