Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatma Dyah Savira
"Fandom sebagai ruang yang didominasi perempuan seringkali dianggap lebih ramah gender. Melalui berbagai aktivitas, seperti menulis fanfiksi, menggambar fan art, dan mengonsumsi juga membagikan karya pengemar lain, serta membangun jejaring sesama penggemar, para penggemar perempuan dapat berkegiatan dengan relatif lebih bebas, tanpa batas-batas yang ditetapkan lelaki. Penelitian ini bertujuan untuk mencaritahu cara-cara penggemar perempuan dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya di fandom, dan bagaimana kegiatan mereka dalam ruang penggemar dapat berkelindan dengan hal tersebut. Melalui pendekatan etnografi, dengan metode observasi partisipan dan wawancara mendalam secara daring, studi ini juga menggunakan studi pustaka untuk memperkaya analisa. Hasilnya menunjukkan bahwa informan dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan gender mereka melalui berbagai kegiatan penggemar, termasuk terlibat dalam, atau sekadar memperhatikan, diskursus yang sering muncul dalam fandom. Sekalipun ruang fandom masih heteronormatif, informan dapat menentukan sendiri pendekatan mereka pada fandom, termasuk dalam menghadirkan diri mereka.

Fandom as a female-dominated space is often considered more gender-friendly. Through various activities, such as writing fan fiction, drawing fan art, consuming and sharing the fan works of other fans, as well as building networks with fellow fans, female fans can carry out their activities relatively freely, without scornful limitations imposed by men. This research aims to find out the ways female fans can explore and express themselves in fandom, and how their activities in the fan space can be related to this. Through an ethnographic approach, with participant observation methods and online in-depth interviews, this study also uses literature research to enrich the analysis. The results show that informants can explore and express their gender through various fan activities, including engaging in, or simply paying attention to, discourses that often arise in fandom. Even though the fandom space is still heteronormative, informants can determine their own approach to fandom, including in presenting themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Sabila Andjani
"Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat partisipasi para fans dalam fandom telah mencapai tingkat keterlibatan yang semakin tinggi. Karya fans yang berfokus pada ‘slashing’ atau pada pasangan laki-laki telah sering menjadi subyek diskusi akademis karena dianggap sebagai wadah untuk mengeksplorasi konstruksi gender. Namun, hanya sedikit penelitian akademis yang dilakukan pada karya self-insert karena karya heterosexual diasumsikan tidak memiliki potensi subversif yang sama seperti karya ‘slashing’. Penelitian ini akan berfokus pada karya self-insert dalam bentuk fan work baik dalam bentuk visual ataupun textual pada fandom anime pada khususnya, karena secara historis, fandom anime lebih dikenal sebagai fandom yang didominasi laki-laki. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan mengambil konsep dari gender performativity theory, penelitian ini akan membandingkan dan mengkaji protagonis wanita dalam karya self-insert di fandom anime dan bagaimana karya tersebut telah mengeksplorasi secara kreatif identitas gender dan seksual mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap norma gender konvensional.
