Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harahap, Derira Tarisa
"Penelitian ini menganalisis pengaruh antar konsep Motivasi, Self disclosure (pengungkapan diri) dan Psychological Well Being (kesejahteraan psikologis) pada wanita dewasa muda di ibu kota melalui platform media sosial Instagram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan motivasi pengguna Instagram untuk melakukan Self disclosure, selanjutnya penelitian ini juga dilakukan untuk melihat pengaruh Self disclosure terhadap Psychological Well Being. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory, menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 200 responden wanita dewasa muda di Ibu Kota Jakarta. Pengolah data menggunakan SEM PLS. Studi ini memberikan pemahaman yang lebih spesifik tentang pengaruh motivasi seseorang melakukan pengungkapan diri dan dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat motivasi untuk melakukan keterbukaan diri memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang positif. Dengan kata lain, individu yang memiliki motivasi kuat untuk berbagi tentang diri mereka sendiri dan secara aktif mengekspresikan diri mereka cenderung mengalami kesejahteraan psikologis yang positif.

This research analyzes the influence of Motivation, Self disclosure, and Psychological Well-Being on young adult women in the capital city through the social media platform Instagram. The purpose of this research is to find out the Motivation of Instagram users to do self disclosure. Furthermore, this research was also conducted to see the effect of self disclosure on psychological well-being. This study adopts a descriptive quantitative research design with an explanatory approach, utilizing a questionnaire administered to 200 young adult female respondents in the capital city. Using PLS SEM as a data processing tool. This research delves deeper into the topic of self disclosure specifically focusing on young adult women residing in the capital city. The study provides a more specific understanding of the relationship between Motivation for self disclosure and its impact on psychological well-being. The findings of this research indicate that individuals with high levels of Motivation for self disclosure and high levels of openness tend to have positive levels of psychological well-being. In other words, individuals who have a strong Motivation to share about themselves and actively express themselves to a high degree tend to experience positive psychological well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Brazore Meliala
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku Self-Disclosure yang dilakukan pada kanal media sosial terhadap tingkat Repurchase Intention yang dilakukan oleh konsumen Somethinc pada wilayah Jabodetabek. Penelitian dianggap penting karena terdapat dorongan psikologis yang dapat timbul akibat perilaku self-disclosure terhadap pola repurchase intention konsumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode survei pada konsumen dari produk perawatn kulit Somethinc di daerah Jabodetabek. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 150. Penelitian melakukan uji validitas dengan analisis faktor dan reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha. Regresi linear sederhana digunakan dalam pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan terhadap Self-Disclosure sebagai variabel independen dan Repurchase Intention sebagai variabel dependen

