Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Holie Fransiska
"Prevalensi terjadinya Tuberkulosis (TB) paru meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi pasien (Diabetes Melitus) DM. TB dapat menyebabkan intolerasi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada penderita DM. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dan melakukan evaluasi terhadap masalah terkait obat serta memberikan reomendasi penyelesaian masalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan DM, TB, dan dispepsia. Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilakukan dengan mengumpulkan data pasien dari rekam medis kemudian menganalisis berdasarkan metode Hepler and Strand serta merekomendasikan penyelesaian masalah yang ditemukan. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa terdapat indikasi yang tidak diterapi yaitu DM dan anemia mikrositik tanpa terapi pengobatan farmakologi. Berdasarkan hasil analisis pemantauan terapi obat pada pasien, dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diterima hampir seluruhnya tepat indikasi. Selain itu, tidak terdapat interaksi obat dari obat-obat yang diresepkan. Namun, ditemukan indikasi yang tidak diterapi yaitu mual serta diabetes yang hanya diberikan terapi non farmakologi dengan diet, akan tetapi gula darah pasien sudah terkontrol, serta indikasi anemia mikrositik tanpa terapi.

The prevalence of pulmonary tuberculosis (TB) increases along with the increasing prevalence of DM (Diabetes Mellitus) patients. TB can cause glucose intolerance and worsen glycemic control in DM patients. The purpose of this study was to analyse and evaluate drug-related problems and provide recommendations for problem solving to improve the patients quality of life with DM, TB, and dyspepsia. Drug Therapy Monitoring (PTO) is carried out by collecting patient data from medical records, analysing it based on the Hepler and Strand methods, and recommending solutions to the problems found. Based on the results of the analysis, it was found that there were indications without therapy DM and microcytic anaemia without pharmacological treatment. Based on the results of the monitoring analysis of drug therapy in patients, it can be concluded that the treatment received was almost entirely indicated. In addition, there were no drug interactions with the prescribed drugs. However, indications were found that were not treated, namely nausea and diabetes, which were only given non-pharmacological therapy with diet, but the patient's blood sugar was controlled, as well as indications of microcytic anaemia without therapy"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Hasna Chalid
"Pemantauan terapi obat merupakan peran krusial apoteker dalam memastikan efektivitas, keamanan, dan rasionalitas penggunaan obat pasien, terutama untuk kasus multi-diagnosis. Laporan ini membahas pemantauan terapi pada pasien dengan tuberkulosis paru, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan diabetes mellitus di RSUD Tarakan. Pemantauan melibatkan analisis terapi, identifikasi masalah terkait obat, dan rekomendasi solusi. Ditemukan berbagai masalah, termasuk interaksi obat, efek samping, dan dosis yang tidak optimal. Pendekatan berbasis Hepler-Strand dan PCNE digunakan untuk menganalisis masalah. Rekomendasi berupa penyesuaian terapi, pemberian jeda konsumsi obat untuk mencegah interaksi, dan pemberian suplemen untuk meringankan efek samping, seperti neuropati perifer dan defisiensi vitamin. Hasil menunjukkan manfaat signifikan pemantauan terapi dalam mendukung keberhasilan terapi pasien dan mencegah komplikasi. Kesimpulan menegaskan pentingnya pemantauan berkelanjutan untuk memastikan pengobatan yang aman dan efektif, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