In recent years, fan participation in their respective fandoms have reached new levels of higher and deeper involvement than ever before. Fan made works that focus on ’slashing’ or the pairing of two male characters have been subject to plenty of academic discussions as they offer rich data to explore gendered discourses in the narrative construction of fictional and real-life identities. However, there has been less academic research done on self-insertion fan works where the author inserts her own self into the narrative. Self-insertion fan works more often than not, focus on heterosexual relationships, and thus has been neglected by scholars as it is assumed that heterosexual works do not have the same subversive potential as slash fan works do. Though self-insertion fan works has been seen as an inherently feminine practice, this paper will focus on self-insertion fan works in the form of fan fiction, and visual forms of self-insert fan works by the anime fandom in particular, as the anime fandom has been historically known to be more male dominated. By using a qualitative approach to the study and drawing on concepts from gender performativity theory, this paper will compare and examine the female protagonists in several chosen self-insert fan works in the anime fandom and how the female authors have creatively explored and played with their gendered and sexual identities as a form of resistance to conventional gendered discourses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Sabila Andjani
"Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat partisipasi para fans dalam fandom telah mencapai tingkat keterlibatan yang semakin tinggi. Karya fans yang berfokus pada slashing atau pada pasangan laki-laki telah sering menjadi subyek diskusi akademis karena dianggap sebagai wadah untuk mengeksplorasi konstruksi gender. Namun, hanya sedikit penelitian akademis yang dilakukan pada karya self-insert karena karya heterosexual diasumsikan tidak
memiliki potensi subversif yang sama seperti karya ‘slashing’. Penelitian ini akan berfokus pada karya self-insert dalam bentuk fan work baik dalam bentuk visual ataupun textual pada fandom anime pada khususnya, karena secara historis, fandom anime lebih dikenal sebagai fandom yang didominasi laki-laki. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan mengambil konsep dari gender performativity theory, penelitian ini akan membandingkan dan mengkaji protagonis wanita dalam karya self-insert di fandom anime dan bagaimana karya tersebut telah mengeksplorasi secara kreatif identitas gender dan seksual mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap norma gender konvensional.

In recent years, fan participation in their respective fandoms have reached new levels of higher and deeper involvement than ever before. Fan made works that focus on ’slashing’ or the pairing of two male characters have been subject to plenty of academic discussions as they offer rich data to explore gendered discourses in the narrative construction of fictional and real-life identities. However, there has been less academic research done on self-insertion fan works where the author inserts her own self into the narrative. Self-insertion fan works more often than not, focus on heterosexual relationships, and thus has been neglected by scholars as it is assumed that
heterosexual works do not have the same subversive potential as slash fan works do. Though self-insertion fan works has been seen as an inherently feminine practice, this paper will focus on self-insertion fan works in the form of fan fiction, and visual forms of self-insert fan works by the anime fandom in particular, as the anime fandom has been historically known to be more male dominated. By using a qualitative approach to the study and
drawing on concepts from gender performativity theory, this paper will compare and examine the female protagonists in several chosen self-insert fan works in the anime fandom and how the female authors have creatively explored and played with their gendered and sexual identities as a form of resistance to conventional gendered discourses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Desriana Juvita
"Keberagaman gender merupakan salah satu mekanisme tata kelola perusahaan yang dapat mengurangi potensi masalah keagenan di perusahaan yang dapat mempengaruhi tingkat risiko perusahaan. Beberapa penelitian empiris menemukan bahwa direksi wanita dapat memberikan pengaruh negatif terhadap risiko perusahaan, namun belum ada yang melihat unsur hubungan keluarga pada direksi wanita dan karakteristik perusahaan. Hal ini penting karena kepemilikan keluarga masih mendominasi bisnis di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keberagaman gender, leverage operasi (DOL) dan keunikan produk yang memberikan pengaruh terhadap risiko perusahaan yang diukur dengan total risiko, risiko sistematis dan risiko idiosinkratik. Penelitian ini mencangkup perusahaan dalam industri non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2017 hingga 2019. Dengan menggunakan model regresi efek acak, terdapat bukti yang signifikan bahwa proporsi wanita berpengaruh negatif terhadap risiko idiosinkratik sementara keberadaan direksi wanita yang memiliki hubungan keluarga berpengaruh negatif terhadap risiko sistematik namun berpengaruh positif terhadap risiko idiosinkratik. Disisi lain, keunikan produk berpengaruh negatif terhadap semua pengukuran risiko sedangkan DOL berpengaruh positif terhadap risiko sistematis. Temuan ini dapat membantu manajemen puncak perusahaan dan regulator mempertimbangkan untuk menunjuk wanita sebagai bagian dari jajaran direksi perusahaan serta lebih memperhatikan karakteristik perusahaannya guna menekan risiko perusahaan. 

