Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77383 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mita Noviyanti
"Kecemasan menjelang prosedur operasi merupakan hal umum yang dialami jutaan pasien anak setiap tahunnya. Stres dan kecemasan pre-operasi yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif terhadap kondisi anak seperti terjadinya nyeri pasca operasi yang lebih berat dan pemulihan yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas edukasi menggunakan media animasi audiovisual terhadap kecemasan anak pra-sekolah sebelum tindakan operasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial Designs (RCTs). Responden dibagi secara acak menjadi 2 kelompok (masing-masing n=26), Kelompok A: menggunakan animasi audiovisual yang diproduksi sendiri berisi informasi terkait prosedur pembedahan; Kelompok B: kelompok kontrol. Kecemasan anak-anak sebelum operasi dinilai menggunakan Modified Yale Preoperative Anxiety Scale (mYPAS) pada titik waktu yang berbeda: sehari sebelum operasi (T0/baseline), di ruang persiapan operasi (T1), dan sesaat sebelum induksi anestesi (T2). Skor kecemasan dianalisis menggunakan Generalized Linear Models (GLM). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor kecemasan yang signifikan antara kelompok yang diberikan edukasi dengan media animasi audiovisual dengan kelompok kontrol pada pengukuran kedua (MD: -11,73; p<0,05). Edukasi dengan media animasi audiovisual berpengaruh terhadap kecemasan anak pra-sekolah sebelum tindakan operasi, sehingga dapat dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam program persiapan pre-operasi sebagai intervensi keperawatan yang dilakukan secara mandiri oleh perawat untuk anak yang menjalani tindakan operasi.

Anxiety before surgical procedures is a common thing experienced by millions of pediatric patients every year. Excessive pre-operative stress and anxiety can have a negative impact on the child's condition, such as more severe post-operative pain and poor recovery. This study aims to identify the effectiveness of education using audiovisual animation on preoperative anxiety in preschool children. This research used a Randomized Controlled Designs (RCTs). The children were randomly divided into 2 groups (n = 26 for each), Group A: using a self-produced audio-visual animation which contains information related to the surgical procedure; Group B: controlled group. Children’s preoperative anxiety was determined by the modified Yale Preoperative Anxiety Scale (mYPAS) at different time points: the night before surgery (T0/baseline), at pre-anesthetic holding room (T1), and just before anesthesia induction (T2). Anxiety scores were analyzed using Generalized Linear Models (GLM). The results of the analysis showed that there was a significant difference in anxiety scores between the group that was given education using audiovisual animation media and the control group in the second measurement (T2) (MD: -11.73; p<0.05). Education using audiovisual animation media has an effect on preoperative anxiety in preschool children. The results of this study can be considered and integrated into the pre-operative preparation program as a nursing intervention carried out independently by nurses for children undergoing surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Marthafanny
"Kehamilan melibatkan peningkatan hormon dan adaptasi biologis. Hal ini menyebabkan penurunan daya ingat yang disebut baby brain. Kehamilan merupakan saat yang rentan dalam peningkatan kecemasan dan kualitas tidur yang buruk. Kecemasan dan kualitas tidur buruk yang terus menerus terjadi dapat berdampak pada penurunan daya ingat. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara kualitas tidur dan kecemasan terhadap baby brain pada wanita hamil trimester ketiga.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode consecutive sampling. Jumlah sampel penelitian 110 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index, Zung Self-Rating Anxiety Scale dan Everyday Memory Questionnaire. Sebagian besar wanita hamil trimester ketiga memiliki tingkat kecemasan ringan 80,9 dan kualitas tidur yang buruk 67,3.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan baby brain p=0,003 serta kecemasan dengan baby brain p=0,000 . Penelitian ini merekomendasikan pentingnya memperhatikan aspek fisik dan psikologis ibu hamil, mengembangkan intervensi yang berkontribusi positif dalam menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur, mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi baby brain selama kehamilan.

Pregnancy involves increased hormones and biological adaptation. It lowers memory, referred to as baby brain. Pregnancy is a vulnerable period in terms of increased anxiety and poor sleep quality. Continuous anxiety and poor sleep quality may lower memory. The purpose of this study was to examine the relations between sleep quality and anxiety with baby brain in third trimester pregnant women.
