Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halerry Emillia Yusuf
"Orang-orang dari beragam etnis memegang keyakinan dalam melihat representasi budaya lainnya, seperti stereotip. Seperti etnis timur yang dianggap memiliki kinerja lebih baik dalam keterampilan matematika daripada orang etnis barat. Social loafing digunakan sebagai asosiasi kinerja mereka berdasarkan etnis stereotip untuk melihat performa mereka. Sebanyak 40 siswa dikumpulkan dalam 2 etnis (etnis: Timur atau Barat) dengan 2 kondisi (kondisi tugas: individu atau kelompok) kelompok independen desain yang bertujuan untuk menyelidiki apakah ada efek social loafing dalam keterampilan matematika antara orang-orang dari etnis timur dan barat. Hasil menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan dari social loafing yang berlaku pada kelompok barat, dan ditemukan bahwa stereotip peserta etnis timur menunjukkan akurasi yang lebih baik dalam kemampuan matematika dibandingkan dengan etnis barat. Penelitian ini juga berlaku untuk rekrutmen kerja dalam hal kemampuan matematika.

People from different ethnicities have beliefs that held by others culture representation, such as stereotyping. Eastern, are perceived to have better performance in mathematical skill than Western people. Social loafing will be used as an association of their performance based on ethnicity stereotyping to see their involvement. A total of 40 students were gathered in a 2 (ethnicity: Eastern or Western) by 2 (task condition: individual or group) independent group designs aiming to investigate whether there is social loafing effect in mathematical skill between people from Eastern and Western countries. Result concludes there is no relationship of social loafing in group effect found within stereotyped ethnicity of Eastern participants to show better accuracy in mathematical ability. The current study is also applicable for workplace recruitment in terms of mathematical ability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Judith Lola Inggrida
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah identifikasi terhadap eksperimenter mempengaruhi perilaku social loafing. Partisipan dalam penelitian ini adalah 40 orang mahasiswa University of Queensland, yang dipilih melalui metode convenience sampling. Terdapat empat kondisi identifikasi dalam penelitian ini: coactive – identifikasi terhadap eksperimenter rendah (QUT), coactive – identifikasi terhadap eksperimenter tinggi (UQ), collective – identifikasi terhadap eksperimenter rendah, dan collective – identifikasi terhadap eksperimenter tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara partisipan yang berada dalam kondisi coactive dan collective. Selain itu, dalam kondisi collective, identifikasi terhadap eksperimenter tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku social loafing, baik dalam identifikasi terhadap eksperimenter tinggi maupun rendah. Karena perilaku social loafing yang sering ditemukan dalam organisasi, penelitian ini dapat digunakan untuk mempertimbangkan apakah kecenderungan pekerja untuk memiliki perilaku social loafing dipengaruhi oleh identitas pemimpin dalam organisasi tersebut atau tidak.

The aim of the study is to investigate if experimenter’s identification affects social loafing. Participants were forty students at University of Queensland, who were recruited through convenience sampling. There were four conditions; coactive – low experimenter identification (QUT), coactive – high experimenter identification (UQ), collective – low experimenter identification, collective – high experimenter identification. The results revealed that there is no difference between participants in coactive and collective condition. Also, in collective condition, experimenter’s identification showed no effect on social loafing in both low identification and high identification experimenter. As social loafing is often found in organization, this study might be used in considering whether or not the workers’ tendency to perform social loafing is affected by their leader’s identity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Amyra Mayshara
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perasaan teridentifikasi pada kemalasan sosial dalam menghasilkan topik tesis. Melalui desain kelompok independen 2x2, 60 mahasiswa psikologi tahun ketiga dari tiga universitas di Queensland secara sukarela meluangkan waktu dan secara acak ditugaskan pada kondisi koaktif atau kondisi kolektif, dan pada kondisi yang dapat diidentifikasi atau tidak dapat diidentifikasi. Jumlah topik tesis yang dihasilkan per orang dihitung sebagai indikasi kemalasan sosial (variabel terikat). Berlawanan dengan hipotesis kami, t-test kelompok independen mengungkapkan bahwa peserta yang bekerja secara koaktif tidak menghasilkan topik tesis lebih banyak daripada peserta yang bekerja secara kolektif, dan peserta dalam kondisi yang dapat diidentifikasi secara kolektif tidak menghasilkan lebih banya topik tesis daripada peserta dalam kondisi yang dapat diidentifikasi secara koaktif. Ada beberapa penjelasan untuk masalah ini dan perbaikan metodologi telah disarankan. Penelitian di masa depan harus menggunakan ukuran sampel yang lebih besar, mencoba mengadopsi within-subject design, dan mempelajari kemalasan sosial pada kelompok yang sudah lama terbentuk. 

