Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Pratama Razacky
"This study aims to determine the perception and interest of Indonesian society towards "Gig Work" or freelance work and the factors that influence it. This study uses data collection in the form of a Survey that is distributed freely through Google Form. This study analyzes each variable univariately and also introduces several control variables so that the process uses Probability Unit Regression (Probit) which compares gender, marital status, and also education level. From the results of the study, it can be concluded that the most determining factor in someone's interest in gig work is motivation based on economic needs. This finding is consistent with the understanding that motivation based on financial needs has a positive impact on someone's interest in a job, and in this study, the job is gig work.

Penelitian ini bertujuan untuk mengaetahui persepsi dan ketertarikan masyarakt Indonesia terhadap “Gig Work” atau pekejraan lepas dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dalam bentuk dari Survei yang disebarkakn secara lepas melalui Google Form. Penelitian ini menganalisa setiap variabel secara univariat dan juga mengenalkan beberapa variabel kontrol agar yang di proses menggunakan Probability Unit Regression (Probit) yang membandingkan antara jenis kelamin, status perkawinan, dan juga tingkat pendidikan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling menentukan ketertarikan seseorang terhadap gig work adalah motivasi yang berdasakran pada kebutuhan ekonomi. Temuan ini konsisten dengan pemahaman bahwa motivasi yang berlandaskan kebutuhan finansial memiliki dampak positif terhadap ketertarikan seseorang kepada sebuah pekerjaan, dan pada studi ini, pekerjaan tersebut adalah gig work atau pekerjaan lepas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Arifiani
"Pandemi COVID-19 meningkatkan angka pengangguran sehingga mendorong munculnya pekerja lepas dalam dunia digital, salah satunya host live streaming. Namun saat ini masih belum ada jaminan dalam pekerjaan mereka, sehingga kondisi psikososial pekerja lepas host live streaming Mico Live di Management 30M perlu ditinjau. Penelitian ini diawali dengan gambaran terkait status kelas pekerja host live streaming sebagai pekerja rentan dan tantangan yang dihadapinya. Kemudian gambaran kondisi pekerja terkait psikososial terhadap pekerjaanya dan peran manajemen berkaitan dengan hal tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan deskriptif yang dilakukan sejak September 2022 hingga Juni 2023 dengan teknik pengambilan data melalui wawancara kepada enam informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja lepas host live streaming di management 30M telah dapat mengelola permasalahan sosialnya dengan baik dan memaksimalkan kesempatan sosial yang ada. Hal tersebut digambarkan dengan terpenuhinya kebutuhan akan otonomi, kompetensi, dan hubungan sosial yang terdapat pada lingkungan kerja host live streaming, yang berhubungan dengan pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen.. Penelitian ini memiliki manfaat di bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, untuk menjadi acuan bahan ajar terkait mata kuliah Kesejahteraan Sosial dalam Sektor Industri khususnya mengenai pekerja lepas.

The COVID-19 pandemic has increased unemployment rates, leading to the emergence of freelancers in the digital world, including live streaming hosts. However, currently, there is still no job security for them, so the psychosocial conditions of freelancers working as live streaming hosts at Management 30M need to be examined. This research began by providing an overview of the vulnerable working class status of live streaming hosts and the challenges they face. Subsequently, it depicted the workers' psychosocial conditions related to their work and the role of management in this regard. The study is qualitative in nature, with a descriptive purpose, conducted from September 2022 to June 2023, using data collection techniques such as interviews with six informants.The findings of this research indicate that freelance hosts in Management 30M have been able to manage their social issues effectively and maximize existing social opportunities. This is illustrated by the fulfillment of their needs for autonomy, competence, and social relationships within the live streaming host work environment, which is related to the management's practices. The study's significance lies in the field of Social Welfare Sciences, as it serves as a reference for teaching materials related to the Social Welfare course in the Industrial Sector, especially concerning freelancers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Lupita
"Beberapa tahun belakang ini, fenomena gig economy sedang berkembang di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan perubahan dunia kerja yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Gig economy sendiri memberikan lapangan pekerjaan yang cukup besar dan menyerap banyak tenaga kerja, tetapi hal ini juga memiliki kekurangan. Para pekerja tersebut atau yang dikenal dengan sebutan gig workers bukanlah pekerja tetap, melainkan berstatus sebagai kontraktor independen. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi kerja pada gig economy di Indonesia yang dikaitkan dengan agenda ILO yaitu Decent Work. Penelitian ini melibatkan langsung partisipasi dari pengemudi transportasi online yang mana dapat dikategorikan sebagai gig workers dengan status “mitra” yang melekat pada mereka. Data dikumpulkan dari focus group discussion (FGD) yang melibatkan 40 responden yang berasal dari empat kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bogor, Depok, dan Yogyakarta. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui proses coding secara manual. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa pengemudi transportasi online memilih pekerjaan ini karena adanya kesempatan kerja yang menawarkan fleksibilitas, yang mana fleksibilitas tersebut merupakan suatu keuntungan yang tidak dapat ditemukan pada pekerjaan lain. Akan tetapi, pada kenyataannya pekerjaan tersebut justru belum sepenuhnya mampu menerapkan agenda Decent Work. Dengan kata lain, standar kerja yang berlaku pada umumnya tidak dapat ditemukan jika bekerja sebagai pengemudi transportasi online.