This study used cross sectional design with consecutive sampling method. Total research sample was 110 respondents. The instruments were the Pittsburgh Sleep Quality Index, Zung Self Rating Anxiety Scale and Everyday Memory Questionnaire. Most pregnant women in the third trimester had mild anxiety 80,9 and poor sleep quality 67,3.
The research result showed relations between sleep quality and baby brain p 0,003 and anxiety and baby brain p 0,000. This study recommended the importance of paying attention to the physical and psychological aspects of pregnant women, developing intervention which contributes positively in reducing anxiety and improving sleep quality, identifying other factors influencing baby brain during pregnancy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Vanessa
"Kecemasan preoperasi pada pasien bedah anak merupakan komponen penting dalam operasi bedah anak. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien anak yang menjalani perawatan preoperasi sebelum dan setelah diberikan intervensi edukasi preoperasi dengan media audiovisual. Penerapan intervensi diberikan dengan memperlihatkan video edukasi preoperasi pada pasien anak dan orangtua yang menjelaskan prosedur preoperasi, teknik relaksasi tarik nafas dalam, dan batuk efektif. Tingkat kecemasan pada pasien anak diukur dengan Revised Children Manifest Anxiety Scale. Hasil penelitian didapatkan terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada pasien bedah anak sebelum dan sesudah diberikan edukasi preoperasi dengan media audiovisual yang dimana skor RCMAS sebelum dilakukan intervensi mencapai 22 yang menunjukkan adanya kecemasan klinis. Setelah pasien bedah anak diberikan intervensi skor RCMAS turun menjadi 12 sampai dengan 19 yang menunjukkan kecemasan normal. Kesimpulannya yaitu pemberian edukasi preoperasi dengan media audiovisual dapat diberikan kepada pasien bedah anak untuk menurunkan kecemasan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji lebih lanjut perbedaan secara signifikan tingkat kecemasan pada pasien bedah anak dengan media audiovisual, dengan jumlah sampel yang lebih besar.

Preoperative anxiety in pediatric surgical patients is an important component of pediatric surgery. The purpose of the study was to identify the level of anxiety of pediatric patients who underwent preoperative treatment before and after being given preoperative education interventions with audiovisual media. Implementation of the intervention was given by showing preoperative educational videos to pediatric patients and parents explaining preoperative procedures, deep breathing relaxation techniques, and effective coughing. The level of anxiety in pediatric patients was measured by the Revised Children Manifest Anxiety Scale. The results showed that there were differences in the level of anxiety in pediatric surgical patients before and after being given preoperative education with audiovisual media where the RCMAS score before the intervention reached 22 which indicated the presence of clinical anxiety. After pediatric surgery patients were given intervention the RCMAS score dropped to 12 to 19 which indicates normal anxiety. The conclusion is that preoperative education with audiovisual media can be given to pediatric surgery patients to reduce anxiety. Recommendations for further research can be further studied the significant difference in anxiety levels in pediatric surgery patients with audiovisual media, with a larger sample size"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlela Lantu
"Kecemasan kehamilan dan ketakutan persalinan merupakan masalah psikologis yang sering terjadi pada trimester III kehamilan yang memberikan dampak negatif terhadap maternal dan janin. Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat menurunkan tingkat kecemasan kehamilan dan ketakutan persalinan adalah pemberian edukasi antenatal dengan media audiovisual. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh edukasi antenatal dengan media audiovisual terhadap kecemasan kehamilan dan ketakutan persalinan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment Pre post test with control  group yang melibatkan 77 ibu hamil yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi mendapatkan edukasi rutin dikombinasikan dengan audiovisual dan kelompok kontrol mendapatkan edukasi rutin. Pemilihan sampel menggunakan consecutive sampling pada ibu hamil yang memiliki usia kehamilan 28 – 33 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi antenatal dengan media audiovisual lebih memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan kehamilan dan ketakutan persalinan (Pvalue <0,001), lebih lanjut didapatkan bahwa meskipun faktor pendidikan memiliki hubungan dengan kecemasan kehamilan, namun faktor yang paling berpengaruh adalah faktor edukasi audiovisual (Pvalue <0,001) dengan pengaruh sebesar 20,21 % terhadap kecemasan kehamilan dan 84,30% terhadap ketakutan persalinan. Sehingga pemberian edukasi audiovisual direkomendasikan untuk diterapkan dalam layanan antenatal care sebagai upaya untuk menurunkan kecemasan kehamilan dan ketakutan persalinan pada ibu hamil.