In this study aims to analyze the effect of Self-Disclosure behavior on social media channels on the level of repurchase intention by Somethinc consumers in the Jabodetabek area. This study uses a quantitative approach to survey methods on consumers of Somethinc skin care products in the Jabodetabek area. The sample used in the study amounted to 150. The study conducted a validity test with factor analysis and reliability with Cronbach's Alpha. Simple linear regression was used in hypothesis testing. The results showed that there was a significant relationship to Self-Disclosure as the independent variable and Repurchase Intention as the dependent variable"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Nisrina Listiani
"ABSTRACT
Penggunaan situs jejaring sosial SJS kini semakin marak di dunia dan bahkan sudah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Instagram merupakan salah satu SJS yang paling banyak digunakan saat ini sehingga terbentuklah urgensi untuk meneliti mengenai Instagram. Penelitian terdahulu mengenai Instagram menghasilkan bahwa Instagram memberikan efek negatif terutama terhadap subjective well-being seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa Instagram tidak hanya memberikan dampak negatif bagi penggunanya melainkan juga dampak positif, tergantung pada cara penggunaannya. Penulis menguji sebuah model yang mencakup self-disclosure, social support, online social well-being, dan continuance intention pada Instagram, mereplikasi penelitian Huang 2016 yang dilakukan pada konteks Facebook. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 429 orang. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model yang diajukan berhasil teruji kualitasnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada Instagram, self-disclosure yang dilakukan oleh individu memberikan dampak positif terhadap online social well-being -nya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui social support, yang kemudian memberikan dampak positif pula terhadap continuance intention-nya untuk menggunakan SJS tersebut.
ABSTRACT
The usage of social network sites SNSs increased in the past few years and it is now an integral part of our lives. There is an urgency to do a research on Instagram, because it is one of the most used SNSs. Past researches on Instagram found that Instagram has a negative effect on an individual rsquo s subjective well being. The aim of this research is to prove that Instagram doesn rsquo t only affect its users negatively but also positively, depending on how it rsquo s being used. This research tested a model with self disclosure, social support, online social well being, and continuance intention as the variables on an Instagram context, replicating Huangs 2016 research on a Facebook context. There are 429 participants in this research. The result of this research is that the model is qualified and this indicates that on Instagram, an individuals self disclosure has a positive effect on their online social well being both directly and nondirectly through social support, where then the individuals online social well being will also have a positive effect on their continuance intention to use the SNS. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Savitri Adriani
"Perceraian orang tua memberikan dampak negatif berkepanjangan pada anak hingga ia dewasa. Salah satunya adalah rendahnya psychological well-being (PWB) anak. Self-compassion (SC) dianggap mampu meningkatkan PWB. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara SC dan PWB pada dewasa awal dengan orang tua bercerai. PWB diukur menggunakan alat ukur Ryff’s Scale of Psychological Well-Being, sedangkan SC diukur menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale-Short Form. Jumlah partisipan yang diperoleh adalah 210 partisipan. Hasil korelasi menunjukkan terdapat hubungan antara SC dan PWB pada dewasa awal dengan orang tua bercerai, (r(N=210)=0.680,p<0.01, two tailed). Perbedaan rata-rata skor signifikan ditemukan pada variabel PWB pada jumlah pengeluaran keluarga.

Divorce of parents have a prolonged negative impact on the child until they become an adult. One of them is the low psychological well-being (PWB) in emerging adults. Self-compassion (SC) is considered capable of increasing PWB. This study aims to explore the relationship between SC and PWB in emerging adults with divorced parents. PWB is measured using the Ryff’s Scale of Psychological Well-Being, while SC is measured using the Self-Compassion Scale-Short Form. Total of participants obtained was 210 participants. Results show that there was a significant relationship between self-compassion and psychological well-being in emerging adults with divorced parents, (r (N = 210) = 0.680, p <0.01, two tailed). Significant mean differences in scores were only found in the psychological well-being variable in the demographic data section on family expenditure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iga Winati
"Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa belas kasihan diri (SC) merupakan faktor pelindung yang harus diperhitungkan bagi individu dalam menghadapi pengalaman menyakitkan. Hal ini dikarenakan SC mampu membuat individu menjadi lebih adaptif, salah satunya dengan meningkatkan kesejahteraan psikologis (PWB). Salah satu pengalaman pahit yang menjadi fenomena umum di masyarakat yang dinyatakan berdampak negatif pada korban PWB adalah bullying. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk melihat apakah ada peran moderasi variabel welas asih pada hubungan antara pengalaman bullying di sekolah (SMP dan / atau SMA), dan kesejahteraan psikologis pada orang dewasa yang baru muncul. Hasil penelitian terhadap 801 emerging adult menunjukkan bahwa pengalaman bullying (B = -0,197, p> 0,01) tidak dapat memprediksi PWB, sedangkan SC (B = 0,6798, p <0,01) merupakan prediktor PWB. Namun, tidak ada peran moderasi yang ditemukan untuk SC (B = 0,0034, p> 0,01). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SC bukanlah moderator tentang hubungan antara pengalaman bullying dan PWB.