Gender diversity is one of the corporate governance mechanisms that can reduce the potential agency problems in companies which can affect the level of firm risk. Several empirical studies have found that female directors give negative influence on firm risk, but no previous research has focused at the element of family relationship in female directors and company characteristics. This is important because family business still dominates in Indonesia. This research aims to analyze the effect of gender diversity, operating leverage (DOL), and product uniqueness give impact to firm risk which measured by total risk, systematic risk and idiosyncratic risk. This research examined non-financial institutions company which listed in Jakarta Stock Exchange for period 2017 to 2019. Using random effect regression model, there are significant evidence that proportion of women can give negative effect to idiosyncratic risk while women directors affiliated with family increase systematic risk but decrease idiosyncratic risk. In addition, product uniqueness gives negative effect to total risk and idiosyncratic risk meanwhile DOL give positive effect to systematic risk. These findings may help companies’ top management and government to consider to appoint female as part of board of directors as well as concern to company’s characteristic to maintain the firm risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poetri Primagita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara positive gender identity, patriarchal belief, dan importance of gender identity dengan konflik identitas pada pemimpin wanita di Indonesia. Penelitian ini terdiri dari dua studi. Studi pertama merupakan survei dilakukan dalam dua tahap pengumpulan data yang melibatkan 151 pemimpin wanita di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan positive gender identity dengan konflik identitas pemimpin/wanita. Ditemukan pula hubungan positif signifikan patriarchal belief dengan konflik identitas pemimpin/wanita. Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara importance of gender identity dengan konflik identitas pemimpin/wanita. Studi kedua merupakan studi kuasi eksperimen dua kelompok, yang bertujuan untuk melihat perbedaan konflik identitas pemimpin/wanita yang dirasakan oleh partisipan dalam kelompok positive gender identity dan kelompok kontrol. Sampel studi kedua berbeda dari sampel studi pertama, namun masih dalam populasi yang sama N=70 . Manipulasi dilakukan dengan menyajikan stimulus tertulis, kemudian partisipan diberikan self-report berisi item-item konflik identitas pemimpin/wanita dan positive gender identity. Hasil penelitian studi dua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan konflik identitas pemimpin/wanita yang dirasakan oleh partisipan dalam kelompok positive gender identity dengan partisipan dalam kelompok kontrol.

ABSTRACT
This study aimed to determine whether there are a significant relationship between positive gender identity, patriarchal belief, and importance of gender identity with identity conflict in women leaders in Indonesia. This study consist of two studies. The first study was a survey with two stage of data collection involving 151 women leaders in Indonesia. The result shows that there is a negative significant relationship between positive gender identity with woman leader identity conflict. We also found there is a positive significant relationship between patriarchal belief with woman leader identity conflict. In contrast, there is no significant relationship between importance of gender identity with woman leader identity conflict. The second study was a quasi experimental between subject design, aiming to examine the differences of woman leader identity conflict perceived by participant in positive gender identity group and control group. Sample in the second study is not overlap with the sample in the first study, but they came from the same population N 70 . Manipulation is done by presenting written stimulus, then participants are given self report contained woman leader identity conflict and positive gender identity items. The result of the second study indicated that there is no significant differences woman leader identity conflict perceived by participants in positive gender identity group and control group."
2017
T47834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Dhamayantie
"Isu mengenai kesejahteraan perempuan dan kesetaraan gender kini sedang marak dibahas, termasuk di Indonesia. Sayangnya, kelompok perempuan yang kerap menyuarakan isu-isu perempuan, termasuk kelompok feminis, seringkali mendapatkan penolakan dan diberikan stigma. Contoh stigma dari feminis adalah pembenci laki-laki, dan juga anti-pernikahan. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji kebenaran tersebut dengan mencari hubungan antara sikap feminis dan ambivalensi terhadap laki-laki, sikap feminis dan sikap terhadap pernikahan, serta hubungan antara ambivalensi terhadap laki-laki dan sikap terhadap pernikahan. Sikap feminis diukur dengan Liberal Feminist Attitude and Ideology Scale-Short Form (LFAIS-short form) (Morgan, 1996), sikap terhadap pernikahan diukur dengan General Attitudes toward Marriage Scale (GAMS) (Park & Rosen, 2013) dan ambivalensi terhadap laki-laki diukur menggunakan Ambivalence toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999). Partisipan penelitian (n = 958) merupakan mahasiswi dengan rentang usia 18-25 tahun yang berdomisili atau berkuliah di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada ketiga hipotesis tersebut.