Therapeutic drug monitoring is a crucial role for pharmacists in ensuring the effectiveness, safety, and rationality of medication use, particularly in multi-diagnosis cases. This report discusses the therapeutic monitoring of a patient with pulmonary tuberculosis, hypertension, congestive heart failure, and diabetes mellitus at RSUD Tarakan. The monitoring process involved therapy analysis, identification of drug-related problems, and recommendation of solutions. Several issues were identified, including drug interactions, side effects, and suboptimal doses. The Hepler-Strand and PCNE frameworks were used for problem analysis. Recommendations included therapy adjustments, administration timing adjustments to prevent interactions, and supplementation to alleviate side effects such as peripheral neuropathy and vitamin deficiencies. Results highlighted the significant benefits of therapy monitoring in supporting therapeutic success and preventing complications. The findings emphasize the importance of continuous monitoring to ensure safe and effective treatment, thereby improving patient quality of life. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nusaiba
"Diabetes mellitus tipe 2 sering kali diikuti dengan komplikasi penyakit seperti hipertensi, gangguan kardiovakular dan gangguan pernafasan seperti bronkopneumonia. Pemantauan terapi obat yang tepat sangat penting untuk mengoptimalkan pengobatan dan mencegah kemungkinan terjadinya efek samping obat yang merugikan. Data diperoleh dari rekam medis dan kondisi pasien. Data yang dikumpulkan meliputi informasi status klinis pasien, riwayat pengobatan, dosis obat, dan parameter klinis seperti tanda vital dan hasil laboratorium. Hasil analisis data terapi obat pasien dan drug related problem pasien masih terdapat DRP tidak tepat dosis, yaitu obat yang diberikan kurang dari dosis yang dianjurkan yaitu primperan dan dosis berlebih dari yang dianjurkan yaitu omeprazole. Pemantauan terapi obat pada pasien diabetes mellitus tipe II dengan hipertensi dan bronkopneumonia masih perlu ditingkatkan, dengan cara meningkatkan pemantauan terapi obat yang lebih efektif, diharapkan pasien dapat mendapatkan manfaat yang maksimal dan terhindar dari risiko komplikasi yang serius.

Type 2 diabetes mellitus is often accompanied by complications such as hypertension, cardiovascular disorders, and respiratory disorders such as bronchopneumonia. Appropriate drug therapy monitoring is crucial to optimize treatment and prevent potential adverse drug effects. Data were obtained from medical records and patient conditions. The collected data included information on patients' clinical status, treatment history, drug doses, and clinical parameters such as vital signs and laboratory results. The analysis of patient drug therapy data and drug-related problems revealed inappropriate dosing-related issues, specifically underdosing of primperan and overdosing of omeprazole. Monitoring of drug therapy in patients with type 2 diabetes mellitus, hypertension, and bronchopneumonia needs improvement by enhancing more effective drug therapy monitoring. It is expected that with improved drug therapy monitoring, patients can obtain maximum benefits and avoid serious complications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Audrew Johnson Budianto
"Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan Global TB Report 2018, Indonesia mencatat 842.000 kasus TB baru pada tahun 2017, dengan kematian akibat TB mencapai 116.400. Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional. PTO meliputi evaluasi pemilihan obat, dosis, cara pemberian, respons terapi, Resolusi Outcome Terapi Obat (ROTD), serta merekomendasikan perubahan terapi bila diperlukan. Di RSUD Tarakan Jakarta, PTO dilaksanakan pada pasien dengan tuberkulosis paru, diabetes melitus, dan dispepsia. Proses PTO dimulai dengan seleksi pasien berdasarkan diagnosis, obat yang diresepkan, serta lama perawatan, diikuti dengan pengumpulan data rekam medis. Analisis dilakukan menggunakan metode Hepler dan Strand. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengobatan pasien sebagian besar sudah tepat indikasi dan tidak menimbulkan interaksi obat yang merugikan. Namun, terdapat beberapa indikasi yang tidak diterapi seperti hipoalbuminemia dan anemia mikrositik, serta pemilihan antibiotik yang kurang tepat berdasarkan hasil kultur laboratorium.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. According to the Global TB Report 2018, Indonesia reported 842,000 new TB cases in 2017, with TB-related deaths reaching 116,400. Drug Therapy Monitoring (DTM) is a continuous activity aimed at ensuring safe, effective, and rational drug therapy. DTM includes the evaluation of drug selection, dosage, administration method, therapeutic response, Drug Therapy Outcome (DTO), and recommending therapy modifications if necessary. At RSUD Tarakan Jakarta, DTM is conducted for patients with pulmonary tuberculosis, diabetes mellitus, and dyspepsia. The DTM process begins with patient selection based on diagnosis, prescribed medications, and length of treatment, followed by collecting medical record data. Analysis is carried out using the Hepler and Strand method. The results of the analysis indicate that most patient treatments were appropriate for their indications and did not result in harmful drug interactions. However, there were some untreated indications such as hypoalbuminemia and microcytic anemia, as well as suboptimal antibiotic selection based on laboratory culture results.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Felia Budijarto
"Pemantauan terapi obat (PTO) dilakukan terhadap pasien Ny. X di RSUD Tarakan, yang didiagnosis dengan stroke perdarahan pons, diabetes melitus tipe 2, dan hipertensi. PTO bertujuan memastikan bahwa terapi yang diberikan aman, efektif, dan rasional. Pasien menjalani perawatan selama 22 hari dan menerima berbagai terapi, termasuk sitikolin, vitamin K, asam traneksamat, dan manitol untuk stroke; insulin dan metformin untuk diabetes; serta amlodipin, kandesartan, dan klonidin untuk hipertensi. Pasien juga diberikan atorvastatin sebagai antioksidan, seftriakson untuk infeksi, dan omeprazol untuk mencegah stress ulcer. Selama kegiatan PTO, beberapa masalah terkait obat diidentifikasi, mencakup dosis yang terlalu rendah untuk asam traneksamat dan insulin lispro, reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) dari insulin detemir, interaksi obat antara obat antihipertensi, serta waktu pemberian atorvastatin yang tidak tepat. Rekomendasi yang diberikan meliputi penyesuaian dosis, pengaturan ulang waktu pemberian obat, serta pemantauan yang lebih intensif terhadap kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien. PTO diharapkan dapat meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat. Kerja sama yang sinergis antara tenaga kesehatan sangat penting untuk memaksimalkan hasil terapi dan memastikan keamanan pasien selama masa perawatan.