Previous research has found that self-compassion (SC) is a protective factor that must be taken into account for individuals in the face of painful experiences. This is because SC is able to make individuals more adaptive, one of which is by increasing psychological well-being (PWB). One of the bitter experiences that has become a common phenomenon in society which is stated to have a negative impact on victims of PWB is bullying. Therefore, this study seeks to see whether there is a moderating role for the compassionate variable in the relationship between experiences of bullying at school (junior high and / or high school), and psychological well-being in emerging adults. The results of the study on 801 emerging adults showed that the bullying experience (B = -0.197, p> 0.01) could not predict PWB, while SC (B = 0.6798, p <0.01) was a predictor of PWB. However, no moderating role was found for SC (B = 0.0034, p> 0.01). Thus, it can be concluded that SC is not a moderator about the relationship between bullying experience and PWB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Corinelia
"Kegiatan perilaku prososial semakin sering terjadi pada situasi krisis, seperti situasi pandemi COVID-19. Dalam upaya pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19, pemerintah membuat kebijakan pembatasan sosial sehingga memengaruhi kondisi well-being masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara perilaku prososial dan well-being pada dewasa muda setelah berakhirnya pembatasan sosial COVID-19. Sejumlah 409 individu dewasa muda berusia 18-29 tahun yang berdomisili di Jabodetabek berpartisipasi dalam penelitian ini. Perilaku prososial diukur menggunakan alat ukur Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara dkk., 2005) dan well-being diukur menggunakan alat ukur PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Hasil analisis korelasi menggunakan Pearson correlation menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perilaku prososial dan well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237).

Prosocial activities are happening more often during the time of a crisis, like the COVID-19 pandemic situation. As a measure to prevent and manage the COVID-19 pandemic, changes in regulations are made by the government which limit people’s daily activities and thus potentially affect their well-being. Therefore, this study aimed to see a relationship between prosocial behavior and well-being in young adults’ post COVID-19 pandemic. The study sample is 409 young adults between the ages of 18-29 years old living in Jakarta greater area (Jabodetabek). Prosocial behavior was assessed with Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara et al., 2005) and well-being was assessed with the PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Result in correlation by Pearson correlation technique shows a significant and positive relationship between prosocial behavior and well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Octaviani Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara gratitude dan psychological well-being pada mahasiswa. Variabel gratitude diukur dengan SS8 (Skala Syukur 8) yang divalidasi dan diterjemahkan oleh Oriza dan Menaldi (2010), dari GQ6 (Gratitude Questionaire 6) yang diciptakan oleh McCullough, Emmons, dan Tsang (2001). Variabel psychological well-being diukur dengan alat ukur self-report yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Hapsari (2011), yang menggunakan Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). Penelitian ini melibatkan 340 responden yang berusia 17 sampai 25 tahun dari seluruh fakultas di Universitas Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara gratitude dan psychological well-being. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa mean skor kedua variabel tersebut tidak signifikan berbeda antara responden yang tergabung dalam perkumpulan keagamaan dan yang tidak tergabung dalam perkumpulan keagamaan.