Pregnancy anxiety and fear of childbirth are psychological problems that often occur in the third trimester of pregnancy that have a negative impact on the mother and fetus. One of the non-pharmacological interventions that can reduce the level of pregnancy anxiety and fear of childbirth is the provision of antenatal education with audiovisual media. The purpose of this study is to see the effect of antenatal education with audiovisual media on pregnancy anxiety and fear of childbirth. This study used  a quasi-experiment research design Pre post test with control group involving 77 pregnant women who were divided into two groups, namely the intervention group received routine education combined with audiovisual and the control group received routine education. Sample selection used consecutive sampling in pregnant women who had a gestational age of 28 – 33 weeks. The results showed that antenatal education with audiovisual media had a more significant influence in reducing pregnancy anxiety and fear of childbirth (Pvalue <0.001), further found that although the educational factor has a relationship with pregnancy anxiety, the most influential factor was the audiovisual education factor (Pvalue <0.001) with an effect of 20.21% on pregnancy anxiety and 84.30% on fear of childbirth. Therefore, the provision of audiovisual education is recommended to be applied in antenatal care services as an effort to reduce pregnancy anxiety and fear of childbirth in pregnant women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Wahyuni Mohamad
"Nyeri pada anak saat dilakukan prosedur invasif yang tidak teratasi dengan baik bisa berdampak terhadap kondisi kesehatan anak, kegiatan, interaksi, pola tidur anak dan menolak prosedur invasif sehingga dapat menghambat perawatan atau pengobatan anak. Hal ini dapat diatasi dengan distraksi yaitu tindakan untuk mengalihkan perhatian untuk mengurangi nyeri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh menonton video kartun terhadap tingkat nyeri selama prosedur invasif pada anak di Rumah sakit umum daerah provinsi Gorontalo. Penelitian menggunakan desain quasi experiment post-test only with non-equivalent control group design dengan melibatkan 68 anak prasekolah di Rumah sakit umum daerah provinsi Gorontalo yang diambil menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan signifikan tingkat nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada prosedur invasif p-value 0,000. Implikasi penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan asuhan keperawatan anak dengan gangguan kenyamanan. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan tingkat nyeri selama prosedur invasif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah sakit umum daerah Provinsi Gorontalo.

Pain in children when invasive procedures are not handled properly can have an impact on the child's health condition, activities, interactions, sleep patterns and refuse invasive procedures so that it can hinder the child's care or treatment. This can be overcome by distraction, which is an action to divert attention to reduce pain. This study was conducted to determine the effect of watching cartoon videos on pain levels during invasive procedures in children at the Gorontalo Province Hospital. The study used a quasi-experimental post-test only design with non-equivalent control group design involving 68 preschool children at the Gorontalo Province Hospital, which were taken using an accidental sampling technique. The results of the study using the Mann Whitney test showed that there was a significant difference in pain levels in the intervention group and the control group in the invasive procedure, p-value 0.000. The implications of this research can be used as an evidence base in the management of nursing care for children with comfort disorders. The conclusion of this study is that there is a significant difference in the level of pain during invasive procedures in the intervention group and the control group at the Gorontalo Province Hospital."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifaurrahma Hanif