Drug Therapy Monitoring (DTM) conducted on Mrs. X, diagnosed with pontine hemorrhagic stroke, type 2 diabetes mellitus, and hypertension at Tarakan General Hospital. The DTM aimed to ensure that the therapy provided was safe, effective, and rational. The patient underwent 22 days of treatment, receiving various therapies including citicoline, vitamin K, tranexamic acid, and mannitol for stroke; insulin and metformin for diabetes; as well as amlodipine, candesartan, and clonidine for hypertension. The patient was also given atorvastatin as an antioxidant, ceftriaxone for infection, and omeprazole to prevent stress ulcers. During the DTM, several drug-related problems (DRPs) were identified. These included underdosing of tranexamic acid and insulin lispro, adverse drug reactions (ADRs) from insulin detemir, drug interactions between antihypertensive medications, and improper timing of atorvastatin administration. Recommendations included dose adjustments, rescheduling drug administration, and more intensive monitoring of the patient’s blood glucose and blood pressure levels. This DTM was expected to enhance the effectiveness of the therapy and minimize the risk of adverse drug effects. Effective collaboration between healthcare professionals was crucial to maximizing therapeutic outcomes and ensuring patient safety during the treatment period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Lioner
"Diabetes Melitus adalah penyakit menahun yang membutuhkan penggunaan obat dalam jangka panjang untuk mengontrol glukosa darah dalam tubuh. DM dapat menyebabkan komplikasi sehingga obat seringkali digunakan bersamaan untuk menangani kondisi tersebut. Untuk itu, terapi yang digunakan harus dipantau agar memberikan manfaat klinis yang optimal. Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kegiatan dalam PTO meliputi pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengobatan yang diterima pasien dengan diagnosis diabetes melitus di salah satu rumah sakit umum daerah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah terkait obat yang kemungkinan terjadi, serta menentukan langkah yang perlu diambil selanjutnya. Pemantauan terapi obat dilakukan secara prospektif dengan data yang diperoleh dari rekam medis dan kegiatan visite. Masalah terkait obat dikaji menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pasien sudah menerima terapi sesuai dengan kondisi klinis pasien. DRP yang terjadi adalah perlunya penyesuaian dosis obat pada pasien gangguan ginjal.