In recent years, gig economy phenomenon has been growing in Indonesia. The growth is marked by the alteration of work supported by information and communication technology that gets more sophisticated. Gig economy provides large jobs opportunity and absorbs relatively abundant labor. However, it has its weaknesses. The workers, called gig workers, are not permanent workers; they are independent contractors. This research aims to evaluate working condition of gig economy in Indonesia that is linked to ILO's agenda, namely Decent Work. This research involves online transportation's drivers' direct participation as gig workers. The data are collected from Focus Group Discussion (FGD) involving 40 respondents coming from four big cities in Indonesia: Jakarta, Bogor, Depok, and Yogyakarta. The analysis is performed using qualitative method by manual coding process. According to the analysis, online transportation's drivers chose this job as it offers flexibility, one of the benefits that may not be found in other jobs. However, in reality, that job has not been able to fully implement Decent Work agenda. In other words, work standard that is applied in general cannot be implemented if someone works as online transportation's driver."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raffianza Al Fathan
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan membahas bagaimana career commitment dari digital gig workers dipengaruhi oleh Job Crafting dan Meaningful Work serta peran mediasi meaningful work pada pengaruh job crafting terhadap career commitment pada digital gig workers di Indonesia. Model yang penulis gunakan diadaptasi berdasarkan tiga jurnal acuan yang dibuat oleh Wong, Kost, & Fieseler (2021), Mousa & Chaouali, (2022), dan Lin, Au, Leung, & Peng (2020). Penulis mengkombinasikan ketiga jurnal ini untuk membuat model penelitian yang baru. Penelitian ini menggunakan analisis SEM dengan bantuan perangkat lunak Lisrel 8.80 dan SPSS Statistics 23. Peneliti menyebarkan kuesioner pada grup telegram dan facebook untuk pengumpulan data dari digital gig workers di seluruh Indonesia. Sebanyak 237 responden diperoleh sebagai sampel pada penelitian ini. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dari job crafting terhadap meaningful work dan career commitment. Selain itu, terdapat juga peran mediasi parsial dari meaningful work pada pengaruh positif job crafting terhadap career commitment. Penemuan dari penelitian ini dapat digunakan dan dijadikan referensi bagi pihak yang memiliki kepentingan, khususnya akademisi dan perusahaan untuk meningkatkan komitmen karier para digital gig workers dengan membantu proses job crafting dan pembentukan makna sehingga para digital gig workers dapat bertahan pada career path yang mereka pilih.