The aim of this research is to investigate the correlation between gratitude and psychological well-being among college students of. Gratitude measurement used SS8 (Skala Syukur 8) which is validated and translated by Oriza and Menaldi (2010), from GQ6 (Gratitude Questionaire 6) which is created by McCullough, Emmons, and Tsang (2001). Psychological well-being measurement used self-report scale which is adopted by Hapsari (2011) from Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). Respondents of this research are 340 college students of Universitas Indonesia aged 17 to 25 years old.
Finding shows that gratitude and psychological well-being are significantly and positively correlated. Furhtermore, this research found there is no significant difference among respondents who are involved in religious group and who aren't involved in religious group.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zivana Sabili
"Di Asia, di mana budaya patriarki masih kuat, peran utama perempuan adalah sebagai istri sekaligus ibu dalam hubungan pernikahan heteroseksual. Mereka yang tidak melaksanakannya mendapat stigma dan didiskriminasi. Salah satunya ialah perempuan dari kelompok minoritas seksual, yakni lesbian dan biseksual. Emosi marah, sedih, dan kecewa sering muncul sebagai respon dari perlakuan buruk yang diterima oleh perempuan dari kelompok minoritas seksual. Ada yang marah pada diri sendiri, ada pula yang menyalahkan orang yang tidak paham mengenai orientasi seksual, serta situasi yang tidak ideal. Perempuan dari kelompok minoritas seksual menjadi rentan depresi, gangguan cemas, serta kecenderungan bunuh diri. Seluruhnya merupakan indikator psychological well-being (PWB) yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara forgiveness dengan PWB pada perempuan dari kelompok minoritas seksual di Indonesia. Sebanyak 94 perempuan lesbian dan biseksual diminta mengisi kuesioner Heartland Forgiveness Scale (HFS) yang terdiri dari Forgiveness of Self, Forgiveness of Others, dan Forgiveness of Situation; serta Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB) yang terdiri dari dimensi Autonomy, Environmental Mastery, Positive Relations with Others, Personal Growth, Purpose in Life, dan Self Acceptance. Terdapat korelasi signifikan antara forgiveness dan PWB pada perempuan dari kelompok minoritas seksual. Hubungan di tingkat subskala lebih kompleks, di mana terdapat subskala yang berkorelasi dan tidak berkorelasi.

In Asia, where patriarchy is still a problem, a woman’s main role is to be a devoted wife and mother, usually within a heterosexual marriage. Those who do not follow the common ways are stigmatized and discriminated. One of them are females from sexual minority group, namely lesbians and bisexuals. Anger, sadness, and disappointment often become the natural responses of those discrimination. Some females from sexual minority group blame themselves for all the difficulties that came with their sexual orientation. Others blame people who do not understand about human sexuality. The rest blame the horrible situation which put them in an uncomfortable position. Females from sexual minority group are more prone to depression, anxiety, and suicidal tendencies, which are all the indicators of low psychological well-being (PWB). This research was conducted to find out the relationship between forgiveness and PWB in females from sexual minority groups in Indonesia. As much as 94 female participants from sexual minority groups have filled out the Heartland Forgiveness Scale (HFS), consisting of several subscales: Forgiveness of Self, Forgiveness of Others, and Forgiveness of Situation; as well as Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB) consisting of six distinct dimensions, namely Autonomy, Environmental Mastery, Positive Relations with Others, Personal Growth, Purpose in Life, and Self-Acceptance. Results showed that there’s a significant correlation between forgiveness and PWB on females from sexual minority groups in Indonesia. In the subscale level, however, not all measures were related to one another.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa Dzakiah
"Guru berperan penting dalam proses pembelajaran, bahkan ketika pembelajaran
berlangsung secara jarak jauh (PJJ). Beban kerja guru yang bertambah banyak di masa
PJJ, juga terdapat guru yang sekaligus berperan sebagai orang tua, dapat berdampak pada
kondisi kesejahteraan psikologisnya. Sulitnya memisahkan kehidupan pribadi dan
personal selama PJJ, serta keterbatasan dalam interaksi sosial secara langsung dapat turut
berperan pada kondisi kesejahteraan guru perempuan. Adanya peningkatan kesadaran
(mindfulness) pada diri guru diduga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
psikologis pada guru, dengan cara membantu guru perempuan untuk mempersepsikan
ketersediaan dukungan yang dibutuhkan di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji peran variabel persepsi dukungan sosial sebagai mediator pada hubungan antara
mindfulness dengan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini melibatkan 117 orang guru
SD, perempuan, yang juga berperan sebagai orang tua bagi anak pada kelompok usia kelas 1-3 SD. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner secara dalam jaringan (daring) melalui berbagai jejaring media sosial. Penelitian ini
menggunakan alat ukur Psychological Well-Being Scale (α=.917), Five Facet of Mindfulness Questionnaire (α=.819), dan Social Provisions Scale (α=.928). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji mediasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap dukungan sosial berperan sebagai mediator sebagian (partially
mediated) dalam hubungan antara mindfulness dengan kesejahteraan psikologis.