Diabetes Mellitus is a chronic disease requiring long-term treatment to control blood glucose in the body. DM can cause several complications, often involving multiple medications being used simultaneously. Drug Therapy Monitoring is needed to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients, including assessing drug selection, dosage regimens, drug administration, therapeutic responses, adverse drug reactions (ADR), and recommendations or alternative therapies, if needed. This research aimed to review the treatment received by a patient diagnosed with diabetes mellitus at a public regional hospital by identifying and evaluating drug-related problems that might occur and suggesting the next step be taken. Monitoring drug therapy is carried out prospectively with data obtained from patient's medical records and visits. Drug-related problems were assessed using the SOAP (Subjective, Objective, Assessment, and Plan) method. This study concludes that the patient has received appropriate treatment corresponding to the patient's clinical condition. The observed drug-related problem was the need for drug dosage adjustments in patients with chronic kidney disorders."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Tuberkulosis dan empiema merupakan kondisi penyakit pernapasan yang dapat mempengaruhi pasien secara signifikan serta memerlukan manajemen terapi yang baik dan tindakan yang sesuai. Pengobatan tuberkulosis yangdisertai empiema bergantung pada keparahan dan kompleksitas dari kondisinya. Pemantauan terapi obat berperan penting pada pasien rawat inap dengan tuberkulosis dan empiema. Penggunaan obat antituberkulosis dapat menyebabkan efek samping termasuk hepatotoksisitas yang parah hingga mengancam jiwa. Maka dari itu, pasien menderita tuberkulosis harus dimonitor terkait efek samping, khususnya pada pasien yang memiliki komorbiditas, sedang menerima obat-obatan lainnya (polifarmasi) yang mungkin dapat menimbulkan interaksi antar obat, dan gangguan ginjal. Penelitian dilakukan dengan menyeleksi pasien, mengumpulkan data terkait pasien, melakukan pemantauan terapi obat, dan menelaah keberadaan masalah terkait obat. Berdasarkan pementauan dan analisis terapi obat pasien yang telah dilakukan, beberapa masalah terkait obat yang dapat diidentifikasi berdasarkan panduan PCNE dan metode Hepler and Strand yaitu indikasi tanpa terapi, interaksi obat, efek samping, dosis obat berlebih, dosis obat kurang, dan durasi penggunaan obat berlebih. Selebihnya, terapi yang diterima oleh Tn. D tepat indikasi dan tepat dosis. Masalah terkait obat yang muncul dapat direkomendasikan penyelesaian berupa pemberian obat yang sesuai, pemantauan efek terapi obat melalui hasil laboratorium dan gejala yang timbulkan, pemberian jeda konsumsi obat, dan penyeseuiaan dosis sesuai tatalaksana dan kondisi pasien.

Tuberculosis and empyema are respiratory disease conditions that can affect patients significantly and require good therapeutic management and appropriate measures. Treatment of tuberculosis accompanied by empyema depends on the severity and complexity of the condition. Monitoring drug therapy plays an important role in hospitalized patients with tuberculosis and empyema. The use of antituberculosis drugs can cause side effects including severe hepatotoxicity to life threatening. Therefore, patients suffering from tuberculosis must be monitored for side effects, especially in patients who have comorbidities, are receiving other drugs (polypharmacy) that may cause interactions between drugs, and kidney disorders. Research is carried out by selecting patients, collecting patient-related data, monitoring drug therapy, and examining the existence of drug-related problems. Based on the monitoring and analysis of patient drug therapy that has been carried out, several drug-related problems that can be identified based on the PCNE guidelines and the Hepler and Strand method are indications for no therapy, drug interactions, side effects, excessive drug doses, insufficient drug doses, and duration of excessive drug use. The rest, the therapy received bythe patients is proper in terms of indications and doses. Drug-related problems that arise can be recommended for solutions in the form of administering appropriate drugs, monitoring the effects of drug therapy through laboratory results and the symptoms they cause, giving pauses in drug consumption, and adjusting doses according to the management and condition of the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pajariana
"Pasien yang mendapatkan terapi obat sangat rentan mengalami masalah terkait obat. Oleh sebab itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat mencegah terjadinya permasalahan tersebut.  Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan pelayanan kefarmasian yang berperan penting dalam menangani masalah terkait obat yang kemungkinan dapat terjadi pada pasien. Pada makalah ini dibahas mengenai Pemantauan Terapi Obat terhadap pasien di RS Umum Pusat Fatmawati terkhusus pada pasien dengan riwayat penyakit jantung dan diabetes melitus. Data yang dianalisis diperoleh dari rekam medis pasien serta lembar instruksi harian pasien pada SIMRSGOS II. Berdasarkan hasil pemantauan yang telah dilakukan dapat diketahui  bahwa terdapat beberapa masalah terkait obat atau Drug related problem (DRPs)  yang terjadi pada 4 dari 5 pasien yang dianalisa. DRP tersebut diantaranya berkaitan dengan dosis yang kurang atau lebih tinggi dari literatur, efek samping obat, interaksi obat dan durasi penggunaan obat yang kurang sesuai dengan literatur.