This research aims to examine and discuss how career commitment of digital gig workers is influenced by Job Crafting and Meaningful Work, as well as the mediating role of meaningful work in the influence of job crafting on career commitment among digital gig workers in Indonesia. The model used by the author is adapted based on three reference journals by Wong, Kost, & Fieseler (2021), Mousa & Chaouali (2022), and Lin, Au, Leung, & Peng (2020) . The author combines these three journals to create a new research model. This study employs quantitative methods with SEM analysis using Lisrel 8.80 and SPSS Statistics 23 software. The researchers distributed questionnaires to Telegram and Facebook groups to collect data from digital gig workers across Indonesia. A total of 237 respondents were obtained as samples for this study. The research findings reveal that there is a positive influence of job crafting on meaningful work and career commitment. Additionally, there is a partial mediating role of meaningful work in the positive influence of job crafting on career commitment. The findings from this study can be utilized and serve as a reference for interested parties, particularly academics and companies, to enhance the career commitment of digital gig workers by assisting in the job crafting process and the formation of meaning, thus enabling digital gig workers to persist in the chosen career path."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ifa Alif
"Revolusi industri 4.0 memengaruhi setiap aspek kehidupan tidak terkecuali bidang pendidikan. Kini belajar tidak hanya tatap muka secara langsung, namun juga berkembang ke channel online melalui kehadiran beragam aplikasi edukasi. Aplikasi kursus daring tersebut memberi kesempatan bagi orang-orang untuk ikut serta menjadi pengisi konten melalui skema gig economy. Kesempatan ini menjadi alternatif untuk bekerja sebagai guru lepas pada pembelajaran daring yang tengah menjadi tren di generasi milenial. Namun, tren ini tidak menjanjikan keberlangsungan jangka panjang serta kondisi persaingannya saat ini relatif ketat. Penelitian ini diharapkan mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi minat orang-orang menjadi gig worker di sektor pendidikan, sekaligus menguraikan harapan dan tantangan model pembelajaran daring melalui skema gig economy. Penelitian ini bertujuan mencari faktor utama yang menjadi penghambat dan pendorong minat masyarakat untuk menjadi online gig worker di kursus daring mengadaptasi model penelitian Technology
Acceptance Model (TAM) dan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online. Pengolahan data dilakukan dengan memanfaatkan metode Partial List SquareStructural Equation Modelling (PLS-SEM). Berdasarkan hasil uji hipotesis, faktor-faktor yang menjadi pendorong minat masyarakat untuk menjadi gig worker pada platform kursus daring adalah faktor manfaat, pengaruh sosial, ketertarikan personal, dan nilai ekonomi. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat adalah persepsi masyarakat terhadap risiko yang mungkin dihadapi.

The industrial revolution 4.0 affects every area of life, including education. Now learning is not only face to face, but also develops into online channels through the involvement of various educational applications. This online course application provides opportunities for people to participate as content creators through the support of economic performances. This opportunity is an alternative to working as a freelance teacher on brave learning that is trending in millennial generation. However, this trend does not promise long-term sustainability and competition is currently relatively tight. This research is expected to be able to improve the factors that influence people`s
interest in becoming gig workers in the education sector, while at the same time outlining the hopes and challenges of a bold learning model through economic performance shows. This research is looking for the main factors that are inhibiting and encouraging people to become online gig workers in online courses using adaptation research model of the Technology Acceptance Model (TAM) and the Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology (UTAUT). Data collection is done by sending online questionnaires. Data processing was performed using the Partial List SquareStructural Equation Modeling (PLS-SEM) method. Based on the results of hypothesis testing, the factors that drive the people`s intention to become gig workers on the online course platform are the perceived of usefulness, social influence, interest, and economic values. While the inhibiting factor is the perceived risk that may be faced.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Nur Asih
"ABSTRAK
Kehadiran gig economy dipengaruhi oleh era industri 4.0 yang menekankan efisiensi dan efektivitas melalui kehadiran teknologi dan memiliki peran yang strategis dalam membantu perusahaan mendapatkan tenaga kerja profesional yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan (on-demand workers). Online gig economy sebagai dampak dari digitalisasi menghasilkan sekumpulan tenaga kerja lepas yang disebut sebagai gig worker. Semakin pesatnya pertumbuhan platform online gig economy serta tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia berpotensi membuka peluang pasar pekerjaan online dan dapat menimbulkan adanya kelebihan pasokan online gig worker. Pertumbuhan online gig economy di Indonesia perlu diimbangi dengan adanya penelitian untuk mencari solusi terhadap faktor yang memengaruhi minat masyarakat untuk menggunakan jasa online gig worker. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor penjelas utama yang menjadi penghambat dan pendorong minat masyarakat untuk menggunakan jasa dari online gig worker menggunakan model penelitian gabungan dari Technology Acceptance Model (TAM) dan Unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT). Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Partial List Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil pengolahan data berupa hasil analisis kemudian dilakukan uji hipotesis sehingga diketahui hasil penelitian yang diharapkan. Berdasarkan hasil uji hipotesis, faktor-faktor yang menjadi pendorong minat masyarakat untuk menggunakan jasa online gig worker adalah faktor manfaat yang didapatkan, serta pengaruh dari lingkungan sosial. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat adalah persepsi terhadap risiko.

