Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191878 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiveni Elisabhet
"Anak usia sekolah merupakan tahapan perkembangan psikososial yang berada pada tahap Industry vs Inferiority. Analisa yang dilakukan sesuai dengan pendekatan teori Eric Ericson yaitu berkaitan dengan aspek perkembangan dan tugas perkembangan psikososial di tahapan Industry. Hasil dari pemberian terapi pada karya ilmiah ini adalah adnya perubahan aspek perkembangan, tugas perkembangan dan kecerdasan emosional pada anak usia sekolah. Rekomendasi untuk karya ilmiah berikutnya adalah melakukan analisa dengan kombinasi pendekatan teori psikoanalisa Sigmun Freud dan menganalisa peran kader dalam pendidikan kesehatan di kelompok sehat serta faktor-faktor yang memicu tumbuh kembang anak usia sekolah.

School-aged children are a stage of psychosocial development that is at the stage of industry and inferiority. The method used is the series of cases. The analysis was carried out in accordance with Eric Ericson’s theoretical approach, which is related to developmental aspects and psychosocial development tasks at the industrial stage. The results of therapy in this scientific work are changes in the aspects of development, developmental tasks and emotional intelligence in school-aged children. The recommendation for the next scientific work is to carry out an analysis using a combination of the psychoanalytic theory of Sigmund Freud and to analyze the role of executives in health education in healthy groups and the factors that trigger the growth and development of the school- age children
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yefta Primasari
"Tugas perkembangan anak usia sekolah berlangsung selama anak berada di tahapan usia 6-12 tahun, pada usia ini anak memasuki tahapan tugas perkembangan psikososial Industry versus inferiority. Anak usia sekolah yang menjadi korban Bullying berdampak pada terganggunya tugas perkembangan psikososial anak. Intervensi yang digunakan adalah Terapi Kelompok Terapeutik anak usia sekolah dan Psikoedukasi Keluarga. Aplikasi TKT anak usia sekolah dan Psikoedukasi Keluarga dapat membantu meningkatkan dan mengoptimalkan tugas perkembangan psikososial anak usia sekolah korban Bullying. Analisa dilakukan pada 30 klien anak usia sekolah korban Bullying. Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tugas perkembangan psikososial anak usia sekolah korban Bullying. Saran dari Karya Ilmiah Akhir ini adalah penerapan terapi kelompok terapeutik (TKT) anak usia sekolah dengan ditambah dengan intervensi lain untuk meningkatkan kemampuan asertif pada perilaku Bullying baik untuk korban Bullying dan pelaku Bullying.

The developmental tasks of school-age children take place during the age stage of 6-12 years, at this age children enter the stage of the psychosocial developmental task of Industry versus inferiority. School-age children who are victims of Bullying have an impact on the disruption of children's psychosocial developmental tasks. The interventions used are Therapeutic Group Therapy for school-age children and Family Psychoeducation. The application of TKT for school-age children and Family Psychoeducation can help improve and optimize the psychosocial developmental tasks of school-age children who are victims of Bullying. Analysis was conducted on 30 school-age child clients who were victims of Bullying. The results of the analysis show that there is an increase in the psychosocial developmental tasks of school-age children who are victims of Bullying. The suggestion of this Final Scientific Work is the application of therapeutic group therapy (TKT) for school- age children coupled with other interventions to improve assertive skills in Bullying behavior for both Bullying victims and Bullying perpetrators."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Manumba, Ruliyani
"Masalah psikososial akibat covid-19 dapat mengancam anak-anak yang berkontribusi pada gangguan jiwa di masa dewasa. Masalah psikososial pada anak akibat pandemi dapat berupa ketakutan, kesulitan, kecemasan, obsessive compulsive disorder, perubahan suasana hati, depresi, bahkan pikiran untuk bunuh diri. Perkembangan berkarya pada anak usia sekolah akan menunjang anak dalam berespons terhadap kondisinya. Tujuan penulisan karya ilmiah ini untuk mengetahui penerapan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga dalam meningkatkan tugas perkembangan berkarya dan mencegah masalah psikososial akibat pandemi Covid-19 pada anak usia sekolah di RW 04 Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah case series dengan menerapkan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga pada 19 anak usia sekolah. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan tugas dan aspek perkembangan anak usia sekolah dan mencegah risiko masalah psikososial akibat pandemic covid-19. Intervensi ini direkomendasikan untuk meningkatkan perkembangan dan mencegah masalah psikososial akibat pandemic covid-19 pada anak usia sekolah.