There has been a rise of interest in women’s movement and gender equality, including in Indonesia. Unfortunately, women activists who express their support in the movement, particularly feminists, often received rejection and stigmatized. Being a man-hater and anti-marriage are the prominent stigmas. This correlational research aims to test the rightness of those two stigmas by finding the relationship between feminist attitude and ambivalence towards men, feminist attitude and attitude towards marriage, also ambivalence towards men and attitude towards marriage. The feminist attitude is measured by Liberal Feminist Attitudes and Ideology Scale-Short Form (LFAIS-Short Form) (Morgan, 1996), attitude towards marriage measured by General Attitudes toward Marriage Scale (GAMS) (Park & Rosen, 2013), and ambivalence towards men measured by Ambivalence toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999). Participants of this study (n = 958) are women college students aged 18-25 years old that lives or have their college located in Jabodetabek. The result shows that there are significant correlations on three of the hypotheses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Huwaida
"Dance Cover merupakan salah satu kegiatan mengikuti gerakan tarian dari para artis K-pop. Anggota dance cover dituntut untuk memiliki kemiripan dari segi gerakan,kostum ,postur tubuh serta ekspresi yang ditampilkan. Namun, perilaku tersebut sering mendapatkan stereotip buruk di dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan berperan ini saya akan mencoba untuk melihat identitas dan ekspresi gender serta tanggapan dari keluarga dan teman sebaya terhadap identitas dan ekspresi gender yang mereka tunjukkan. Dari penelitian yang dilakukan terhadap enam orang remaja pria yang mengikuti dance cover terlihat bahwa identitas gender mereka adalah laki-laki,namun mereka mengekspresikan gender mereka secara androgini dan sudah mulai ada keluarga serta teman-teman sebaya mereka yang tidak bermasalah dengan ekspresi gender yang mereka tunjukkan.
Dance cover is one of the activities to follow the dance move from the K-pop artist. All the members of dance cover need to have the similarities in their dance relate to costume, posture and expression with the K-pop who they covered. However their behavior was often get a bad stereotype in Indonesia society. Therefore with this research with using qualitative approach with in-depth interviews and participative observation methods, I will try to describe their identity and gender expression as well as feedback from their family and friends from the identity and gender expression as their appearance. The research was conducted against six boys who followed a dance cover showed that the identity of their gender were a boy but they not expressed their gender as masculine. They express the gender as a androgyny and nowadays their family and some friends not bothered at all with their gender expression that they show up."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhraeni
Jakarta: AFRA Institute, 2008
305.3 SUH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eneng Darol Affiah
"Dalam sepuluh tahun terakhir ini, salah satu gejala sosial yang menarik untuk dicermati adalah mengenai pengaruh perspektif gender terhadap ajaran Islam dan gerakan organisasi perempuan Islam. Pengaruh tersebut dapat diamati dengan maraknya diskusi, pendidikan dan pelatihan serta penerbitan buku yang mensosialisasikan gagasan keadilan gender ke dalam berbagai komunitas Islam.
Berdasarkan pada fenomena sosial di atas, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: faktor-faktor apa yang melatarbelakangi diadopsinya analisis gender ke dalam organisasi perempuan Islam dan dalam bentuk apa pengaruh tersebut terhadap gerakan organisasi?