ABSTRACT
Online Gig Economy (OGE) as a result of digitalization results in a group of freelancers called gig workers. The rapid growth of the OGE platform and the high number of internet users in Indonesia has the potential to open up online job market opportunities and can lead to an excess supply of online gig workers. The growth of OGE in Indonesia needs to be balanced with the existence of research to find solutions to factors that influence people's interest in using online gig worker services. Data collection is done by distributing online questionnaires. Based on the results of the study, the factors that are motivating the interest of the public to use the gig worker online services are the Perceived Usefulness, and Social Influence. While the inhibiting factor is the Perceived of Risk
"
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pamela Florencia Irena
"Makalah ini mengeksplorasi perkembangan gig economy di Australia, menganalisis dampaknya terhadap model ketenagakerjaan tradisional, manajemen tenaga kerja, dan hak-hak karyawan. Dengan memanfaatkan data sekunder seperti data pemerintah dan literatur akademis, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran komprehensif tentang tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh sektor ekonomi yang sedang berkembang ini. Pergeseran ini, yang ditandai dengan kontrak jangka pendek atau pekerjaan lepas dibandingkan dengan pekerjaan tetap, mempunyai implikasi besar terhadap manajemen tenaga kerja dan hak-hak karyawan.
This paper explores the flourishing gig economy in Australia, analysing its impact on traditional employment models, workforce management, and employee rights. By leveraging secondary data such as from government data and academic literature, this study aims to present a comprehensive overview of the challenges and opportunities presented by this evolving economic sector. This shift, characterised by short-term contracts or freelance work as opposed to permanent jobs, has profound implications for workforce management and employee rights."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Fathya Murti
"Apa yang dewasa ini dikenal luas sebagai perekonomian gig adalah hasil perkembangan perkembangan teknologi digital, khususnya penggunaan aplikasi yang mudah digunakan masyarakat secara massal. Ekonomi gig yang mampu membuat murah transaksi antara konsumen, produsen, dan pedagang mengandalkan teknologi digital dan juga hubungan kerja sistem kontrak independen/kemitraan, yang biasa disebut sebagai pekerja gig. Kondisi pekerja gig umumnya bersifat rentan karena jam kerja yang panjang dan bayaran berbasis proyek tanpa adanya gaji pokok. Penting untuk diperhatikan bahwa sejak tahun 2015, di beberapa negara muncul fenomena para pekerja gig, khususnya yang berada di sektor pengantaran online, dalam membentuk organisasi-organisasi kolektif dan melakukan resistensi untuk sebagai respon terhadap kondisi kerentanan yang mereka alami. Penelitian ini membandingkan resistensi yang dilakukan oleh pekerja gig pengantaran daring di dua negara, yaitu pekerja gig yang bekerja untuk di perusahaan platform Gojek (Indonesia) dan Deliveroo (Inggris). Penelitian ini menggunakan kerangka teori aspek ekonomi politik dalam perekonomian gig (Woodcock 2019) guna menjelaskan tentang mengapa regulasi negara dan kekuatan pekerja dapat mempengaruhi bentuk resistensi pekerja gig daring di kedua negara. Penelitian ini menemukan regulasi ketenagakerjaan yang tidak memposisikan pekerja gig dan kekuatan pekerja dalam membentuk organisasi-organisasi kolektif turut mempengaruhi bentuk dan cara resistensi yang dilakukan dalam merespon kondisi kerentanan kerja yang dihadapi oleh pekerja gig.

The gig economy, which is able to make cheap transactions between consumers, producers, and traders, relies on digital technology as well as the working relationship of an independent contracting system/partnership, commonly referred to as gig workers. The condition of gig workers is generally vulnerable due to long working hours and project-based pay without a base salary. It is important to note that since 2015, in several countries the phenomenon of gig workers, especially those in the online delivery sector, has emerged in forming collective organizations and carrying out resistance to respond to the precarity they experience. This study compares the resistance of online delivery gig workers in two countries, namely gig workers who work for the platform companies Gojek (Indonesia) and Deliveroo (England). This study uses a theoretical framework of political economy aspects in the gig economy (Woodcock 2019) to explain why state regulations and labor power can influence the form of online gig worker resistance in both countries. This research finds that employment regulations that positions gig workers as non-workers influence, as well as the power of workers in forming collective organizations, influence the forms and methods of resistance carried out in response to the conditions of work precarity faced by gig workers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalifatulhabibah Ismail
"Ekonomi Gig adalah suatu bentuk varian dari Neoliberalisme yang berkembang di Amerika. Ekonomi Gig hadir seiring dengan globalisasi serta proses revolusi digital 4.0.Ekonomi Gig yang timbul dari hubungan individu serta masyarakat akan mempengaruhi kebijakan ekonomi Amerika. Berkembangnya teknologi menjadi serba otomatisasi digital menyebabkan tenaga kerja manusia digantikan oleh teknologi. Ekonomi Gig merupakan solusi digital di Amerika.Tesis ini akan menunjukan bagaimana siklus ekonomi Gig berkembang di Amerika mengikuti kebutuhan dan kepentingan bangsa Amerika, dan akhirnya ekonomi Gig sebagai solusi atas globalisasi teknologi yang sangat tinggi.Tesis ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif dengan memusatkan prinsip-prinsip umum yang mendasari suatu gejala atau pola yang ada dalam kebijakan ekonomi Amerika. Menggunakan teknik penulisan deskriptif-interpretatif, yang melihat gejala-gejala dari aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi sebagai satu kesatuan yang membentuk suatu pemahaman intergratif.