Psychosocial problems due to COVID-19 can threaten children which contribute to mental disorders in adulthood. Psychosocial problems in children due to the pandemic can be in the form of fear, difficulty, anxiety, obsessive-compulsive disorder, mood swings, depression, even thoughts of suicide. Industry development in school-age children will support children in responding to their conditions. The purpose of this scientific paper was to find out the application of therapeutic group therapy and family psychoeducation in achieving industry development tasks and preventing psychosocial problems due to the Covid-19 pandemic in school-age children in RW 04 Tanah Sareal Village, Tanah Sareal District, Bogor City. The method used was a case series by applying therapeutic group therapy and family psychoeducation to 19 school-age children. The results indicated that therapeutic group therapy and family psychoeducation can improve the tasks and developmental aspects of school-age children and prevent the risk of psychosocial problems due to the COVID-19 pandemic. This intervention was recommended to improve development and prevent psychosocial problems due to the COVID-19 pandemic in school-age children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Yasmine Dyahputri
"Pendahuluan: Perawakan pendek merupakan masalah pertumbuhan yang banyak dijumpai di negara berkembang. Di Indonesia, prevalensi anak usia sekolah dasar dengan perawakan pendek mencapai 23,6% pada tahun 2018. Perawakan pendek pada anak dikaitkan dengan masalah psikososial yang diduga disebabkan oleh bullying, stigmatisasi, dan isolasi sosial yang dihadapi anak. Namun, penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan topik ini telah menghasilkan hasil dan angka yang bervariasi
tidak memadai. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawakan pendek dengan masalah psikososial pada anak usia sekolah dasar. Metode: Rancangan penelitian potong lintang digunakan pada anak usia sekolah dasar di SDN 01 Kampung Melayu. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kelompok tinggi badan
anak dengan masalah psikososial hasil skrining menggunakan kuesioner PSC-17, yang menilai tiga subskala masalah perilaku (internalisasi, eksternalisasi, dan perhatian). Hasil: Prevalensi anak perawakan pendek di SDN 01 Kampung Melayu mencapai 15,28%. Prevalensi anak dengan masalah psikososial adalah 18,12% dan prevalensi anak perawakan pendek dengan masalah psikososial adalah 22,73%. Hasil analisis perawakan pendek pada masalah psikososial pada anak menunjukkan hubungan yang tidak signifikan secara statistik, baik secara umum (p = 0,268), subskala internalisasi (p = 0,532), eksternalisasi (p = 0,400), perhatian (p = 0,414), dan skor total PSC-17 (p = 0,614). Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara perawakan pendek dengan masalah psikososial pada anak usia sekolah dasar.
Introduction: Short stature is a common growth problem in developing countries. In Indonesia, the prevalence of primary school-age children with short stature reached 23.6% in 2018. Short stature in children is associated with psychosocial problems which are thought to be caused by bullying, stigmatization, and social isolation faced by children. However, previous studies dealing with this topic have yielded varying results and figures inadequate. Therefore, this study aims to determine the relationship between short stature and psychosocial problems in elementary school-aged children. Methods: A cross-sectional study design was used on elementary school-aged children at SDN 01 Kampung Melayu. The study was conducted by comparing the height group Children with psychosocial problems were screened using the PSC-17 questionnaire, which assessed three behavioral problem subscales (internalization, externalization, and attention). Results: The prevalence of short stature children in SDN 01 Kampung Melayu reached 15.28%. The prevalence of children with psychosocial problems was 18.12% and the prevalence of short stature children with psychosocial problems was 22.73%. The results of the analysis of short stature on psychosocial problems in children showed a statistically insignificant relationship, both in general (p = 0.268), internalization subscale (p = 0.532), externalization (p = 0.400), attention (p = 0.414), and score total PSC-17 (p = 0.614). Conclusion: There is no significant relationship between short stature and psychosocial problems in elementary school-aged children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Vera Linda
"Setiap orangtua memiliki harapan agar anaknya dapat menjadi manusia dewasa yang mandiri, sehingga sejak kecil anak dilatih untuk mandiri. Terbentuknya kemandirian anak bergantung pada pengasuhan orangtua terhadap anak dalam menghadapi tuntutan kemandirian dari lingkungannya. Ada tiga teknik asuhan yang dikemukakan Hoffman, yaitu power assertion, love withdrawal dan induction. Selain teknik asuhan, sejumlah faktor demograiis terkait dengan teknik asuhan anak, seperti status pekerjaan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, urutan anak, ukuran kcluarga, adanya anggota keluarga lainnya serta jenis kelamin anak diperkirakan berpengaruh terhadap kemandirian anak.
Penulis melakukan penelitian untuk menguji pemikiran di atas, mengingat sepanjang yang diketahui penulis, di Indonesia belum banyak penelitian yang secara khusus menitik beratkan pada topik ini Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, melibatkan sejumlah anak pcrempuan dan anak laki-laki di kelas 5 - 6 SD. Untuk memperoleh data mengenai kemandirian anak, teknik asuhan dan data demogratis digunakan kuesioner. Seluruh data di olah menggunakan program SPSS ver.11.01.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa teknik asuhan memberikan sumbangan yang signiiikan terhadap kemandirian. Ibu yang menerapkan teknik asuhan induction cenderung memiliki anak dengan tingkat kemandirian tinggi. Sebaliknya ibu yang menggunakan teknik asuhan power assertion memiliki anak dengan tingkat kemandirian rendah. Ibu yang menerapkan teknik asuhan love withdrawal memiliki anak dengan tingkat kemandirian menengah. Dari faktor deinografis hanya tingkat pendiclikan ibu yang berperan signilikan terhadap kemandirian anak.
Semakin tinggi pendidikan ibu cenderung mempunyai anak dengan tingkat kemandirian tinggi. Sebaliknya semakin rendah pendidikan ibu akan memiliki anak dengan tingkat kemandirian rendah. Sejumlah faktor lain tampak mempengaruhi hasil yang diperoleh. Untuk penelitian selanjutnya, beberapa saran diberikan berkaitan dengan hal itu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evin Novianti
"Anak usia sekolah yang belum mampu mengolah masalahnya dengan tepat, rentan berperilaku emosional. Tujuan penelitian memperoleh gambaran pengaruh terapi kelompok Assertiveness Training (AT) terhadap kemampuan komunikasi ibu mengelola emosi anak usia sekolah. Sampel pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 32 orang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi asertif ibu pada kelompok yang mendapat AT meningkat secara bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Pada kelompook ibu yang tidak mendapat AT, kemampuan komunikasi ibu menurun secara bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Kemampuan anak mengelola emosi meningkat bermakna (p< 0,05; α= 0,05) yang ibunya mengikuti AT, sedangkan pada kelompok yang ibunya tidak mendapat AT menurun bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Terapi ini direkomendasikan pada pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya anak usia sekolah.