This study aimed to examine the effect of identifiability in social loafing in a thought-generating task (generating thesis topics). Via a 2x2 independent-groups design, 60 third-year psychology students from three universities in Queensland volunteered their time and were randomly assigned to coactive conditions or collective conditions (in a group of three), and to identifiable or unidentifiable conditions. In the identifiable conditions, participants were told to put their names next to the topics they produce. The number of generated thesis topics per person was calculated as an indication of social loafing (dependent variable). Contrary to our hypotheses, independentgroups t-tests revealed that participants working coactively generated no more thesis topics than participants working collectively, and participant['ome explanations for this issue and methodological improvements have been suggested. Future research should use a larger sample size, try to adopt a within-subject design, and examine long-established groups."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Amelia Hadikusumah
"Penelitian telah menemukan bahwa imbalan hadiah meningkatkan motivasi dalam kompetisi antarkelompok, memengaruhi efek ‘social loafing’. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah efek dari kompetisi sendiri sudah cukup untuk melemahkan ‘social loafing’tanpa memberikan imbalan apa pun untuk 'pemenang'. Desain antar kelompok 2x2 digunakan. Peserta adalah 44 siswa UQ yang ditugaskan secara acak baik dalam kondisi kompetisi / tidak ada kompetisi dan kondisi koaktif / kolektif untuk menyelesaikan tugas ‘brainstorming’(menghasilkan ide untuk penggunaan sendok dalam 3 menit). Peserta dalam kondisi kompetisi diberitahu bahwa mereka saling bersaing satu sama kain. ‘Social loafing’diukur dengan jumlah ide yang dihasilkan per orang. Hasil mengungkapkan bahwa peserta yang bekerja secara kolektif menghasilkan lebih sedikit ide daripada yang bekerja secara koaktif, t(42) = 3.41, p = .001. Hasil signifikan ini membuktikan bahwa social loafingtelah terjadi di kondisi kolektif. Terlebih dari itu, hasil juga menunjukkan bahwa peserta dalam kondisi kompetisi-kolektif menghasilkan lebih banyak ide daripada kondisi kolektif tanpa kompetisi, t(22) = -5.46, p< .001. Hasil signifikan ini menunjukkan bahwa kompetisi ternyata dapat mengurangi kejadian social loafing.Penelitian kedepannya sebaiknya menyelidiki adanya komponen kompetisi pada ‘social loafing’, terutama pada faktor-faktor yang dapat memoderasi nilai hasil seperti kecenderungan individu.