Teachers play an essential role in the learning process, even when learning takes placeremotely, known as distance learningning (PJJ). With the increasing teachers' workload
psychological well-being. The difficulty of separating professional and personal life
during PJJ, as well as limitations in social interaction can also contribute to the
psychological well-being. Increasing awareness (mindfulness) in teachers is assumed to
improve the psychological well-being, by helping female teachers to perceive the
availability of support needed in their environment. This study aims to examine the role
of the perceived social support on the relationship between mindfulness and
psychological well-being. This study involved 117 primary school teachers, women, who
also act as parents for children in the 1-3 grade. Data was collected by distributing online
questionnaires through various social media. This study used measuring instrument of
the Psychological Well-Being Scale (α = .917), the Five Facet Mindfulness Questionnaire
(α = .819), and the Social Provisions Scale (α = .928). Data analysis was performed
using mediation test. This study indicates that perceived social support play a partially
mediated role in the relationship between mindfulness and psychological well-being.
Kata kunci: Mindfulness; perceived social support; psychological well-being; remote
learning, teachers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noori Lukman Pradipto
"Selama masa pandemi Covid-19, tantangan yang dihadapi oleh guru semakin berat
dengan strategi mengajar yang baru. Hal tersebut membuat guru kesulitan untuk
mempertahankan kesejahteraan psikologis mereka terutama guru perempuan yang mengajar di tingkat SD. Stres yang dirasakan oleh guru perempuan semakin bertambah dengan beban sebaga seorang ibu yang mengurus anak. Komunikasi antara anggota keluarga diasumsikandapat membantu guru untuk melewati masa sulit selama pandemi Covid-19. Penelitian inidilakukan untuk melihat peran pola komunikasi keluarga, baik dimensi conversation ataupun conformity, sebagai mediator dalam hubungan antara perceived social support dengan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel convenient sampling dari guru perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived social support
dengan psychological well-being baik secara langsung (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000), maupun tidak langsung melalui pola komunikasi keluarga dimensi conversation (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). Di sisi lain, pola komunikasi keluarga yang mementingkan konformitas dalam berpendapat tidak berperan sebagai mediator karena tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). Salah satu limitasi penelitian ini adalah penelitian
ini hanya dapat dilakukan masa pandemi akan tetapi hasil yang didapatkan mengimplikasikan bahwa dukungan sosial dari berbagai pihak sangat dibutuhkan oleh guru dalam menghadapi masa pandemi agar dapat menjadi bahagia, terlepas dari pola komunikasi di rumah. Meskipun demikian, pola komunikasi yang mementingkan kehangatan dalam berpendapat dan keterbukaan dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang menunjang psychological well-being guru di situasi pandemi.

During the Covid-19 pandemic, teachers are facing more challenges such as new teaching strategies. Thus, makes it difficult for teachers to maintain their psychological well-being especially female teachers who teach elementary students. Some of those female teachers have responsibilities as mothers at home. The burden of caring for children in home increasing the stress felt by these teachers. It is assumed that communication between family members can help teachers through difficult times during the Covid-19 pandemic. This
research was conducted to see whether conversation or conformity dimension within family communication pattern can act as mediator in the relationship between perceived social support and psychological well-being. This research is non-experimental study with convenient sampling technique given to female teachers. The result indicates that there is significant relationship between perceived social support and family communication pattern, either directly (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000) or indirectly through the conversation
dimension within family communication family patterns (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). On the other hand, family with high conformity dimension do not act as mediator in relationship between perceived social support and psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). One of the limitation of this study is this study can only be conducted in pandemic Covid-19 situation but the results obtained shows that social support from various sources is needed by teachers in order to be mentally healthy and happy regardless of communication patterns at home. However, communication patterns that emphasize warmth and openness can be one of the social
support that teachers needed in this pandemic situation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>