At school age, children may not be able to treat the problem appropriately, behave emotionally vulnerable. The research objective picture of the influence of group therapy get assertiveness training (AT) on the communication skills to manage emotions mothers of school-age children. Samples in the intervention group and the control of each 32 people. The results showed an increase in assertive communication skills mothers in the group receiving AT increased significantly (p<0.05; α=0.05). In kelompook mothers who did not receive AT, communication skills mothers were significantly decreased (p<0.05; α=0.05). Child’s ability to manage emotions increased significantly (p< 0.05; α= 0.05) whose mothers followed the AT, whereas in the group whose mothers did not receive AT decreased significantly (p< 0.05; α= 0.05). This therapy is recommended for health care in the community, especially school-age children."
Depok: Universitas Diponegoro. Fakultas Kedokteran ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 UI-JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raudya Tu Zahra Daud Ibrahim
"Pada era saat ini, gadget telah dijangkau oleh semua kalangan termasuk anak usia sekolah. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif kepada anak salah satunya ketidakmampuan untuk berkonsentrasi saat belajar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan intensitas penggunaan gadget dengan konsentrasi belajar pada anak usia sekolah di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling melibatkan 282 responden dari 3 sekolah dasar terpilih di kota Depok. Instrumen diukur dengan Kuesioner Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV) dan Krawietz Concentration Scale (KCS). Hasil utama penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan gadget dengan konsentrasi belajar pada anak usia sekolah di kota depok (p value = 0.005). Peneliti menyarankan pelayanan kesehatan untuk mulai mensosialisasikan manajemen gadget yang ideal kepada anak-anak usia sekolah. Selain itu, sekolah juga dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang dapat digunakan agar siswa dapat menjadi lebih fokus ketika pembelajaran berlangsung.