"Latar belakang: Pandemi Covid-19 menyebabkan terbentuknya beberapa kebijakan oleh pemerintah guna mencegah penyebaran penyakit. Kebijakan yang dibuat berupa PSBB (pembatasan sosial berskala besar). PSBB ini menyebabkan semua aktivitas yang tidak mendesak dilakukan dari rumah termasuk sekolah. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan kebiasaan terhadap anak-anak usia sekolah dasar. Perubahan kebiasaan tersebut berupa peningkatan penggunaan internet dan juga perubahan pola tidur. Orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar mengeluhkan bahwa sang anak menngalami penurunan kualitas tidur. Penurunan kualitas tidur dapat menjadi indikasi mengalami gangguan tidur yang kadang tidak disadari oleh sang anak dan orang tuanya. Gangguan tidur dapat berdampak kepada emosi, proses tumbuh kembang dan kognitifnya. Oleh karena itu, perlu diketahuinya hubungan aspek sosiodemografi terhadap gangguan tidur pada anak di sebelum dan selama pandemi Covid-19
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder dari projek SEANUTS II yang diambil dari anak usia 6-12 tahun di 22 Kabupaten/Kota di Indonesia. Jenis studi yang digunakan adalah before and after studies dengan uji yang digunakan adalah uji Chi-square, Uji normalitas, uji Kruskall-Wallis dan uji Mc-Nemar)
Hasil: Prevalensi gangguan tidur pada periode sebelum pandemi sebesar 41.82%, sedangkan prevalensi gangguan tidur saat pandemi mengalami penurunan dibanding sebelum pandemi menjadi 40.19%. Akan tetapi, hubungan antara gangguan tidur dengan pandemi Covid-19 tidak memiliki hubungan yang bermakna (p>0.05) Terjadinya peningkatan prevalensi gangguan tidur pada domain sleep-wake transisiton disorders dan diorders of excessive sonolence pada periode saat pandemi dibanding sebelum pandemi. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan usia dengan gangguan tidur baik sebelum pandemi dan saat pandemi (p > 0.05). Akan tetapi, pada variabel area tempat tinggal periode sebelum pandemi memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur (p < 0.05), sedangkan area tempat tinggal pada periode pandemi tidak memiliki hubungan yang siginifikan dengan gangguan tidur.
Kesimpulan: Terjadinya penurunan prevalensi gangguan tidur pada pandemi dibanding sebelum pandemi. Tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin dengan gangguan tidur baik periode sebelum dan selama pandemi, sedangkan aspek area tempat tinggal memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur hanya pada periode sebelum pandemi.

Abstrak Berbahasa Inggris:
Introduction: The Covid-19 pandemic has led to the formation of several policies by the government to prevent the spread of the disease. The policy made is in the form of PSBB (large-scale social restrictions). This PSBB causes all non-urgent activities to be carried out from home, including school. This causes a change in the habits of elementary school-age children. Changes in these habits are in the form of increased use of the internet and also changes in sleep patterns. Parents who have elementary school-aged children complain that their children experience a decrease in sleep quality. Decreased sleep quality can be an indication of having a sleep disorder that is sometimes not realized by the child and his parents. Sleep disturbances can have an impact on emotions, growth, and cognitive processes. Therefore, it is necessary to know the relationship between sociodemographic aspects to sleep disorders in children before and during the Covid-19 pandemic.
Method: This study used secondary data from the SEANUTS II project taken from children aged 6-12 years in 22 districts/cities in Indonesia. The type of study used is before and after studies with the tests used are the Chi-square test, normality test, Kruskal-Wallis test, and Mc-Nemar test)
Result: The prevalence of sleep disorders before the pandemic period was 41.82%, while the prevalence of sleep disorders during the pandemic was 41.82%. the pandemic has decreased compared to before the pandemic to 40.19%. However, the relationship between sleep disturbances and the Covid-19 pandemic was not significant (p>0.05). There was an increase in the prevalence of sleep disorders in the domain of sleep-wake transition disorders and orders of excessive somnolence during the pandemic period compared to before the pandemic. There was no significant relationship between sex and age with sleep disturbances before and during the pandemic (p > 0.05). However, the area of ​​residence in the pre-pandemic period had a significant relationship with sleep disturbances (p < 0.05), while the area of ​​residence during the pandemic period did not have a significant relationship with sleep disturbances.