Penelitian menunjukkan bahwa analisis gender dan pengaruhnya terhadap gerakan organisasi perempuan Islam dengan organisasi Fatayat Nahdlatul Ulama sebagai kasus dilatarbelakangi oleh adanya pertarungan wacana dan kebijakan terhadap pendekatan Woman In Development (WID) dari mereka yang menggunakan pendekatan Gender and Development (GAD). Pendekatan terakhir ini menjadi titik pandang bagi sejumlah individu dan organisasi-organisasi LSM perempuan untuk melakukan counter culture dalam menggugat dan menantang nilai-nilai yang dibakukan oleh masyarakat dan negara. Bentuk penggugatan tersebut antara lain dengan membentuk organisasi yang memunculkan perspektif tanding mengenai ideologi gender dan melakukan proses penyadaran terhadap komunitas perempuan pada tingkat akar rumput. Oranisasi-organisasi ini melahirkan arah dan gerakan baru bagi perempuan Indonesia yang sering disebut gerakan yang berwawasan gender.
Gerakan yang sama dilakukan oleh kelompok perempuan Muslim yang dikategorikan sebagai kelompok "Muslim Transformatif'?. Dengan analisis gender, mereka membedah teks-teks keagamaan Islam, terutama al-Quran, Hadis dan berbagai literatur hukum Islam serta menafsirkan ulang (reinterpretasi) sejumlah tema-tema keagamaan seperti tema kepemimpinan perempuan, hak waris bagi perempuan, nilai kesaksian perempuan, hak-hak reproduksi perempuan, hak menentukan pasangan hidup bagi perempuan, poligami, sunat bagi perempuan (mutilasi), aborsi, dan lain-lain.
Sejumlah literatur agama yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren dan madrasah ditinjau kembali dan aksi kongkret pun telah dilakukan, seperti upaya amandemen terhadap undang-undang negara yang memiliki bias gender, terutama yang didasarkan pada perspektif hukum Islam, seperti UU Perkawinan tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Disamping itu telah berdiri pusat-pusat penanganan perempuan korban kekerasan yang berbasis pada lembaga-lembaga keagamaan, seperti yang dibentuk oleh Puan Amal Hayati di beberapa pesantren, seperti Pesantren Nurul Islam, Jember, Pesantren Al-Ishlahiah, Malang, Pesantren Aqidah Usmaniah, Madura, dan lain-lain.
Pengaruh yang paling terlihat dari analisis gender terhadap gerakan perempuan Islam adalah pada organisasi Fatayat Nahdlatul Ulama. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, hampir semua program organisasi ini berbasis pada analisis gender. Program yang telah dilakukannya antara lain membentuk crisis center untuk mengatasi kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi (PIKER). Hal yang jauh lebih penting dari pengaruh tersebut adalah membuka perspektif baru yang bergerak pada tiga tataran utama, yaitu: (1) dari eksklusif ke inklusif; (2) dari kejumudan ke pencerahan dan pemberdayaan; dan (3) dari kekangan ke pembebasan dan demokrasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Savitri
"Di Indonesia, upaya memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender (KKG) bagi perempuan mulai memperlihatkan arah lebih jelas dengan diterbitkannya Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan. Strategi pengarusutamaan gender bertujuan terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya mencapai maksud akan dilihat dari keseriusan dan konsistensi pemerintah dalam mengadopsi konsep-konsep yang relevan dengan KKG.
Penelitin ini menggunakan studi dokumen sebagai metodologi. Dokumen yang diteliti adalah GBII 199-2000, Propenas 2000-2004 dan Renstra 2000-2004 dari empat bidang pembangunan, yakni pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan perencanaan pembangunan. Analisis dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran yang ditetapkan berdasarkan pengadopsian konsep-konsep yang relevan dengan GAD, PUG, WID dan Nilai Dasar KKG di setiap dokumen. Selain itu, juga dianalisis konsistensi di dalam setiap dokumen (internal) dan antar dokumen (eksternal) dalam mengadopsi konsep-konsep tersebut. Hasil analisa berupa uraian yang bersifat deskriptif dan kualitatif.