Patients who receive drug therapy are very vulnerable to experiencing drug-related problems. Therefore, an activity is needed that can prevent this problem from occurring. Drug Therapy Monitoring is a pharmaceutical service that plays an important role in dealing with drug-related problems that may occur in patients. This paper discusses drug therapy monitoring of patients at Fatmawati Central General Hospital, especially patients with a history of heart disease and diabetes mellitus. The data analyzed were obtained from patient medical records and the patient's daily instruction sheet on SIMRSGOS II. Based on the results of the monitoring that has been carried out, it can be seen that there are several drug-related problems (DRP) that occurred in 4 out of 5 patients analyzed. These DRPs are related to doses that are less or higher than the literature, side effects of drugs, drug interactions and duration of drug use that is not in accordance with the literature.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Salma Mutmainah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan kegiatan kritis yang dilakukan oleh Apoteker untuk memastikan keamanan, efektivitas, dan rasionalitas terapi obat bagi pasien. PTO berperan dalam meningkatkan efektivitas terapi pasien serta mengurangi risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) (Kemenkes, 2016). Di RSUD Tarakan, PTO dilakukan pada pasien Tn. S dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Tuberkulosis (TB) Paru, dua kondisi medis yang kompleks. AIHA jarang terjadi dan ditandai oleh hemolisis akibat autoantibodi, sementara TB Paru merupakan penyakit menular kronis yang dapat mempengaruhi sistem hematologi. Berdasarkan hasil PTO, pengobatan pasien Tn. S terbukti sesuai dengan indikasi penyakitnya dengan identifikasi satu Masalah Terkait Obat (MTO), yaitu interaksi obat dengan kontraindikasi sedang. Analisis dilakukan dengan metode SOAP untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut yang sesuai.

Drug Therapy Monitoring (DTM) is a critical activity conducted by Pharmacists to ensure the safety, effectiveness, and rationality of drug therapy for patients. DTM plays a role in improving patient therapy effectiveness and reducing the risk of Adverse Drug Reactions (ADRs) (Ministry of Health, 2016). At Tarakan Regional General Hospital (RSUD Tarakan), DTM was performed on Mr. S, diagnosed with Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) and Pulmonary Tuberculosis (TB), two complex medical conditions. AIHA, characterized by rare hemolysis due to autoantibodies, and Pulmonary TB, a chronic infectious disease affecting the hematologic system. Based on the DTM results, Mr. S's treatment was found appropriate for his conditions, with identification of one Drug-Related Problem (DRP), namely a moderate contraindication drug interaction. Analysis was conducted using the SOAP method to provide appropriate follow-up recommendations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien dengan cara pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Penelitian dilakukan di RSUD Tarakan Jakarta pada bulan Agustus 2023 dengan menggunakan metode studi deskriptif non-analitik. Data penelitian diambil dengan metode purposive sampling dari data rekam medis. Data dianalisis secara univariat dengan menganalisa profil pengobatan pasien sesuai dengan DRPs kemudian disajikan dalam bentuk persentase yang memuat tabel, angka, dan narasi. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan pemantauan terapi obat pada pasien dengan gangrene, anemia gravis, hipertensi, dan diabetes melitus. Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap pemantauan terapi obat pada pasien, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terapi pengobatan yang diterima oleh pasien cukup rasional. Namun, pemberian insulin yang terlalu tinggi perlu dipertimbangkan untuk diturunkan karena terjadi efek samping hipoglikemia

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) is a process aimed at ensuring safe, effective, and rational drug therapy for patients by assessing drug selection, dosage, drug administration method, therapy response, adverse drug reactions (ADRs), and providing recommendations for changes or alternative therapy. This research was conducted at Tarakan Jakarta Regional General Hospital in August 2023 using a non-analytical descriptive study method. Research data were collected using purposive sampling method from medical record data. The data were analyzed univariately by analyzing the patient's medication profile according to Drug Related Problems (DRPs) then presented in the form of percentages containing tables, figures, and narratives. This study aims to conduct medication therapy monitoring in patients with gangrene, myasthenia gravis, hypertension, and diabetes mellitus. From the analysis of therapeutic drug monitoring in patients, it was concluded that the medication therapy received by the patients was quite rational. However, the administration of excessive insulin doses needs to be considered for reduction due to the occurrence of hypoglycemia side effects.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>