Conclusion: There was a decrease in the prevalence of sleep disorders during the pandemic compared to before the pandemic. No significant relationship was found between age and sex with sleep disturbances both before and during the pandemic, while the area of ​​residence had a significant relationship with sleep disturbances only in the pre-pandemic period
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Norma Liana Sari
"Hipospadia merupakan salah satu penyakit kelainan kongenital pada laki-laki yang paling sering terjadi pada usia anak. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan penatalaksanaan medis seperti pembedahan. Tetapi, rencana pembedahan dapat membuat anak mengalami masalah keperawatan ansietas. Melalui teknik distraksi dan edukasi kesehatan pra operative, perawat mampu mengatasi masalah keperawatan ansietas pada anak. Berdasarkan hasil evaluasi, teknik distraksi dan edukasi kesehatan mampu mengatasi ansietas pada anak. Pernyataan ini dibuktikan dengan adanya penurunan pada skala ansietas dari nilai 15 ansietas sedang menjadi 8 ansietas ringan dan dari nilai 13 ansietas ringan menjadi 7 anseitas ringan dengan menggunakan instrumen modifikasi dari ZS-RAS dan T-MAS yang dibuat oleh Solikhah 2011 . Selain itu, anak mengatakan bahwa saat ini tidak mimpi buruk kembali, dapat tidur dengan nyenyak, serta wajah terlihat ekspresif dan ceria. Keberhasilan teknik ini juga dibantu oleh dukungan keluarga dan penerapan teknik komunikasi pada anak. Agar teknik distraksi dan edukasi kesehatan lebih efektif untuk mengatasi ansietas pada anak, pihak institusi pelayanan kesehatan perlu membuat media edukasi kesehatan mengenai persiapan pra operative, yang mendorong adanya interaksi antara anak dan petugas kesehatan sesuai tumbuh kembang anak.

Hypospadias is one of the most common congenital aberrations in males at the age of the child. To solve the problem, medical management is needed such as surgery. However, a surgical plan may make the child have anxiety nursing problems. Through distraction techniques and preoperative health education, nurses are able to overcome the problem of nursing anxiety in children. Based on the evaluation, distraction technique and health education able to overcome anxiety in children. This statement is evidenced by a decrease in the anxiety scale from a value of 15 medium anxiety to 8 mild anxiety and from a value of 13 mild anxiety to 7 mild anxiety using modified instrument of ZS-RAS and T-MAS made by Solikhah 2011 . In addition, the child says that the moment is not a nightmare back, can sleep soundly, and the face looks expressive and cheerful. The success of this technique is also aided by family support and application of communication techniques in children. In order for distraction and health education techniques to be more effective to overcome anxiety in children, the institution of health services need to make health education media about pre-operative preparation, which encourage the interaction between child and health officer according to child growth.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Andrian
"Tindakan operasi atau pembedahan adalah pengalaman yang sulit dan menimbulkan kecemasan bagi hampir semua orang, karena semua kemungkinan buruk yang membahayakan pasien bisa terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan prajurit sebelum tindakan operasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitaif dengan desain cross sectional, dengan sampel 30 orang prajurit yang akan menjalani operasi di Rumah Sakit tentara di Jakarta yang dipilih dengan secara non random sampling. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan. Dengan hasil uji validitias dan reliabilitas menggunakan teknik korelasi Pearson didapatkan r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai α 0,852. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prajurit yang akan melaksanakan tindakan mengalami cemas ringan sebanyak 18 orang dan cemas sedang 12 orang. Hasil penelitian ini diharapkan akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan perioperatif pada prajurit.