Studies have found that rewards increase motivation in intergroup competition, influencing the effects of social loafing. This study aimed to examine if the effects of competition on its own is enough to attenuate social loafing without providing any rewards for the ‘winner’. A 2x2 between-groups design was used. Participants of 44 UQ students who were randomly assigned in either the competition/no-competition condition and coactive/collective condition completed a brainstorming task (generate ideas for uses of a spoon in 3 minutes). Participants in the competition conditions were told they were competing. Social loafing was measured by the number of ideas generated per person. Results revealed that participants working collectively significantly generated fewer ideas than those working coactively, t(42) = 3.41, p = .001. Social loafing did in fact occur in the collective condition. Furthermore, it was found that participants in the collective–competition condition significantly generated more ideas than the collective–no-competition condition,t(22) = -5.46, p< .001. This implies that competition can reduce the occurrence of social loafing. Future research should investigate competition on social loafing, particularly on the moderating factors of individual dispositions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Handriane
"Riset terdahulu telah meneliti bahwa pengetahuan awal tentang social loafing atau kemalasan sosial tidak mempengaruhi terjadinya kemalasan sosial ketika diuji dengan tes fisik dikarenakan banyaknya variabel lain yang mempengaruhi dalam pengujian di area tes fisik olahraga sepeda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengetahuan awal terhadap konsep kemalasan sosial memiliki dampak pada terjadinya kemalasan sosial ketika dioperasionalkan melalui tes kognitif (mengurutkan fungsi dari sebuah papan kayu sebanyak mungkin dalam 3 menit). Penelitian menggunakan desain independent-groups dengan 3 tingkat dan melibatkan 45 partisipan yang direkrut untuk bekerja secara koaktif (grup kontrol) atau secara kolektif dalam kelompok beranggotakan 5 individu (grup eksperimen). Untuk kelompok kolektif, partisipan diberikan antara pengarahan yang sesuai mengenai konsep kemalasan sosial (kolektif-sadar) atau pengarahan yang tidak sesuai (kolektif-tidak sadar). Hasil dari independent-groups t-test menemukan bahwa kelompok koaktif menghasilkan lebih banyak ide dibandingkan kelompok kolektif, yang mengindikasikan bahwa kemalasan sosial lebih sedikit terjadi di kelompok koaktif. Selain itu, kelompok kolektif-tidak sadar memiliki performa yang lebih baik dibandingkan kelompok kolektifsadar. Limitasi dari penelitian ini dibahas pada bagian Diskusi. Saran penelitian mencakup penggunaan konsep yang berbeda untuk pengarahan dummy dan menambah tingkat kompleksitas dari tes.

Early research has studied that prior knowledge upon social loafing did not affect the occurrence of social loafing when tested with physical task due to the many confounding variables it possessed. The current study aimed to test whether prior knowledge of social loafing may have an impact on the occurrence of social loafing when operationalised through cognitive task (listing as many uses of a plank of wood in three minutes). Using 3 level independent-groups design, 45 participants were recruited to work coactively (control) or in groups of five (collectively). In collective conditions, participants were given either proper briefing regarding the concept of social loafing (collective-aware) or dummy briefing (collective-not aware). Independent-groups t-test revealed that coactive condition generated more ideas than collective condition, indicating less social loafing in coactive condition. Additionally, collective-not aware performed better than collective-aware. Limitations of the study have been identified. Suggestions include using different concept for dummy briefing and increase complexity of the task."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Narisa Narendraputri
"Studi saat ini meneliti efek dari etnis pada kemalasan social (social loafing) menggunakan keterampilan matematika yang dikenal sebagai salah satu keterampilan terbaik dan paling banyak digunakan masyarakat Timur, yang berbeda dari penelitian sebelumnya pada pengukuran variabel untuk mengukur keterampilan kuantitatif peserta. 40 murid University of Queensland direkrut sebagai peserta. Penelitian ini menggunakan 2 (etnis: Timur atau Barat) dengan 2 (kondisi tugas: individu atau kelompok) desain kelompok independen untuk mengukur keakuratan tugas dalam menghitung jumlah uang. Keseluruhan tugas adalah untuk menghitung uang sebagai bagian dari eksperimen kemalasan social (social loafing). Hasil penelitian tidak mendukung dua hipotesis. Implikasi praktis ditempatkan di lapangan kerja yang berlaku pada keberhasilan organisasi merekrut karyawan baru dan kerja sama tim.