In this era, gadgets have become accessible to all groups, including school-age children. The use of gadget can have negative impacts on children, one of which is the inability to concentrate during learning. Therefore, the aim of this research is to identify the relationship between gadget usage intensity and learning concentration among school-age children in Depok. This research uses a cross-sectional research design, cluster random sampling technique involving 282 respondents from 3 selected elementary schools in Depok. The instruments are measured using the Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV) questionnaire and the Krawietz Concentration Scale (KCS). The main results of this research indicate a relationship between gadget usage and learning concentration among school-age children in Depok City (p value = 0.005). Researchers suggest that healthcare services begin to socialize ideal gadget management to school-age children. Additionally, schools can provide facilities and infrastructure that can be used so that students can become more focused during learning activities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gowi
"Perkembangan anak usia sekolah dikenal dengan fase industri dimana anak memasuki dunia sekolah, tumbuh rasa kemandirian anak, ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai dengan selesai. Jumlah anak usia sekolah yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga sebanyak 24 orang. Tujuan penulisan yaitu menggambarkan hasil pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik : anak usia sekolah dari psikoedukasi keluarga terhadap peningkatan perkembangan anak usia sekolah di RW O3 dan RW 11 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur. Metode penulisari adalah Studi serial kasus dengan pemberian dua paket terapi. Evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan perkembangan anak usia sekolah melalui menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah. Rekomendasi laporan ini adalah dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan di kmunitas. Selain itu, laporan ini menjadi data dasar dari penelitian selanjutnya.

School aged development known as industrial phase is a phase when the child entered the school environment, growth their independency, and wanted to involve tasks that can be done until it was finished by them. The amount of school aged child that was given therapeutic group therapy and family psychoeducation were twenty four child. The purpose of this report is to explain the results of school aged therapeutic group therapy and family psychoeducation to school aged development's increase at RW O3 and RW ll Baranangsiang village Bogor Timur district. The method of this report was serial case study using two therapy package. The result showed development increased in school aged child through growth and development stimulation. Based on the result, it's important to recommended that community health nursing can be made standard of therapy of nursing specialist to client in the communty."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Widiyatmini
"Anak usia sekolah merupakan tahapan perkembangan psikososial yang berada pada tahap Industry vs Inferiority. Tahap perkembangan anak usia sekolah jika tidak tercapai akan menimbulkan perilaku yang menyimpang. Perilaku agresif adalah perilaku menyimpang yang dapat timbul jika perkembangan anak usia sekolah tidak tercapai secara optimal. Latihan asertif merupakan intervensi keperawatan yang dapat mencegah timbulnya perilaku agresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan dan kemampuan asertif pada anak sekolah setelah diberikan terapi kelompok terapeutik, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif. Desain penelitian ini menggunakan metode quasy eksperiment yang melibatkan 40 anak usia sekolah. Hasil menunjukkan bahwa adanya peningkatan perkembangan dan kemampuan asertif anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah, psikoedukasi keluarga, dan latihan asertif lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada kelompok lain (pvalue < 0.05). Terapi kelompok terapeutik anak sekolah, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif direkomendasikan pada anak usia sekolah untuk meningkatkan tugas dan aspek perkembangan anak usia sekolah untuk peningkatan kesehatan jiwa.

School age children are a stage of psychosocial development at an industrial versus inferiority stage..The progress stage of school age if not achieved will result in a distorted behavior. Aggressive behavior is aberrant behavior that can arise if school age development is not reached optimally. Aserative exercise is an intervention of nursing that can prevent aggressive behavior. This study aims to know the difference in development and the acertative skills of schoolchildren after being given therapy of the therapeutic group, psychoeducated family and aserative exercise. This research design uses a quasy experimental method involving 40 school-aged children. Results show that there has been an increase in asertive growth and ability for school age children in meaningful form after being given terapeutic group therapy of school age children, family psychoeducated and aserative exercise is higher in meaning than in group."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Click, Phyllis
"Presents the information needed by those involved in after-school programs. This title also presents the research and information on school-age child care, and offers many practical applications and activities that can be put to use immediately in a child care setting. "
Singapore: Wadsworth/Clengage Learning , 2012
305.234 CLI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>