Surgery is a difficult experience and could cause anxiety for most people, as of all the bad possibilities that might occur. This study explores anxiety levels among soldiers before surgical procedure. This is a descriptive quantitative research with a cross sectional design. Thirty soldiers who will undergo surgery were non randomly selected. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) was applied to measure anxiety level. With the results of validity and reliability using the Pearson correlation technique obtained r count was greater than r table and the value of α 0.852. The results showed that 18 soldiers experienced mild anxiety during the preoperative phase and 12 soldier had moderate anxiety. The results of this study are expected to improve the quality of perioperative nursing care for soldiers patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Selvina Rosdiana
"Hematotoksisitas pada leukemia limfoblastik akut (LLA) anak selama terapi fase pemeliharaan, merupakan hal penting, karena dapat menyebabkan kondisi mengancam jiwa dan penghentian dini terapi, yang dapat meningkatkan risiko relaps. Untuk menghindari hematotoksisitas, American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics merekomendasikan penyesuaian dosis awal merkaptopurin (6MP) berdasarkan genotip enzim pemetabolisme 6MP yaitu thiopurine S-methyl transferase (TPMT), berdasarkan studi-studi sebelumnya polimorfisme enzim tersebut memengaruhi kadar metabolit aktif 6MP dan hematotoksisitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hematotoksisitas dan melihat hubungannya dengan genotip TPMT, fenotip TPMT, dan karakteristik pada pasien LLA anak di Indonesia. Studi potong lintang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Kanker Dharmais pada bulan Juni 2017–Oktober 2018 terhadap 106 pasien LLA anak yang sedang mendapatkan 6MP minimal 1 bulan pada terapi fase pemeliharaan.
Prevalensi hematotoksisitas pada fase pemeliharaan pasien LLA anak di Indonesia 71,7%, dengan neutropenia 51,9%, anemia 44,3%, dan trombositopenia 6,6%. Neutropenia tingkat 3–4 sebesar 9,4%. Alel mutan yang ditemukan hanya TPMT*3C dengan frekuensi 0,95%. Kadar 6TGN, 6MeMP dan rasio kadar 6MeMP/6TGN sangat bervariasi, yaitu 6–234,04 pmol/8x108 eritrosit, 3,5–3167,01 pmol/8x108 eritrosit, dan 0,06–100,64 pmol/8x108 eritrosit, secara berurutan. Sebesar 76,4% pasien berusia antara 1–10 tahun dan > 95% pasien memiliki status gizi dan kadar albumin normal. Proporsi pasien berdasarkan stratifikasi risiko dan dosis harian 6MP sebanding. Tidak terdapat hubungan antara hematotoksisitas dengan genotip TPMT, usia, status gizi, kadar albumin, stratifikasi risiko, cara pemberian dosis harian 6MP, dan pemberian bersama kotrimoksazol. Faktor yang berhubungan dengan hematotoksisitas adalah fenotip TPMT: kadar 6MeMP (p = 0,004) dan rasio kadar 6MeMP/6TGN (p = 0,010). IMT ≤ 16,6 kg/m2 berhubungan dengan anemia dan kadar albumin serum ≤ 4,2 g/dL berhubungan dengan trombositopenia. Tidak terdapat hubungan antara genotip dengan fenotip TPMT pada pasien LLA anak di Indonesia.
Kesimpulan: Hematotoksisitas tidak berhubungan dengan genotip TPMT dan karakteristik pasien. Fenotip TPMT berhubungan dengan hematotoksisitas, namun kurang kuat untuk memprediksi hematotoksisitas.

Hematotoxicity in acute lymphoblastic leukemia (ALL) children during maintenance phase therapy is important, because it can cause life-threatening conditions and it is the major cause of drug discontinuation, which can increase the risk of relapse. To reduce hematotoxicity, American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics recommended to adjust starting dose of mercaptopurine (6MP) based on patient's genotype of thiopurine S-methyl transferase (TPMT), that affected 6MP active metabolite levels and hematotoxicity.
The aim of the study was to determine the prevalence of hematotoxicity and factors that affecting hematotoxicity, focus on genotype and phenotype of TPMT. A cross-sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Cancer Hospital in June 2017–October 2018 for 106 LLA patients who were receiving at least 1 month of 6MP during maintenance therapy.
The prevalence of neutropenia, anemia, and thrombocytopenia were 51.9%, 44.3%, and 6.6%, respectively. We found only TPMT *3C with a frequency of 0.95%. Erythrocyte levels of 6TGN, 6MeMP, and ratio of 6MeMP/6TGN levels vary greatly, 6–234,04 pmol/8x108 RBC, 3,5–3167,01 pmol/8x108 RBC, and 0,06–100,64 pmol/8x108 RBC. About 76.4% of patients aged 1–10 years, and > 95% of patients had normal nutritional status and serum albumin levels. The proportion of patients based on risk stratification and daily dose of 6MP were comparable. There was no association between hematotoxicity and genotype TPMT, age, nutritional status, serum albumin levels, risk stratification, daily dose of 6MP, and co-administration of cotrimoxazole. The factor associated with hematotoxicity was the TPMT phenotype: 6MeMP levels (p = 0.004) and the ratio of 6MeMP/6TGN levels (p = 0.010). BMI ≤ 16.6 kg/m2 was associated with anemia and serum albumin level ≤ 4.2 g/dL was associated with thrombocytopenia. There was no relationship between genotype and the TPMT phenotype in pediatric LLA patients in Indonesia.