The current study investigated the effect of ethnicity on social loafing using mathematical skill that is known to be one of the best and most used skill by Eastern society, which is differed from the previous studies on measurement of the variable on measuring participants’ quantitative skill. 40 University of Queensland students were recruited as participants. This study used a 2 (ethnicity: Eastern or Western) by 2 (task condition: individual or group) independent group design to measure the accuracy of task in calculating amount of money. The task completed was to count the money as a part of social loafing experiment. Results have not supported the two hypotheses. Practical implication placed on work field that applicable in organizational success of recruiting new employee and teamwork."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sultan Agung Prabulanang Azhary
"Studi ini merupakan penelitian dengan eksperimen 2x2 between-groups design. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 60 partisipan yang merupakan gabungan dari mahasiswa The University of Queensland, Queensland University of Technology, dan Griffith University (Perempuan = 21, Laki-Laki = 35, Lain-Lain = 4, M = 23.90). Partisipan selanjutnya akan ditempatkan secara acak dalam variasi kondisi bekerja (individual dan kolektif) dan variasi identifikasi (teridentifikasi dan tidak teridentifikasi). Kemalasan sosial diukur menggunakan tugas kinerja, dimana partisipan diminta untuk membuat daftar ide untuk topik tesis akhir selama 10 menit. Dari data yang diperoleh, didapatkan hasil yang tidak signifikan antara partisipan yang bekerja secara individual maupun kolektif dalam kemalasan sosial. Begitu pula dengan partisipan di dalam kondisi kolektif teridentifikasi dan kolektif tidak teridentifikasi, didapatkan hasil yang tidak signifikan dalam kemalasan sosial. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mencari faktor-faktor lain yang dapat mencegah kemalasan sosial.

Previous studies saw that social loafing could be looked at using identifiability but the task that was used has no immediate impact and not personally involving for participants, where the results of the task may impact their future accolades. This study looked at how motivation (through identifiability) could mitigate social loafing. By using a 2x2 between-groups design, 60 university volunteers were randomly assigned to work individually (coactively) or in groups (collectively), and to either the identified or not-identified condition. The participants were told to generate a list of thesis topic ideas for 10 minutes to measure social loafing. The result we obtained rejects the first hypothesis, where independent groups t-tests revealed that there is no significant difference in thesis topic ideas generated between the participants who worked coactively and the participants who worked collectively and as for the second hypothesis, the result also showed that there is no significant difference between thesis topic ideas generated from both collective-identified condition and collective-not identified condition. As people are more wary of their future endeavours, future research is encouraged to find new factors that could mitigate social loafing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikar Ilham Mirza
"Social Loafing merupakan fenomena yang dikenal saat individu dalam kelompok mengeluarkan kinerja yang lebih kurang jika di banding saat individu bekerja sendiri. Partisipan terdiri dari 39 Mahasiswa yang telah meluangkan waktunya untuk penelitian ini. Mereka ditetapkan secara acak kepada dua kondisi: Collective (kelompok) dan Coactive (individual) dan dua kondisi tekanan: Tekanan Tinggi dan Tekanan Rendah.  Partisipan ditugaskan untuk menyelesaikan teka-teki kata dalam dua kondisi berikut.
Hasil menunjukan bahwa kedua kondisi tekanan tidak menunjukan perbedaan signifikan dalam performa, dan kedua kondisi kerja pun tidak menunjukan hasil signifikan dalam performa, t(34) = .97, p = .346. Implikasi penelitian ini menyatakan bahwa kondisi tekanan tidak mempengaruhi social loafing.
Social loafing is a widely known phenomenon described as when an individual in a group produces less effort compared to when the same individual is working coactively.  This study looks at the effects of pressure-more specifically-time pressure on social loafing. Participants consisting of 39 University Students took part in this study. They were randomly assigned into two work conditions: Collective or Coactive conditions and two pressure conditions: High Pressure or Low-Pressure conditions.  Participants were to complete a word-search puzzle in these conditions.
Results show that neither work conditions show significant differences in performance nor do the two pressure conditions exhibit any significant differences in task performance, t(34) = .97, p = .346.  This implies that pressure conditions does not effect social loafing."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kharamaria Aninditya Adinatha
"Budaya ditemukan sebagai moderator social loafing, dimana social loafing berkurang atau bahkan hilang di antara orang-orang dengan budaya kolektivisme tetapi tidak untuk orang-orang dari budaya individualistis. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek social loafing saat partisipan dengan budaya kolektivisme berkerjasama dengan partisipan dengan budaya individualistis dalam kelompok melalui tugas kognitif sederhana (membuat daftar nama negara dengan enam huruf atau lebih dalam dua menit). Penelitian ini menggunakan design three-level independent groups dimana 36 mahasiswa (baik orang Indonesia atau orang Australia) ditentukan secara acak untuk bekerja secara individual (coactive) atau dalam kelompok (collective) baik terdiri dari tiga orang Indonesia (collective-Indonesian) atau satu orang Indonesia dan dua orang Australia (collective-mixed). Social loafing adalah variable dependen dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian menemukan bahwa partisipan dalam kondisi coactive secara signifikan membuat daftar nama negara yang lebih panjang dibanding partisipan-partisipan di dua kondisi collective. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil partisipan di kondisi collective-Indonesian dengan partisipan di kondisi collective-mixed. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya tidak mempengaruhi social loafing. Keterbatasan dan saran juga dibahas dalam penelitian ini.