Hasil penelitian menemukan bahwa pembangunan pendidikan terlihat cukup serius mengupayakan pencapaian KKG. Hal ini dapat dilihat dari perhatian terhadap relasi gender laki-laki dan perempuan sebagai faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendidikan dan tindak lanjut dalam bentuk affirmative action, seperti beasiswa dan kelompok belajar untuk perempuan buta huruf. Namun demikian, tidak ditemukan strategi PUG.
Pembangunan pemberdayaan perempuan terlihat memenuhi semua ide dan pemikiran yang diperlukan dalam upaya mencapai KKG, namun letaknya parsial yakni di bawah pembangunan sosial budaya. Keterbatasan kedudukan dan peran serta kewenangan Kementrian Pemberdayaan Perempuan akan membuat upaya pencapaian KKG melalui strategi PUG ke dalam seluruh proses pembangunan berpotensi menghadapi kendala di masa datang.
Pembangunan kesehatan terlihat cukup serius dengan kecenderungan WID cukup kuat, khususnya kesehatan reproduksi, anemia ibu hamil, KB dan sebagainya. Hal menarik berkaitan dengan pengarusutamaan gender adalah pemberian kesempatan kepada perempuan dalam pengambilan keputusan alokasi dana.
DaIam upaya KKG, peran pembangunan yang dilakukan Bappenas dituangkan dalam dokumen Propenas masih terbatas di tingkat konsep dasar seperti demokrasi, akuntibilitas, transparansi, penegakan hukum dan pemerintahan yang baik. Sementara konsep efisiensi dan efekt1fitas merupakan landasan penting bagaimana melakukan perencaan pembangunan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh dokumen memperlihatkan konsistensi internal dalam mengadopsi konsep-konsep yang relevan dengan KKG. Sementara konsistensi eksternal di masing-masing bidang pembangunan bervariasi.
The Government's Efforts to Promote Gender Equity and Equality in DevelopmentDewayani Attempts to promote gender equity and equality (GEE) for women in Indonesia by the Government have just started to be more apparent since the issuance of Presidential Decree No. 9 Year 2000 regarding Gender Mainstreaming in Development. Gender Mainstreaming strategy aims at ensuring planning, implementation and monitoring, evaluation as well as taking consideration on gender perspectives in order to promote gender equality and equity within family, society and nation. The objective of the study is to evaluate the government's consistency in adopting concepts relevant to GEE into the related policies. Using document study as a method, the study investigates documents of GBHN (National Development Guidance). Propenas (Five Years Development Plan) and Renstra (Strategic Plan) of four sectors of development, which are of education, health, women empowerment, and development plan. Analysis of the level of seriousness is carried out by using measurement scale based on the adopted concepts relevant to GAD, PUG (Gender Mainstreaming), W ID and the basic value of GEE in each document. The consistency in each document (internal) and between documents (external) in adopting concepts is also analyzed. The result of the analysis is presented in descriptive and qualitative manner.
In the area of education, findings show that the government has extensively adopted concepts relevant to GEE as seen from the identification of gender relation as significant factor responsible for women's lack of education with affirmative action as a remedy. However, no PUG strategy has been identified.
The improvement of women's empowerment seems to fulfill all of the ideas and opinion, needed to achieve GEE. Yet because it is positioned only as a partial component of socio-cultural development, and also because of the Iimited role, position and authority of the State Ministry of Women Empowerment, the efforts in achieving the GEE in all development process through PUG strategy are potentially facing constraints in the future.
In the health sector the government demonstrates moderate efforts in adopting concepts relevant to GEE. On the other hand, a significant emphasis on WID is apparent, especially in the issues of reproduction health, anemia of pregnant women, and else. A positive finding for promoting GEE is opportunities for women in decision-making and budget allocation.
In terms of development planning, only basic concepts relevant to GEE is adopted, such as democracy, accountability, transparency, legal enforcement and good governance, while efficiency and affectivity become fundamental concepts in planning activity.
In general, it can be concluded that while each document has show internal consistency in adopting concepts relevant to GEE, it demonstrates that external consistency in each sector of development is at variance.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>