Gig Economy is a variant of Neoliberalism that developed in America. Economy Gig comes along with globalization and the process of digital revolution 4.0.Gig Economy arising from individual and community relationships will affect American economic policy. The development of technology into an all-round digital automation led to the human workforce being replaced by technology.This thesis will show how the Gig economy cycle is developing in America following the needs and interests of the American people, and finally the Gig economy as a solution for globalization of technology.This thesis is largerly based on literature research method with an emphasis on a qualitative approach by concentrating the general principles of method in analytical describing the implementation that exists in American economic policy. Using descriptive-interpretive techniques to understand phenomenon’s from a diversity of social, cultural, political and economic aspects as a intergrative understanding of it."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Damayanti
"Transformasi digital yang terjadi sejak Revolusi Industri 4.0 menjadi salah satu faktor pendorong munculnya “gig economy” pada pasar tenaga kerja di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Istilah gig economy mengacu pada pengaturan kerja jangka pendek, berbasis proyek dan hasil (output). Pekerjaan pada gig economy memberikan peluang bagi perempuan untuk memilih pekerjaan, otonomi, dan fleksibilitas dalam mengatur jadwal mereka sehingga perempuan dapat menyeimbangkan antara kehidupan rumah tangga dan pekerjaannya. Dengan demikian, kesenjangan penghasilan antar gender dan berbagai bentuk diskriminasi pada perempuan yang telah lama terjadi pada pasar tenaga kerja tradisional diharapkan dapat berkurang pada gig economy. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesenjangan penghasilan antar gender pada gig workers, baik secara rata- rata maupun dalam distribusi penghasilan secara keseluruhan. Sumber data penelitian ini adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2021. Metode dekomposisi Oaxaca-Blinder dan regresi kuantil digunakan untuk menganalisis kesenjangan penghasilan secara rata-rata maupun dalam distribusi penghasilan secara keseluruhan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa kesenjangan penghasilan antar gender pada gig workers sebesar 45,95 persen poin. Hasil dekomposisi menunjukkan bahwa kontribusi komponen unexplained/faktor diskriminasi jauh lebih besar dalam menjelaskan kesenjangan penghasilan antar gender pada gig workers. Kesenjangan dalam distribusi penghasilan secara keseluruhan menunjukkan pola sticky floor effect, yaitu kesenjangan penghasilan yang melebar di bagian bawah distribusi penghasilan.

The digital transformation that has occurred since the Industrial Revolution 4.0 has become one of the driving factors for the rise of a "gig economy" in the labor market around the world, including Indonesia. The term gig economy refers to short-term, project-based and output-based work arrangements. Jobs in the gig economy provide opportunities for women to choose jobs, autonomy, and flexibility in managing their schedules so that women can balance between paid and unpaid work. Thus, it is expected that the gender earnings gap and various forms of discrimination against women that have long occurred in the traditional labor market will be narrowed in the gig economy. This study aims to analyze the gender earnings gap in gig workers, both on average and in the overall earnings distribution. This study uses data form National Labor Force Survey (Sakernas) August 2021. Oaxaca-Blinder decomposition and quantile regression are used to analyze gender earnings gap, both on average and in the overall earnings distribution. In this study it was found that the gender earnings gap in gig workers was 45.95 percentage points. The results of the decomposition show that the contribution of unexplained component/discrimination factor is higher in explaining gender earnings gap in gig workers. The gap in the overall earnings distribution shows a sticky floor effect, gender earnings gap is wider at the bottom of the earnings distribution."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>