Culture has been found to be a moderator of social loafing in which social loafing is reduced or even eliminated among people of collectivistic cultures but not for those of individualistic cultures. This study aimed to examine the effects of social loafing when collectivistic participants work together in a group with participants who are individualistic through a simple cognitive task (listing names of countries with six or more letters in two minutes). A three-level independent-groups design was used where 36 university students (either Indonesian or Australian in ethnicity) were randomly assigned to work individually (coactively) or in groups of three (collectively) either consisting of three Indonesians (collective-Indonesian) or one Indonesian and two Australians (collective-mixed). Social loafing was the dependent variable in the study. Independent-groups t-tests revealed that participants working coactively significantly listed more countries than those working in the two collective conditions. It also revealed that there was no significance difference in the performance of participants in the collective-Indonesian condition compared to those in the collective-mixed condition, suggesting that cultural values do not influence social loafing. Improvements regarding methodological issues have been recommended as well as suggestions for future research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pili, Alfredo Sebastianus Soi
"Penelitian ini berfokusan pada kepaduan grup dalam mengurangi kemalasan social dengan memanipulasi grup para peserta menjadi grup berpasangan dan menguji apakah aspek keakraban dalam pertemanan bisa meningkatkan kepaduan Para peserta adalah mahasiswa universitas Para peserta dibagi menjadi kondisi koaktif dan kolektif dengan kondisi kolektif dibagi menjadi grup kolektif tinggi dan rendah 35 peserta yang merupakan mahasiswa dari University of Queensland mengikuti kegiatan dimana mereka diminta untuk menghasilkan gagasan dan kemalasan sosial diukur dari total jumlah gagasan yang dihasilkan oleh para peserta Hasil dari penelitian menunjukan bahwa grup dengan kepaduan tinggi secara signifikan menunjukan tingkat kemalasan sosial yang lebih rendah ketika dibandingkan dengan grup berkepaduan rendah Namun penelitian ini tidak dapat megindikasikan situasi kemalasan sosial yang terjadi secara umum Riset mengindikasikan bahwa kepaduan grup dapat mengurangi kemalasan sosial dengan keakraban dalam pertemanan menjadi aspek yang meningkatkan kepaduan dalam grup Kata kunci kemalasan sosial kepaduan grup mahasiswa universitas.

The current study focused on group cohesiveness in moderating social loafing by manipulating group into pairs and tested if the aspect of close friendship could enhance the cohesiveness. Participants were university students. They were divided into coactive and collective conditions, with collective condition being divided into high collective and low collective group. Participants engaged in idea-generating task and social loafing was measured according to the quantity of the written ideas being exerted. Result indicated that group with high cohesiveness loafed significantly less than low cohesive group. However, the study failed to indicate general occurrence of social loafing. Research proved that cohesiveness could reduce social loafing, with close friendship being the aspect that enhances cohesiveness in-group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>