Conclusion: Hematotoxicity is not associated with TPMT genotype and patient characteristics. The TPMT phenotype is associated with hematotoxicity but is not strong enough at predicting hematotoxicity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tendean, Susiana
"Kejang adalah suatu gejala yang disebabkan oleh gangguan paroksismal involunter akibat lepasnya muatan listrik di neuron otak. Manifestasi klinis kejang dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik dan otonom. Penanganan kejang ditujukan untuk menghentikan kejang secepatnya dan mencari faktor penyebab yang melatarbelakangi timbulnya serangan. Penghentian kejang secepatnya diperlukan untuk mencegah terjadinya status epileptikus namun penatalaksanaan kejang sering kali tidak dilakukan secara adekuat. Pemakaian obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan kejang sulk terkontrol.
Penggunaan obat golongan benzodiazepin masih menjadi pilihan utama dalam mengatasi kejang termasuk status epileptikus karena awitan kerja obat cepat dan mempunyai efek samping yang relatif kecil. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM digunakan diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 10 kg atau diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kgBB.
Penggunaan diazepam rektal mempunyai beberapa kelemahan antara lain adalah obat sering keluar kembali bersamaan dengan feses, memerlukan teknik tertentu dalam pemberian obat tersebut dan rasa enggan orangtua jika memberikan obat melalui jalur ini terutama jika pasien sudah menginjak usia remaja. Hal ini membuat dipikirkannya pemberian obat melalul jalur lain yang lebih nyaman, efektif dan tidak melibatkan akses vena. Jalur pemberian obat tersebut adalah melalui mukosa bukal. Keunggulan pemberian obat melalui mukosa bukal disebabkan oleh karena pada daerah tersebut mengandung banyak vaskularisasi dan pemberian obat melalui mukosa bukal menyebabkan obat terhindar dari first-pass effect sehingga obat cepat memasuki sirkulasi sistemik. Pemberian obat melalui mukosa bukal/sublingual disebut juga dengan oral transmucosal administration.
Beberapa kepustakaan merekomendasikan lorazepam untuk mengatasi kejang karena awitannya cepat, mempunyai waktu paruh distribusi lebih panjang sehingga efek antikonvulsan lebih lama dan mempunyai efek samping depresi pernapasan lebih kecil dibandingkan diazepam.
Penggunaan lorazepam bukal dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi kejang dan menurut penelitian dikatakan bahwa pemberian antikonvulsan secara bukal lebih dapat diterima dibandingkan pemberian secara rektal karena seringkali baik orangtua, perawat maupun dokter yang memberikan pertolongan enggan dalam melakukan pemberian secara rektal.
Berdasarkan alasan tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang membandingkan pemberian lorazepam bukal dan diazepam rektal dalam tata laksana kejang pada anak. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka diajukan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
Apakah efekfivitas lorazepam bukal dalam mengatasi kejang lebih baik dibandingkan dengan diazepam rectal.
Hipotesis: pemberian lorazepam bukal lebih efektif dibandingkan diazepam rektal dalam mengatasi kejang. Tujuan umum untuk mendapatkan alternatif obat antikonvulsan yang bekerja efektif, aman dan pemberiannya mudah dilakukan. Tujuan khusus membandingkan proporsi kejang yang terkontrol dengan lorazepam bukal dan diazepam rectal, membandingkan waktu yang diperlukan oleh lorazepam bukal dan diazepam rektal dalam mengatasi kejang, menilai efek samping secara klinis yang terjadi pada subyek penelitian setelah pemberian masing-masing obat."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T58465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>